"...Toushirou?"

Di tengah-tengah kekacauan yang terjadi di Soul Society, seorang Shinigami dengan surai oranye berjalan lemah menghampiri tubuh mungil yang tergelatak.

Lelaki jangkung itu--bernama Ichigo Kurosaki bersimpuh di hadapan tubuh tak bernyawa Kapten Divisi 10.

Sorot mata Ichigo menggelap.

"Aku benar-benar tak akan melepaskanmu." Ichigo mengangkat badan ringkih Toushirou, meletakkan sang kapten di atas pangkuannya.

Dalam sekejap, wujud Ichigo bertransformasi menjadi Hollow sepenuhnya. Rambutnya kini memanjang, kabut hitam mengelilinginya.

"...Tak akan kulepas sebelum kamu mendengarkan seluruh hasratku." Ichigo bergumam pelan.

Ia menegakkan badannya sambil menggendong Toushirou seperti gaya pengantin. "...Tak akan kulepas sebelum kamu mencintaiku."

Ichigo menundukkan kepalanya, menempelkan hidungnya di antara kelopak mata Toushirou yang tertutup dengan sorot mata tajamnya memandangi kawan-kawannya yang sedang berperang besar dengan musuh bebuyutan Shinigami.

"Haruskah aku menghancurkan alam ini untukmu, Toushirou?" Tatapan Ichigo bergulir menatapi wajah Toushirou yang cantik.

Ekspresi Ichigo melunak begitu atensinya hanya berfokus kepada sosok kapten kesepuluh yang sangat ia cintai.

Ichigo menyayangi Toushirou, ingin melindunginya dan menjadikan Toushirou hanya untuk miliknya seorang.

Entah sudah berapa lama Ichigo menyimpan rasa ketertarikannya yang besar itu kepada Toushirou. Sepanjang hari, Ichigo mengawasi Toushirou dalam diam. Menaruh beberapa mata-mata di belakang Toushirou, memastikan bahwa tak ada satu pun yang menyentuh Toushirou-nya.

Akan tetapi--semua itu telah lenyap.

Ichigo semakin menunduk, mendekatkan wajahnya pada wajah Toushirou dan mengecup bibir sang kapten cukup lama.

Sebelum pada akhirnya, Ichigo menghilang layaknya kecepatan cahaya.

Sejarah pun berubah mulai saat itu.

Ichigo Kurosaki menghancurkan separuh alam Shinigami dengan sekali tebasannya. Tak ada kehidupan apapun di balik matanya yang berkilat berbahaya.

Sebelah tangan Ichigo terus menahan kuat tubuh Toushirou agar tetap berada di dekapannya.

"...Beraninya kalian." Ichigo berdiri di atas musuh-musuhnya.

Tangannya terangkat,

Dan pedang panjangnya yang menyala menghunus membelah langit.

DUAR!

.

.

.

"Toushirou..."

.

.

.

"Anggap saja ini adalah hadiah. Kau tau sendiri kalau ritual ini sangat terlarang?" Laki-laki brunette itu tersenyum miring.

Ichigo mencengkram leher lelaki itu. "Masih belum sadar akan posisimu? Cepat lakukan."

"Haha. Penyamaranmu memang tidak bisa diremehkan, Kurosaki Ichigo. Aku cukup kagum karena kau lolos dari rencanaku. Ha--"

SETT!

Ichigo menggores pipi lelaki itu menggunakan ujung pedangnya.

"Sudah paham?" Ichigo bertanya lugas.

"..." Laki-laki tersebut memejamkan matanya sembari tersenyum. "Baiklah, aku akan melakukannya sekarang." Lanjutnya.

Sebuah cahaya yang sangat silau memenuhi seluruh ruangan bawah tanah.

Ritual dimulai.

"Siapapun yang kau temui di dunia manusia... Mereka telah bangkit dari kematian. Jika takdir memilih diantara orang-orang itu maka dia akan kembali melaksanakan tugasnya yang belum terselesaikan."

.

.

.


Chapter 1: Dimana pun kamu berada, aku akan menangkapmu kembali, membuatmu hanya berada di dekapanku sampai kamarku dipenuhi oleh aroma tubuhmu.


Warning: YAOI, BL, Rate T untuk sekarang.

Main Pair [Ichigo Kurosaki x Toushirou Hitsugaya]

Slash!All x Toushirou Hitsugaya

Special Aizen Sousuke x Toushirou Hitsugaya

Confirmed AU.

Everything is perfect about Toushirou Hitsugaya.

*


Toushirou Hitsugaya bangun dengan elegan. Tangan mungil seputih saljunya menyibak selimut yang sedari tadi melilit tubuhnya disepanjang malam.

Sebelum hendak bersiap-siap, Toushirou membereskan kamar tidurnya. Membuka tirai beserta jendela dan membersihkan debu-debu di sekitar ruangannya dengan vacuum cleaner.

Puas dengan hasilnya, Toushirou pun mengambil handuk kecil dan bergegas menuju kamar mandi.

Ceklek!

Pintu ruang tidurnya ia tutup. Toushirou menuruni anak tangga dan melihat sekeliling.

"Gin-san! Aku mohon... Jangan curi wortelku lagi... Itu sudah dibagi rata kan?" Izuru Kira menatap seseorang yang mencomot wortelnya dengan memelas.

Pemuda yang dipanggil 'Gin' tersenyum lebar. "Aku akan belikan lagi wortel yang lebih baik dari itu." Balasnya mantap.

Kira mendengus, "sudah berapa kali aku mendengarnya... Tapi, yasudahlah... Makan saja."

Toushirou menaruh sebelah tangannya di pinggang. Menggeleng-gelengkan kepalanya memaklumi kejadian teman sekamarnya ini.

Sudah terbiasa.

"Kira, ambil saja bagianku." Toushirou berucap sambil membuka kulkas.

"Eh?! Serius?..." Mata Kira berbinar.

Toushirou mengangguk. "Ya, aku tak begitu suka wortel."

Kira langsung bangkit dari meja makan, mengambil kotak wortel milik Toushirou.

"Arigatou, Hitsugaya-san." Kira berterima kasih.

"Iya, dan panggil saja namaku langsung." Toushirou menawari.

Sontak kedua pipi Kira memanas mendengar tawaran Toushirou.

Di ujung pintu, tanpa mereka sadari--Gin Ichimaru membukakan matanya.

Kaki jenjang Gin melangkah cepat mendekati kedua teman semasa kecil, merebut kotak wortel yang sudah digenggam oleh Kira.

"Ups~ aku makan yang ini saja." Gin dengan cepat membuka kotak itu dan memakannya bersamaan dengan sepotong roti.

Kira melotot tak terima. "Astaga, Gin-san!"

Toushirou menggaruk kepalanya yang tak gatal. Lagi-lagi, mereka berdua melakukan keributan yang seharusnya tak diributkan.

Alhasil, Toushirou pun pergi ke kamar mandi meninggalkan mereka berdua.

Di dalam kamar mandi,

Bathub diisi oleh air hangat dengan penuh. Toushirou naik dan duduk meluruskan kakinya.

Sambil merilekskan tubuhnya, Toushirou menengadahkan kepalanya ke atap-atap bangunan.

Akhir-akhir ini, Toushirou sering melihat hal-hal aneh. Sebelumnya saat dirinya masih kecil ia tak pernah menemukan hal yang tak bisa diterima oleh akal.

Entah itu memang sebagian dari halusinasinya atau bukan, Toushirou kerap kali melihat mahluk yang tak wajar.

Rupanya sangat menyeramkan dan besar. Mahluk itu hanya berjalan dan mengelilingi kota tanpa arah.

Tapi, Toushirou hanya bisa melihatnya beberapa detik. Setelah itu, pemandangan kota kembali seperti semula.

Hal yang paling anehnya adalah ia merasa kalau mahluk itu pernah bertemu--eh apa?

Buru-buru Toushirou menampar pipi kanannya sampai memerah.

"Tidak, tidak mungkin. Ini hanya efek keseringan menonton serial drama..." Toushirou membenarkan.

Jangan sampai rankingnya turun hanya karena memikirkan hal yang tak nyata.

Berniat mengakhiri mandinya, Toushirou keluar dari bathub dan menyalakan shower, mulai membersihkan kulit badannya dengan hati-hati.


"Sampai jumpa nanti sore, Gin-san!" Kira tersenyum, melambaikan Gin yang pergi masuk ke bus untuk berangkat kerja.

Sementara Toushirou, dia melamun. Kalut dalam pikirannya.

Kira yang menyadari itu langsung menepuk pundak Toushirou.

"Kamu kenapa?" Kira bertanya ingin tau.

Toushirou terhenyak dalam lamunannya. Ia menggelengkan kepalanya dan memegang tali tasnya.

"Ah, tidak ada, ayo." Toushirou mengajak Kira ke sekolah.

"Iya, ayo Toushirou-san." Kira tersipu.

Selang beberapa saat, mereka berdua tiba di sekolah.

Tampaknya di sana sangat ramai karena sebentar lagi akan ada festival sekolah. Murid-murid berlalu lalang menyiapkan beberapa peralatan dan kebutuhan.

"Toushirou-san, kamu yakin belum mau bergabung ke klub manapun?" Kira bertanya berniat memecahkan keheningan.

Toushirou mengamati panggung yang sedang dibangun.

"Hm... Aku tak cocok di klub manapun." Toushirou menjawabnya dengan singkat.

Kira menggeleng cepat, membantah yang dikatakan Toushirou, "itu tidak benar! Toushirou-san sangat berbakat sekali... Aku, aku sangat menganggumi Toushirou-san yang sangat pintar dan ahli dalam segala hal... Tak seperti aku yang selalu gagal ke--"

Toushirou langsung menempelkan telapak tangannya ke mulut Kira.

"Terima kasih, kau juga bagus. Aku suka ketelitianmu. Jangan bandingkan dirimu dengan siapapun, itu tak akan membuatmu berkembang." Toushirou menarik kembali tangannya, tersenyum kepada Kira.

Dan Kira, dia memasang wajah puppy eyes. Terharu sekali!

"Terima kasih banyak, Toushirou-san... Andai saja aku tidak bertemu denganmu... Aku tak akan--"

Toushirou berdehem. "Ahem. Ayo, sebaiknya kita masuk dulu ke kelas."

Kira cepat-cepat setuju. "Oke, ayo Toushirou-san."

Beberapa jam kemudian...

Pembelajaran di sekolah dihentikan sementara karena persiapan festival. Berhubung sudah menyelesaikan beberapa tes tiap mata pelajaran, para guru menyetujui untuk 'meliburkan' kegiatan belajar di sekolah.

Toushirou? Dia mendengarkan musik melalui earphone yang tersambung lewat hpnya. Jemarinya bergerak lembut mencoreti buku, menggambar pemandangan pantai dan salju.

DUAR! BRUKK!

Ketika ujung pensilnya hendak menulis beberapa patah kata tentang salju, tiba-tiba suara yang keras mengagetkan seluruh isi kelas.

"Apa itu!?"

Seisi kelas panik.

Toushirou melepaskan sebelah earphone nya dan melihat sekitar.

"Ada apa?" Toushirou bertanya.

"Tadi... Ada suara yang keras sekali... Seperti... Bangunan ambruk!" Jawab teman kelasnya.

Toushirou bangun dari bangkunya, menghampiri jendela yang terbuka dan melihat panggung yang tadinya hampir setengah jadi menjadi hancur berantakan.

Tak hanya itu, siswa siswi yang ikut membangunnya tergelatak tak bergerak sama sekali.

"...!?" Toushirou langsung pergi ke luar kelas untuk melihat lebih dekat.

Guru-guru menyuruh siswa dan siswi untuk menjauhi tkp, polisi juga sudah datang mengamankan sekolah.

Entah apa yang terjadi tetapi bangunan sekolah lainnya pun turut hancur.

Menyaksikan kejadian itu, murid-murid berteriak histeris.

Dan Toushirou sampai di lapangan.

Sebiji keringat menetes di sudut keningnya.

"..." Toushirou mencoba fokus. Pikirannya kacau, saat-saat ini kenapa mahluk aneh yang sering ia lihat akhir-akhir ini muncul dibenaknya!?

Toushirou meremas rambutnya frustasi.

"ARRRNNGHHHH!"

Telinganya berdenging. Teriakan monster yang menggema membuat jantungnya berdegup tak beratur.

Suaranya mengerikan, lebih buruk dari neraka.

"...tidak, itu hanya halusinasiku." Toushirou mundur.

Ia menarik lengan baju polisi di sampingnya dan bertanya, "apa kau mendengar teriakan monster tadi?"

Polisi itu mengerutkan kening dan merapihkan bajunya. "Ini bukan saatnya untuk main-main! Tolong, pergilah ke tempat yang sudah dievakuasi!"

Toushirou bisa gila kalau seperti ini terus.

"Hah...?"

Ketika dirinya hendak menoleh untuk memastikan sesuatu--

Matanya membulat.

Mahluk yang sering dia temukan ternyata muncul dengan sangat jelas di luar lapangan.

Sangat besar, tinggi dan menyeramkan.

Hitam, memakai topeng... Monster apa itu?

Kedua kaki Toushirou membeku.

Nafasnya mendadak memburu. Ia ketakutan, pertama kalinya melihat monster itu dengan sangat jelas--biasanya dia... Jika dia menemukan mahluk itu palingan hanya sedetik dan langsung menghilang!

'Kenapa mahluk itu tak kunjung hilang!?'

Toushirou menggigit bibirnya.

"Aku sudah tidak waras..." Ia memejamkan matanya, hatinya sangat gelisah.

Polisi yang berdiri di samping Toushirou segera memegang kedua bahu Toushirou.

"Hey, hey... Kau dengar aku?"

Toushirou tak mendengar polisi tersebut. Dia malah terpaku kepada sosok monster di sebrang sana.

Benar, mereka menghancurkan bangunan sekolah dan panggung itu. Tapi, untuk apa?!

Toushirou terus mengamati.

Sampai ketika--monster itu berbalik menatap dirinya.

DEG!

"...H-haah.." Toushirou memegang dadanya.

Dadanya sakit dan udara di sekeliling terasa sangat berat.

Apa yang terjadi!?

Monster itu mulai berjalan ke arahnya.

Toushirou mengepalkan kedua tangannya.

'Penyakit mental!??? Apa? Aku!? Iya aku... Aku pasti sudah tidak waras! Setelah pulang .. aku akan meminta Gin dan Kira mengantarku ke psikiater!'

Toushirou membatin dalam hati.

Berteriak diam.

Hanya kepanikan yang memenuhi isi pikirannya.

Namun ...

"Yare yare, setelah sekian lama berdamai akhirnya muncul juga."

Toushirou membuka matanya, mencari ke asal sumber suara.

"...?!"

Beberapa orang?? Tidak? Apa? Orang-orang berpakaian seperti samurai hitam berdiri di atas langit? Membawa pedang? Tunggu?

Toushirou melihat seorang lelaki yang rambutnya berwarna merah, hitam, coklat dan? Warna apa itu?

Toushirou mematung seperti patung.

"Bukankah ini bagus? Itu artinya pembangkitannya sudah selesai, naa Ichigo?"

Angin pun tiba-tiba datang, membuat surai silver Toushirou menari-nari di udara.

"..."

Salah satu orang aneh yang berdiri di atas langit itu mengeluarkan pedang dari sarung, dia menghunus ke depan sambil meneriaki sesuatu.

Sontak, orang-orang yang berkumpul di area sekolah jatuh pingsan.

Toushirou kebingungan. Apa ia harus berpura-pura pingsan juga?

"...ck." Toushirou akhirnya memilih untuk berlari untuk bersembunyi di balik gudang sekolah.

Persetan dengan teriakan para monster, ia lebih memilih untuk mencari tau soal orang-orang yang berpakaian kuno di atas langit sana.

Mengamati dalam diam, Toushirou menyiapkan hatinya.

"Ichigo, apa kau yakin 'dia' ada di sini?"

Abarai Renji tersenyum lebar sekali hingga taringnya terlihat. Pedangnya yang cukup besar ia tenggerkan di atas bahunya sendiri.

Nama yang dipanggil 'Ichigo' mendengus kecil.

"Walaupun dia mencoba melarikan diri, dia tak akan lolos dariku. Aku bisa mencium aromanya dengan jelas." Ichigo menjawab.

Renji terkekeh. "Hahaha. Baiklah, ayo kita mulai!"

Sosok Renji turun menapaki tanah lapangan sekolah.

Pedangnya dia ayunkan ke depan dan menebas monster-monster itu dengan mudah.

"Fyuuh, nostalgia sekali! Sudah berapa lama kita tidak kesini?" Renji menendang telak wajah monster itu.

Perempuan berambut hitam yang memiliki perawakan kecil ikut turun ke lapangan.

"Hm... 200 tahun?" Kuchiki Rukia menebak-nebak.

Ichigo tersenyum tipis.

"Tidak ada yang berubah ya di sini." Renji menambahkan.

Di balik gudang, Toushirou panik. Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan?!

Sekarang, dia tak bisa memikirkan hal lain selain melarikan diri dan kabur dari situasi seperti ini.

Tidak, Toushirou bukan seorang pengecut! Hanya saja, dia sungguh bingung total. Apakah dirinya sedang berhalusinasi?? Ataukah mimpi? Atau apa?

Lebih baik dia lari sekarang dan meninggalkan sekolah!

Dengan cepat, Toushirou mengangkat kakinya, berlari sekencang mungkin.

Tetapi,

Kedua mata Ichigo memicing.

Ichigo menghilang hanya dalam satu detik.

Dan--

SYUT!

"...A-apa..." Toushirou berhenti.

Ichigo berdiri tepat di depan matanya.

"Kesayanganku. Akhirnya kamu kembali." Ekspresi Ichigo yang sebelumnya garang kini melembut.

Toushirou mundur.

"...apa maumu?" Dengan hati-hati ia bertanya.

"Dirimu." Ichigo berjalan menghapus jarak di antara keduanya.

Toushirou mundur, terus mundur--sial sekali, pria di hadapannya ini tak mau berhenti!

Hingga sampai ketika punggung Toushirou buntu karena menabrak dinding gudang--

Dan Ichigo langsung menghimpit tubuh mungil itu--ah, jarak mereka terlalu intim.

"Mau lari kemana, Toushirou?" Ichigo menundukkan kepalanya.

Surai oranye itu mengistirahatkan dagunya di atas bahu Toushirou.

Tentu saja, Toushirou langsung menegang. Apa-apaan ini?

"Toushirou, wangimu enak." Ichigo mengendus di lekukan leher milik Toushirou.

Sang empu mengerang tertahan.

"Apa maksudnya... Ergh..." Toushirou melayangkan tinju.

Tapi naas, Ichigo berhasil menahan pukulan Toushirou dengan mudah.

Mengambil kesempatan itu, Ichigo menarik pergelangan tangan Toushirou hingga wajah mereka berdekatan.

Nafas saling menerpa satu sama lain.

Ichigo memandangi Toushirou penuh nafsu. Antara rasa rindunya, ingin memeluknya, menciuminya, bahkan menidurinya--atau lebih buruk dari itu?

Tidak, saat ini Ichigo ingin lebih lama merasakan tubuhnya bersentuhan dengan Toushirou.

"Hingga sampai waktunya tiba... Kamu akan kembali sebagai kapten kesepuluh, dan sambil menunggu itu, aku akan benar-benar mengawasimu, menjagamu sebagai milikku." Ichigo berujar pelan.

Seperti bisikan seduktif yang diterima oleh Toushirou.

Ichigo sengaja membisikki kata-kata itu dengan bibirnya yang menyentuh daun telinga Toushirou.

Pemuda berambut putih itu tentu saja merasa geli.

Wajahnya kian memerah karena malu.

Atau, karena marah?

"Omong kosong!..." Toushirou mendorong dada bidang Ichigo.

Mata Ichigo tak terkejut setelah menerima perlakuan tersebut.

Sebaliknya, Ichigo tersenyum semakin lebar.

"Toushirou, aku tak akan membiarkanmu lepas dari pandanganku." Ichigo mengurung tubuh Toushirou.

Sang Shinigami semakin menekan badannya, "tak akan pernah lagi aku biarkan kamu meninggalkan sisiku." Ichigo kembali bergumam dengan nada rendah.

Toushirou kewalahan. Tenaga laki-laki oranye lebih kuat berkali-kali lipat dibandingkannya.

"Lepaskan... Kau--"

"Toushirou-san!"

Manik biru tosca Toushirou terbuka membulat.

Sementara Ichigo, dia melirik ke belakang dengan raut wajah tak suka. Auranya berbeda dari sebelumnya, sekarang lebih ke mengintimidasi.

Tepat di belakang mereka, Izuru Kira berlari dengan linang air mata.

"Toushirou-san!" Kira berteriak kedua kalinya.

Mantan kapten divisi kesepuluh mendorong Ichigo.

Ichigo tak melawan, memiringkan tubuh jangkungnya untuk memberikan Toushirou jalan.

"Kira!" Toshirou bergegas menghampiri Kira.

"Toushirou-san... Sebenarnya apa yang telah terjadi di sini...?" Kira gemetaran.

"Aku tidak tau. Kita harus lari dulu!" Toushirou dengan sigap menarik lengan Kira untuk kabur.

Ichigo terdiam. Punggungnya ia sandarkan ke tembok gudang seraya melipat kedua tangan di dada.

Iris se-coklat musim gugur mengunci pandangannya ke arah Toushirou yang sedang berlari.

Dia semakin jauh.

Semakin mengecil.

"Ah. sial." Jari jemarinya menyisir kasar poni rambutnya.

Disusul oleh Rukia, perempuan itu muncul mendadak di samping Ichigo.

"Kau kehilangan dia? Fufufu, seperti ditolak cinta ya~" Rukia mencibir.

Ichigo menumpahkan ekspresi marahnya ke arah Rukia. "Berisik."

"Oya oya, apa kau menyalahkanku?" Rukia terkikik geli.

"Diamlah, Rukia." Ichigo menghela nafas pendek.

Rukia tersenyum. "Tenang saja, dia pasti aman. Aku sudah menyelidikinya, Kira dan... anu, Gin Ichimaru--ya, uhh... mereka tinggal bersama."

"Lalu?" Ichigo memutar bola matanya tak tertarik.

"Dengan Kapten kecilmu juga." Rukia nyengir kuda.

Sekejap, wajah Ichigo menggelap.

*

"Hah... hah... Sepertinya... kita berhasil kabur..." Kira tepar.

Seragamnya kusut dan basah karena dibanjiri keringat, Kira memilih duduk di bawah pohon, ngadem sebentar.

Toushirou berdiam diri. Sambil mengatur nafas dan pacu jantungnya, ia memikirkan kejadian tadi.

Siapa mereka? Dan apa hubungannya dengan monster itu?

Baru saja Toushirou merilekskan otot-ototnya, ia kemudian merasakan hawa yang begitu kuat dan menekan.

"U-ugh--" Toushirou meringis ngeri.

Kepalanya menoleh, menemukan Kira sudah tak sadarkan lebih dulu.

Hal itu tentu saja membuat Toushirou semakin gelisah.

Hatinya tak tenang, ditambah hawa ini... terasa begitu lebih berat. Udara di sekitar pun seperti tersedot habis oleh hawa misterius yang mengintimidasi.

"Rupanya di sini."

"...Apa?" Toushirou mengangkat wajahnya ke atas.

Pria yang tadi...

Ichigo Kurosaki berjalan turun dengan angkuh dari atas langit.

Benar. Dia seperti tengah menuruni anak tangga padahal jelas-jelas tak ada tangga di sana!

Toushirou merasa gila. Buruknya, ia lupa tak menanyakan hal ini kepada Kira.

Mungkin saja Kira juga melihatnya.

Kini, Toushirou bersiaga.

"Aku merindukanmu, Toushirou."

Baumu. Perasaanmu. Tubuhmu. Hanya milikku. Aku tak berbagi, dan tak akan pernah.

To be continued.


Halo. Terima kasih banyak sudah membaca fanfic pertamaku di fandom Bleach ini.

Dulu aku juga sangat suka ke pairing Ichigo x Toushirou, tapi tak kunjung bikin fanficnya karena pada saat itu fokus ke fandom sebelah, hahaha.

Karena sekarang sudah lama aku pensiun enggak nulis-nulis fanfic akhirnya aku kembali dengan akun baru!

Semoga kalian suka. Aku harap fandom Bleach ramai lagi! Terutama di kapal BL Ichigo x Toushirou, hahahaha!

Ulasan kalian sangat berarti untukku.

Sekali lagi, terima kasih~