"Nagisa-chan!"
Nagisa membalikan badannya ke arah suara yang memanggilnya. Dia melihat salah satu teman sekelasnya berlari sambil melambaikan sesuatu ke arahnya.
"Togawa-san,"
"Hosh.. hosh.. ini.. tabung oksigenmu.. kau lupa membawanya.. hah.." Togawa menyerahkan botol kecil kepada Nagisa sembari bertumpu pada lututnya, mencoba untuk mengatur nafasnya.
"Terima kasih! Bisa gawat kalau aku tidak punya ini.. tapi kau tidak perlu sampai berlari begitu.." Ucap Nagisa merasa tidak enak lalu menyerahkan sapu tangan kepada temannya.
Togawa tersenyum cerah lalu menerima sapu tangan Nagisa untuk mengusap keringatnya. "Tidak apa apa, aku juga sesudah ini ada janji dengan Miko dan yang lainnya~ aku juga ingin mengajakmu tapi kau tidak bisa hari ini kan?"
Nagisa mengangguk pelan dengan kedua telapak tangannya mengatup di depan wajahnya. ''Un! setelah ini aku ada janji dengan guru smp dan teman lama ku jadi tolong ajak aku lain kali ya."
Togawa melambaikan tangannya santai. "Iya! Sebagai gantinya lain kali ceritakan masa smpmu ya khususnya percintaan! Oh, sapu tanganmu besok ku kembalikan ya~ jaa!"
"Iya, terima kasih!" Nagisa melambaikan tangannya sambil tersenyum kearah temannya yang berlari menjauh.
Pandangannya beralih pada botol oksigen di tangannya lalu menghela nafas. Setelah memasukan botol tersebut ke dalam tas, Nagisa melanjutkan perjalanannya kearah gerbang sekolah. Tetapi bahkan sebelum Nagisa sampai di gerbang, Nagisa sedikit membulatkan matanya, tidak percaya pada apa yang dilihatnya.
Dua sosok di depan gerbang membuat Nagisa menghentikan langkahnya sejenak. Keduanya tampak berbincang dengan sangat asik sampai tidak menyadari Nagisa yang perlahan mulai mendekati mereka.
"Karma.. Okuda-san.." panggil Nagisa pelan membuat yang dipanggil menoleh kearah Nagisa serempak. Nagisa tersenyum seperti biasa melihat teman
"Yo Nagisa, apa yang membuatmu lama sekali?" Sapa Karma santai seperti biasa.
"Nagisa-san! Selamat sore!" Sapa Okuda masih kikuk seperti biasa.
Nagisa menghela nafas kecil tanpa sadar. "Selamat sore juga, Okuda-san. Dan Karma, aku juga tidak pernah mendengar kalau kau dan Okuda-san akan datang menungguku jadi jangan salahkan aku."
"Maaf~ maaf~ aku cuma bercanda, Nagisa~ Setelah ini kau mau ke tempat Koro sensei kan? Kami berdua juga ikut~"
Nagisa terdiam melihat Okuda mengangguk semangat lalu menaikan sebelah alis heran. "Aku memang akan ke sana hari ini tapi dari mana kalian tau?"
"Jangan remehkan koneksiku Nagisa-chan~ lagi pula sekolah kita hanya berjarak lima menit." Balas Karma sambil memainkan pisau karet yang entah dari mana munculnya. Melihatnya, Nagisa mengernyitkan alisnya.
"... kau tidak mengancam salah satu murid di sekolahku untuk membuntutiku kan?"
"Sebegitu buruknya kah aku dimatamu, Nagisa~?"
"T-tidak Nagisa-san! Kami hanya kebetulan mendengar tentangmu dari Iwada-kun, teman sekolahmu tadi waktu dia pulang!"
Iwada.. kun..? Siapa?
Nagisa ingin bertanya siapa itu Iwada tapi tidak ingin memperpanjang perdebatan. Karena Okuda yang mengatakannya, mau tak mau Nagisa harus percaya.
"Yah, terlepas dari itu, awalnya kami mau mengajakmu main makanya kami ke sini. Lagi pula sudah hampir dua bulan kita tidak bertemu padahal sekolah kita dekat."
Mendengarnya, Nagisa mengeratkan pegangannya pada tasnya. Kerutan di wajah menghilang di gantikan oleh senyum santainya. "Begitu? Baiklah kalau begitu, hari juga sudah semakin sore. Ayo,"
Ah.. aku tidak ingin pergi..
Karma tanpa menyadari perubahan emosi Nagisa hanya tersenyum lalu mengacak rambut Nagisa dan mulai berjalan diikuti oleh Okuda.
Nagisa mengintip raut wajah Okuda yang masih tersenyum ke arah pemuda berambut merah. Nagisa yang peka akan suasana hati orang lain tau dengan jelas apa yang di rasakan oleh gadis berkepang tersebut.
Hah..
Setelah menghela nafas untuk kesekian kalinya, Nagisa mulai melangkahkan kakinya mengikuti dua temannya.
XxX
Dalam perjalanan menaiki bukit yang telah di beli oleh mantan murid 3-E dengan uang hadiah yang didapatkan, Nagisa hanya berjalan dengan diam di belakang dua orang yang sedang semangat membahas reaksi bahan kimia yang bahkan Nagisa tidak terlalu mengerti. Sesekali Karma dan Okuda akan melontarkan pertanyaan kepada Nagisa yang hanya dibalas seadanya oleh gadis berambut biru tersebut. Contohnya seperti ini.
"Oh iya Nagisa, aku sudah sadar dari pertama kali ketemu tadi tapi belum sempat berkomentar, kau mengganti gaya rambutmu ya? Kau juga memanjangkannya." Karma menolehkan kepalanya ke belakang dengan kedua lengannya ditekuk di belakang kepala.
Mendengarnya Okuda juga ikut menimpali, "Iya benar! Kau terlihat lebih dewasa dengan rambut seperti itu. Ku pikir aku salah orang tadi! Rumor tentangmu juga sampai ke Kunigigaoka juga!"
Nagisa tertawa pelan, "Kau berlebihan Okuda-san, aku hanya menggeraikan rambutku. Dan yah, karena sudah sepanjang ini ibuku bilang 'jadi kenapa tidak kau panjangkan lagi?' Seperti itu."
Yah, ibuku juga memaksaku untuk mengambil perawatan setiap pagi dan malam..
"jadi begitu, ya?''
"iya."
Karma menarik garis bibirnya, menampilkan senyum jahilnya. "Hee kukira kau sudah dapat pacar karena kau jadi semakin cantik~"
Nagisa mempertahankan poker facenya agar tidak terjebak dalam godaan Karma. Dan lagi ujung matanya dapat melihat perubahan suasana hati Okuda.
"Terserah kau Karma. Lagi pula aku tidak terlalu mengerti hal seperti itu. Okuda-san sendiri bagaimana? Kau kelihatannya sedang suka sama seseorang."
Okuda yang tidak menyangka mendapat pertanyaan seperti itu mengerjap kaget, ''A- aku?"
Karma terlihat tertarik, ''Beneran? Siapa itu Okuda-chan~"
"I- itu.."
Apa? Jadi kalian belum pacaran?
Melihat pemandangan di depannya, Nagisa menghela nafas. Mungkin dia tanpa sengaja melemparkan bom pada Okuda.
"Hei kalian berdua, kita sudah sampai." Ucap Nagisa lalu berjalan melewati dua temannya. Matanya langsung menemukan sosok pemuda berambut hitam sedang berbicara dengan guru kuning mereka. Nagisa melambaikan tangannya kearah guru dan pemuda itu.
"Koro sensei! Isogai-kun!"
Koro sensei dan Isogai menoleh dan membalas lambaian tangan Nagisa. Ketika Nagisa sudah dekat dengan gurunya, ia sontak memeluk tubuh gurita gurunya. Koro sensei tersenyum lembut kearah muridnya.
"Tadaima, Koro sensei!"
"Okaeri, Nagisa-san. Karma-kun dan Okuda-san juga."
Karma dan Okuda juga membalas sapaan dari guru mereka. Nagisa yang sudah melepaskan pelukannya menoleh kearah Isogai.
"Maaf aku telat Isogai-kun, ada sedikit masalah tadi di sekolah."
Isogai balas tersenyum. "Tidak masalah, lagipula aku juga meminta bantuanmu. Tapi aku tidak menyangka kau akan membawa mereka berdua."
"Iya.."
Nagisa dan Isogai menoleh kearah Karma dan Okuda yang sedang berbincang seru dengan guru mereka.
Okuda menepuk tangan seolah baru ingat akan sesuatu. "Oh iya sensei! Aku ingin menanyakan tentang racikan formula larutan NaCl dan beberapa senyawa lainnya. Apa boleh sensei?"
Karma juga menyahut, "Oh? Aku juga ingin tau~"
Koro sensei mengangguk mengiyakan lalu menoleh kearah Nagisa dan Isogai. Isogai yang tau apa maksud gurunya, mengangguk kepada gurunya. "Tidak apa apa, sensei. Aku dan Nagisa bisa melakukannya sendirian."
Nagisa juga mengangguk kearah gurunya.
"Begitu? Kalau begitu jangan sampai berlebihan ya? Kalau ada apa apa hubungi saja sensei." Ujar Koro sensei.
"Apa yang akan kalian lakukan?" Karma menatap penasaran pada Nagisa dan Isogai yang mengeluarkan sekantung plastic besar dan sarung tangan dari tas mereka masing-masing.
"Mencari tanaman tertentu. Nagisa bilang dia ingat tempatnya jadi aku meminta tolong bantuannya." Jawab Isogai sambil memasang sarung tangannya.
"Yah, aku juga memerlukan beberapa tanaman untuk praktek besok jadi aku tidak keberatan." Nagisa mengeluarkan sarung tangannya dari tasnya dan tanpa sengaja menjatuhkan botol oksigennya.
"Oh"
"Nagisa-san, itu botol oksigen, kan?" Okuda yang pertama kali sadar menunjuk kearah botol yang diambil Nagisa. Karma dan Isogai sontak memandang Nagisa.
"Un" Nagisa mengangguk sambil membenarkan barang-barang tasnya.
"Kenapa?"
"Aku terkena asma dan sampai sekarang aku harus membawa botol ini kemana mana."
"Sejak kapan kau kena Asma?"
"Hm.. sekitar sebulan dan dua minggu yang lalu? Kalian ingatkan waktu kita berkumpul bersama? Ternyata saat itu aku sudah terkena asma."
"Ooh jadi karena itu waktu itu kau- tunggu kau tidak bilang apa apa pada kami??" Karma membelalak tidak percaya.
Nagisa tertawa pelan, ''Ini tidak seserius itu tau? Lagipula aku tidak menemukan topik yang cocok untuk mengungkit hal ini. Ah, tapi Kayano dan Koro sensei sudah tau kok."
"Apa kau akan baik baik saja menjelajahi hutan? Kau tidak akan kelelahan?" Isogai bertanya dengan serius. Bagaimana pun kesehatan temannya lebih penting daripada seonggok tanaman.
Kali ini Koro sensei yang menjawab, "Nurufufufu~ jangan khawatir, Nagisa-san akan baik-baik saja dengan kondisinya sekarang. Asalkan dia tidak melakukan hal berlebihan. Dan kalau terjadi apa apa, Ritsu-san akan menghubungiku."
"Benar, sensei!"
"Ah!" Nagisa berteriak kaget saat hpnya tiba tiba mengeluarkan suara.
"Duh.. jangan mengagetkanku, Ritsu.."
"Hehe maaf Nagisa-chan!"
Karma memandang Ritsu. "Apaan, bahkan sampai Ritsu sudah tau. Hei Nagisaa bukankah kita dekat~? Kalian tidak mengatakan apapun saat kita chattan."
Nagisa tersenyum bersalah, "Maaf Karma, seperti yang ku bilang tadi. Aku tidak punya kesempatan untuk mengungkitnya dan ini juga tidak separah itu..."
"Tapi- hahh...'' Karma mengacak rambutnya kasar. "Kalau begitu berjanjilah kalau kau merasa sakit barang sedikit pun kau harus menghubungiku. Tidak ada penolakan."
Tidak..
Nagisa balas tersenyum, ''baiklah."
Setelah itu Nagisa dan Isogai pamit pergi kearah hutan. Karma yang masih tidak percaya dengan Nagisa, mencoba ikut tetapi dihentikan oleh Nagisa, dan jadilah Karma berpesan pada Isogai untuk benar benar menjaga Nagisa.
Tanpa Nagisa sadari Karma memeriksa raut wajah Nagisa dan sadar kalau Nagisa tidak akan melakukan seperti yang dimintanya. Dan seperti itulah gadis yang tiga tahun ini dikenal Karma.
Sepertinya tidak ada pilihan lagi. Aku harus menanam beberapa mata dan telinga di dekatnya.
Halloo~ sekian untuk hari ini~ semoga kedepannya ku masih memiliki niat untuk mengetik!
