Tertaut Percikan
oleh Lomiashi
Persona 5 © Atlus, Sega
Penulis sama sekali tidak mengambil keuntungan materiil dari fanfiksi ini
Setting di fanfiksi ini mengikuti setting di cerita aslinya. Hati-hati akan OOC dan kesalahan minor pada fanfiksi ini. Semoga bisa dinikmati!
.
.
.
.
.
.
"Kalau kita bisa mengubah hati mereka, mungkin itu akan berpengaruh pada mementos."
Ren hanya mendehem, langsung merebahkan diri ke 'kasur'nya. Satu lagi hari melelahkan terlewati. Esok pun sepertinya tak akan jauh berbeda. Tantangan dari Medjed… Nasib Phantom Thieves… Akechi…? Ah, ya. Detektif muda itu lagi-lagi muncul di televisi tadi. Untuk kesekian kalinya, mengatakan ketidaksetujuan pada 'keadilan' yang diyakini para anggota Phantom Thieves–kali ini−dan juga Medjed. Benar-benar seseorang yang serius sekali dan berpegang teguh pada keyakinannya.
Ponsel kembali dinyalakan. Mencari salah satu kontak dan langsung membuka obrolan pesan antara mereka.
[Hey, malam festival kembang api pun masih sibuk menjadi pangeran detektif di TV, ya?]
Iseng saja sebenarnya. Kebetulan tak ada yang perlu dilakukan lagi malam ini. Urusan Medjed sudah diputuskan untuk dilanjutkan besok. Ren punya waktu semalaman untuk berbincang lewat pesan.
[Kamu nonton, ya?]
Woah, itu balasan yang lebih cepat dari dugaan. Terlihat masih mengetikkan pesan lain pula.
[Tayangan itu sudah direkam lebih dulu. Jadi sekarang aku sama sekali tak di stasiun TV]
[Mau telpon? Sudah terlalu malam untuk bertemu. Tapi rasanya aku mau sedikit berbincang]
Tanpa peringatan, Ren langsung duduk tegap secara mendadak. Mengejutkan Morgana yang sebelumnya sudah nyaman berbaring di sisinya. Kucing itu sedikit mengomel dan hanya ditenangkan dengan permintaan maaf serta elusan. Atensi kembali difokuskan pada pesan yang diterima, mengetikkan balasan setelahnya.
[Boleh saja]
Tak lama, panggilan dari teman berbalas pesan itu masuk. Tentu diangkat tanpa pikir panjang. Punggung yang semula agak kaku, kini lebih rileks setelah mendengar suara familiar dari seberang.
["Selamat malam, Amamiya-kun."]
"Malam, Akechi-san. Tumben sekali."
["Haha, tumben?"] Entah bagaimana caranya, Akechi masih bisa mengontrol tawa. Padahal Ren yakin si detektif itu cukup tergelitik dengan ucapannya. Meski memang tak selucu itu. ["Yah, seperti yang kubilang, sudah terlalu malam untuk bertemu. Setidaknya keinginanku untuk berbincang bisa terpenuhi meski hanya lewat telpon. Terlalu egois, ya?"]
"Sama sekali tidak…"
Lagipula, berbincang begini cukup membuatnya tenang dan melupakan sejenak semua beban. Asal tidak membawa bahasan soal Phantom Thieves, obrolan mereka akan benar-benar layaknya antar murid SMA biasa. Meski memang terkadang menjadi sedikit berat. Namun kali ini, hal itu bisa dihindari sejenak. Lawan bicara terdengar lelah dan mengantuk pula, jika tak salah menafsirkan suara yang agak lebih pelan serta berat dari biasa.
["Kamu sepertinya ke festival kembang api. Tapi kudengar itu dibatalkan karena hujan deras."]
Ugh, kejadian buruk hari ini diingatkan kembali. Itu cukup membuatkan sebal sampai tak bisa berkomentar apa-apa lagi saat di festival tadi. "Ya… Kembang apinya sempat dinyalakan. Tapi aku tak dapat spot yang bagus untuk melihatnya dan setelah itu hujan."
Padahal ini pertama kalinya ia bisa melihat kembang api bersama. Apalagi hanya setahun berada di sini, kesempatan menikmatinya dengan suka sudah tersapu air hujan. Semakin diingat rasanya semakin menyebalkan pula.
["Kedengaran malang sekali."]
"Kau sendiri tak pergi?"
["Sulit bagiku untuk ke tempat ramai begitu. Jadi aku cukup melihat dari balkon apartemenku saja."]
"Enaknya tak kehujanan."
Tawa singkat terdengar sementara Ren hanya tersenyum kecil setelah sedikit cemburut–meski tidak dapat dilihat oleh teman bicara. Momen seperti ini terasa hangat. Bahkan sudah lupa hawa dingin di tubuh.
["Kepercayaan yang buta itu memang tak baik, ya."]
Mengernyit, berusaha dicerna ucapan tersebut. Mendadak mengganti topik? Atau melanjutkan yang selanjutnya? Mengingat ini Akechi Gorou si detektif cerdas, bisa saja yang kedua. "Ya?"
["Kudengar, setiap festival kembang api akan selalu cerah. Sepertinya orang-orang mempercayai itu. Meski ramalan cuaca mengatakan kalau memang akan hujan."]
Bingo.
["Kamu tak mengecek ramalan cuaca memangnya?"]
Ren tertawa hambar. Ia maupun teman-temannya sudah terlalu semangat untuk ke festival itu. Apalagi ini pertama kali berkumpul melihat kembang api. Mengingat bagaimana akhir rencana mereka, kesedihan yang sempat terlupakan langsung kembali menyelimuti. Refleks membawa diri kembali berbaring dan sedikit mengusak pelan wajah pada bantal.
Terdengar dehaman bingung dari seberang, tetapi tak ada ucapan yang mengiringi. Berusaha memahami untuk tak semakin 'memperburuk' suasana hati teman bicara, huh? Pandangan beralih keluar jendela, bersuara lebih dulu. "Begitulah…"
["Yah, masih ada tahun depan untuk itu, Amamiya-kun. Kupikir tak perlu khawatir begitu."]
Tahun depan, ya… Sama sekali tak ada yang salah dengan itu. Meski masa probasinya berakhir dan ia kembali ke kampung halaman, tempat ini tetap akan dikunjungi pula. Sudah menjadi tempat spesial yang tak tergantikan dengan berbagai kenangan yang ada. Tentu Akechi termasuk dalam semua itu.
Sebenarnya ragu, mengingat teman-temannya kelihatan tidak menyukai si detektif, tetapi, "Kalau begitu, tahun depan kau mau ikut, Akech-san? Katanya lebih ramai lebih bagus. Kalau kau tak keberatan."
Mengajak salah satu kenalan yang sering menjadi teman bercengkrama itu tak ada salahnya, bukan?
["Kalau teman-temanmu tak keberatan."]
Senyum kecil terukir di wajah. Tidak langsung berterus terang untuk mengiyakan, tipikal seorang Akechi Goro sekali. Salah satu hal menarik dari si rambut coklat terang itu.
"Kalau begitu, akan kuhubungi tahun depan."
["Haha, kutunggu, Amamiya-kun."]
oOo
"Ren, selamat datang kembali. Oh? Habis belanja?"
Akechi langsung mendapati sebuah kantongan besar di tangan Ren. Terlihat berisi banyak sekali. Morgana pun turun dari tas dan duduk di salah satu bangku Leblanc. Senyum penuh percaya diri yang biasa terlihat di Metaverse kini dapat dilihat pula dari pemuda berambut gelap tersebut. "Ayo lihat kembang api, Akechi."
Yang diajak mengerjap, memproses perkataan itu. Bukan tidak mengerti dengan ajakan tersebut, tetapi terlalu mendadak dan janji mereka untuk itu adalah tahun depan. Berubah pikiran, 'kah?
"Tahun depan kita tetap pergi. Tapi, um…" Ren menggantungkan ucapan. Sedikit menggaruk tengkuk yang sama sekali tak gatal. Mendadak terasa sulit untuk mengatakan apa yang ada di pikiran. Padahal secara logika, mudah saja. Akechi tidak akan menghakimi pula, pemuda itu bahkan menunggu dengan sabar dan santai. "Yah… Tahun depan urusan tahun depan. Jadi tak ada salahnya tahun ini kita melihat kembang api. Meski yang ini kecil."
Kembang api, yang biasa dimainkan anak-anak, dikeluarkan dari kantongan itu. Futaba mengajaknya menyalakan ini beberapa waktu lalu. Jujur, ia terpikirkan untuk mengajak Akechi pula. Namun langsung diurungkan, karena saat siang di hari itu, mereka berdua bertemu dan atmosfir di antara keduanya tidak begitu nyaman.
Jadilah Ren berakhir dengan mengajak sekarang saja. Meski sudah masuk musim gugur.
"Boleh saja. Aku tak keberatan."
Pangeran detektif memberikan senyuman andalan. Senang sekali bukan karena itu, tetapi ajakan diterima. Meskipun terlihat kekanakan dan memanggil semalam ini. Benar-benar bisa dibawa untuk bersenang-senang. Luar biasa sekali, rival.
Dengan begitu, semua kembang api dibawa keluar. Sojiro memberitahu pula jika ia akan memasakkan makan malam dari belanjaan tadi. Sungguh Ayah pengertian. Korek api dinyalakan dan didekatkan pada bagian yang harus dibakar. Lumayan sulit pula. Masih bisa dimainkan, 'kan?
"Tumben Morgana tak ikut."
Akechi bersuara selagi sama-sama berusaha dengan miliknya. Terlihat lebih tenang pula, padahal belum menyala sama sekali. Ren yang agak gusar, tanpa sadar menjadikan ini kompetisi, langsung teralihkan akan ucapan tersebut. "Dia tak suka kembang api atau yang lebih tepat, asapnya."
Tak lama, milik Akechi sudah mulai memercik, diiringi Ren pula. Sedikit decihan lolos dari bibir yang lebih muda. Hanya ditanggapi dengan dengusan geli. Namun akhirnya, mereka fokus pada kecantikan percikan kembang api di tangan masing-masing. Tak kalah indah dengan versi yang lebih besar.
"Aku tak pernah main kembang api dengan orang lain sebelum ke sini."
Tumben sekali yang memulai topik cerita masa lalu adalah si rambut gelap. Mungkin saja sedang dalam suasana hati untuk memberitahu. Atensi pun benar-benar diberikan padanya, sejenak mengabaikan apa yang dimainkan. "Apa karena sudah puas melihat yang lebih besar?"
Balasan yang tak terdengar menyinggung. Ucapan ditata dengan benar. Apakah ini kemampuan figur publik?
"Mungkin. Tapi aku tak punya teman yang bisa diajak main saat malam." Terdengar sedih, tetapi Ren langsung menoleh pada Akechi dengan senyum hangat. Agak mengejutkan lawan bicara. Apalagi ditambah efek nyala kembang api pada wajah rupawan itu. "Makanya aku senang kau bisa datang malam ini, Akechi."
"Bukannya teman-temanmu pasti mau kalau diajak?"
Balasan yang terlalu cepat. Seperti berusaha menepis rasa malu. Mendapat respons tawa singkat akhirnya. "Ya, memang. Tapi… kalau denganmu rasanya beda saja."
Hening menyelimuti suasana, hanya terdengar bunyi khas percikan. Beda… Ya, hal itu tidak bisa disangkal. Sama-sama dirasakan keduanya, kalau boleh jujur. Entah karena rivalitas atau apa, mereka nyaman dengan kehadiran satu sama lain. Bahkan topeng yang biasa terpasang rapat bisa lepas untuk sejenak jika menghabiskan waktu bersama.
Perasaan aneh nan… disukai.
"Tahun depan, ayo ke festival kembang api."
"Bukannya kita sudah berjanji soal itu, Ren?"
"Cuma mengingatkan~"
Keduanya bertukar tawa selagi menyalakan kembang api lagi. Sedikit berkompetisi pula siapa yang paling banyak. Meski begitu, tetap dapat dinikmati di tengah semilir angin malam. Begitu hangat menikmati waktu bersama.
Festival kembang api tahun depan akan benar-benar dinantikan.
.
.
.
.
.
Tamat
.
.
A/N: Aku baru aja mampir di fandom ini dan jatuh cinta pada si protagonis dan juga AkeShu. Aku mau liat mereka nonton kembang api bareng, huhuhu. Tapi meski sudah ditulis begini pun, aku gak bikin mereka nonton kembang api bareng astaga... Yaudah lah, haha
Mungkin aku bakal nulis AkeShu lagi. Kalau ada yang baca, kuharap kalian menikmati ini~
