CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA
Disclaimer :
Naruto Masashi Kishimoto
Chainsaw Man Tatsuki Fujimoto
Chara : Naruto U., Makima!Yandere
...
BRAK!
Naruto meringis ketika punggungnya menghantam loker siswa. tetapi, belum selesai dia merasakan sakit pada punggungnya, dia merasakan kerahnya ditarik keatas, membuatnya terasa tercekik.
"bangun, sampah! kau kan sudah kusuruh untuk membeli makanan, kenapa kau tidak melaksanakannya!"
Naruto memejamkan sebelah matanya, bibirnya terasa sulit untuk berbicara, "maaf, Ibuki-san, tapi uangku sudah habis"
Ibuki mendecih, dia kembali melempar Naruto ke samping, "si*l*n! aku tidak peduli! aku lapar, teman-temanku juga lapar, br*ng*k! aku tidak mau tau, pergi belikan kami makanan!"
DUAG!
Ibuki menendang wajah Naruto keras. membuatnya terlentang diatas lantai.
"oi, oi, Ibuki, kasian dia. haha, nanti dia melapor ke guru bagaimana?" salah satu teman Ibuki berceletuk. itu terdengar sarkas.
"kasian sekali kau, tapi lapar, bagaimana nih?"
"ha ha ha, Ibuki, jangan terlalu keras dong, nanti pesuruh kita sakit"
Meski mereka mengucapkan kalimat mengiba, tapi berbeda dengan sikap mereka yang membuli Naruto.
Teman-teman kelas mereka tidak ada yang berani menolong Naruto, karena takut pada Ibuki dan teman-temannya.
Naruto mengepalkan tangannya, dia menggertakkan giginya marah.
"si*l*n! apalagi yang kau tunggu, pergi sana!"
Ibuki menginjak punggung Naruto keras.
"ba-baik!"
Naruto segera berdiri dan menuju kantin, dia merogoh saku celananya berharap menemukan uang. sayangnya, hari ini dia benar-benar kehabisan uang.
Naruto berjalan gontai, bingung bagaimana untuk mendapatkan makanan untuk Ibuki dan teman-temannya.
Setiap mengingat perlakuan mereka, Naruto mengepalkan tangannya kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
Dia hanya ingin sekolah dengan tenang, kenapa dia harus berakhir menjadi pesuruh dan samsak tinju bagi preman sekolah, Ibuki dan teman-temannya.
"huaaa"
Naruto mengusap jantungnya yang terpacu karena hampir bertabrakan dengan seseorang di koridor sekolah.
"maaf, sensei, saya sedang melamun, maafkan saya!" tubuh Naruto bergetar pelan, dia segera meminta maaf bahwa dia hampir menabrak seorang guru yang paling terkenal seantero sekolah, Makima.
Makima menatap Naruto dari atas hingga bawah, "tegakkan tubuhmu"
Naruto menelan ludahnya susah payah, "baik, sensei" dia takut mendapat hukuman.
"ikut aku!"
Saat ini, rasanya Naruto ingin berlari menjauh, dia benar-benar takut berhadapan dengan Makima tapi dia tidak punya pilihan lain.
Makima membawa Naruto keruangannya.
"sensei, saya benar-benar meminta maaf, saya tidak mengulanginya!"
"Uzumaki-kun, lihat aku"
Dengan perasaan cemas dan takut, Naruto menatap Makima yang duduk di balik meja sambil tersenyum.
"lupakan masalah tadi, ada denganmu?"
Makima memperhatikan wajah Naruto yang babak belur dan berantakan.
Naruto gugup, "sa-saya tadi ja-jatuh sensei, yah jatuh, hehe" jawabnya dengan terbata-bata.
Makima tidak bodoh.
"jatuh, yah, hmm, dimana?"
"ehm, di– di tangga, sensei"
Makima berdiri, dia mendekati Naruto, salah satu tangannya bergerak memegangi pipi Naruto.
"kamu mencoba membohongiku, yah? terlihat jelas bekas pukulan" Makima mengelus pipi Naruto yang terlihat memar. "katakan padaku, ada yang mengganggumu?" Makima mengatakan dengan nada sedikit sugestif.
"sensei, saya..."
Makima mendekatkan wajahnya pada telinga Naruto.
"jangan takut, aku akan menolongmu"
Naruto memperhatikan wajah Makima yang tersenyum tipis. dia menggigit bibir bawahnya, dia membuang wajahnya.
"sa-saya..."
Makima menyusuri wajah Naruto dengan jarinya dengan gerakan sedikit menggoda, tangannya menarik dagunya agar wajahnya menatapnya.
"Uzumaki-kun, lihat aku"
Untuk pertama kalinya, Naruto melihat sesuatu yang berbeda dari guru yang terkenal ramah itu di balik wajah rupawannya. senyuman yang menakutkan.
"setelah ini, aku berjanji agar orang yang menyakitimu, tidak lagi melukaimu" Makima menarik Naruto masuk kedalam rengkuhannya, "katakan saja siapa?" Makima berbisik sugestif.
Naruto kalah.
"Ibuki dan teman-temannya, mereka mengganggu saya, mereka memukuli saya dan selalu berbuat seenaknya pada saya" Naruto ingin menangis, tidak kuat menghadapi perlakuan abusive dari teman-teman sekelasnya.
"sensei, saya ingin pindah"
Makima melebarkan matanya mendengar itu, senyumnya luntur, dia mendorong tubuh Naruto dipelukannya, tangan kirinya mengusap kepala Naruto dengan lembut.
"tenang, Uzumaki-kun, tenang..." kini suara Makima bagaikan simfoni indah di telinga Naruto, "setelah ini serahkan semuanya padaku"
Makima membiarkan Naruto bersandar di bahunya, dia tidak berhenti mengusap kepalanya.
"tapi kau harus berjanji agar tidak meninggalkanku, mengerti?"
Naruto tidak tau, yang dia tau hanya perlu menyetujui ucapan Makima.
"yah, sensei"
Makima tersenyum lebar, dia mengarahkan pandangannya lurus kedepan. Naruto melewatkan bagaimana wajah Makima menjadi gelap, sementara matanya kuningnya bersinar terang.
"setelah ini, kita berdua harus hidup bersama"
Suara Makima terdengar begitu menggema lurus di kepala Naruto.
Sekolah di gegerkan dengan berita hilangnya Ibuki dan teman-temannya secara misterius. para orang tua dan polisi di kerahkan mencarinya namun nihil, tak ada yang bisa menemukan mereka.
Banyak yang tuduhan yang mengarah pada Naruto karena mereka selalu membulinya namun polisi tidak bisa membuktikan apa-apa. mereka akhirnya membebaskan Naruto karena tidak ada bukti yang mengarah padanya.
Naruto juga heran melihat mereka yang hilang tiba-tiba. padahal seminggu yang lalu, dia dipukuli oleh Ibuki untuk membeli makanan, namun dia malah terbangun di uks, katanya dia dia ditemukan di samping tangga, tidak sadarkan diri.
Aneh, tapi dia merasa bertemu Makima dan bahkan gurunya itu juga memeluknya.
Dia ingin menceritakannya tapi mungkin tidak ada yang mempercayainya secara Makima adalah guru yang disegani karena sikap dan kepopulerannya yang tegas.
Lewat sepuluh hari sejak hilangnya Ibuki dan teman-temannya.
Naruto mendapat sebuah pesan dari Makima. di dalam pesannya, dia disuruh ke rumah Makima tanpa alasan yang jelas.
Naruto sebenarnya tapi mengingat Makima wali kelasnya, mungkin gurunya itu ingin membahas terkait nilainya.
"sensei?"
Naruto membuka pintu rumah Makima yang tidak terkunci, bukannya tidak bermaksud tidak sopan tetapi Makima sendiri yang menyuruhnya untuk masuk begitu dia tiba.
Tapi Naruto merasa aneh, rumah Makima terasa sepi ditambah lagi hawa rumah Makima terasa begitu dingin.
Naruto berjalan masuk ke dalam, mencari Makima. hingga tibalah dia di sebuah ruangan yang cukup aneh. ruangan itu di tutupi oleh pintu besi.
Secara naluriah, insting Naruto tergerak membukanya. meski ragu, Naruto mungkin mendapat petunjuk keberadaan Makima.
Naruto menelan ludahnya susah payah, dia mencoba mendorong pintu yang terasa sedikit berat.
Hal pertama ketika dia membukanya adalah bau amis yang begitu menyengat dan suasana gelap yang ditangkap oleh indra penglihatannya.
Naruto memberanikan dirinya untuk masuk kedalam.
"sensei?" Naruto belum menyerah mencari gurunya, dia terus masuk ke dalam
Hingga, tubuhnya terasa kaku bagaikan patung, matanya melebar ketakutan, mulutnya terasa membisu...
Di depannya...
Makima menoleh dan tersenyum manis pada Naruto.
"kau sudah sampai, yah... Naruto-kun?"
Setengah wajah Makima di penuhi darah, bukan darahnya... melainkan darah orang-orang yang tergeletak di sampingnya yang sudah tidak bernyawa dengan keadaan tubuh penuh darah dan tampak luka mengerikan di sekujur tubuhnya.
Naruto jatuh terduduk, wajahnya benar-benar di penuhi ketakutan yang amat sangat.
Dia tau siapa mereka.
Itu adalah Ibuki dan teman-temannya.
Makima terlihat menikmatinya, dia membuang wajahnya malu-malu.
"sesuai katamu, jika aku menyingkirkan mereka, kita bisa hidup bersama, kan?"
Makima menyeringai lebar pada Naruto.
Naruto sudah merasakan jiwanya tidak berada lagi di dalam tubuhnya...
"AAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH"
Pemandangan mengerikan yang akan menghantui Naruto di setiap mimpi buruknya setelah malam ini.
