Chapter 1

Warning: Rate M for lemon scene. Ini adalah fanfiction tentang femdom(female domination), BDSM(Singkatnya disini akan ada adegan kekerasan seksual), Reverse Anal(adalah adegan anal tapi yang melakukan adalah character perempuan kepada character laki-laki), fetish gloves, fetish stocking, fetish boots, paizuri, blowjob, handjob, ruin orgasm, cerita melenceng dari genre dan summary(maybe), dsb. If you don't like it, please don't read it(Jika anda tidak suka, maka jangan dibaca).

Pair: NarutoX?

Let the story begin...

Siang hari di sebuah kota yang bernama Konoha...

Di salah satu kamar yang berada di sebuah apartemen yang bisa terbilang mewah, terlihat seorang wanita bersurai merah sepunggung sedang mengacak-acak kamar yang awalnya terlihat rapi. Paras cantik serta iris hijaunya terlihat seperti seseorang yang dilanda kepanikan, sepertinya ia sedang mengalami sebuah tekanan dalam hidupnya.

Wanita tersebut bukanlah pencuri yang datang kedalam kamar tersebut untuk mengambil benda berharga, melainkan dirinya adalah penghuni apartemen tersebut. Ia terlihat membongkar satu-persatu laci yang ada di dalam kamar tersebut seperti sedang mencari sesuatu.

"Ah... Ini dia." Ucap perempuan tersebut saat ia berhasil menemukan apa yang ia cari. Irisnya yang awalnya terlihat penuh dengan kepanikan kini terlihat sedikit tenang.

Perempuan tersebut terlihat mengambil beberapa dokumen yang ada di dalam laci yang barusaja ia buka dan langsung berlalu keluar untuk menuju ruang bagian depan apartemen yang bisa dibilang luas tersebut.

Di tangan kanan wanita dengan kisaran usia 40 tahunan tersebut, terlihat beberapa dokumen yang terbugkus rapi. Ia terlihat menggenggam erat dokumen-dokumen tersebut sambil berjalan secepat yang ia bisa untuk menuju ruang tamu apartemen.

Saat ia sampai di ruang tamu apartemennya, ia terlihat langsung mendudukkan dirinya diatas sofa yang paling panjang di dalam ruangan tersebut.

Seorang pria dengan surai coklat sepunggung dan beriris lavender terlihat sedang duduk dengan tenang dihadapan wanita yang barusaja mendudukkan dirinya. Pria tersebut terlihat memakai setelan rapi dan jas berwarna hitam. Kisaran usia pria tersebut mungkin sekitar 20 tahunan. Wajah tampannya tidak menunjukkan emosi apapun saat ia melihat wanita bersurai merah di depannya duduk didapannya.

"Ini semua adalah sisa aset dari perusahaan Namikaze, Hyuuga san." Ucap sang wanita sambil menaruh semua dokumen yang tadi ia bawa ke atas meja yang menjadi pemisah dirinya dengan sosok laki-laki di depannya.

Tangan lentik wanita tersebut terlihat mendorong pelan semua berkas yang ia letakkan di atas meja ke arah pria didepannya.

Sang pria tidak menjawab ucapan wanita yang ada di depannya. Ia terlihat mengulurkan tangan kanannya saat sang perempuan telah menarik tangannya dari berkas yang ada di depannya.

Ia terlihat membuka satu-persatu berkas yang tadi disodorkan padanya. Iris lavendernya yang tidak memiliki pupil terlihat bergerak perlahan saat membaca setiap kata yang tertulis di dalam berkas yang ia pegang.

Setelah ucapan wanita bersurai merah tadi, ruang tamu apartemen yang bisa dibilang luas tersebut langsung diliputi keheningan.

Beberapa jam kemudian...

Hari terlihat mulai menginjak sore, tapi keheningan masih menyelimuti kedua manusia berbeda gender dan usia tersebut.

"Hm, kurasa ini semua cukup, nona Namikaze." Ucap sang pria setelah ia selesai membaca satu persatu berkas yang tadi disodorkan oleh wanita yang ada di depannya.

"Dengan begini hutang yang ditinggalkan oleh mendiang suamimu kepada perusahaan Hyuuga, akan dianggap lunas." Ucap lelaki tadi dengan suara baritonnya yang terdengar sangat tegas.

"Kalau begitu, saya pamit undur diri dulu." Ucap pria tersebut sambil berdiri dari posisi duduknya dan membawa semua berkas yang tadi ia baca. Setelah itu, ia terlihat berjalan dengan langkah tenang untuk menuju pintu utama apartemen.

"Biar saya antarkan anda sampai kedepan, Hyuuga san." Ucap sang wanita bersurai merah sambil berdiri dari duduknya dan mengikuti langkah sang pria yang sudah berlalu dari ruang tamu terlebih dahulu.

Tidak butuh waktu lama, kedua orang tadi terlihat sudah sampai di bagian depan apartemen, lebih tepatnya di dekat pintu utama apartemen.

"Terima kasih atas kerjasamanya, nona Namikaze." Ucap sang pria sambil membungkuk hormat kepada wanita yang tadi mengikutinya. Setelah itu, ia terlihat membalikkan badannya dan mengulurkan tangan kirinya untuk memegang gagang pintu apartemen.

Cklek

"Aku pulang." Saat si pria akan membuka pintu apartemen, tiba-tiba pintu yang saat ini sudah ada di depannya terbuka sendiri disusul suara seorang anak laki-laki yang bisa dibilang cukup keras. Beberapa saat kemudian, terlihat seorang anak laki-laki dengan kisaran usia sekitar 13 tahunan masuk kedalam apartemen dan berpapasan dengannya.

Anak laki-laki yang barusaja tiba tersebut terlihat mengenakan seragam anak SMP. Di bagian dada kanannya terlihat lambang SMP Konoha. Anak laki-laki tersebut langsung menghentikan langkahnya saat ia hampir menabrak pria yang ada di depannya.

"Ah... maafkan aku tuan." Ucap si anak laki-laki tadi sambil membungkukkan badannya saat ia hampir menabrak sosok di depannya.

"Hn." Sang lelaki hanya bergumam sambil menganggukkan kepalanya setelah ia mendengar permintaan maaf dari sang pemuda. Setelah itu, ia baru keluar dari apartemen mewah tersebut.

Sang wanita langsung menghela nafas panjang setelah kepergian pria beriris lavender tadi. Ia terlihat memandang sosok pemuda yang ada di depannya dengan pandangan kosong dan susah dimengerti.

"Kaa chan, aku pulang." Ucap sang pemuda lagi saat ia tidak mendapat sahutan apapun dari sosok yang ternyata adalah ibunya sendiri.

Meskipun sang pemuda telah mengulang kalimatnya, wanita tersebut tetap tidak memberikan sahutan. Wanita tersebut masih memandang sang pemuda dengan pandangannya seperti tadi.

"Kaa chan, kau tidak apa-apa kan?" Tanya sang pemuda saat ia tidak mendapat sahutan apapun dari sosok yang saat ini berdiri di depannya.

Meskipun ditanya seperti itu, sang wanita dengan surai merah tersebut masih tetap setia dengan diamnya. Kemudian, ia terlihat langsung membalikkan badannya dan langsung masuk kembali ke bagian dalam apartemen tempatnya tinggal.

Ia terlihat berjalan dengan langkah yang pelan untuk menuju kamarnya yang tadi ia acak-acak.

Cklek BRAKKK

Saat sang wanita telah sampai di depan kamarnya, ia terlihat langsung membuka pintu yang ada di depannya dan langsung menutupnya dengan keras saat ia sudah berada di dalam.

'Akhir-akhir ini kaa chan bertingkah aneh...' Ucap sang pemuda dalam hatinya yang melihat ibunya yang seolah tidak peduli pada dirinya. Pikirannya yang masih belum mengertipun membuatnya hanya mengangkat kedua bahunya setelah itu, ia langsung masuk kebagian dalam apartemen lebih tepatnya menuju kamarnya.

'Semoga saja setelah ini ibu akan baikan.' Ucap sang pemuda dengan surai kuning tersebut masih dalam hatinya saat ia melewati kamar yang tadi dimasuki oleh ibunya. Setelah itu, ia terlihat berlalu darisana lalu masuk ke sebuah kamar lain yang tidak jauh darisana. Di pintu kamar yang baru dimasuki pemuda barusan, terdapat tulisan "Naruto".

Ckrak

Setelah pemuda tadi memasuki kamarnya, terdengar suara pintu terkunci dari kamar yang dimasuki oleh ibunya.

Wanita bersurai merah tadi saat ini terlihat sedang berdiri sambil menyandarkan punggungnya di daun pintu kamarnya. Ia mengedarkan iris hijaunya untuk melihat seisi kamarnya yang terlihat sangat kacau seperti baru diterjang angin topan.

"Dasar lelaki brengsek tidak bertanggung jawab." Ucap wanita tersebut pada dirinya sendiri.

Setelah berkata demikian, tubuhnya yang masih menyandar di daun pintu terlihat merosot keatas lantai kamar. Kini ia terlihat memandang langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong.

Beberapa saat kemudian...

Setelah puas memandang langit-langit kamarnya, wanita tersebut terlihat berdiri dari posisinya saat ini dan berjalan menuju kasur king size yang ada di dalam ruangan tersebut.

Ia terlihat langsung mendudukkan dirinya di tepi kasur king size itu. Kemudian tangan kanannya terlihat terulur ke laci meja yang ada di dekatnya.

Srettt

Wanita itu langsung menarik atau lebih tepatnya membuka laci meja yang ada di dekat kasur tempatnya duduk saat ini. Kemudian tangannya yang tadi ia gunakan untuk membuka laci terlihat menarik keluar sebuah botol dengan ukuran cukup besar bertuliskan sake dari dalam laci tersebut.

Ia terlihat langsung membuka tutup botol yang ia pegang dan langsung menenggak minuman keras tersebut dalam jumlah yang cukup banyak.

"Uahhh..." Wanita tersebut langsung menghela nafas panjang sesaat setelah ia menenggak minuman keras yang ia pegang. Wajah cantiknya yang memiliki kulit putih bersih kini terlihat memerah setelah ia meminum isi dari botol yang ia pegang.

Iris hijaunya terlihat memandang sebuah bingkai foto yang terletak di atas meja. Di dalam bingkai tersebut terlihat foto tiga orang yang sedang menampilkan senyuman lebar masing-masing.

Di dalam foto tersebut terlihat seorang pria dengan kisaran usia tidak jauh darinya dengan surai kuning sedang memasang senyum lebar. Di sebelah pria tadi terlihat sosok wanita tersebut yang juga melakukan hal yang sama. Dan diantara mereka berdua, ada seorang bocah laki-laki yang berusia sekitar 7 tahunan tersenyum paling lebar hingga kedua matanya terlihat seperti tertutup.

Tiba-tiba iris hijau wanita tersebut terlihat langsung dipenuhi amarah setelah memandang foto tersebut.

SREETTT PRANGGG

Terlihat wanita cantik tersebut langsung mengambil foto tadi dan langsung melemparkannya ke arah dinding kamar. Akibat perbuatannya, kaca yang melindungi foto langsung pecah dan langsung berceceran diatas lantai kamar.

"Dasar lelaki brengsek..." Ucap wanita tersebut pada dirinya sendiri. Setelah itu ia terlihat menenggak minuman keras yang masih ia pegang.

"Seharusnya kau meninggalkan kesan baik untuk keluargamu..." Ucap wanita tadi masih pada dirinya sendiri setelah ia menenggak habis sake yang ia ambil dalam beberapa tegukan saja.

PRANGGG

"...Bukannya mati dengan meninggalkan HUTANG YANG TAK TAHU KAPAN HABISNYA!" Lanjut wanita tersebut berteriak histeris sambil melemparkan botol kosong yang ia pegang ke arah dinding kamar tempatnya tadi melemparkan foto.

Brukkk

Setelah puas melampiaskan amarahnya, wanita tersebut langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur yang ia duduki. Wajahnya terlihat sangat memerah karena mabuk. Deru nafasnya terdengar memburu akibat pelampiasannya barusan.

DUAK DUAK DUAK

"KAA CHAN, KAA CHAN, KAU TIDAK APA-APA KAN?!" Tepat setelah wanita tadi menghempaskan tubuhnya ke atas kasur tempatnya duduk, pintu kamar yang tadi ia kunci terdengar digedor oleh putranya. Suara putranya yang terdengar panik bisa terdengar di sela suara gedoran di pintu kamar tempatnya saat ini berbaring.

"KAA CHAN INGIN BERISTIRAHAT, NARUTO!" Sang wanita terdengar kembali mengeluarkan teriakannya saat gedoran di pintu kamarnya tidak kunjung berhenti.

"JADI BERHENTILAH MENGGEDOR PINTU!" Lanjut wanita dengan surai merah tersebut masih berteriak tanpa memandang ke arah pintu kamarnya.

Naruto yang berada di luar langsung menghentikan gerakan menggedornya. Tangan kanannya yang bisa dibilang langsing terlihat langsung terkulai lemas di samping tubuhnya. Sementar tangan kanannya terlihat masih memegang pintu kamar tempat ibunya berada.

Setelah tak mendengar suara gedoran di pintu kamarnya, wanita tadi terlihat menutup wajah cantiknya dengan lengan tangan kanannya.

Oh ya, wanita tersebut bernama Namikaze Khusina. Dia adalah istri dari mendiang Namikaze Minato yang memiliki kekayaan melimpah serta perusahaan besar yang terkenal di kota Konoha.

Kushina sendiri awalnya adalah perempuan lembut dan baik hati. Terkadang memang wanita tersebut menunjukkan sisi kasarnya ke anak semata wayangnya atau mendiang suaminya jika salah satu dari mereka melakukan kesalahan, akan tetapi sisi kasar tersebut tidaklah lebih dari teguran dengan nada tegas saja. Apabila mereka meminta maaf kepadanya, wanita cantik tersebut pasti akan memaafkan mereka dan melupakan masalah yang membuatnya marah.

Akan tetapi semua sifat lembut wanita tersebut kini telah menghilang.

Semua sifat wanita dengan surai merah tersebut langsung berubah 180 derajat sejak kematian mendiang suaminya.

Wanita tersebut sangat mempercayai mendiang suaminya. Ia selalu percaya dengan semua ucapan manis yang diucapkan oleh lelaki yang memiliki paras seperti putranya tersebut semasa hidupnya.

Akan tetapi, semua kepercayaannya langsung pupus sesaat setelah suaminya meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

Ternyata Namikaze Minato, terlilit hutang yang sangat besar kepada beberapa perusahaan ternama serta beberapa bank besar di kota Konoha.

Dan lelaki yang dikenal ramah tersebut meninggal terlebih dahulu sebelum ia sempat melunasi hutang-hutangnya yang entah seberapa banyak.

Para debt collector, pegawai perusahaan, bahkan beberapa pemilik perusahaan datang silih berganti ke kediamannya untuk menagih hutang yang ditinggalkan oleh mendiang suaminya.

Kushina yang tidak pernah menyangka hal tersebut sampai harus merelakan semua perhiasannya serta tabungannya.

Bahkan saham-saham dengan nilai tinggi milik perusahaan Namikaze masih juga belum cukup untuk menutup semua hutang tersebut.

Ia kini sedang menghadapi tekanan mental yang luar biasa. Kehidupan kecil dan bahagianya berubah menjadi mimpi buruk tak berujung yang entah kapan akan berhenti menghantuinya.

Bukan hanya aset serta tabungannya yang ia jual. Ia bahkan juga sudah menjual dirinya sendiri entah untuk yang keberapa kalinya kepada pemilik perusahaan yang datang menagih hutang mendiang suaminya.

Dan dokumen yang ia serahkan kepada lelaki bermarga Hyuuga tadi adalah aset terakhir dari perusahaan milik keluarga Namikaze.

Kushina harus merelakan aset terakhir perusahaan Namikaze karena rayuannya tidak mempan terhadap lelaki dengan paras tegas serta kaku tersebut.

Kini ia tidak memiliki apapun lagi selain apartemen tempatnya tinggal serta seorang putra yang juga masih harus ia biayai hidupnya entah bagaimana.

Jika ada yang menagih hutang lagi, maka ia harus siap untuk menjadi gelandangan. Ia sudah lelah jika harus terus-terusan menjual dirinya kepada beberapa pemilik perusahaan berwajah mesum yang datang menagihnya.

Pikirannya semakin tertekan saat ia memikirkan bagaimana jika putranya tahu jika dia telah menjual dirinya kepada beberapa pemilik perusahaan hanya untuk melunasi hutang yang ditinggalkan oleh ayahnya.

Karena pikirannya yang sangat kalut serta efek dari alkohol yang ia minum tadi, Kushina akhirnya terlelap dengan posisi kakinya yang masih menggantung di sisi kasur.

Lalu bagaimana dengan Naruto...

Remaja tersebut tidak tahu menahu tentang hutang yang ditinggalkan oleh mendiang ayahnya.

Remaja tersebut hanya tahu jika terkadang ada beberapa tamu yang sering datang ke tempatnya tinggal. Bahkan dari beberapa tamu tersebut, ada beberapa di antara mereka yang sampai menginap.

Pikirannya masih terlalu polos untuk memikirkan urusan dewasa seperti itu, jadi sejauh yang ia tahu, sifat ibunya berubah tapi ia tidak tahu apa yang menyebabkan hal tersebut.

Sementara itu di tempat Naruto berada saat ini...

Remaja dengan usia sekitar 13 tahunan tersebut terlihat masih berdiri diam di depan kamar ibunya yang tadi membentaknya.

Matanya terlihat membengkak dan juga ada jejak air mata yang mengering di pipinya yang memiliki 3 garis di masing-masing sisinya. Iris birunya terlihat sedikit meredup, sangat jauh berbeda dengan dirinya sesaat setelah pulang tadi.

Setelah berdiri cukup lama, akhirnya remaja tersebut meninggalkan pintu kamar ibunya dan melangkahkan kedua kakinya dengan yang lemas untuk menuju kamarnya sendiri.

Cklek

Naruto langsung membuka pintu kamarnya saat ia sudah berada disana. Setelah itu, ia langsung memasuki kamarnya dan menutupnya dengan perlahan.

Kruukkkk

Tepat setelah remaja bersurai kuning tersebut menutup pintu, terdengar suara perutnya yang meminta untuk diisi.

Ia memandang keadaan sunyi malam hari dari jendela kamarnya sambil memegangi perutnya dengan tangan kanannya.

Tatapan iris birunya masih terlihat redup dan memandang kosong pemandangan yang seharusnya terlihat indah diluar kamarnya saat ini. Langit malam yang ditaburi oleh ribuan bintang serta bulan berbentuk setengah lingkaran tidak membuatnya kagum sedikitpun.

"Sepertinya aku akan melewatkan makan malam hari ini." Ucapnya pada dirinya sendiri. Lalu ia terlihat melangkahkan kedua kakinya yang ia rasakan lebih berat dari sebelumnya untuk menuju kasurnya yang cukup untuk dua orang.

Saat ia sudah berada di atas kasur, remaja tersebut langsung menutupi tubuhnya menggunakan selimut hingga ke dadanya dan langsung menutup kedua iris birunya yang meredup.

"Apa yang sebenarnya telah terjadi?" Ucap Naruto pelan pada keheningan kamarnya sebelum ia benar-benar terbuai oleh mimpinya.

Skip time

Keesokan paginya...

Ting tong~

Naruto perlahan membuka kedua iris birunya yang tertutup saat telinganya mendengar suara bel apartemen tempatnya tinggal ditekan oleh seseorang.

Akan tetapi ia terlalu lemas bahkan hanya untuk sekedar menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Mungkin ini dikarenakan pemuda tersebut tidak makan malam dan lebih memilih langsung mengistirahatkan tubuh serta pikirannya yang lelah.

Ting tong~

Suara bel apartemen terdengar menggema di dalam apartemen sekali lagi. Sepertinya sang tamu menekan tombol bel apartemen tersebut karena tidak mendapatkan respon apapun dari sang penghuni.

Akhirnya Naruto berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkan selimut yang menutupi dirinya setelah ia mendengar bel apartemennya ditekan sekali lagi oleh sang tamu. Setelah menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, remaja tersebut terlihat mendudukkan dirinya di tepi kasur tempatnya tidur lalu mengalihkan iris birunya yang masih redup ke arah jam di dinding kamarnya.

"Hah?! Siapa yang bertamu sepagi ini?" Naruto langsung sedikit terkejut saat iris biru redup miliknya melihat jam di dinding kamarnya yang masih menunjukkan pukul 05:33 waktu setempat.

Ting tong~

Rasa terkejutnya tidak bertahan lama saat telinganya kembali mendengar suara bel untuk yang ketiga kalinya pagi itu. Ia langsung melangkahkan kedua kakinya untuk menuju pintu kamarnya meski dengan susah payah.

Remaja tersebut langsung meninggalkan kamarnya dan langsung menuju pintu utama apartemen untuk membukakan pintu untuk sang tamu. Meskipun ia merasa jika kedua kakinya telah sangat berat, remaja tersebut tetap memaksakannya untuk berjalan menuju pintu utama apartemen tempatnya tinggal bersama ibunya.

Naruto terlihat sedikit melambatkan gerakan kakinya saat ia melewati pintu kamar tempat Kushina beristirahat saat ini. Remaja tersebut terlihat menaruh tangan kanannya di depan pintu kamar ibunya untuk sesaat sebelum melanjutkan langkahnya untuk menuju pintu utama apartemen.

Sementara di depan pintu apartemen tempat Naruto tinggal, terlihat seorang wanita dengan tubuh yang bisa dibilang indah sedang berdiri dengan tenang. Tubuhnya yang indah terlihat tertutup oleh sebuah jubah berwarna hitam yang menutupinya hingga ke mata kakinya. Jubah yang dikenakan wanita tersebut terlihat sangat elegan. Kedua iris matanya tertutup oleh kacamata berwarna hitam dan rambut hitamnya memiliki gaya pony tail.

Kaki indah wanita itu ditutup oleh sepasang sepatu boot panjang yang menutupinya hingga kepahanya. Dan kedua tangan indah yang memiliki jari lentik miliknya terlihat terbungkus oleh sarung tangan hingga kesikunya. Sarung tangan yang ia kenakan memiliki warna senada dengan jubah serta sepatu boot yang ia kenakan saat ini.

Cklek

Perempuan tersebut terlihat akan memencet bel untuk yang keempat kalinya, tapi ia langsung mengurungkan niatnya saat matanya yang tertutup oleh kacamata hitam melihat pintu di depannya telah dibuka oleh Naruto.

Naruto tidak langsung membuka pintu apartemennya sepenuhnya. Ia terlihat melongokkan kepalanya dari sela pintu apartemen untuk melihat siapa yang datang bertamu pagi-pagi begini.

DEG

Jantung Naruto langsung terasa seperti melompat dari dadanya saat iris birunya yang meredup melihat sosok tamu yang berada didepan pintu apartemennya. Ia merasakan hawa keberadaan aneh dari perempuan yang saat ini berdiri di depan pintu yang setengah ia buka saat ini.

Perempuan tersebut memandang Naruto seolah menunggu remaja tersebut untuk membukakan pintu apartemen tempat ia tinggal sepenuhnya.

SRETTT TAP

Bukannya membuka pintu yang saat ini ia pegang, Naruto malah ingin menutup kembali pintu apartemennya sesaat ia melihat sang tamu. Seolah sudah menduga hal tersebut, perempuan berpakaian serba hitam tadi terlihat sudah menahan pintu yang akan ditutup oleh Naruto dengan salah satu tangannya yang tertutup sarung tangan.

Iris mata Naruto terlihat bergetar hebat saat menyadari jika ia tidak bisa menutup kembali pintu apartemen tempatnya tinggal. Ia terlihat berusaha lebih keras, tapi pintu yang ia pegang dengan kedua tangannya tidak bergerak sedikitpun.

"Hey boy~, bukannya itu adalah tindakan yang tidak sopan?" Tanya sang perempuan yang datang bertamu tersebut dengan suaranya yang terdengar merdu dan menggoda.

DEG

Kali ini Naruto langsung merinding saat ia mendengar suara merdu perempuan yang datang bertamu ke apartemennya. Jantungnya juga berdegup lebih kencang dari sebelumnya setelah ia mendengar suara perempuan tersebut. Hawa keberadaan aneh yang ia rasakan semakin membuat pikirannya kacau. Entah mengapa remaja tersebut tidak mau membukakan pintu apartemennya untuk perempuan yang datang bertamu tersebut.

Srettt

Dengan gerakan menarik yang terlihat santai, perempuan tadi terlihat membuka pintu yang berusaha ditahan Naruto menggunakan kedua tangannya. Perempuan tersebut menarik pintu apartemen tersebut dengan sangat mudah. Mungkin semudah ia mengambil permen dari seorang anak kecil.

Naruto yang masih berusaha menahan pintu apartemennya akhirnya ikut tertarik bersamaan dengan terbukanya pintu apartemen.

"Boy~, jawab pertanyaanku jika kau tidak ingin aku membuatmu menyesal." Ucap sang perempuan yang datang bertamu tersebut dengan nada suara yang terdengar santai.

Naruto langsung melepaskan genggaman kedua tangannya dari gagang pintu yang masih ia pegang. Setelah itu, remaja dengan surai emas tersebut terlihat berusaha menjauh dari perempuan tersebut dengan kedua tangannya yang ia gunakan sebagai pengganti kakinya yang saat ini terlihat bergetar.

Perempuan tersebut terlihat memasuki bagian depan apartemen untuk mendekati Naruto yang malah menjauhi dirinya.

Tep

"Apa kau dengar dengan ucapanku barusan, boy~?" Tanya sang perempuan sambil mencengkram kedua sisi pipi Naruto dengan menggunakan jari lentik tangan kanannya yang terbungkus sarung tangan.

Naruto langsung menganggukkan kepalanya yang saat ini dibanjiri oleh keringat karena ketakutan yang merayapi dirinya. Rasa takutnya semakin menjadi-jadi saat iris birunya melihat perempuan tersebut sudah masuk kedalam apartemennya dan saat ini sedang mencengkram wajahnya dengan tangannya yang masih terbungkus sarung tangan berwarna hitam.

"Hm, bagus~" Ucap sang perempuan tadi dengan nada yang terdengar puas. Kemudian perempuan tersebut langsung melepaskan cengkramannya dari wajah Naruto dan membuat sang remaja langsung terduduk lemas diatas lantai apartemennya.

Setelah itu, ia terlihat memandang area sekitarnya untuk sesaat sebelum ia menaikkan kacamata hitam yang ia kenakan ke atas rambutnya.

"Benarkah ini kediaman mendiang Namikaze Minato, Boy~?" Lagi-lagi perempuan tersebut melontarkan pertanyaan dengan nada santai ke arah Naruto.

Naruto langsung membeku di tempatnya duduk saat ini ketika ia melihat paras cantik perempuan yang tadi membuatnya ketakutan luar biasa. Ia tidak menyangka jika perempuan tersebut memiliki wajah yang menurutnya sangat cantik. Saking terpakunya dirinya dengan paras cantik perempuan tersebut, ia sampai tidak mendengar pertanyaan yang barusaja ditujukan untuknya. Bahkan di wajahnya saat ini terlihat semburat merah yang seolah membelah wajah tampannya.

Iris hijau perempuan bersurai hitam tersebut terlihat memandang Naruto dengan tatapan tajam saat ia tidak mendengar jawaban dari remaja yang tadi ia buat ketakutan.

"HEY-" Perempuan tersebut tidak melanjutkan kata-katanya yang bernada marah saat iris hiijaunya yang indah melihat rona merah di wajah Naruto yang saat ini malah terpaku memandang dirinya lebih tepatnya wajah cantiknya.

Perempuan tersebut terlihat diam selama beberapa saat, sebelum akhirnya sebuah senyuman aneh terukir di wajah cantiknya. Entah apa yang sedang ia pikirkan, tapi sepertinya perempuan tersebut sedang memikirkan sesuatu yang tidak akan berakhir baik untuk sang remaja yang barusaja menginjak masa sekolah menengah pertama tersebut.

'Oops, sepertinya kebiasaan burukku mulai kambuh.' Ucap sang perempuan cantik tersebut dalam hatinya sambil menutup mulutnya yang masih menampilkan senyuman aneh di wajah cantiknya dengan salah satu tangannya yang terbungkus sarung tangan.

Iris biru Naruto memandang iris hijau tamu misterius di depannya dengan pandangan kagum. Sepertinya remaja tersebut tidak menyangka jika perempuan yang tadinya membuatnya ketakutan memiliki paras cantik bak model bahkan mungkin seperti artis yang sering tayang di drama sore hari.

Akhirnya keheningan menyelimuti bagian depan apartemen tempat tinggal keluarga Namikaze. Mereka hanya saling menatap satu sama lain tanpa mengucapkan apapun. Naruto yang sepertinya terjebak dengan rasa kagumnya, sementara sang tamu yang masih menutup mulutnya yang masih menampilkan senyuman anehnya.

"Naruto, siapa yang datang bertamu?" Setelah hening selama beberapa saat, tiba-tiba terdengar suara Kushina yang memecah keheningan diantara Naruto dan sang tamu misterius yang masih berdiri di dekat pintu masuk apartemen.

Kedua insan berbeda gender dan usia yang bisa dibilang tepaut cukup jauh tersebut langsung tersentak dari lamunan mereka setelah mereka mendengar suara Kushina barusan.

Naruto langsung berdiri dari posisinya yang terduduk di atas lantai dan langsung memandang ke asal suara. Semburat merah di wajahnya masih setia bertengger diwajahnya. Sementara sang tamu langsung menyingkirkan tangannya dari wajahnya dan menampilkan ekspresi yang ia buat sebiasa mungkin.

Kushina hanya melihat Naruto sekilas, setelah itu ia mengalihkan iris hijaunya untuk memandang sosok perempuan yang saat ini masih berdiri tidak jauh dari pintu masuk apartemen tempatnya tinggal. Sepertinya ia tidak begitu peduli dengan apa yang barusaja menimpa anak semata wayangnya.

"Siapa anda, Nona? Dan ada keperluan apa anda datang kemari?" Tanya Kushina beruntun pada sang tamu misterius dengan nada yang ia buat setenang mungkin. Sepertinya wanita dengan surai merah tersebut berusaha mati-matian menahan amarahnya kepada mendiang suaminya yang masih belum padam sejak semalam.

"Apakah anda yang nona Namikaze Kushina, istri dari mendiang Namikaze Minato?" Tanya balik sang perempuan dengan nada yang terdengar sangat tenang.

Mood Kushina semakin memburuk saat pertanyaan yang ia lontarkan malah dijawab dengan pertanyaan lain. Saat ini wanita tersebut bagaikan sebuah kobaran api yang malah disiram dengan bensin. Kedua tangannya juga terlihat mengepal di sisi tubuhnya yang langsing.

Kushina terlihat berusaha mengatur nafasnya yang sesaat terdengar memburu akibat hampir kelepasan. Kedua tangannya yang tadi tergenggam mulai terlihat terbuka seiring dengan nafasnya yang kembali teratur.

"Itu benar, saya adalah istri dari mendiang Namikaze Minato." Jawab Kushina yang sudah kembali tenang. 'Dan mungkin lelaki terburuk yang pernah kutemui seumur hidupku!' Lanjut Kushina dalam hatinya.

"Jadi ada keperluan apa anda kemari, nona?" Lanjut Kushina sambil menampilkan senyuman manis di wajah cantiknya tapi aura yang terpancar dari balik punggung wanita tersebut menunjukkan sebaliknya. Sepertinya perempuan tersebut sangat kesal dengan keberadaan tamu yang datang pagi-pagi tersebut.

"Maaf atas ketidak sopanan saya, nona Namikaze." Ucap sang tamu dengan nada yang penuh dengan rasa hormat sambil membunggkukkan badannya 90 derajat dihadapan Kushina serta Naruto. "Perkenalkan nama saya adalah Nadeshiko Shizuka. Saya adalah presiden perusahaan Nadeshiko." Lanjut sang tamu masih dengan nada yang sama sambil mengangkat tubuhnya yang membungkuk.

DUARRR

Kushina serasa disambar petir disiang bolong saat indra pendengarannya mendengar perkenalan singkat dari sosok perempuan di depannya. Aura tidak bersahabatnya yang tadi menguar dari dirinya langsung lenyap seketika.

'Na-Nadeshiko, ja-jangan bilang jika ia adalah presiden dari perusahaan terbesar dari kota tetangga yang kabarnya saat ini sedang berkembang pesat.' Ucap Kushina dalam hatinya sambil berdiri terpaku di tempatnya.

Sedikit info saja, Nadeshiko disini bukanlah nama sebuah desa atau kota, melainkan nama sebuah keluarga yang memiliki perusahaan yang sedang berkembang pesat. Perusahaan Nadeshiko disini adalah sebuah perusahaan yang bekerja dibidang pembuatan barang elektronik. Dan perusahaan tersebut terletak tepat di samping kota Konoha.

Dan sosok misterius yang sedang bertamu ke rumah Naruto adalah Nadeshiko Shizuka. Perempuan tersebut berusia sekitar 24 tahunan. Dia adalah presiden termuda sekaligus presiden perempuan pertama di perusahaan Nadeshiko. Berkat pencapaian dan beberapa penemuannya yang bisa dibilang fantastis sekaligus brilian di bidang teknologi, membuat nama perusahaannya sampai di kenal di beberapa kota besar seperti kota Konoha.

"Si-silahkan masuk, Na-Nadeshiko san-eh ma-maksud saya Nadeshiko sama." Ucap Kushina dengan nada tergagap sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Se-seharusnya saya yang me-meminta maaf karena tidak me-menyambut anda dengan ba-baik." Lanjutnya masih dengan nada tergagap.

"Tidak, tidak usah terlalu formal begitu, Kushina baa san." Ucap Shizuka dengan nada yang terdengar sangat lemah lembut. Sangat berbeda dengan saat ia berhadapan dengan Naruto beberapa saat yang lalu. "Lagipula saya juga masih terlalu muda untuk dipanggil dengan nama terhormat seperti tadi." Lanjut perempuan dengan surai hitam pony tail tersebut.

"Ra-rasanya kurang enak jika kita berbicara disini, mari masuk kedalam biar saya buatkan anda minuman." Ucap Kushina masih dengan nada gugup yang sepertinya berusaha mengalihkan percakapan. 'Mati aku, jangan bilang jika ia datang kemari untuk menagih hutang dari lelaki bodoh itu!' Lanjut Kushina dalam hatinya yang mengutuk suaminya yang meninggalkannya hutang yang seperti tidak ada habisnya. Wanita cantik tersebut langsung membalikkan badannya lalu berjalan menuju bagian dalam apartemennya.

Shizuka langsung mengikuti langkah Kushina untuk memasuki apartemen yang terbilang mewah tersebut. Sementara itu, Naruto terlihat kebingungan dengan ekspresi ibunya yang awalnya sangat tidak bersahabat, tiba-tiba berubah menjadi gugup tersebut. Ia semakin penasaran dengan perempuan yang datang bertamu ke kediamannya saat ini.

'Dasar lelaki brengsek, memang seberapa banyak hutang yang kau tinggalkan?!' Ucap Kushina dalam hatinya sambil terus berjalan menuju ruang tamu apartemennya. Sementara Shizuka yang mengekori dirinya terlihat berjalan dengan sangat tenang.

Naruto sendiri masih berdiri diam di tempatnya berdiri. Ia terlihat kebingungan. Apa ia harus mengikuti kedua perempuan tadi, atau kembali ke kamarnya sendiri dan melupakan apa yang barusaja ia alami.

Setelah beberapa saat diam dan terjebak dengan pikirannya sendiri, akhirnya Naruto memutuskan untuk mengikuti kedua perempuan yang telah berlalu meninggalkannya disana sendirian. Sepertinya remaja tersebut sudah sangat penasaran dengan apa yang membuat sikap ibunya berubah akhir-akhir ini.

'Mungkin aku bisa menemukan sedikit petunjuk jika aku mengikuti mereka berdua.' Ucap Naruto dalam hatinya sambil terus berjalan di belakang Shizuka.

Naruto sengaja menjaga jarak sekitar 2 meter dari Shizuka karena ia masih merasa sedikit ketakutan dengan perempuan dengan paras cantik tersebut. Ditambah lagi, kata-kata Shizuka beberapa saat yang lalu masih menghantui pikirannya.

Setelah beberapa saat berjalan, akhirnya ketiga insan tersebut sampai di ruang tamu apartemen kediaman Namikaze.

"Silahkan duduk, Shizuka sama." Ucap Kushina yang mempersilahkan tamunya untuk duduk di sofa ruang tamu. "Maaf apabila sedikit berantakan." Lanjut Khushina yang sepertinya sudah berhasil mengendalikan dirinya kembali.

"Terima kasih, nona Namikaze." Ucap Shizuka dengan nada sopan sambil mendudukkan dirinya di salah satu sofa yang ada di ruang tamu. Ia terlihat mendudukkan dirinya di sofa panjang yang mungkin cukup untuk tiga orang yang berada di ruang tamu.

Naruto yang sejak tadi mengekori mereka berdua kini sedang memandang tanpa berkedip Shizuka yang mendudukkan dirinya dengan gerakan anggun bak seorang putri. Iris birunya yang mulai kembali menunjukkan cahayanya terlihat sangat kagum dengan bagaimana cara Shizuka mendudukkan dirinya barusan.

Shizuka yang merasa sedang dipandangi langsung memandang balik Naruto. Kemudian perempuan cantik tersebut menampilkan sebuah senyuman manis ke arah remaja tersebut.

Semburat merah yang sempat meninggalkan parasnya langsung kembali menghinggapi wajahnya saat iris birunya melihat senyuman manis Shizuka.

"Mau minum apa, teh atau kopi?" Tanya Kushina yang memberikan penawaran seperti seorang pelayan restoran kepada pelanggannya.

"Anda tidak perlu repot, Kushina baa san." Ucap Shizuka dengan nada lembut yang sepertinya menjadi ciri khasnya.

"Ah, ini tidak merepotkan sama sekali kog." Jawab kushina sambil menampilkan senyumannya.

"Saya kemari karena saya ingin meminta sesuatu dari anda, Kushina baa san." Ucap Shizuka yang sepertinya tidak ingin berbasa-basi lebih jauh. Suara perempuan tersebut kali ini terdengar sangat berbeda dengan beberapa saat yang lalu. Suaranya kali ini terdengar seperti saat suaranya mengancam Naruto saat ia baru datang ke kediaman tersebut.

DEG

Jantung Naruto langsung berdegup kencang saat telinganya mendengar suara Shizuka barusan. Ingatannya yang tadi sempat tenang seolah dihantam oleh tsunami bernama ingatan buruk. Iris birunya yang awalnya menatap kagum Shizuka kini terlihat bergetar hebat.

'Akhirnya ia membuka topengnya juga.' Ucap Kushina dalam hatinya yang sepertinya sudah menebak jika hal seperti ini akan terjadi. Paras cantiknya yang sedang menampilkan senyuman manis, langsung berubah serius. Setelah itu, ia langsung mendudukkan dirinya di sofa tepat di seberang tempat Shizuka duduk.

"Naruto, cepat kembali ke kamarmu." Ucap Kushina dengan nada yang terdengar berubah serius.

Tanpa berkata apapun lagi, Naruto langsung mengikuti perintah ibunya. Ia langsung meninggalkan ruang tamu dan langsung berlari menuju kamarnya.

Cklek tap

Saat Naruto sampai di kamarnya, nafas remaja tersebut langsung terdengar tidak beraturan. Dadanya terlihat naik turun dan juga wajahnya dibanjiri oleh keringat. Seolah ia barusaja mendapatkan ujian mendadak di mata pelajaran olah raga.

Kembali ke ruang tamu...

"Jika ini memang berhubungan dengan hutang mendiang suamiku, maka saya hanya bisa menyampaikan permintaan maafku kepadamu, Nadeshiko sama." Ucap Kushina dengan nada penuh hormat sambil membungkukkan dirinya dihadapan Shizuka. Wanita cantik tersebut terlihat menaruh kepala serta tangannya keatas meja yang menjadi pembatas di antara mereka berdua.

"Untuk saat ini, saya sudah tidak punya apapun lagi untuk membayar hutang mendiang suami saya." Lanjut Kushina tanpa masih dengan posisi yang sama.

"Angkat wajahmu, Kushina baa san." Ucap Shizuka dengan nada tenang.

Seolah tersihir dengan ucapan Shizuka barusan, Kushina langsung mengangkat wajahnya dari atas meja dan memandang Shizuka yang masih duduk tenang di seberangnya.

Setelah itu, Shizuka terlihat berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati meja. Ia mencondongkan tubuh atasnya untuk memandang lekat-lekat wajah cantik Kushina. Shizuka juga memegang dahu Kushina dengan tangannya yang masih terbungkus sarung tangannya.

Kushina sebenarnya merasa risih saat ia diperlakukan seperti ini. Iris hijau mereka terlihat saling menatap, selama beberapa saat.

Kushina tidak bisa memalingkan wajah cantiknya ke arah lain karena pegangan Shizuka terhadap dagunya dikuatkan saat ia hendak menolehkan wajahnya ke arah lain.

"Kau memiliki paras yang cantik, Kushina baa san." Ucap Shizuka dengan nada penuh arti. "Jadi..." Lanjut Shizuka menggantung.

Shizuka terlihat memindahkan wajahnya ke dekat telinga Kushina.

"... Mengapa kau tidak menjual dirimu saja?" Lanjut Shizuka berbisik ke telinga Kushina.

Plakkk

Kushina langsung menyingkirkan tangan Shizuka yang masih memegang dagunya dengan salah satu tangannya setelah ia mendengar bisikan perempuan berparas cantik tersebut.

Kini aura yang memancar dari Kushina bukan lagi aura yang tidak bersahabat, melainkan aura kemarahan yang memuncak. Ia merasa jika harga dirinya telah diinjak-injak oleh perempuan yang memiliki usia terpaut lumayan jauh darinya tersebut.

Grebbb

Kushina terlihat berdiri dari duduknya dan langsung mencengkram kerah jubah yang dikenakan oleh Shizuka.

"DASAR JALANG TIDAK TAHU DIRI, KAU PIKIR APA YANG KAU KATAKAN BARUSAN HAH?!" Ucap Kushina sambil mencengram kuat kerah jubah yang dikenakan Shizuka dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya sudah terlihat terkepal di samping wajah cantiknya dan siap menghantam wajah cantik Shizuka.

"Maa... maa... Tenanglah Kushina baa san." Ucap Shizuka masih dengan nada tenangnya. Sepertinya perempuan cantik tersebut tidak takut sedikitpun dengan aura kemarahan yang terpancar dari Kushina. "Lagipula aku juga tidak bersungguh-sungguh dengan ucapanku barusan." Lanjut perempuan cantik tersebut.

"KAU-" Kushina langsung menghentikan ucapannya saat ia memandang wajah cantik Shizuka yang masih terlihat tenang. Akal sehatnya pun membuatnya membatalkan niatnya untuk menghajar perempuan cantik tersebut. Jika ia sampai melakukan hal tersebut, bisa-bisa hidupnya hanya akan menjadi lebih kacau dari sekarang. Cukup hutang dari mendiang suaminya saja yang telah mengacaukan hidupnya, ia tidak ingin menambah rumit permasalahan yang ia hadapi, itulah yang dipikirkan oleh Kushina saat ini.

Sreettt

Akhirnya Kushina langsung melepaskan cengkraman tangannya di kerah jubah Shizuka dan langsung mendudukkan dirinya kembali ke tempat duduknya tadi. Ia terlihat mencoba mengatur nafasnya kembali setelah ia mendudukkan dirinya.

"Tolong berikan aku waktu, Nadeshiko sama." Ucap Kushina saat ia mulai tenang kembali.

"Aku pasti akan-" "Shhh... Shhhh... Shhhh..." Shizuka langsung memotong ucapan yang hendak disampaikan Kushina dengan menaruh jari telunjuk tangannya di bibir Kushina.

Kini Kushina terlihat diam dan lebih memilih menuruti permainan seperti apa yang direncanakan Shizuka untuknya.

"Kira-kira kau butuh waktu berapa lama untuk melunasi hutang sebesar ini, Kushina baa san?" Ucap Shizuka sambil mengeluarkan selembar kertas berukuran A4 dari jubahnya dan disodorkan kepada Kushina.

Kushina langsung menerima kertas yang disodorkan padanya dan melihat nominal yang tertera di kertas berukuran A4 tersebut. Iris hijaunya langsung melotot horror saat melihat tulisan di kertas yang ia genggam.

Di kertas tersebut tertera jumlah yang sangat besar. Berbagai keterangan mulai dari tanggal peminjaman, waktu, nama perusahaan atau bank yang dihutang, dan jumlahnyapun tertulis detail di kertas yang digenggam Kushina.

"Meskipun kau menjual semua aset berhargamu, ditambah saham, asuransi, serta apartemen ini, aku ragu jika uangnya akan cukup untuk menutup hutang sebesar itu." Ucap Shizuka dengan nada penuh kemenangan saat iris hijaunya melihat Kushina yang menatap horror kertas yang ia sodorkan.

"Kalau begitu apa yang anda inginkan sampai anda datang kemari secara langsung, Nadeshiko sama?" Tanya Kushina dengan nada penuh kepasrahan sambil meletakkan kertas yang ia pegang ke atas meja.

"Tujuanku kemari untuk memberikan penawaran menarik untukmu, Kushina baa san." Ucap Shizuka dengan nada yang terdengar tenang. "Dan jika kau menolaknya, itu juga urusan anda pribadi." Lanjut Shizuka masih dengan nada yang sama.

"Apa tawaran tersebut, Shizuka sama?" Buru Kushina yang sepertinya sudah sangat pasrah dan tidak memiliki pilihan lain selain menuruti permintaan dari gadis cantik di depannya.

"Aku mau..." Ucap Shizuka menggantung sambil menaruh jari telunjuknya di bibir manisnya.

Kushina yang memandang tersebut semakin tidak sabar. Ia menajamkan indra pendengarannya untuk mendengarkan apa yang ingin diucapkan tamunya tersebut.

"... Anak semata wayangmu." Ucap Shizuka melanjutkan ucapannya yang menggantung tadi sambil menurunkan jari telunjuknya dari bibir manisnya.

Kushina kembali melotot horror sesaat setelah ia mendengar permintaan tamunya.

"A-apa aku tidak salah dengar, Nadeshiko sama?" Tanya Kushina memastikan jika ia tidak salah mendengar ucapan gadis cantik di depannya.

"Tadi aku mendengar jika anda ingin-" "Aku menginginkan anak semata wayangmu, Kushina baa san." Ucapan Kushina yang hendak memastikan langsung dipotong oleh ucapan Shizuka yang memperjelas permintaannya.

Kushina kini membeku di tempatnya duduk setelah mendengar permintaan gadis cantik tersebut. Ia tidak bisa berkata apa-apa setelah gadis tersebut memperjelas permintaannya.

"Memang apa yang kau inginkan dari anakku, Nadeshiko sama?" Tanya Kushina yang sepertinya sangat penasaran dengan tujuan gadis tersebut meminta Naruto darinya.

"Dia masihlah bocah smp yang tidak tahu apapun. Saya rela bekerja untuk perusahaan anda meskipun-" "Em... Em... Em..." Ucapan Kushina langsung dipotong oleh Shizuka yang saat ini bergumam sambil menggoyangkan jari telunjuknya di depan paras cantiknya.

Setelah melihat perempuan di depannya akan mendengarkannya, Shizuka langsung menurunkan jarinya dan mencondongkan tubuh bagian atasnya kembali ke arah Kushina.

"Kau tahu Kushina baa san." Ucap Shizuka sambil menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan melalui mulutnya. "Populasi laki-laki di negara kita bahkan mungkin bisa dikatakan di dunia ini, semakin sedikit." Lanjut Shizuka sambil menatap lekat wajah cantik Kushina.

"Ma-maksudnya?" Tanya Kushina yang belum mengerti arah pembicaraan Shizuka. Hatinya diselimuti perasaan buruk yang membuat ucapannya menjadi tergagap.

"Singkatnya, Naruto adalah manusia langka di dunia." Ucap Shizuka dengan nada santai. "Dan aku menginginkannya." Lanjut gadis dengan surai hitam pony tail tersebut sambil menyandarkan dirinya ke sofa yang ia duduki.

Kushina langsung kembali membeku di tempatnya duduk setelah mendengar ucapan gadis berparas manis tersebut. Ia tidak tahu apa yang harus ia ucapkan saat ini.

Apakah ia harus merelakan Naruto yang tidak lain adalah anak semata wayangnya, atau mengusir gadis yang ia anggap sudah gila di depannya.

Belum selesai membuat keputusan, berbagai spekulasi buruk langsung menyerbu pikiran Kushina. Mulai Naruto yang organ dalamnya akan diambil untuk dijual, sampai mungkin dijual ke para predator anak yang beduit banyak.

Meskipun setelah pikirannya kacau dan kasih sayangnya kepada Naruto ia rasakan telah berkurang, Kushina masih terdiam seribu bahasa. Kasih sayangnya berkurang disebabkan dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol amarahnya sehingga sering membentak remaja bersurai kuning yang mirip mendiang suaminya tersebut.

Akan tetapi, ia tidak pernah sedikitpun membenci anak semata wayangnya. Ia masih ingin melihat remaja tersebut menggapai masa depan yang cerah dan tidak mengulangi apa yang diperbuat oleh mendiang ayahnya.

Karena terlalu kalut dengan pikirannya, Kushina terlihat menundukkan wajahnya cantiknya dan tidak menatap Shizuka.

Shizuka yang melihat Kushina terdiam seribu bahasa sambil menundukkan kepalanya, menampilkan sebuah senyuman kemenangan di paras cantiknya.

'Satu serangan lagi, dan aku pasti akan memiliki anakmu.' Ucap Shizuka dalam hatinya.

"Jika kau merelakan Naruto, maka semua hutang di perusahaan yang tertulis dikertas itu akan aku lunasi. Serta hutang mendiang suamimu kepada perusahaan Nadeshiko akan dianggap telah lunas." Ucap Shizuka memberikan serangan mentalnya kepada Kushina.

Kushina langsung mendongakkan kepalanya setelah ia mendengar ucapan Shizuka barusan. Ia tidak pernah menyangka akan hal tersebut. Ia berpikir jika Naruto hanya akan melunasi hutang mendiang suaminya kepada perusahaan Nadeshiko saja. Tapi ternyata, perusahaan yang dipimpin gadis di depannya akan melunasi semua hutang yang ditinggalkan oleh mendiang suaminya.

'Skak mat.' Ucap Shizuka dalam hatinya saat melihat Kushina yang mendongakkan kepalanya yang sempat tertunduk.

Pikiran Kushina semakin kacau saat mendengar tawaran Shizuka. Niatnya untuk tidak melepaskan Naruto akhirnya sampai di ujung batasnya.

Mungkin saat ini ia bisa membiayai kehidupan dirinya dan anaknya, tapi bagaimana untuk kedepannya? Ditambah lagi, bagaimana ia bisa melunasi hutang-hutang dari beberapa perusahaan besar serta bank yang jumlahnya sangat besar tersebut?

Ia sudah lelah berpura-pura baik di depan para pemimpin perusahaan atau pegawai bank yang datang untuk menagih hutang mendiang suaminya. Ia pun juga sudah bosan memberikan tubuhnya pada para pemilik perusahaan bertampang buruk sekaligus mesum yang datang ke tempatnya dan menawarkan akan menganggap lunas hutang mendiang suaminya jika dia mau melayani nafsu bejat mereka.

Setelah itu mereka berduapun terdiam selama beberapa saat. Tidak ada kata apapun lagi yang keluar dari bibir manis kedua perempuan cantik tersebut.

Kushina sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, sementara Shizuka yang terlihat menanti dengan sabar keputusan yang akan dibuat oleh wanita setengah baya yang ada di depannya.

Beberapa saat kemudian...

Tidak disangka ternyata waktu telah menunjukkan pukul 07:45 waktu setempat. Entah sudah berapa lama kedua insan bergender perempuan tersebut saling terdiam.

"Kaa chan, aku berangkat sekolah dulu ya." Ucap Naruto yang terlihat sudah berpakaian rapi dan menghampiri ibunya yang sedang duduk di ruang tamu bersama Shizuka.

"Naruto..." Panggil Kushina saat anak semata wayangnya sudah berada di dekatnya.

Naruto tidak menyahut panggilan ibunya. Ia hanya memandang wanita bersurai merah tersebut dengan pandangan penuh tanya sambil menunggu apa yang ingin disampaikan olehnya.

Kushina masih diam sambil menundukkan kepalanya. Sementara jantung Shizuka sudah berdebar-debar menunggu keputusan yang akan dibuat oleh wanita bersurai merah tersebut.

"Ibu menyayangimu, Naruto." Ucap Kushina dengan nada pelan. Kemudian terlihat setetes air mata yang jatuh dari iris hijaunya setelah ia mengucapkan kalimatnya barusan.

"Apa maksudmu, kaa-" DUAKKK

Naruto tidak bisa melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba Kushina langsung memukul perut remaja tersebut dengan sangat keras. Dan akibat pukulan tersebut, kesadaran Naruto langsung meninggalkan dirinya seketika itu juga.

Brukkk

Tubuh Naruto yang sudah kehilangan kesadaran langsung jatuh bebas ke atas lantai. Air mata Kushina terlihat semakin deras membasahi wajah cantiknya. Sebenarnya Shizuka sempat terkejut dengan apa yang barusaja dilakukan oleh Kushina ke anak semata wayangnya. Akan tetapi, ia langsung menyembunyikan ekspresi terkejutnya dan menunjukkan wajah tenangnya lagi.

"Tolong jaga dia baik-baik, Nadeshiko sama." Ucap Kushina sambil menaruh wajahnya yang sudah berlinang air mata serta kedua tangannya ke atas meja yang menjadi pembatas dirinya dengan Shizuka.

"Tenang saja, Kushina baa san. Aku tidak akan menjual anakmu kog." Ucap Shizuka dengan nada santai. 'Aku hanya akan menjadikannya budak sex-ku saja.' Lanjut Shizuka dalam hatinya sambil menampilkan senyuman penuh kemenangan.

Sementara itu di sebuah rumah yang terlihat megah yang berada di luar kota Konoha...

Terlihat seorang pemuda dengan surai coklat panjang yang diikat dibagian ujungnya terlihat berjalan pelan menyusuri halaman rumah megah tersebut. Pemuda dengan kisaran usia sekitar 20 tahunan tersebut terlihat berpakaian rapi.

Setelah beberapa saat berjalan, ia terlihat berhenti di sebuah ruang makan yang ada di dalam rumah dan langsung mendudukkan dirinya disalah satu kursi yang tersedia disana.

Seorang laki-laki dengan setelan rapi terlihat berjalan sambil membawa sebuah nampan berukuran sedang yang tertutup dengan satu tangannya. Lelaki tadi langsung meletakkan nampan yang ia bawa kehadapan lelaki yang barusaja mendudukkan dirinya di kursi dan langsung membuka tutupnya.

"Silahkan dinikmati, Neji sama." Ucap lelaki tadi yang sepertinya adalah pelayan di rumah megah tersebut.

"Hm, terima kasih." Jawab sang lelaki yang tadi mendudukkan dirinya di kursi dengan suara baritonnya yang terdengar kaku.

Setelah mendengar ucapan dari sang pemuda, pelayan tadi langsung mundur beberapa langkah kebelakang. Sepertinya ia menunggu tuannya untuk menyelesaikan acara sarapannya.

Drrrttt Drrrttt

Saat sang pemuda hendak memegang sendok dan garpu yang tersedia, ia merasakan jika smartphone yang ia taruh di saku celana panjang yang ia kenakan bergetar yang menandakan jika ada pesan yang barusaja diterima.

Pemuda tersebut langsung mengurungkan niatnya mengambil garpu dan sendok yang sudah berada di dekat tangannya. Ia memasukkan tangan kanannya untuk mengambil smartphonenya.

Terlihat pemuda tersebut membaca pesan yang ada di smartphone yang ia genggam selama beberapa saat sebelum memasukkan kembali benda berbentuk kotak tersebut ke saku celananya.

"Maafkan aku, nona Namikaze." Ucap pemuda tersebut yang lebih mengarah kepada dirinya sendiri dengan nada yang sangat pelan. Setelah mengucapkan hal tersebut, ia juga terlihat menggigit bibir bawahnya seolah sedang menahan rasa sakit yang luar biasa.

Pelayan yang ada di belakang pemuda tersebut langsung maju untuk mendekati sang pemuda saat ia melihat pemandangan tidak wajar dari tuannya.

"Ada apa, Neji sama? Apa anda tidak cocok dengan menu sarapannya?" Tanya sang pelayan beruntun dengan nada yang terdengar khawatir dengan keadaan tuannya.

"Aku tidak apa-apa." Jawab sang pemuda bernama Neji tersebut dengan suara bariton kakunya seolah tidak ada yang terjadi. Wajahnya yang tadi seolah menahan rasa sakit juga langsung kembali terlihat tanpa emosi.

Setelah itu, ia terlihat memegang garpu dan sendok yang sudah tersedia dan memulai sarapannya. Sementara sang pelayan terlihat sudah kembali ke tempatnya tadi setelah ia memastikan jika tidak ada sesuatu yang terjadi dengan tuannya.

'Maafkan aku, tapi aku sudah benar-benar tidak tahan dengan perlakuannya kepadaku.' Ucap Neji dalam hatinya dengan nada penuh rasa bersalah sambil terus mengambil suapan demi suapan dari sarapan yang ada di depannya.

Sepertinya pemuda tersebut mencoba bersikap senormal mungkin.

TBC

Yo minna, ketemu lagi dengan saya Phoenix.

Maaf ya jika di chapter ini saya belum bisa menampilkan adegan lemonnya.

Mungkin untuk adegan lemon akan dimulai di chapter depan. Dan juga maaf jika masih ada typosnya.

Jadi bagaimana menurut kalian fanfic saya yang satu ini? Tolong berikan komentar kalian di kolom review ya.

Dan untuk sequel terakhir WHMB dan fanfic "Aku Seratus Persen Normal, Aku hanya..." akan mengalami keterlambatan. Jadi mohon maaf ya minna.

Oke sekian dari saya, dan tolong tinggalkan dukungan kalian di kolom review jika kalian menyukai fanfic ini.

Sampai jumpa di chapter berikutnya minna.