Nun x Sword

Summary: Naruto Uzumaki adalah seseorang yang terpanggil untuk menjadi pahlawan. Dalam tugasnya, dia ditemani seorang biarawati handal, namanya Sharon Holygrail.

Disclaimer: Naruto dan Engage Kiss hanya dimiliki oleh pembuatnya masing-masing.

Warning:

Summary hampir gak sesuai dengan isi cerita. Adult scene. Lemon. Isekai. OOC. Armpit. Creampie. Breast sucking.

I Hope You All Enjoy This Story :)

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Di kedalaman hutan pada siang hari, seorang pemuda pirang dengan iris mata biru melangkah lurus. Pemuda itu memakai baju, celana panjang, dan jubah hitam, serta sebuah pedang terselip di punggungnya. Dia juga ditemani seorang wanita pirang dengan iris mata hijau. Wanita ini berpakaian layaknya biarawati pada umumnya.

"Di sini tempatnya?"

"Ya, menurut kabar yang beredar, seekor monster berbahaya ditemukan di gua dalam hutan ini."

"Begitu. Ini menjelaskan mengapa kerajaan mengutus kita untuk menginvestigasi kasus ini. Jika dianggap berbahaya, ada kemungkinan kita akan berhadapan dengan salah satu demon, dan bukan makhluk biasa."

"Seperti yang kuharapkan darimu, Naruto-sama, kau pandai memahami situasi dengan tepat."

Pemuda itu tertawa kecil. "Kau juga sama hebatnya jika menyangkut sihir yang berhubungan dengan atribut Suci, Sharon."

Mereka adalah Naruto Uzumaki dan Sharon Holygrail.

Naruto adalah seorang pemuda yang datang dari dunia lain dan kebetulan diangkat menjadi Pahlawan. Gelar pahlawan tentunya tidak bisa dianggap remeh, sebab hanya mereka yang terpilih oleh pedang suci saja yang dianggap layak memegang gelar tersebut.

Sedangkan itu, Sharon adalah biarawati dengan prestasi lebih tinggi dari biarawati yang lainnya, tidak hanya menguasai sihir atribut suci, tapi kemampuan tempurnya dianggap hebat bila dibandingkan dengan rata-rata ksatria kerajaan.

Sharon tersenyum simpul, menjawab.

"Pujianmu adalah kebahagiaan bagiku."

Mereka akhirnya sampai di pintu masuk gua. Sampai sekarang Naruto dan Sharon belum diserang sama sekali oleh makhluk berbahaya. Tentunya hal ini membuat mereka curiga. Sharon membuka pembicaraan.

"Aku tidak merasakan aktivitas sihir sama sekali di sekitar sini."

"Di dalam?"

"Sebaliknya. Dan itu cukup besar."

Naruto mengangguk, berbicara dengan tenang.

"Aku akan masuk duluan. Sharon, sebelum kau menyusul, aku ingin kau memasang penghalang di sekitar bagian luar gua. Dengan begitu kita bisa bertarung dengan leluasa tanpa khawatir berjatuhnya korban jiwa."

Sharon mengangguk, mematuhi permintaan itu.

"Maaf jika ini terdengar lancang, tapi, tolong berhati-hatilah saat di dalam," ujar Sharon.

Naruto berseri. "Ya. Pasti itu."

Naruto memasuki gua saat meninggalkan biarawati itu di belakang. Selagi berjalan, hanya obor saja yang menjadi penerang jalan, tapi Naruto tak merasakan hawa permusuhan sama sekali di sini, ini seperti gua ini benar-benar kosong dan tidak ada penghuninya sama sekali. Namun, pemuda itu tetap harus waspada, karena mungkin saja musuh menyerangnya di saat dirinya lengah. Naruto menemukan cahaya tak jauh di depan sana.

'Di sana rupanya,' batinnya.

Naruto mendekati 'cahaya' itu, membawa dirinya ke lingkungan yang luas dengan hanya dataran tanah, bebatuan di sekitar, dan lubang berukuran besar di bagian tengah. Naruto menyipitkan matanya ketika merasakan hawa energi sihir di bawah sana. Berjalan mendekat, Naruto melihat seekor makhluk berkepala singa, berbadan kambing, berekor ular, tidur terlelap sedangkan di sekitarnya terdapat kerangka tulang dalam jumlah yang tidak sedikit.

"Aku harus berhati-hati saat menghadapinya," gumamnya pelan.

Naruto membuka tangannya, seketika sebuah pedang muncul yang dipegangnya erat.

'Kalau ini versi undead chimera, seharusnya pedang suci menjawab panggilanku, tapi karena bukan, berarti manipulasi sihir lebih dari cukup untuk menghadapi makhluk ini.'

Naruto menengok ke bawah, mengamati si chimera yang masih memejamkan mata, tampak menikmati waktu istirahatnya tanpa diganggu siapapun. Hanya saja, sebentar lagi, Naruto mungkin akan menjadi pengganggu saat-saat damainya.

'Sekarang.'

Naruto berputar ke belakang sambil menebas pedangnya, di saat itu juga raungan terdengar, sosok lain terlihat, menampilkan chimera yang satu matanya mengeluarkan darah akibat serangannya. Si chimera berjalan mundur, tetap mengawasi Naruto sambil menggeram, tapi itu tidak cukup untuk menakutinya. Naruto memperhatikan ke bawah, ketimbang ada 'chimera', dia melihat sebuah permata merah tua berukuran besar dalam kondisi melayang di udara, hanya sekilas dan beralih ke chimera itu lagi.

'Jadi, menjebak dengan ilusi, lalu menyerang di saat lawan lengah. Cukup cerdas,' pikir Naruto.

Saat chimera itu melompat ke arahnya, Naruto berguling ke samping, melakukan tebasan yang mengarah pada sayapnya, tapi ekor kepala ular meludah ke arah Naruto. Menghindar dengan cara berguling lagi, Naruto mengamati cairan yang dikeluarkan ekor kepala ular tadi melelehkan batu, menatap chimera itu lagi.

Si chimera membuka mulutnya sebelum menembakkan bola api ke arah Naruto, ketimbang menghindar dengan yang sama, Naruto melompat ke udara saat bilah pedangnya diselimuti energi putih, melakukan gerakan tebasan sebelum mendarat di belakang si chimera yang membeku seluruh permukaan tubuhnya. Naruto menebas dengan cara berputar yang langsung menghancurkan tubuh beku si chimera. Naruto menghilangkan pedang usai pertarungan berakhir.

"Naruto-sama! Kau baik-baik saja?"

Naruto menengok ke arah Sharon yang berlari ke arahnya.

"Seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja." Naruto menyengir.

Sharon merasa lega, kemudian melihat permata besar di bawah sana, berbicara.

"Naruto-sama, soal ini serahkan saja padaku."

"Ya, tapi berhati-hatilah."

Sharon mengangguk, melompat turun ke bawah, bergerak mendekati permata besar itu, matanya terpejam saat menekan permukaan objek tersebut.

Naruto mendengar bunyi ledakan, tanpa ragu melompat turun ke bawah karena dilanda rasa panik dengan keselamatan biarawati itu. Setelah mendarat, Naruto hanya melihat asap merah saja, mengibaskan lengannya sampai asap-asap itu tiada. Benar saja, Sharon tergeletak tak berdaya, sementara permata itu menghilang entah ke mana. Naruto bergegas menghampiri Sharon, menggendongnya dengan gaya pengantin sebelum melompat ke atas. Naruto menurunkan dia secara perlahan di batu yang besar.

Naruto memperhatikan penampilan biarawati itu, tak ada tanda-tanda luka apapun, hanya sedikit terkena debu pada pakaiannya saja. Naruto mengguncang pelan bahu Sharon.

"Sharon, kau baik-baik saja?"

"…ugh…."

Naruto merasa lega saat ini. "Syukurlah, kukira hal buruk terjadi padamu ta-"

Sharon mencium Naruto tepat di bibirnya. Naruto terkejut dengan perbuatan biarawati itu, dirinya sadar ada sesuatu yang salah dengan dia, tapi di sisi lain, Naruto perlahan merasa terangsang sehingga membuatnya membalas ciuman tersebut.

"Mmnn… ahn… Naruto-sama, kau begitu hebat, cium aku lagi… mmn, yah, seperti itu…"

Naruto menjadi semakin bergairah mengecup bibir ranum Sharon, tanpa ragu merobek pakaian biarawati Sharon sampai menampilkan bra dan celana dalam berwarna putih. Sambil terus mencium Sharon, Naruto menyelipkan tangannya ke dalam celana dalamnya, tidak lupa memasukkan jari tengahnya ke dalam liang kewanitaannya. Sharon mengerang diperlakukan seperti itu.

Tidak mau kalah, Sharon merobek celana panjang yang masih dipakai Naruto sampai menunjukkan celana dalam saja. Sharon seketika mengocok penis Naruto usai menarik turun celana dalamnya ke tanah. Naruto mendesah tidak lama kemudian.

Naruto dan Sharon berhenti berciuman setelah beberapa saat berlalu. Keduanya menarik tangannya masing-masing dan tersenyum satu sama lain.

"Kau nakal sekali, Sharon."

"Aku lebih terkejut lagi orang seramah dirimu bisa agresif seperti tadi, Naruto-sama."

Naruto terkekeh. "Kau keberatan meneruskan ini?"

Sharon tersenyum lebar, turun dari batu lalu menjepit penisnya di antara payudaranya, membuat Naruto mengerang kala merasa keenakan dari aksi itu. Tidak sampai situ saja, Sharon mengangkat lalu menurunkan sepasang 'gunung'nya secara berulang-ulang, alhasil melipat-gandakan kenikmatan yang dirasakan Naruto. Terkadang, Sharon dengan iseng menjilat bagian kepala penisnya, menghasilkan sensasi geli tersendiri baginya. Tak perlu waktu lama, Naruto mulai merasakan sesuatu akan keluar.

"S-Sharon, sebentar lagi aku akan…"

Paham maksudnya, Sharon segera mengulum kemaluan pemuda itu, mengisapnya dengan keras sambil membelai salah satu buah zakarnya.

"Ohh~"

Splurt. Splurt. Splurt. Splurt.

Sharon merasakan suatu cairan mengalir di tenggorokannya, dirinya tanpa ragu menelan itu semua, mengeluarkan penis Naruto lalu mengocok itu dengan lembut memakai tangan kanan. Naruto mengatur nafasnya sejenak.

"Naruto-sama, bagaimana rasanya keluar?"

Naruto tertawa canggung sambil menggaruk pipinya. "Ini pertama kalinya aku keluar karena wanita, jadinya terasa enak."

"Sebelum ke dunia ini, kau lebih sering masturbasi?" Sharon penasaran.

"Begitulah."

"Hmm."

Sharon mengecup bagian ujung kemaluannya sebelum berdiri, mencopot bra dan menurunkan celana dalamnya, sampai tersisa tudung biarawati yang masih terpasang tepat di kepalanya. Sharon melihat penisnya tegak lagi, menatap Naruto yang hanya memerah wajahnya. Sharon berbicara dengan nada usil.

"Mataku ada di atas sini, Naruto-sama," godanya.

"M-Maaf, Sharon, hanya saja kau terlalu cantik bagiku jadi…"

Sharon merona, mencium Naruto sambil mendorong bahunya pelan, sehingga sekarang posisinya di atas sementara Naruto di bawah. Mereka menatap satu sama lain.

"Naruto-sama, kenyataannya aku sudah lama memendam perasaan suka padamu, maka dari itu…"

Naruto terkejut, tapi tersenyum kemudian, merespon.

"Sebenarnya, aku juga menginginkan dirimu untukku seorang, Sharon Holygrail."

Sharon kaget, sesaat sebelum tersenyum manis. Dengan begitu, Sharon menjatuhkan pinggangnya ke penis Naruto, membuat mereka terhubung lewat bukti tetesan darah yang keluar dari liang kewanitaannya. Mereka mendesah pelan karena penyatuan ini. Sudah cukup lama seperti itu, Sharon mulai menaikkan kemudian menurunkan pinggangnya, terus mengulang gerakan yang sama demi kenikmatan tuannya. Sambil menikmati sempitnya dinding vagina Sharon, Naruto meremas payudara besarnya dengan kedua tangan, menyukai betapa besar dan kencangnya mereka.

"Haah, Sharon, kau ini benar-benar biarawati nakal."

"Ahh, aku biarawati nakalmu, Naruto-samaahh~"

Naruto menjadi semakin terangsang, tidak puas hanya dengan meremas, Naruto juga mengisap puting susu Sharon secara bergantian. Tambah bergairah, Sharon mendorong wajah Naruto pada payudaranya, berbisik nakal di telinga pemuda itu.

"Mmnn, Naruto-sama, isap nenenku lebih keras. Mereka milikmu untuk kau gunakan sesuka hatimu~"

Naruto mengikuti yang dikatakan Sharon. Sharon mendesah lebih kuat karena perbuatan Naruto.

Sluurp. Sluurp. Sluurp. Sluurp. Sluurp.

"Ahh~ ahh~ ahh~ ahh~ ahh~"

Sluurp. Sluurp. Sluurp. Sluurp. Sluurp.

"Ahh~ ahh~ mmnn~ ahh~ ahh~"

Sluurp. Sluurp. Sluurp. Sluurp. Sluurp.

"Ahh~ ahh~ ahh~ ahhn~ ahh~"

Tidak lupa, Sharon menggerakkan pinggangnya dengan tujuan memuaskan keinginan seksual mereka. Beralih dari payudara, Naruto mendekatkan hidungnya pada ketiak Sharon sambil menghirup aromanya, lidahnya membasahi setiap area ketiak dengan liar. Sharon menekan kepala Naruto lebih dekat pada ketiaknya, mendesah lagi saat Naruto menjilat dua ketiaknya secara bergiliran.

"Ahh, seharusnya kau bilang dari awal kalau kau suka ketiakku, Naruto-samaahh~"

"Haah, ketiakmu tiada duanya, Sharon."

Dia beralih ke bibir biarawati itu. Mereka berciuman sembari menjilat lidahnya masing-masing untuk beberapa saat.

"N-Naruto-sama, aku sebentar lagi…"

"Y-Ya, aku juga, Sharon…"

Keduanya mendesah di saat klimaks bersamaan. Suatu cairan pria sampai ke rahim si wanita. Naruto dan Sharon berhenti berciuman, keringat nampak di wajah mereka, tapi ekspresi kepuasan lebih terlihat jelas dibandingkan itu. Naruto dan Sharon tersenyum satu sama lain.

"Tadi itu… luar biasa."

"Ya, kau benar… Naruto-sama."

Tidak perlu waktu lama, mereka memakai pakaian sama seperti sebelumnya yang diambil dari sihir penyimpanan, keduanya berjalan di lorong gua. Mereka bertujuan untuk melaporkan hasil yang mereka temukan ke kerajaan.

"Jadi, permata itu berisi sihir succubus yang mampu membuat orang-orang yang menghirupnya jadi melepaskan keinginan terpendamnya?" tanya Naruto.

Sharon mengangguk, menjelaskan.

"Ya, tapi untungnya, hanya aku seorang yang terkena. Karena jika orang biasa, anggap saja satu desa, maka efeknya bisa berlangsung selama seminggu."

Naruto meringis. "Mereka bisa mati karena terlalu banyak melepaskan gairah kalau begitu."

"Tepat sekali."

"Tapi, kenapa kau bisa terpengaruh mantra sihir itu? Maksudku, atribut sucimu seharusnya bisa menetralkan pengaruh sihir hitam."

"Itu karena aku memakai sebagian energi sihirku untuk membuat penghalang di luar gua, efek atribut suciku juga bergantung pada seberapa banyak Mana yang kupunya," jelasnya.

"Pantas."

Mereka berada di luar gua. Sharon menepukkan tangan sebelum penghalang yang mengelilingi daerah gua lenyap dengan cepat.

Naruto teringat. "Sharon."

"Ya, Naruto-sama?" Sharon penasaran.

"Jujur saja, aku ingin menikahimu hari ini juga, kau mau?"

"…"

Sharon mendadak pingsan.

"Sharon? Eh? Eh?!"

[E-N-D]

A/N: sudah seksi, pirang, biarawati pula. Mantap karakter Sharon Holygrail ini ;)