Ino duduk berhadap-hadapan dengan ayahnya, cahaya matahari pagi yang menembus kaca jendela membuat rasa kantuk Ino perlahan menghilang.
Ditambah lagi dengan ekspresi serius diwajah ayahnya yang kini memperhatikan tiap geriknya, seketika membuat rasa kantuk yang menderanya benar-benar hilang.
"Kenapa Tou San harus tahu kasus yang menimpamu ini dari orang lain? Dari Fugaku San?!"
Nada ayahnya terdengar meninggi diakhir kalimat.
Ino menggigit bibir bawahnya.
"Kenapa saat kau sudah sadar, kau tidak mau menceritakan kejadian yang sebenarnya?" Tanya Inoichi dengan ekspresi marah.
Ino membuang tatapannya kearah lain.
"Ino jawab!" Kali ini nada Inoichi benar-benar meninggi.
Saat diminta ayahnya untuk datang kekantor, Ino sudah tahu kalau masalah yang akan dibahas adalah kasus ini.
"Apa yang sebenarnya terjadi Ino?! Kenapa wanita itu begitu berani mencelakaimu? Saat melihat keadaanmu aku pikir kau itu sudah tewas!"
Ayahnya benar-benar marah, Ino menarik nafasnya perlahan.
Ia sebenarnya tidak mau menitikkan airmata, tapi mendengar ayahnya marah besar airmatanya secara tiba-tiba menetes.
"Aku benar-benar tidak bisa menerima bahwa kasus yang menimpa putriku sendiri harus kudengar dari mulut orang lain?! Aku merasa bahwa aku ini adalah seorang Tou San yang gagal!"
Inoichi memalingkan pandangannya dan terlihat mengusap ekor matanya.
Ino yang melihatnya menjadi semakin merasa bersalah.
"Sampai-sampai musibah yang menimpa putriku sendiri saja aku tidak tahu"
Nada Inoichi terdengar bergetar.
Ditempatnya Ino semakin menundukan kepalanya.
Ia tidak menyangka ayahnya akan semarah dan sesedih ini.
Tapi sedari awal memang Ino tidak berniat menceritakan masalah ini, jangankan menceritakan pada saat ia dalam kondisi memprihatinkan.
Kejadian ini sudah berlalu selama seminggu saja, saat ayahnya baru tahu, ayahnya marah besar.
"Sebenarnya apa yang dia lakukan padamu Ino?!" tanya ayahnya dengan nada meninggi.
Ino menghapus airmata dipipinya lalu menatap ayahnya.
"Saat diperjalanan aku sepertinya di Genjutsu, lalu setelah itu aku tidak ingat lagi" Jawab Ino ragu, lalu kembali mengalihkan tatapannya kelantai.
Bugh!
Inoichi meninju meja.
"SIAPA?!"
Ino terkejut saat mendengar pekikan ayahnya.
Ia semakin tidak berani menatap ayahnya.
"Pasukan pengawal diberi misi untuk mendampingi perjalanan ke Suna itu untuk membantu bukan untuk membunuh!" Kali ini ayahnya benar-benar emosi.
"Siapa yang berani melakukan Genjutsu padamu?!"
Ino mendecak kesal, "Izumi itu Tou San"
"Kurang ajar!" Maki ayahnya.
Ino mencengkeram jemarinya.
"Lalu pasukan pengawal yang lain tidak ada yang menolongmu?!" pekik ayahnya lagi.
Ino diam tak menjawab.
"Kenapa malah pasukan Anbu yang menolongmu!?"
"Jumlah pasukan pengawal itu ada 15 orang! Kenapa tidak ada satu pun yang menyadari kau dicelakai!?"
Inoichi masih memekik dengan nada penuh emosi.
Ino memilih mengatupkan bibirnya.
"Apa klan Uchiha yang ikut serta adalah sekongkolan dari wanita itu?!" Tanya ayahnya memekik.
Ino menatap ayahnya tidak suka.
"Tapi yang menyelamatkan aku berasal dari klan Uchiha juga Tou San! Kalau tidak ada Shisui dan Itachi aku pasti sudah mati"
Ino memalingkan tatapannya dengan kesal.
Ayahnya sejenak terdiam.
Lalu kemudian menarik nafas panjang.
"Lalu apa motivasinya melukaimu?" Tanya Inoichi dengan nada datar.
Ino memalingkan wajahnya kearah jendela.
"Dia tidak suka aku berteman dekat dengan Itachi dan Shisui" Jawab Ino.
Ayahnya mengerutkan kening.
"Lelucon macam apa itu? Hanya karena masalah berteman, wanita itu berani melakukan hal terhina seperti itu?" Ayahnya menatap tidak percaya.
"Iya Tou San dia sudah lama mengancamku"
"Kenapa kau tidak bilang padaku!" Nada Inoichi mulai meninggi.
Ino menghela nafasnya.
"Bagaimana kalau ibumu tahu masalah ini Ino?! Ibumu pasti akan sedih!"
Kedua tangan Ino menyangga kepalanya diatas meja, ia menutup matanya selama beberapa menit.
Dicecar dengan kalimat dan nada yang tinggi seketika membuat kepalanya jadi pusing.
Ino ingin sekali cepat-cepat pergi dari hadapan ayahnya.
Ia tahu dirinya salah karena tidak jujur dengan masalah yang menimpanya, tapi seharusnya ayahnya tidak perlu berteriak memarahinya.
"Sekarang kita pergi kekantor polisi, jelaskan secara detail kejadian yang sebenarnya pada Fugaku San. Jangan ada yang ditutup-tutupi Ino" Nada ayahnya terdengar melunak sekarang.
Ino menyadari kalau ayahnya mungkin khawatir melihatnya.
"Beritahu bahwa wanita itu mengancammu, biar dia mendapat hukuman yang setimpal" Ujar ayahnya, kali ini nada ayahnya benar-benar terdengar pelan.
Ino tertawa pelan seraya masih meremas kepalanya.
"Tsunade Sama sudah dipanggil kekantor polisi untuk dimintai keterangan mengenai hasil visum mu"
Ino menatap ayahnya.
"Aku minta Tou San jangan memberi tahu ibu soal ini"
Ino memandang wajah ayahnya yang masih dipenuhi amarah.
"Ya" Ayahnya menjawab singkat.
o
o
o
Ino dan Ayahnya beserta beberapa anggota intel yang ikut serta masuk kesebuah ruangan.
Saat pintu ruangan terbuka kedatangan mereka disambut oleh Fugaku, begitu masuk Ayahnya dan Fugaku saling berjabat tangan.
Dengan wajah ramah Fugaku menatap kearah Ino.
"Ini yang bernama Yamanaka Ino?" Tanya Fugaku dan diangguki oleh ayahnya.
"Ya dia putriku"
"Duduklah disana" Fugaku mempersilahkan Ino duduk disebuah kursi yang terletak ditengah ruangan.
Disana terlihat sudah banyak anggota kepolisian yang berbaris disisi dinding ruangan.
Ino dengan gugup berjalan mendekati kursi tersebut, ia sangat tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dilihatnya ayahnya masih mengobrol dengan Fugaku.
Sedangkan anggota intel yang mengawal perjalanan mereka kini berpindah dan berdiri dengan jarak semeter dengannya.
Ino mencengkeram kuat kedua tangannya, ia tidak menyangka buntut masalah ini akan panjang.
Ino khawatir, ia benar-benar takut apabila masalah ini nantinya akan berujung tidak baik.
Ia takut akan dilarang berdekatan dengan Itachi dan Shisui.
Kalau dilarang berdekatan dengan Shisui, dirinya tidak masalah, tapi apabila dilarang berdekatan dengan Itachi Ino rasanya tidak akan sanggup.
Pasalnya baru saja ia dan Itachi memulai sebuah hubungan.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantung Ino semakin berdetak tak karuan saat Fugaku mendekatinya.
Ino merasakan darah yang mengalir diwajahnya berhenti.
Rasanya begitu dingin dan kaku.
Namun perasaan Ino berangsur tenang saat Fugaku menyunggingkan senyum.
Klek!
Suara pintu mengalihkan pandangan mereka semua, dan saat melihat siapa yang masuk jantung Ino nyaris melompat keluar.
Disana terlihat sosok pujaan hati Ino yang membawa satu buah kursi, lalu memberikan kursi tersebut pada ayahnya.
Pandangan Ino dan Itachi sesaat bertemu namun diputuskan oleh Itachi yang kini mempersilahkan Fugaku untuk duduk.
Kini Ino duduk berhadapan dengan Fugaku.
Perhatian mereka kembali teralih saat pintu kembali terbuka, ternyata sosok yang masuk adalah Shisui dan dua anggota Anbu yang lain.
Mereka berjalan mendekati Fugaku dan berdiri disamping kiri.
Sedangkan Itachi berdiri disamping kanan ayahnya.
Sebenarnya Ino merasa sangat sedih ketika Itachi bersikap seolah tidak mengenalnya, Ino maunya Itachi tersenyum padanya.
Seperti yang dilakukan Shisui sekarang ini.
Shisui tersenyum kearahnya saat mereka bertemu pandang.
"Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul diruangan ini, aku akan memulai untuk meminta keterangan dari Yamanaka Ino yang menjadi korban dari kasus yang mencoreng nama kepolisian Konoha" Ujar Fugaku, Ino melirik sekilas kearah Ayahnya.
"Pertama aku ingin mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada Yamanaka Inoichi San dan Yamanaka Ino, dan pada seluruh anggota klan Yamanaka"
Fugaku memandang bergantian klan Yamanaka yang hadir diruangan.
"Sungguh aku tidak menyangka dan tidak bisa menduga hal seperti ini akan terjadi, dan mirisnya pelaku yang melakukan ini adalah anggota polisi sendiri"
"Aku benar-benar malu atas perbuatan yang dilakukan oleh anggotaku sendiri"
"Padahal mereka ditugaskan untuk memberikan pengamanan dan pertolongan, tetapi malah mereka sendiri yang melanggar dan berbalik melakukan tindakan keji pada keluarga rekan kepolisian"
Semua orang yang ada diruangan hanya diam, melihat ayahnya diam Ino pun ikut diam.
Aura ayah Itachi itu benar-benar mempengaruhi suasana ruangan ini, sikap wibawa namun tegas membuat salah seorang diruangan tersebut tidak ada yang berani mengeluarkan suara.
Ino menundukan kepalanya.
"Yang pasti kita semua berharap kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi, aku akan menindak tegas kepada para anggota kepolisian yang melakukan tindak kejahatan dalam bentuk apapun"
Ino merasa Fugaku kini mendaratkan pandangan padanya.
Tubuh Ino membeku saat tatapan tersebut menatap lekat kearahnya.
"Jadi Yamanaka Ino San"
Ino mengalihkan pandangannya pada objek suara.
"Bisa kau ceritakan awal kejadiannya seperti apa?" Tanya Fugaku yang masih menatap lekat kearahnya.
Ino merasakan bibirnya bergetar, ia merasa tidak sanggup membuka mulut.
Entah mungkin karena yang menginterogasinya adalah ayah Itachi, jadi Ino merasa segan, cemas dan takut.
"Waktu itu ditengah perjalanan menuju Sunagakure, aku mundur kebarisan belakang karena aku haus, dan aku ingin beristirahat sebentar"
Ino menggigit bibirnya, ia benci kenapa lidahnya terasa kelu sekarang.
Dan sialnya Ino merasa kelopak matanya mulai berair.
Ck!
"Lalu?" Ino agak terkejut saat Fugaku menginterupsinya.
"Izumi datang mendekati aku, lalu aku melihat Sharingan nya berubah bentuk menjadi aneh, setelahnya aku merasa seperti hilang ingatan namun setelah itu aku sudah tidak ingat apa-apa lagi"
"Saat aku bangun, aku hanya melihat Shisui Nii dan Itachi Nii"
Ino menatap kearah lain, agar airmatanya tidak dilihat oleh orang-orang didepannya.
"Kalau aku boleh tahu, adakah tindakan atau ancaman yang dilakukan Izumi sebelum kejadian ini terjadi?" Tanya Fugaku.
Ino masih menatap kearah lain.
"Iya" Jawab Ino sembari mengangguk.
Ino mengalihkan kembali tatapannya kearah Fugaku.
"Apa itu" Tanya Fugaku.
"Izumi pernah mengancamku untuk jangan berdekatan dengan Shisui Nii dan Itachi Nii, dia bilang aku tidak pantas berteman dengan mereka berdua"
Fugaku masih menatapnya.
"Setelah dia mengancamku waktu itu, aku tidak pernah lagi bertegur sapa dengan Shisui dan Itachi Nii"
Tanpa bisa ditahan airmata meluncur bebas dipipinya.
"Aku takut sekali setelah diancam olehnya, makanya aku tidak pernah lagi berdekatan dengan Shisui dan Itachi Nii San" Ujar Ino dengan nada bergetar.
Ino merutuki airmata yang mengalir bebas dari kelopak matanya.
Ia heran kenapa tiba-tiba menjadi cengeng begini.
Sejak kapan ia menjadi pribadi yang Melankolis begini?
"Tapi aku tidak tahu kenapa dia melakukan itu padaku, padahal kupikir aku sudah menjauh"
Ino menghapus airmatanya, ia tidak mau mengangkat pandangan untuk sekedar melirik Itachi.
Ia malu.
Sedangkan Fugaku kini menghela nafas sembari menggeleng.
Lalu melempar pandangan kearah Inoichi.
"Aku nyaris tidak bisa berkata-kata mendengar motiv kekerasan ini, kejadian ini benar-benar tidak dapat diterima akal" Ujar Fugaku bingung.
Inoichi diam tanpa ekspresi.
"Jadi hanya karena Yamanaka Ino berteman dengan kalian, Izumi nekat melakukan perbuatan tak terpuji itu Itachi? Shisui?" Fugaku menatap bergantian Itachi dan Shisui.
"Mendengar alasannya saja aku sudah malu besar dihadapan Inoichi San" Fugaku tersenyum miris.
"Gara-gara alasan konyol seperti itu nyawa Yamanaka Ino hampir melayang?"
"Yang benar saja."
Shisui dan Itachi hanya diam.
Dan jika diperhatikan semua orang diruangan ini hanya diam, kecuali ayahnya yang masih memasang ekspresi bingung dan heran.
"Dimana Izumi mengancammu?" Tanya Fugaku lagi.
"Saat aku mengikuti ayahku kesini Ojii San, lalu Izumi mengajakku pergi keluar untuk berbicara"
Ino menunduk.
"Pada saat berbicara itu Izumi menyuruhku menjauhi Shisui dan Itachi Nii San"
Fugaku menahan tawanya. "Apa pengancaman itu terjadi dihalaman kantor ini?" Tanya Fugaku.
Ino menggeleng, "Tidak, kami berjalan jauh dari gedung ini, waktu itu kalau tidak salah dekat taman bermain yang tidak jauh dari danau"
"Jadi Izumi mengajakmu pergi kesana hanya untuk mengancammu agar menjauhi Itachi dan Shisui?" Tanya Fugaku memastikan.
Ino mengangguk, "Hai"
"Apa aku harus bertanya bahwa motiv kasus ini ada unsur cemburu?" Tanya Fugaku setengah tertawa.
Fugaku kembali mendaratkan pandangannya pada Shisui dan Itachi.
"Apa diantara kalian berdua ada yang menjalin hubungan cinta dengan Izumi?" Tanya Fugaku masih dengan ekspresi menahan tawa.
Itachi dan Shisui serentak menggeleng.
"Tidak ada, kami hanya berteman Tou San" Sahut Itachi.
"Tidak Fugaku Sama, kami hanya berteman" Jawab Shisui.
Fugaku menggelengkan kepalanya heran.
Lalu menatap Ino.
"Atau mungkin diantara kalian berdua ada yang menjalin hubungan asmara dengan Yamanaka Ino?"
Ino menelan ludahnya.
Bagaikan disambar petir pertanyaan Fugaku tersebut sukses membuat tubuhnya mati rasa.
"Tidak ada" Jawab Shisui.
Fugaku menatap Itachi seolah meminta jawaban, namun Itachi masih membungkam mulutnya.
Ino rasanya ingin melarikan diri dari ruangan ini.
Dilain sisi Ino bahagia apabila Itachi mengakui hibungan mereka, namun disisi lain Ino juga cemas dan takut.
Ia takut kemungkinan terburuknya adalah disuruh berpisah.
Tidak! Tidak!
"Itachi?" Tanya Fugaku, Shisui pun kini menatap Itachi seakan menunggu kepastian darinya.
Ino melihat Itachi yang menatap Shisui.
"Ya Tou San" Jawab Itachi.
"Aku berhubungan dengan Yamanaka Ino" Sambung Itachi.
Ruangan sesaat hening.
Ino kini memperhatikan Itachi yang memutuskan pandangan dari Shisui.
Sedangkan Shisui kini memilih menatap kearah lain. Guratan kecewa tampak terukir diwajah Shisui.
Ino jadi heran.
Beralih pada Fugaku yang kini saling bertatapan dengan Inoichi.
Cukup lama.
Setelahnya Fugaku terlihat memperbaiki posisi duduknya.
"Jadi motivasi terbesar dalam kasus ini diakibatkan oleh faktor cinta segitiga?" Tanya Fugaku.
Semua orang diruangan bereaksi dengan melepaskan berbagai macam tertawaan.
Kecuali Shisui yang masih betah diam.
Itachi sesekali melirik kearah Shisui.
"Benarkah begitu Itachi?" Interupsi Fugaku.
Itachi diam tanpa kata.
ooOoo
Malam ini Ino masih ditahan ayahnya untuk yang kedua kali diruangan yang sama saat tadi pagi ayahnya menginterogasinya.
Ino tahu akan banyak pertanyaan yang dicecar oleh ayahnya.
Dimana alasan kasus yang menimpa dirinya terdengar tidak masuk akal.
Ditambah lagi hubungannya dengan Itachi akhirnya terkuak.
Ino senang Itachi mengakui hubungan mereka didepan orang banyak tapi rasanya Ino masih memiliki beban.
Sebutlah bebannya itu kekhawatiran dan cemas.
"Jadi sejak kapan kau berpacaran dengan Itachi?" Tanya ayahnya memecah keheningan.
Ino mencebikkan bibirnya, "Baru saja" Jawabnya.
Inoichi mengangkat alisnya.
"Jadi alasan Izumi mencelakaimu karena cemburu kau berpacaran dengan Itachi?" Tanya ayahnya lagi.
Ino mendengus, "Mungkin Tou San"
"Sungguh alasan yang konyol, kasus ini terdengar begitu menggelikan" Ujar ayahnya.
Ino mendelik kearah ayahnya.
"Aku sudah menuruti permintaan Izumi, tapi dia saja yang terlalu posesif" Sahut Ino ketus.
"Shisui dan Itachi itu merupakan Ninja yang handal, jenius dan paling berprestasi di Konoha"
"Mungkin Izumi tidak suka Itachi berpacaran dengan Kunoichi yang memiliki Ninjutsu bahkan Taijutsu yang meragukan sepertimu" ayahnya meliriknya sekilas.
Ino menatap tajam kearah ayahnya.
"Tapi meski kemampuan Ninjaku berada diurutan paling bawah, setidaknya aku memiliki hati yang baik" Ujar Ino kesal.
Inoichi melipat kedua tangannya didepan dada.
"Shisui dan Itachi memang memiliki budi pekerti yang baik, saat selesai meminta keterangan darimu mereka berdua langsung menemui kita untuk meminta maaf" Nada ayahnya terdengar santai sekarang.
Ino memutar bola matanya malas, meskipun ia setuju dengan kata-kata ayahnya Ino masih merasa kesal dengan ayahnya.
"Aku jadi heran kenapa Itachi bisa tertarik padamu? Padahal perempuan Uchiha banyak yang cantik-cantik?" Ujar ayahnya dengan nada mengejek.
Ino semakin merasa kesal dengan ayahnya, rasanya ia tidak mau berlama-lama ada disini.
"Ck!"
Ino langsung berdiri dari tempatnya, dan tanpa pamit ia melengos pergi meninggalkan ayahnya.
o
o
o
"Shisui" Panggil Itachi.
Sosok yang dipanggil menoleh sebentar sebelum kemudian melanjutkan aktifitasnya.
"Aku mencarimu kemana-mana ternyata kau ada disini"
Shisui tersenyum tipis.
Ia melempar beberapa Shuriken dan menancap tepat pada pohon yang menjadi target.
Shisui tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Mendapat respon yang kurang baik dari sahabatnya, Itachi pun berinisiatif mendekati Shisui.
Itachi sangat paham apa yang membuat Shisui berubah sikap padanya.
"Shisui aku ingin menjelaskan perihal hubunganku dengan Ino"
Dan tanpa diduga Shisui langsung merespon perkataannya.
Shisui berbalik arah menghadap Itachi.
"Aku benar-benar terkejut saat mendengar kau memiliki hubungan dengannya, Itachi?" ujar Shisui.
"Kami baru berhubungan selama 4 hari ini" papar Itachi.
Shisui mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Jadi akhirnya kau menyukainya" Shisui berujar dengan nada menyindir.
Itachi pun diam, ia memperhatikan Shisui yang masih betah menatap kearah lain.
"Aku tidak tahu kalau kau juga.. memiliki perasaan padanya" tatapan Itachi berubah sedih.
Ia sudah menganggap Shisui itu seperti kakaknya, makanya saat diacuhkan oleh Shisui seperti sekarang, Itachi merasa seperti kehilangan sosok seorang kakak dan kawan.
Shisui tertawa pelan, "Sudahlah tidak usah dipikirkan, aku duluan ya Itachi"
Shisui menepuk punggung Itachi lalu melesat pergi meninggalkan Itachi yang terdiam.
ooOoo
"Pig kau sudah berpacaran dengan Itachi Onii San?" Tanya Sakura saat menghampiri Ino.
Ino menatap Sakura, "Kau tahu darimana?" Tanya Ino heran.
Sakura dan Ino secara bersamaan melangkah "Semua orang dikalangan Ninja sudah tahu, berita ini bahkan menjadi yang paling panas sekarang"
Ino membulatkan matanya, "Nani??"
"Iya!" Sakura mengangguk antusias.
"Bahkan perihal Izumi dan segala sesuatu yang menyangkut masalah cinta segitiga" ucap Sakura setengah mengejek.
Ino seketika mendengus kesal.
"Kenapa beritanya cepat sekali tersebar?" Tanya Ino.
Sakura mengangkat bahunya.
"Cinta segitiga?" tanya Ino sinis.
"Ya menurut berita yang beredar begitu" sahut Sakura.
Ino mendecih.
"Jadi sejak kapan kau mulai berhubungan dengan Itachi Onii San?" tanya Sakura tiba-tiba.
"Saat pulang dari Suna" Jawab Ino singkat.
"Oh baru saja ya, hey Ino kau tahu tidak kalau Izumi dipecat dari instansi kepolisian dan dihukum penjara selama 1 Tahun"
Ino mengangguk-angguk.
"Ya aku tahu" Sahutnya.
"Tapi ngomong-ngomong selamat ya atas hubunganmu dengan Itachi Onii San" Sakura menepuk-nepuk punggung Ino.
"Pokoknya awas kau menghianati Itachi Onii San, kalau sampai kau menghianatinya aku yang akan menghukummu Ino" Sakura menunjuk wajah Ino.
Plak
Ino menepis telunjuk Sakura.
"Aku akan menjaga cinta Itachi sepenuhnya, kau lihat saja nanti!" Ujar Ino ketus.
Ditengah Ino dan Sakura mengobrol, mata Ino terpaku pada sosok Itachi yang melintas didepan sana.
"Itachi Nii" gumam Ino, Sakura mengikuti arah pandang Ino.
"Tadi sehabis berlatih aku melihat dia masuk keruangan Hokage" celetuk Sakura.
"Oh mungkin dia ada urusan dengan Hokage Sama" sahut Ino.
Seiring dengan langkah Itachi yang semakin mendekat, pandangan mata Itachi dan Ino pun bertemu.
Otomatis langkah mereka secara bersamaan berhenti.
"Ino" gumam Itachi.
Sakura memperhatikan wajah Ino yang bersemu.
Melihatnya Sakura hanya bisa menahan tawa, ternyata seorang Yamanaka Ino benar-benar sudah dibuat mabuk kepayang oleh Itachi.
Sembari menahan senyum, Sakura menepuk bahu Ino yang menegang.
"Aku pergi duluan ya Ino, Itachi Nii San" ujar Sakura pamit.
Itachi memberikan anggukan kecil pada Sakura.
"Dari mana Itachi Nii?" tanya Ino dengan pipi yang masih bersemu merah.
"Aku dari kantor Hokage, kau sendiri dari mana?" tanya Itachi balik.
"Aku habis berlatih Itachi Nii, jadi aku memutuskan untuk berjalan keluar"
"Hn Sokka" gumam Itachi, lalu melangkah pergi bersama Ino.
Ino dibuat heran dengan respon Itachi yang agak pasif.
Rasanya Itachi tidak sedingin ini.
"Jadi kita mau kemana? Apa sebaiknya kita singgah minum dulu?" tawar Itachi.
Ino mengangguk, "Boleh Itachi Nii"
"Baiklah" Jawab Itachi lalu diam.
Setelah pertemuan mereka diruangan interogasi waktu itu, baru hari ini mereka bertemu lagi.
Namun Ino merasa Itachi agak berbeda, ia lebih banyak diam.
Mereka masih berjalan, hingga akhirnya Itachi membawanya singgah disebuah kedai penjual Dango.
Mereka berdua kemudian duduk, Ino masih memperhatikan wajah Itachi.
"Itachi Nii?" panggil Ino.
Itachi menoleh kearahnya, "Hm Nande?" tanya Itachi.
"Apa kau ada masalah? Ceritakan saja padaku, siapa tahu aku bisa membantu?" ucap Ino.
Itachi tertawa pelan.
"Tidak ada"
Ino memasang wajah cemberut.
"Habis dari tadi Itachi Nii diam saja" gerutu Ino.
Itachi menyentuh tangan Ino yang terkulai dimeja.
Lagi-lagi Ino dibuat tersipu.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Itachi.
Ino tersenyum kaku.
"Aku sudah merasa jauh lebih baik" jawabnya malu-malu.
"Syukurlah kalau begitu" Itachi menarik tangannya dari tangan Ino.
Tak lama pesanan mereka berdua datang.
Ino masih betah menatap Itachi, Ino merasa tatapan mata Itachi itu berbeda.
Saat menatap kearah lain tatapan itu berubah sedih.
Ino ingin sekali menggali lebih dalam tentang perasaan Itachi, ia penasaran masalah seperti apa yang menimpa Itachi sampai-sampai membuat sikap Itachi berubah begini.
"Itachi Nii ?" panggil Ino.
"Ya?" Itachi menatapnya.
"Besok lusa aku akan berangkat kedesa seberang bersama Neji dan Sakura" Ujar Ino.
"Ada misi apa kesana?" tanya Itachi lagi.
"Untuk mengambil perlengkapan senjata" jawab Ino.
Itachi bergeming.
"Apa kalian akan bermalam?" tanya Itachi.
Ino menggeleng. "Tidak.."
"Sokka berhati-hatilah nanti saat dijalan"
Ino mengangguk. "Hai"
"Kalau aku ada waktu, aku akan mengunjungimu disana" Ujar Itachi, sebelah tangannya menggenggam jemari Ino.
Ino sesaat terdiam, ia berpikir benarkah yang ia dengar barusan?
Benarkah Itachi akan mengunjunginya saat misi nanti?
Ino rasanya ingin terbang dan berteriak karena saking bahagianya.
Mendengar Itachi mengatakan akan mengunjunginya nanti saat menjalankan misi itu, seperti pucuk dicinta ulam pun tiba.
"Hontou Nii ?" tanya Ino dengan ekspresi senang.
Itachi tersenyum, "Hm"
Ino benar-benar merasa bahagia, sejenak ia masih sibuk dengan perasaan berbunga-bunganya.
Dan kegiatannya tersebut, diinterupsi Itachi yang menyuruhnya untuk minum.
"Minumlah Ino mumpung airnya masih hangat" ujar Itachi.
Dengan gerakan kaku Ino mengambil gelas dan menyeruput minuman digelasnya.
Ino kemudian meletakan gelasnya dimeja, ia mengambil satu tusuk Dango dan kemudian memakannya.
Sambil mengunyah Ino memperhatikan Itachi yang tengah menatap lekat sesuatu.
Saat melihat objek yang menyandera indera penglihat Itachi, Ino terkejut.
Yang membuat Ino terkejut adalah sosok Shisui yang terus berjalan melewati mereka.
Shisui tidak menghampiri Itachi dan dirinya.
Padahal dari pinggir jalan ia dan Itachi kelihatan sangat jelas, meski hanya sekedar melirik dari ekor mata.
"Shisui Nii San" gumam Ino.
Tanpa diduga Shisui melirik sekilas kearah mereka, Shisui sempat menyunggingkan senyum tipis lalu kemudian lanjut berjalan.
Ino mengernyit heran.
"Kenapa Shisui Nii San tidak singgah?" tanya Ino pada Itachi.
Itachi menatap Ino.
"Mungkin dia sibuk"
"Tapi biasanya Shisui tidak pernah sedingin itu" ujar Ino yang membuat Itachi terdiam.
Tak mendapat jawaban Ino pun menoleh kearah Itachi.
Dilihatnya Itachi yang kini menatap lurus minumannya.
Ino mengerutkan keningnya.
"Itachi Nii Daijoubu Ka?" tanya Ino, seolah terkejut Itachi langsung bergeming.
"Hm Nande?" responnya.
"Apa kau sakit?" tanya Ino seraya menempelkan punggung tangannya didahi Itachi.
Itachi tertawa pelan, "Ah tidak, aku baik-baik saja" jawabnya.
"Itachi Nii?" panggil Ino lagi.
"Ya?" sahut Itachi.
"Bagaimana kalau kita berjalan-jalan" usul Ino.
Itachi berdeham, "Umm - "
Itachi menggantung kalimatnya, sebelum kemudian menatap Ino.
"Sebaiknya kita jangan sering-sering bertemu dulu Ino" ujar Itachi yang membuat Ino seketika mematung.
TBC
Hello readers, thankyou udah review.
hope you like it ya?
