Ini adalah fanfiction dari novel Conan: I Am Not a Snake Spirit di mtl. Ada banyak kesamaan plot dalam novel ini dengan novel itu. Bagaimanapun, ini adalah fanfiction yang saya buat berdasarkan novel itu. Dan akan ada beberapa sedikit modifikasi berdasarkan nama main karakter dan plot. Novel ini murni 70% novel dan 30% ide saya sendiri


I'm Not Mentally Retarded, I Can Only See Ghosts

Hari ini cuaca sangat cerah di kota Beika, memancarkan sinar matahari ke seluruh dunia dengan cahayanya yang hangat tetapi terik di beberapa tempat yang tidak dilindungi oleh bayangan yang bergoyang.

Sanatarium rumah sakit jiwa dibangun di lereng bukit. Rumah itu sangat indah dan elegan. Dari luar, ia memiliki gaya Eropa. Tapi interiornya lebih condong ke gaya Jepang. Beberapa rumah dikelilingi oleh halaman. Koridor ditutupi dengan lantai kayu dan pagar ditutupi dengan tanaman merambat ungu. Pohon ceri dan pir persik ditanam di halaman, yang indah setiap musim semi. Beberapa halaman saling berhubungan untuk membentuk ruang yang lebih besar dengan rumput hijau, peralatan aktivitas, dan kolam teratai yang besar.

Di suatu tempat, pria tampan itu duduk di bangku di bawah pohon, melihat sekeliling dengan bosan.

Saat itu, tubuhnya berkeringat bermandikan panasnya matahari yang menyinari di atas kepalanya, angin meniup rumput, dan waktu seolah-olah berhenti sejenak.

Namun detik berikutnya, ketenangan dan kedamaian disana hancur total.

"Anda harus percaya padaku. Suatu hari nanti, Tuhan akan datang pada saat penghakiman untuk menghukum kalian orang-orang pendosa!" Seorang pria dengan kaki telanjang dan pakaian sakit berlari dari belakangnya.

Dia diikuti oleh sekelompok perawat dan dokter.

"Cepat kejar dia!"

"Hentikan dia sesegera mungkin!"

Pemuda kurus yang duduk di bangku dengan ekspresi acuh tak acuh terhadap segala sesuatu di sekitarnya mengoreksi posisi duduknya dan berbaring di bangku taman sambil menatap langit biru yang damai. Dia mencoba mengabaikan suara panik para perawat tapi tidak bisa. Ensei tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat mereka dengan rasa ingin tahu.

Tidak jauh dari kursi di taman, tempat dia berbaring, ada kolam ikan dangkal yang airnya selutut dan di sana, banyak perawat mencoba membujuk pasien wanita untuk tidak mencoba melompat ke kolam.

"Mau kemana nona? Ini kolam ikan, ayo kembali !!" Suara panik perawat itu terdengar sebentar-sebentar.

"Wuuuu...aku adalah ikan, putri duyung, aku akan kembali ke laut ...mereka memanggilku pulang"

"Nona cantik, ini bukan laut. Aku akan membawamu ke laut yang sebenarnya, kamu... ah-" Terdengar suara "Buusss-" air yang sangat besar disertai dengan tangisan suara panik perawat.

"Oh tidak, pasien telah jatuh ke dalam air!"

Ensei mengalihkan perhatiannya saat mendengar suara bola memantul ke arahnya. Dia menatap bola kecil yang menggelinding ke kakinya. Dia membungkuk untuk mengambilnya, bangkit dan berjalan menuju gerbang besi.

Perawat yang berdiri di samping bangku dengan cepat mengikuti, dengan sedikit kewaspadaan di matanya.

Berjalan ke gerbang besi, dia berjongkok dan menyerahkan bola melalui celah pagar besi, "Ini."

Di luar gerbang besi, bocah lelaki dan berkacamata itu menatap Ensei tanpa berkedip, terlalu terpana dengan wajah tampan Ensei seperti idol kpop, atau mungkin dia tidak terbiasa dengan wajah tanpa ekspresi Ensei saat mengambil bolanya dengan malas.

Ensei berdiri dan bersiap untuk pergi.

"Tunggu, tunggu sebentar!" gadis kecil di sebelah bocah berkacamata itu berkata dengan tergesa-gesa, tidak memperhatikan wajah kesal temannya "Terima kasih, nii-san! Namaku Ayumi, Yoshida Ayumi. Di sebelah saya adalah Edogawa Conan, siapa namamu?"

Ensei Ryota berhenti dan kembali menatap gadis dan bocah berkacamata itu.

Pada usia enam atau tujuh tahun, gadis kecil ini memiliki rambut pendek, getah ikat kepala pink, sweter merah, dan sepasang mata besar yang menatapnya penuh harap dan lugu. Hal yang sama juga terlihat pada bocah laki-laki disampingnya, kecuali ekspresi wajahnya terlihat dewasa untuk usianya dan dia menatap Ensei dengan bosan dengan tangan di saku celananya.

Di dunia dua dimensi ini, mereka berdua dapat dianggap sebagai anak kecil yang sangat lucu.

Masalahnya adalah... Yoshida Ayumi?Edogawa Conan?

Nama ini, dikombinasikan dengan garis waktu yang kacau, membuat Ensei bertanya-tanya apakah dia benar-benar gila...

Ada begitu banyak dunia yang bisa dia lalui setelah kematian, mengapa harus dunia Detektif Conan?Dia masih belum yakin seratus persen apakah dunia ini diciptakan oleh Gosho Aoyama? Atau hanya kebetulan mereka memiliki nama yang sama?

Bahkan Ensei tidak mengerti.

Bagaimana dia bisa transmigrasi ke dunia ini. Peluang untuk menyeberang sangat kecil, dan itu hanya dapat dicapai dalam kondisi tertentu, seperti obsesi dalam hati untuk mencapai kekuatan tertentu.

Obsesi ini akan menyebabkan beberapa perubahan dalam tubuh jiwa. Tubuh jiwa mungkin atau mungkin tidak memiliki ingatan, tergantung pada intensitas obsesi Anda.

Dari sudut pandang ilmiah, itu adalah medan magnet. Biasanya orang tidak bisa menyentuh medan magnet semacam ini. Bahkan jika itu menyentuhnya, itu bukan hal yang aneh. Ini dapat menyebabkan halusinasi dan sebagainya karena medan magnet, yang menciptakan halusinasi hantu. Seperti yang dia lihat sebelumnya.

Keberadaan tubuh jiwa saat ini belum pasti secara ilmiah. Beberapa orang mengatakan bahwa orang sadar setelah kematian, tetapi beberapa orang tidak mempercayainya.

Peluang obsesi yang mengarah ke penyeberangan sangat kecil, dan penyeberangan ke dunia yang ingin Anda tuju bahkan lebih kecil. Peluangnya bahkan lebih kecil daripada kemungkinan Anda akan menjatuhkan tiket lotre hadiah pertama dengan berjalan di langit tanpa alasan.

Dan hal keberuntungan ini entah bagaimana jatuh ke tangan dia yang telah meninggal di kehidupan sebelumnya dan jiwanya dipindahkan ke tubuh baru ini.

Ya, seperti yang Anda duga. Ensei adalah seorang traverser.

Sebulan yang lalu, dia terkejut menemukan bahwa dia yang seharusnya meninggal telah pindah ke dalam tubuh seorang pria Jepang.

Nama pemilik tubuh baru itu berbeda dengan yang dia miliki sebelumnya, Chu Yunfei, seorang warga negara Amerika Serikat .

Usia yang sama dengannya, dua puluh tahun tetapi dia terlihat seperti siswa sekolah menengah remaja. Tidak, lebih tepatnya dia terlihat seperti karakter anime bukan wajah manusia asli. Dia sangat tampan dan cantik serta bisa disebut androgynous karena tubuhnya yang ramping.

Jika bukan karena wajah aneh dan sekitarnya yang berubah menjadi dunia 2D, Ensei hampir akan berpikir bahwa dia telah terbangun dari kecelakaan di rumah sakit

Sebelumnya, dia adalah orang half-China, dan pemilik tubuh ini adalah orang Jepang murni.

Untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, ketika dia menyeberang, kesadaran asli dari tubuh ini masih ada!

Keduanya akan bergantian satu sama lain setiap empat atau lima jam, mengendalikan tubuh, sementara dia tertidur lelap.

Pada hari kedua perjalanan waktu, dia dikirim ke departemen psikiatri dan dia didiagnosis dengan gangguan kepribadian ganda. Di mata dokter dan orang-orang di sekitarnya, dia memiliki masalah, komplikasi dari kepribadian ganda - sindrom persepsi waktu!

Menurut dokter, dia bermasalah dengan waktu, sulit membedakan tanggal. Sebagai contoh, kemarin adalah hari senin, kenapa besok masih senin?

Selama waktu ini, Ensei mulai bertanya-tanya apakah ada yang salah dengannya.

Namun dia percaya ini adalah efek dari transmigrasi ke dunia ini. Lebih buruk lagi, setelah dia menyeberang, dia bisa mendengar dan melihat arwah berkeliaran di sekitar rumah sakit dari waktu ke waktu.

Selain itu, dia baru saja menyeberang dan tidak memiliki ingatan untuk diwarisi kecuali bisa mengerti dan berbicara bahasa Jepang. Dia benar-benar tidak punya perasaan untuk dunia ini atau bahkan keluarganya. Dia tidak tahu hasil tesnya, tapi dia pergi ke dokter. Ekspresi serius di wajahnya saat itu juga bisa ditebak bahwa itu pasti mengerikan.

Selain itu, kesadaran aslinya sendiri tertekan dan sejak dia dikirim oleh orang tuanya untuk dirawat di rumah sakit jiwa, depresinya semakin parah dan Ensei Ryota yang asli telah berulang kali mencoba bunuh diri sebelumnya.

Selama dia tinggal di rumah sakit gila ini, dia memiliki bangsal kunci sendiri yang terlihat sangat mewah, tetapi setiap aktivitasnya tidak lepas dari visi perawat.

Pada minggu sebelumnya, ia harus menjalani aktivitas di unit perawatan intensif terutama di dalam ruangan. Ketika pergi, ia harus ditemani oleh staf, dan barang-barang apa pun harus dikelola oleh staf sebelum diserahkan kepadanya.

Mereka akan kaji kondisinya setiap hari. Perubahan kondisinya juga akan dicatat setiap saat, dan dilaporkan ke dokter untuk perawatan tepat waktu...

Dia harus bangun tepat waktu, tidur tepat waktu, minum obat tepat waktu, memantau dari waktu ke waktu...

Dia yang tidak sakit, masih akan bisa sakit jika dia tinggal di sini untuk waktu yang lama! Berada di rumah sakit jiwa ini sungguh menguras mental dan stamina. Jika dibiarkan lama di sini dia mungkin akan benar-benar gila.

"Nii-san?" Yoshida Ayumi menatap Ensei Ryota dengan curiga, dengan rona merah aneh di wajahnya, benar-benar kakak yang tampan. Conan di sebelah Ayumi hanya mengeluh dan berharap bisa pergi dari rumah sakit jiwa ini sesegera mungkin.

Nona Perawat berjongkok dan menjelaskan, "Nona kecil, pemuda ini ..."

Ensei kembali sadar dan menatap Yoshida Ayumi, "Ensei Ryota namaku."

Ayumi Yoshida mengangguk, menunjukkan senyum manis, "Aku ingat, bisakah aku datang untuk bermain denganmu di lain hari?"

"Oi, Ayumi", desis Conan sambil mencoba menarik lengan gadis kecil itu untuk pergi tapi Ayumi begitu terpesona oleh pemuda di dalam gerbang itu sehingga dia tidak menyadari kekhawatiran Conan.

"Maaf, kamu tidak bisa ..." Nona Perawat dengan cepat menolak dan Conan akhirnya bisa bernafas lega. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika perawat mengizinkan mereka masuk ke rumah sakit yang penuh dengan penderita gangguan jiwa. Itu pasti berbahaya bagi mereka berdua yang masih anak kecil.

Nona Perawat memandang kedua anak kecil itu dengan simpati tetapi dia terus melakukan pekerjaannya, tidak mengizinkan orang luar masuk tanpa izin. Meskipun Ensei belum menyerang orang lain saat ini, dia mudah terganggu oleh pikiran orang lain. Dia tidak bisa menjamin bahwa Ensei tidak akan membuat komentar aneh, dia juga tidak berani berjanji untuk membiarkan seorang gadis kecil berhubungan terlalu banyak dengan Ensei

"Mengapa?"

Yoshida Ayumi menatap nona perawat dengan bingung. Sebelum pertanyaan itu dijawab nona perawat, Conan terlebih dahulu menariknya menjauh dari sana dan dan Ensei pula sudah berbalik dan berjalan menuju bangsal dengan ekspresi acuh tak acuh.

Dalam perjalanan, seorang pria berdiri di depannya, melihat sekeliling dengan gugup, dan berjalan bolak-balik di satu tempat, dia berjalan sangat lambat seolah-olah dia menderita penyakit kaki yang serius. Saat itu ia tidak menyadari adanya arwah yang memeluk kakinya dari waktu ke waktu, sehingga membuat pria tersebut kesulitan untuk berjalan.

Dan Ensei yang kebetulan melihat arwah itu: "..."

Terus berjalan dan pura-pura tidak melihat kehadiran arwah itu. Namun, meskipun dia mengabaikan hantu itu, hantu itu sepertinya menyadari bahwa Ensei bisa melihatnya. Jadi dia, hantu berambut panjang yang menutupi separuh wajahnya, melepaskan tangannya dari cengkeraman kaki targetnya dan pergi ke sisi Ensei. Perbuatan hantu tersebut menyebabkan pasien laki-laki tersebut kehilangan kendali dan terjatuh ke tanah dan ia segera dibantu oleh beberapa perawat.

Setelah bangun, pria itu melihat ke kiri dan ke kanan dan mulai mengoceh tak jelas saat dia dibawa ke kamar bangsalnya oleh dua nona perawat.

"Nee~kamu bisa melihatku, kan?"

Hantu wanita yang mengikuti Ensei melayang ke samping, kepalanya dimiringkan ke samping, menunjukkan wajahnya yang mengelupas di sana-sini dan matanya yang cekung, hitam tidak berdasar. Meski terlihat menakutkan, tidak ada perubahan yang terlihat pada ekspresi wajah Ensei, dia seratus persen mengabaikan hantu wanita itu.

"Ne~akuu tahu kamu bisa mendengar suaraku..."

Ensei menulikan telinganya. Meskipun di kehidupan masa lalunya dia takut dengan setan atau roh gentayangan tapi sekarang, ketakutan langsung tidak muncul di benaknya karena walaupun yang dilihatnya adalah hantu tapi itu adalah hantu 2d yang berbasis dari dunia anime apalagi itu adalah hantu dari anime detektif conan yang merupakan anime yang lebih fokus pada genre crime dan gory daripada supernatural genre. Hantu wanita ini tidak terlihat menakutkan sama sekali.

"Nee~ jangan abaikan aku."

"Hellooo~"

"Hei, manusia, lihat aku..."

Sudut mulut Ensei berkedut.

"Hei, dengarkan akuuu ..."

Alis Ensei berkerut menahan ketidaksabarannya terhadap hantu perempuan yang terus mengganggunya.

"Hei, lihat akuuu ..."

"Berisik!!*Plak!*" "Ooftt-?!"

Ensei terkejut mendengar suara asing itu, dia berbalik dan menemukan bahwa dia telah memukul di arteri karotis, bagian belakang leher pasien pria yang kebetulan berada di dekatnya ketika dia mencoba untuk memukul hantu wanita itu.

"...", Ensei speechless.

Pria yang dipukulnya langsung jatuh ke tanah dan terus pingsan. Hantu wanita yang ingin dia pukul melayang di samping pasien yang tidak sadarkan diri dan menatap Ensei dengan ragu tapi rasa penasarannya begitu kuat sehingga dia mengabaikan tindakan Ensei yang mencoba memukulnya tadi.

"Apa yang sedang kamu lakukan?", sekelompok perawat datang dan melanjutkan pekerjaan mereka dengan membantu pasien pingsan di lapangan.

"Kamu, ikut kami!"

Sebelum Ensei sempat kabur, dia terlebih dahulu ditangkap dan siap dibawa ke ruangan perawat pribadinya. Dan, hantu perempuan itu melayang mengikutinya dari belakang diam-diam...