Memories Of The Past

Pangeran es, SMA Teitan. Pendiam dan tidak pernah tersenyum. Dia tidak pernah bergaul dengan semua siswa kecuali keadaan mengharuskannya. Yukito Sohma dijuluki sebagai siswa paling berbakat di SMA Teitan, disukai oleh semua guru dan siswa di sekolah tersebut karena kejeniusannya di bidang akademik dan selain itu dia memiliki penampilan yang cantik dan sifat yang santun terhadap guru. Maka tidak heran jika Sohma Yukito memiliki fan base yang besar di kalangan pelajar pria dan wanita.

Meski memiliki fan base hampir 80 peratus di sekolah, bahkan Sonoko juga tidak terkecuali. Pangeran es Teitan tampaknya berusaha menghindari bergaul dengan semua siswa di sekolah tersebut, terutama siswa perempuan. Dia seolah membuat tembok pertahanan antara dirinya dan orang lain. Karena itu dia dilabel sebagai orang yang sombong oleh siswa laki-laki yang iri dengan banyak penggemarnya dan menyebabkan banyak siswi patah hati.

Jadi, itu tadi respon Shinichi kepada teman sekelasnya yang terkesan misterius. Tidak peduli seberapa dalam Shinichi menyelidiki rahasia pangeran es itu dia tidak pernah berhasil menemukannya.

Pemikiran Shinichi penuh dengan tanda tanya besar. Dia sering tertanya di hati;

Kenapa Yuki bersikap dingin pada semua orang? Kenapa dia berusaha menghindari sportlight sebagai orang terkenal? Bukankah banyak orang saat ini menyukai perhatian terutamanya dari lawan jenis?Bahkan dia(Shinichi) juga tidak terkecuali.

Apakah dia mengidap Haphefobia?

Jadi, meski merasa bersalah Shinichi diam-diam mengikuti Yuki yang kebetulan pergi ke Tropical Land, tetap berusaha memecahkan misteri yang disembunyikan oleh pria itu. Dan, kebetulan Shinichi sempat berjanji akan membawa Ran, teman masa kecilnya ke sana setelah berhasil menjuarai kejuaraan Karate.

Shinichi memandang Yuki dalam diam, mengamati cara berpakaiannya yang terlalu formal, terlalu tertutup. Tidak ada celah yang terlihat sama sekali. Dia bahkan memakai topeng yang menutupi separuh wajahnya agar tidak dilihat orang.

Seperti biasa, pangeran es SMA Teitan berpindah ke pintu masuk area Dream and Fantasy Land, dia dengan waspada menghindari area sekitar pengunjung lain.

Sebelum bayangannya menghilang dari pandangan, Shinichi menggenggam tangan Ran dengan erat, menarik gadis itu masuk ke area Dream and Fantasy Land dan diam-diam mengejar Yuki. Tindakannya membuat Ran tersipu malu tapi sayangnya, Shinichi tidak menyadari keanehan teman masa kecilnya itu. Pikirannya terfokus pada Yuki dan mencoba mengungkap rahasia yang dia sembunyikan.

Setelah menunjukkan tiket masuk ke penjaga yang sedang memeriksa para pengunjung, Shinichi mencari Yuki tetapi tidak dapat menemukannya. Akhirnya, dia harus melupakan niatnya dan mengikuti keinginan Ran.

Dalam masa sehari mereka di Tropical Land, Shinichi dan Ran mencoba berbagai jenis permainan yang tersedia di sana.

Shinichi tersenyum saat melihat rakan masa kecilnya itu tersenyum riang sambil mencoba naik arena seluncur es di Tropical Iceland. Seperti sebelumnya, saat Shinichi bosan dia akan melihat sekeliling, namun masih tidak menjumpa Yuki di sana.

'Masih tiada'

"Ne, Shinichi. Ayo naik mystery coaster..."

"Ah?"

Ran mengundangnya dengan menarik lengan bajunya. Jari telunjuknya diarahkan ke area roller coaster yang dipenuhi pengunjung.

Melirik ke bagian dari taman hiburan yang menampung roller coaster, Shinichi menemukan Yuki sedang mengantri di antara semua pengunjung yang ingin naik Mystery Coaster.

Merasa lega. Seperti yang diharapkan dari Ran. Akhirnya ketemu pemuda ini juga. Shinichi dengan cepat mengangguk dan mengiyakan; "Yah ..."


Satu tahun lalu.

Bibi Yui sedang berada di luar dapur, ketika dia mendengar suara keras dan buru-buru masuk ke dapur. Pemuda dengan wajah androgynous, berdiri pucat, menatap pecahan kaca di lantai seolah dia tidak sadarkan diri.

Bibi Yui tercengang olehnya, "Tuan muda Yuki, apakah tangan kamu terluka?"

Yuki tiba-tiba pulih, dan tersenyum padanya dengan enggan, "Tidak apa-apa, Bibi Yui, saya baik-baik saja tetapi cangkirnya tergelincir sekarang. Maaf, tentang cangkirnya"

Bibi Yui tersenyum dan membungkuk untuk mengambil pecahan kaca yang berselerakan di lantai, dan Yuki dengan cepat berkata, "Saya akan membantu" Kemudian dia berbalik dan mengambil sapu dan sekop sampah untuk membersihkannya.

Bibi Yui memperhatikan gerakannya yang lincah, matanya menampakkan cinta.

"Ini cangkir Nyonya Akemi, kan?"

Mata Bibi Yui berubah saat dia mengenali garis-garis pada pecahan itu. Nyonya besar di rumah memiliki temperamen yang buruk, dan pasti tidak mudah untuk melarikan diri setelah memecahkan cangkirnya.

Ekspresi bersalah di wajahnya terlihat jelas, Yuki tersenyum sedih dan menjawab dengan gugup; "Ya, Ny. Akemi menyuruhku menyiapkan minuman sore ini tapi sekarang cangkirnya..."

Bibi Yui menatap anak majikannya dengan simpati. Dia mengambil sapu dan sekop sampah dari tangan Yuki dan menyuruhnya mengambil cangkir yang serupa dengan yang telah pecah tadi di dalam kabinet dapur.

Yuki bersyukur masih memiliki bibi Yui yang masih berada di sisinya dan bersedia melindunginya.

Memegang cangkir dan teko teh baru, aroma uap teh hijau berkumpul di udara di sekitar Yuki yang pindah ke kamar ibunya dan membawa nampan berisi air teh hangat ke beranda luar jendela tempat ibunya duduk di kursi yang ditempatkan di sana. Sebuah meja kecil terletak di sampingnya.

Sohma Akemi, inilah nama wanita terampil yang cantik dan anggun ini. Wanita ini adalah ibu kandung dari pemilik tubuh asli. Wanita ini tampil menawan dengan mengenakan kimino biru bermotif bunga sekura dengan susunan sanggul rapi dan dijepit dengan jepit rambut yang struktur batangnya terbuat dari batu giok berkilau terkena sinar matahari dan terdapat berlian kecil membentuk lingkaran bunga mempercantik keindahan jepit rambut.

Tentu saja harga jepit rambut ini tidak murah, bahkan bisa mencapai total 1 milyar namun wanita ini tetap memakai jepit rambut ini meski di rumah.

Berdasarkan memori yang dia terima sebelumnya, nama pemilik tubuh yang dimilikinya saat ini adalah Sohma Yukito, pemuda ini memiliki nama yang hampir sama dengan dirinya, bahkan wajahnya mirip dengan karakter Sohma Yuki yang dia tonton di anime di kehidupan sebelumnya.

Yup, Anda tidak salah dengar. Jiwa protagonis dalam tubuh Sohma Yukito saat ini bukanlah jiwa putra asli Sohma Akemi melainkan jiwa seorang pemuda bernama Shirozawa Yukito. Sebelumnya, dia adalah seorang yatim piatu dari Blue Planet dan dibesarkan di panti asuhan sejak dia masih kecil.

Malangnya, panti asuhan tempat dia tinggal bukanlah tempat yang baik untuk membesarkan anak-anak kecil. Sebagian besar pekerja yang bekerja di sana, banyak di antaranya menganiaya anak-anak yang mereka asuh.

Bahkan tujuan pemilik panti asuhan mendirikan panti asuhan adalah untuk menggelapkan uang yang disisihkan untuk anak yatim untuk digunakan sendiri. Maka tidak heran jika banyak ditemukan anak yatim di sana dalam kondisi tidak terawat dan kekurangan nutrisi yang menghambat sistem perkembangan pertumbuhan tubuh mereka dan protagonis kita juga termasuk di antara anak-anak malang itu.

Meskipun dia telah hidup selama delapan belas tahun, dia tidak tahu siapa orang tuanya, dan tidak pernah merasakan kehangatan kasih sayang keluarga. Namun, protagonis adalah orang yang optimis dan tenang. Dia bahkan belajar dengan giat sehingga dia berhasil mendapatkan gelar siswa straight A secara langsung di masa SMA-nya.

Namun, dia tidak pernah menyangka bahwa sehari sebelum dia menyelesaikan tahun-tahun sekolah menengahnya dan memulai langkah awal untuk melanjutkan studinya di Universitas diakui oleh masyarakat dengan menggunakan uang yang dia kumpulkan, dia tidak sengaja jatuh ke danau dan tenggelam setelah dia pergi bermain dengan beberapa teman sekelasnya. Betapa malangnya nasibnya, ia meninggal sendirian tanpa pendamping dan tampaknya takdir sepertinya tidak puas bermain dengannya.

Lihat, bagaimana dia bisa terdampar di tubuh Sohma Yuki tetapi dengan nama belakang yang sama juga. Dia bahkan tidak mengenal satu pun anggota keluarga Sohma di sini, tetapi tergantung pada ingatan yang dia dapatkan dari tubuhnya, Sohma Yukito dan keluarganya memiliki hubungan yang suram, setiap hari dia dianiaya oleh anggota keluarga, kerabat, dan bahkan lebih menyentuh, ibunya yang merupakan dalang dari pelecehan itu.

Itu semua terjadi karena kutukan dari 12 zodiak yang dideritanya sejak lahir. Ny. Akemi yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa anaknya berbeda dari manusia lain dan mulai merasa takut dengan Yukito yang saat itu masih bayi, takut akan kutukan yang dibawa putranya.

Akibatnya, persepsi wanita tentang bayinya mulai berubah dan emosinya menjadi tidak stabil. Dan sifat wanita itu yang pada awalnya lembut dan penuh kasih mulai berubah menjadi pemarah. Itu berdampak buruk pada masa kecil Yukito yang kesepian dan kerinduan akan cinta seorang ibu.

Bahkan Yuki tidak bisa mengantisipasi kapan kemarahan wanita ini akan meletus setelah melihat wajah Yukito yang sangat mirip dengannya.

Dengan hati yang gugup, Yuki berdiri senyap di samping meja dan memegang nampan teko teh hangat dengan erat.

Saat itu, Ibunya (Yukito) sedang menikmati waktu luangnya dengan membaca buku sambil ditemani angin menderu dari luar yang meniup sebagian rambutnya bertebangan di bawa angin. Wajah cantiknya tampak lembut saat itu. Dan itu menambah sedikit keberanian untuk Yuki mengingatkan bahwa emosi ibunya stabil dan dia terlihat dalam suasana hati yang baik.

"Taruh di sana" suara lembut ibunya bergema di ruangan itu.

"Baik Ny. Akemi..."Yuki bergegas meletak jug dan cangkir berisi air hangat teh hijau atas meja kecil. Yuki bermaksud untuk keluar dari ruangan, seperti yang dilakukan pemilik asli sebelumnya, tetapi hentakan keras menempel di sisi wajahnya sebelum dia bisa bertindak balas. Dahinya memiliki bekas luka yang diterimanya tadi. Wajahnya miring ke samping akibat dari hentakan kuat yang tiba-tiba itu.

Sebuah buku tebal jatuh ke lantai setelah dilempar oleh Ny. Akemi sampai ujung buku mengenai sisi dahi Yuki.

Tis! Tis!

Darah segar menetes ke lantai, di antara kedua kaki Yuki. Namun pemuda itu tidak menyadarinya karena masih dalam shock.

"Siapa yang membenarkan kamu keluar? Tetap di situ." Nyonya Akemi menatap kosong ke arah putranya.

"I...ibu?" Yuki menangkupkan mulutnya saat menyadari bahwa dia telah salah mengucapkan gelar yang seharusnya tidak diucapkan kepada wanita itu.

"Berhenti memanggil aku seperti itu!Dasar anak sial!!" Ny. Akemi berteriak keras. Wajah lembutnya menghilang dan sekarang digantikan oleh wajah galaknya.

Wanita itu meraih teko dan melemparkannya ke arah Yuki tetapi tidak berhasil, lemparannya melenceng ke arah lain tetapi percikan air hangat menyapu wajah Yuki, menghangatkan wajahnya dan membasahi pakaian yang dikenakannya. Beruntung air teh di teko sudah mulai dingin, tidak sepanas tadi jadi Yuki tidak terluka gara-gara semburan air panas.

Yuki memegangi dahinya yang berdarah dan mula terasa berdenyut-denyut. Dia menatap Ny. Akemi dengan kebingungan dan sakit hati yang tiba-tiba ia rasakan seolah-olah akan merobek hatinya atas kelakuan kasar Ny. Akemi kepadanya. Yuki tahu bahwa perasaan ini bukan miliknya, tapi perasaan Yukito yang sebenarnya kepada ibu kandungnya yang memperlakukannya dengan buruk, tidak seperti kasih sayang seorang ibu kepada putra kandungnya sendiri.

Meski Yuki tahu bahwa Yukito sering dianiaya oleh keluarganya, dia tidak pernah menyangka akan merasakan pengalaman yang Yukito alami. Siapa sangka suasana hati ibu Yukito mudah berubah. Dan ini mengingatkan Yuki pada ibu asuh di panti asuhan di masa lalunya yang menganggapnya sebagai alat untuk cepat kaya dengan mengambil banyak anak yatim untuk diurus dan membuang mereka (anak yatim) jika nilainya tidak lagi berguna di mata mereka.

Tapi nasib Yukito lebih buruk daripada dia tinggal di panti asuhan dan bahkan lebih memilukan daripada dia hanya digunakan sebagai alat oleh ibu asuhnya.

Pada saat itu Yuki sedar takdir benar-benar membencinya kerana dia harus melalui apa yang dirasai Yukito sebelum dapat keluar dari rumah Sohma dan tinggal jauh dari sana...

・゚: *・゚*・゚: *・゚*・゚: *・゚: End Chapter*・゚: *・