R21 – explicit
…
Kagami Taiga pernah tinggal di Amerika. Fakta itu sudah bukan rahasia lagi karena semua orang yang ia kenal mengetahui itu. Ia sudah lama di sana, cukup lama sampai bahasa Inggrisnya terdengar sangat fasih. Namun terkadang, Akashi Seijuro selalu melupakan fakta tentang kekasihnya tersebut.
"Hnnh … hng—mm—anh! Ah—angh … mmh!"
Kagami dewasa di sana, di tanah Barat dengan segala pergaulannya yang bebas. Apabila kau berusaha membandingkan kelakuan remaja sana dengan sini, tentu akan sangat berbanding terbalik. Dan Kagami melalui sebagian masa remajanya di lingkungan yang berbanding terbalik dengan di Jepang itu.
Tentu, kalau hanya urusan ranjang, Kagami pasti sudah lulus 100 persen.
"Aaah … hmm." Tubuh Akashi bergetar makin parah ketika suara rendah Kagami sampai ke telinganya. Suaranya sangat dekat, bahkan nafasnya menggelitik sebagian kulitnya yang sensitif. "Sei," pria itu menyebut namanya, sementara tangan besarnya bergerak ke bawah, menyentuh putingnya yang sudah memerah.
"Sei … Seijuro …." Kagami terus memanggilnya … dan dengan suara itu. Akashi sangat ingin membalas, tapi mulutnya terlalu sibuk mengeluarkan suara-suara tak senonoh. Bahkan nafasnya sudah lebih sulit sekarang. Kagami tidak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan berhenti menggerakkan pinggulnya.
Masih dengan tangan besarnya yang memainkan puting Akashi, Kagami meninggalkan beberapa kecupan berikut tanda cinta lainnya di punggung sang kekasih. Seluruh tubuhnya lengket karena keringat, begitu pula rambut merah membaranya yang lepek.
Akashi Seijuro yang sempurna … sudah sepenuhnya menyerah dengan keadaan.
Diam-diam Kagami tersenyum, menghantam titik kenikmatan Akashi sekali lagi dengan kekuatan ekstra. Dan sekali lagi, pria kecil di bawahnya itu mendesah panjang.
"Look here, Sei." Kagami menangkup wajah mungil Akashi dari belakang, memutarnya perlahan sehingga pandangan mereka bertemu. … Tidak, sebenarnya Akashi tidak melihatnya. Ia bahkan tidak sanggup melihat apa-apa yang ada di sekitarnya.
Matanya dipenuhi air, sorotnya pun tidak lurus. Akashi seperti es krim yang meleleh karena tidak sanggup menahan sengatan matahari musim panas.
Kagami menjilat bibirnya sendiri. "Sexy … you look so hot."
And so do you, balas Akashi dalam hati. Ia mungkin tidak bisa melihat Kagami sekarang dengan bagaimana kacaunya dirinya, tapi Akashi selalu tahu betapa seksinya sang kekasih. Terutama di setiap pertarungan mereka di atas kasur begini, apa perlu dipertanyakan lagi?
Tiba-tiba penis Kagami menyeruduk masuk setelah ditarik sesaat. Benda kebanggaannya itu masih terus mengincar tempat yang sama di dalam sana.
"Ngah! Anh! Ah—anh!" … Dan tujuannya, tentu, untuk mendapatkan reaksi menggugah lainnya dari si mantan kapten Rakuzan itu.
"Haha, aku rasa kita akan benar-benar melakukan ini sampai pagi." Kagami menarik tubuh Akashi, membiarkannya duduk di atasnya. Sepasang tangan besar miliknya begitu pas di pinggang Akashi, membantu pria itu bergerak naik turun. Ini adalah salah satu posisi yang disukainya karena Kagami bisa memperhatikan dengan jelas bagaimana Akashi meliuk-liukkan tubuhnya, seperti menari dengan penis besar Kagami yang tanpa henti merusak lubangnya.
"Ah—nnghh! Mmh!" Akashi menggeleng-gelengkan kepala. Kagami langsung menangkap kalau Akashi tidak menyukai posisi ini karena membuatnya cepat lelah. Namun Kagami enggan menurutinya karena sebenarnya Akashi paling merasa puas dengan posisi ini.
Satu tangannya meremas bokong sintal Akashi yang masih bergerak mencari kenikmatan. "Puaskan dirimu dulu, baru nanti aku berikan kau ciuman."
Tawaran menarik. Akashi menaruh tangannya di masing-masing paha Kagami, mengangkat tubuhnya hingga hanya terasa ujung penis Kagami di lubangnya. Lalu, dengan sekali gerakan, tubuhnya dihempas kembali ke bawah, membawa masuk batang panjang dan besar kesukaannya ke dalam.
"Aaaah!" Akashi mendesah panjang. Getaran di tubuhnya semakin tak terkendali, tapi Akashi melupakan itu semua. Pinggulnya bergerak, naik turun, sesekali kanan dan kiri, mandiri menuruti keinginan diri.
Kagami mendesis nikmat dengan gerakan-gerakan tak senonoh Akashi. Sesuai janjinya, ia memutar tubuh Akashi dan membaringkannya kembali ke kasur. Sebuah ciuman segera Akashi terima begitu mata mereka bertemu. Akashi langsung mencakar punggung lebar sang Ace tim saat ia mendapat ciuman yang dimau.
"Daripada begitu, lebih baik kau menjabak rambutku." Kagami memindahkan kedua tangan Akashi ke kepalanya. Ia tersenyum di sela-sela ciuman mereka. Lalu pinggulnya kembali bergerak cepat.
Akashi hampir berteriak ketika Kagami menyentuh kemaluannya dan mengocoknya kuat. Tampaknya senyuman itu mengandung maksud tersembunyi. Kagami ingin Akashi cum duluan.
Akashi kembali menggelengkan kepala. Kata-kata sudah tidak bisa keluar lagi dari mulutnya, jadi ia hanya bisa berharap Kagami paham dengan yang diisyaratkan.
Awalnya Kagami menurut dan melepaskan penis Akashi, tapi ia kemudian justru menggigit telinga Akashi dan membuang nafas di sana. Kagami tahu kalau Akashi lemah dengan suara dan nafasnya, jadi ia berencana untuk membuat Akashi cum dengan cara itu? Sungguh licik!
"Aaah … feels so good, don't you think?" Kagami terus menggoda Akashi, sementara pinggulnya masih tetap pada kecepatan yang sama. Akashi mulai mempertanyakan total stamina yang dimiliki Kagami karena ia seperti tidak pernah beristirahat sejak mereka mulai satu jam yang lalu. "I love your moans, Sei, and I'm glad I'm the one who makes you moaning nonstop like that. You can't even speak since we started this. Haaa … how nice."
Kagami dan suara laknatnya. Ia bahkan sengaja menggunakan bahasa Inggris sejak Akashi menolaknya untuk mengocok penisnya. Sudah berhubungan hampir 10 tahun pun Akashi masih heran …
… kenapa bisa Kagami Taiga punya sifat seperti ini? Ke mana sisi polos dan manisnya yang biasa? Ia bahkan tidak terlihat bodoh, justru sanggup mengubah Akashi jadi sosok tak senonoh.
Oh, Tuhan. Betapa Akashi Seijuro mencintai pria yang menyetubuhinya ini.
