Di dalam sebuah dunia pararel yang mungkin tak ada orang yang mengetahuinya, ada sebuah tempat yang persis dengan taman bermain lengkap dengan banyak wahana permainan. Namun di samping itu, tak ada orang sama sekali disana kecuali ada satu pemuda sedang duduk di bangku taman. Ia terlihat seperti sedang menunggu seseorang.
"Maaf, aku terlambat."
Wajah tampan nan menawan memandang seorang gadis surai merah muda dengan iris mata yang sama. Rupa cantiknya yang luar biasa bisa membuat hati berdebar-debar bagi orang yang melihatnya.
"Tidak. Aku baru saja sampai di sini, Elysia."
Elysia, gadis elf itu memberikan senyuman manisnya. "Ara~ apa kau tidak sabar berkencan denganku, Naruto-kun?" tanyanya dengan nada menggoda.
Pemuda surai kuning dengan mata permata biru berdiri dari duduknya. "Mungkin bisa di bilang iya " Ia melihat ke arah Elysia dengan senyuman tipisnya. "Karena ini adalah hari terakhirku di sini, jadi sebisa mungkin aku ingin membuat banyak kenangan."
Elysia terdiam sesaat sebelum tersenyum kembali. "Benar. Kalau begitu, mari kita mulai kencannya!"
"Ya."
.
Mereka berdua mulai berkencan di taman itu. Bermain dengan semua wahana yang ada di sana entah bagaimana wahana-wahana itu bisa berfungsi, padahal di taman itu cuma dua orang.
Setelah puas bermain, mereka berdua berjalan sampai di mana Naruto mengenali tempat ini.
"Ini kan...?"
"Ya. Tempat kita bertemu pertama kali."
Elysia benar. Tempat ini adalah tempat yang pertama ia berada saat terdampar di sini setahun yang lalu dan Elysia yang menemukannya waktu itu. Sebuah altar berbentuk bundar dengan dua air terjun kecil yang airnya mengalir ke sekeliling altar tersebut bak kolam kecil.
"Tidak perduli berapa kalipun, Dunia Elysia abadi selalu begitu sempurna. Sampai akhir masih seperti dulu saat pertama kali melihatnya. Kalau begitu, kita akhiri dengan sempurna ya?" Elysia berujar dengan indah memandang Naruto yang terpaku sesaat.
Naruto menatap ke arah lain, tak sanggup melihat senyuman Elysia yang begitu manis terpampang di wajahnya. "Elysia..." lidahnya terasa kelu untuk mengucap apa yang ingin di katakannya. "Aku.."
"Aku tahu. Masih belum siap, kan?"
Elysia bisa melihat tubuh Naruto yang tersentak. Ia mengerti kalau dia tidak ingin semua berakhir.
Aku juga tidak ingin berpisah denganmu.
"Tapi, kamu sudah lulus di dunia Elysia ini. Sudah tidak ada lagi yang bisa kami ajarkan padamu. Jadi ayo angkat kepalamu dan berjalanlah menuju ke "masa depanmu" dengan bangga!" Elysia bertepuk tangannya mengucapkan selamat membuat Naruto menatapnya.
Dia benar. Masih ada masa depan yang menunggunya. Ia yakin 'mereka' terutama 'dia' telah mencarinya kemana-mana.
Naruto tersenyum. "Kau benar."
Elysia ingin perpisahan mereka berakhir dengan senyuman dan tidak ingin berakhir dengan kesedihan. "Begitu dong. Harus tersenyum biar aku mengingatnya. Jadi, kamu juga harus mengingat senyumanku, wajahku yang imut dan semua yang ku katakan padamu. Oke?"
"Ya." Naruto menggenggam tangannya di tengah dada. "Aku akan selalu menyimpannya.. di hatiku."
Sepertinya dia sudah siap.
"Sudah saatnya." Elysia mengeluarkan aura energi yang besar. Seluruh tubuhnya bercahaya merah muda. Ketika cahaya itu menghilang, penampilan Elysia berubah total. Gadis elf itu memakai dress putih di beberapa bagiannya berwarna merah muda, sesuai dengan ciri khas dari Elysia.
Naruto tahu itu adalah kekuatan gabungan dari 13 Flame Chaser. Kekuatannya sangat kuat bahkan bisa mengungguli kekuatan penuhnya.
Herrscher of Human: Ego, itulah nama transformasi Elysia
"Kalau begitu, aku mulai ya." ujar Elysia melihat Naruto yang mengangguk padanya. Ia menutup padanya.
Naruto bisa melihat sebuah lingkaran pentagram besar dengan 13 logo berbeda-beda berada di sekeliling. Ya, itu adalah logo-logo dari Flame Chaser.
Sesudah melakukan jurusnya, Elysia membuka matanya. Ia bisa melihat kalau tubuh Naruto mulai mengeluarkan cahaya putih.
Tangis, tawa, sepi, ramai, kita jalani
Seperti tali yang menyimpul
Menghiburku di kala sunyi hinggap
Menghiburmu di kala gusar menyelimuti
Kini sudah berakhir,
Ketika perpisahan terjadi
Ruang dan waktu kita berbeda
"Naruto-kun, aku ingin mengucapkan sesuatu padamu." Wajah Elysia terpasang senyuman yang paling indah bagi Naruto.
"O-tanjoubi Ometedou!"
Cahaya di tubuh Naruto semakin terang, namun tidak menutupi ekspresinya yang terkejut. Ia baru ingat kalau hari ini adalah ulang tahunnya. Selama ia berada di sini, tak jarang ia mengobrol tentang dirinya kepada yang lain. Dan Elysia mengucapkannya bersamaan dengan perpisahan mereka.
"Dan ini adalah hadiahmu."
Cup
Tak pernah Naruto mengira kalau Elysia akan langsung menghampiri dan menyatukan bibir mereka berdua. Apa maksudnya ini?
Tiga detik kemudian, Elysia melepaskan ciuman mereka dan langsung memeluk Naruto yang sudah transparan. "Aku mencintaimu, Naruto-kun." ucapnya to the point dan menyembunyikan wajahnya di dada Naruto, tak ingin dia melihat ekspresinya saat ini.
Pemuda itu membeku. Gadis ini... mencintainya? Tapi kenapa harus sekarang!? Rasa sesak memenuhi hati Naruto.
"Ely... Aku..."
Terlambat sudah, di saat ingin membalas perkataan Elysia, tubuh Naruto telah menghilang seutuhnya, sisa-sisa cahaya putih terbang ke atas langit merah muda, meninggalkan Elysia yang masih berpose memeluk seolah Naruto masih ada. Ia terdiam sesaat sebelum mengubah posisinya
"Aku tahu..." ujarnya pelan sambil menunduk. Satu tetes jatuh di dekat kakinya, bahunya mulai bergetar hebat.
"Aku melakukannya karena aku tahu kalau kau sudah mencintai seseorang..." Kakinya sudah tak mampu untuk menompang tubuhnya sehingga ia jatuh terduduk. "... dan tak akan kembali lagi." Elysia sedikit mengangkat kepalanya dan bisa di lihat kalau sedikit air mata keluar dari iris merah mudanya mengalir turun lewat pipinya. Ia hanyalah seorang pembohong besar.
Ciuman itu bukanlah ciuman biasa.
Ciuman itu adalah teknik pengubah ingatan.
Yang artinya, setelah kembali ke asalnya.
Dia tidak akan mengingat apapun tentang Dunia Elysia
Dan kenangan selama di sini.
Termasuk bersamanya.
.
Bolehkah aku menangis?
Dada ini penuh sesak, sudah tak kuat lagi menahan beban.
"Hiks... Hiks... HHHAAAAAAA!!"
Pada akhirnya, Elysia menangis sekencang-kencangnya sebisanya. Ia tak sanggup menahan kesedihannya saat merelakan kepergian pemuda yang di cintainya. Suara tangisan itu mewakili kepedihan yang ia rasakan begitu dalam.
"Kau sudah bangun?"
"Siapa? Dan ini dimana?"
"Aku Elysia. Di sini adalah Dunia Elysia sesuai namaku. Kalau kamu?"
"Naruto. Hah? Maksudnya ini duniamu?"
.
"Elysia, Tolong ampuni aku!"
"Ara~ itu hukumanmu loh."
"Tapi tidak harus meminta Kalpas untuk mencoba membakarku, kan!?"
.
"Aku tidak tahu kalau kau bisa bernyanyi."
"Ara~ Kalau mau, ayo ikutan. Bukan begitu, Eden?"
"Tidak perlu malu-malu, Naru-kun."
"O-oke. A#@6@7)@:"
""HENTIKAN ITU, NARU-KUN/NARUTO-KUN!!"""
"Hmmmppphhh!!"
Elysia mengingat kembali semua kenangan yang ia lalui selama ini. Tapi semakin ia mengingatnya, semakin sesak yang ia rasakan. Mulai sekarang, tak ada lagi canda, tak ada lagi tawa, dan tak ada kesenangan lagi. Walau bisa sekalipun, tapi rasanya tetap berbeda, seperti awal mula kembali, sama sebelum ada dia.
.
Ne
Apa kau tahu bahwa dirimulah yang membuatku jadi begini?
Merasakan apa yang di namakan cinta.
Aku tidak ingin menjauh darimu, aku ingin tertawa denganmu dan merasakan kehangatan sikapmu.
Aku ingin egois
Aku ingin cinta dan perhatianmu
Aku ingin memiliki semuanya
Tapi aku tahu
Walau dengan kemampuanku
Hatimu tidak mungkin untukku
Karena di sana sudah terisi seseorang
Yang mungkin selama ini selalu mencarimu.
.
Ne
Kalau aku tahu perpisahan sesakit ini
Aku lebih memilih untuk tidak mengenalmu sama sekali
Meski begitu, aku tidak menyesal
Untuk mengungkapkan perasaan di hatiku
Bahkan jika kita tidak bisa bersama, pada akhirnya aku senang kamu menjadi bagian dari hidupku
Lanjutkan perjuanganmu dan raihlah impianmu yang selama ini selalu kamu ceritakan padaku
Sekarang sudah tiba waktunya kita berpisah
Dirimu akan selalu melekat didalam diri ini
Biarlah aku yang menyimpan semua kenangan kita berdua
Bersama dengan anakmu yang sedang dalam kandunganku
Aku akan menjaganya sepenuh hati
Dan menganggapnya sebagai hadiah darimu
Untuk terakhir kali
Izinkan aku mengatakannya
Semoga kau bahagia di sana
Dan mengucapkan
.
"Terima kasih untuk segalanya. Sayonara... Naruto-kun."
-Fin-
.
Selamat Ulang Tahun, Uzumaki Naruto.
Udah telat tiga hari sih. Tapi gak papa lah.
Ya gmana mau lanjutin, lagi buntu plus gak ada waktu sih.
Ya semoga bisa terus aja dah sampai tamat.
Oke. See You Next Time
Kamis, 13 Oktober 2022.
Kenapa denganku? Aku seperti melayang-layang. Tak ada hal apapun yang kulihat selain kegelapan. Aku merasa tenang di sini
"Senpai!"
Are? Aku sepertinya mendengar sesuatu.
"Naruto-kun!"
"Naruto Nii-sama!"
"Onii-chan!"
"Naruto!"
Suara-suara itu semakin jelas, dan seperti memanggilku.
"Senpai!"
Naruto membuka matanya langsung, tapi cahaya menyilaukan pandangannya sehingga butuh beberapa saat untuk membiasakannya. Di sana, ada beberapa gadis yang menatapnya sangat terkejut.
Ia merubah pandangannya ke salah satu gadis bersurai putih cerah dengan iris mata biru shappire yang menangis sehingga air matanya jatuh ke wajahnya.
Dia...
"Ki-kiana?"
"Senpai! Akhirnya aku menemukanmu!" Kiana Kaslana langsung memeluk Naruto yang tergeletak di tanah tanpa memperdulikan seragamnya yang kotor. Ia menangis sebab akhirnya menemukannya sebab setahun ini ia terus mencarinya kemana-mana.
"Kiana. Kalau kau memeluknya, Naruto-kun tidak akan bisa bangun."
Gadis surai hitam yang di ekor kuda mencoba untuk memisahkan mereka berdua.
"Tidak mau!" Kiana bersikukuh tidak ingin melepaskan pelukannya membuat gadis itu menghela nafas.
Naruto hanya tersenyum saja. Ia mencoba untuk duduk di bantu oleh Raiden Mei dan Kiana Kaslana yang sudah melepaskan pelukannya. Naruto melihat semua gadis-gadis di sana.
"Apa yang terjadi?"
Salah satu gadis di sana mengerutkan keningnya. "Naruto Nii-sama tidak ingat?"
Naruto menatap bingung gadis tersebut "Bronya, Apa maksudmu?"
Bukan Bronya yang menjawab melainkan gadis surai hitam pendek dengan mata biru tua. "Setahun lalu, Onii-chan tiba-tiba menghilang saat bertarung melawan Kevin Kaslana."
Pemuda itu memutar otaknya kembali saat mendapat penjelasan dari Seele. "Yang aku ingat, saat aku adu kekuatan dengan Kevin, tiba-tiba sebuah portal menghisap kami dan- Aarrgghh!" Tiba-tiba Naruto memegang kepalanya yang terasa tertusuk ribuan jarum bersamaan membuat yang lain berteriak khawatir.
"Sepertinya ingatannya ada yang menghilang." Seorang wanita mungil yang fisiknya sama dengan Kiana menyampaikan pendapatnya. "Mungkin ini karena efek dari portal tersebut sehingga siapapun yang berada di sana walau selama apapun, saat ia kembali, ingatannya akan sama sebelum terlempar." ujar Theresa menatap Naruto yang mulai berdiri walau di bantu oleh Kiana. Sebenarnya ia tidak yakin atas ucapannya. Ia harus mendalami lagi penyebabnya nanti bersama Bronya, Tesla dan Enstein.
"Pokoknya, kita harus merayakan atas kembalinya Naruto. Ayo kita pulang."
""Ya!""
Mereka mulai berjalan pulang walau hanya pelan-pelan karena mereka juga mengawasi Naruto yang bersama Kiana.
"Ne... Naruto-kun."
"Ada apa, Mei?" tanya Naruto.
Mei tersenyum sedih saat melihat Kiana. "Saat kau menghilang, Kiana sangat shock melebihi saat Himeko-sensei tiada." ujar Mei menatap yang Naruto melebarkan matanya
"Tapi ia tak seperti kami yang sudah putus asa, Kiana terus mencari dan terus mencari dirimu tak kenal lelah dan tak ingin menyerah sama sekali."
Naruto dengan cepat memandang Kiana yang menangis kembali. "Kiana... " Kenapa gadis ini begitu ngotot mencari dirinya yang menghilang setahun?
Kiana yang langsung memeluk Naruto sehingga mereka berdua berhenti. Naruto mengirimkan kode lewat matanya yang langsung di mengerti oleh Mei dan lainnya sehinga mereka berjalan meninggalkan mereka berdua.
Tersisa Naruto yang melepaskan pelukan Kiana di sana.
"Kiana... Kenapa kau melakukan itu?" tanya Naruto tidak mengerti dengan pikiran gadis ini. Misalnya kalau ia menghilang selamanya, bukankah dia akan selalu menderita?
"Karena aku mencintaimu, Senpai." balas Kiana tersenyum tulus membuat Naruto tersentak. "Bukankah Senpai pernah berkata, 'Aku tidak akan menyerah, karena itu jalan hidupku.' kan?"
Naruto termenung. Dia... mengingat apa yang ia katakan dulu, padahal ia sendiri hampir melupakannya. Ia sangat-sangat bersyukur memiliki Kiana di sampingnya.
"Kali benar. Arigatou, Kiana."
"Douitashimashite."
Mereka berdua tersenyum bersamaan. Tanpa sadar, mereka berdua mulai mendekat satu sama lain. Entah siapa yang mulai, wajah Naruto dan Kiana semakin dekat. Saat mereka merasakan deru nafas masing-masing, mereka berdua memiringkan kepalanya dan menutup mata.
Cup
Tak ada nafsu di dalamnya. Hanya sebuah ciuman penuh kerinduan karena mereka cukup lama berpisah.
.
"Aku mencintaimu, Kiana..."
"Aku juga, Senpai..."
.
Ketika tiba saatnya bagi jiwa untuk bertemu, tidak ada apa pun di bumi yang dapat mencegah mereka untuk bertemu, di mana pun masing-masing berada.
Ketika dua hati ditakdirkan untuk satu sama lain, tidak ada jarak yang terlalu jauh, tidak ada waktu yang terlalu panjang, dan tidak ada cinta lain yang dapat memisahkan mereka.
Perpisahan hanya berlaku untuk mereka yang mencintai lewat mata. Karena untuk mereka yang mencintai dengan hati dan jiwa, tak akan ada yang namanya perpisahan.
.
.
.
Aku mencintaimu dan aku tidak ingin kehilanganmu karena hidupku menjadi lebih baik sejak aku menemukanmu
~Kiana Kaslana
.
Terima kasih untuk semuanya. Maaf telah merepotkanmu
~Naruto
