Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Tepat saat usianya 17 tahun Anne pergi memulai petualangnya. Mengawali perjalannya dengan ikut serta Bajak Laut Kuja yang melakukan perjalanan ke South Blue dan berpisah dari sang mama di perairan selatan.

Dengan kapal sederhana dan dengan kemampuan navigasinya yang standar Anne memulai perjalanannya. Menuju tempat seseorang yang akan menjadi nakama-nya. Anne berlabuh di suatu pulau. Disana ada beberapa bajak laut yang sedang berlabuh dan mengadakan pesta di bar. Dari informasi yang didengarnya terakhir kali, dia telah menetap di pulau ini beberapa bulan.

Anne berjalan keluar dari arah pelabuhan dengan jubah yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Sebaiknya aku mencari restoran" gumam Anne melihat ke langit yang sudah mulai menggelap.


Di restoran

Di salah satu meja terdapat beberapa mangkuk ramen jumbo dengan seorang gadis misterius yang memesannya. Orang yang melihatnya hanya bisa speechles. Penampilannya anggun, akan tetapi cara makannya tidak bisa dikatakan anggun.

DUAR

Suara keras di luar mengganggu kencan Anne dengan ramennya.

Saat ini terjadi keributan di seberang restoran, tepatnya di bar. Berusaha untuk tidak memedulikan keributan di luar, Anne melanjutkan makan dengan lahap. Toh ini tidak ada hubungan dengannya.

Booom

Musnah sudah keinginan batin Anne untuk tidak ikut campur. Pertarungan di luar merembet masuk ke dalam restoran. Dan sialnya ramen yang sedang dimakan Anne menjadi korban dari pertarungan. Anne benci ikut campur, tapi dia tidak suka diganggu apalagi saat sedang makan. Jika saja kerusuhan hanya terjadi di bar dia tidak peduli, tapi para pengganggu itu juga mengacaukan area restoran.

Meninggalkan ramen tercinta yang sudah berantakan, Anne berjalan ke luar dengan menggunakan jubahnya.

"Sepertinya keributan ini tidak akan berakhir cepat" bisik Anne dan perlahan melangkah menuju pertarungan di depannya. Perkelahian yang terjadi mengundang atensi publik.

"Hei gadis kecil, kau bisa terbunuh" Seorang memperingati Anne. Tidak memedulikan peringatan dari sekitar, Anne berhenti di belakang seorang pria yang tidak terlalu tinggi dengan semanggi berdaun empat di atas kepalanya dan tangannya yang aneh(?)

"Kau pemimpinnya?" Tanya Anne datar. Matanya menatap tajam laki-laki di depannya.

Mendengar pertanyaan dari belakang, pria tersebut membalikkan badannya.

"Ohoo, ada apa dengan tatapanmu gadis kecil. Kenapa, kau ingin membunuhku?" pertanyaan Anne diabaikan oleh pria semanggi berdaun empat tersebut.

Anne benci disebut gadis kecil.

"Kalian mengganggu makan siangku" Ucap Anne dingin.

"Hoo, terus kenapa? Kau marah?" Mendengar nada tidak bersalah dari orang di depannya menaikkan kemarahan Anne.

"Jika aku membunuhmu, mereka akan berhenti bukan?" gumam Anne. "Sialan, berani sekali mulutmu mengatakannya" Mendengar gumaman Anne, pria semanggi empat menggeram. Harga dirinya terasa diinjak dengan kata-kata gadis kecil di depannya. Mengangkat tangan hendak mencapit gadis di depannya dengan tangan kepitingnya.

"Lambat" Melihat serangan yang akan datang, Anne berbisik seraya mengarahkan tangannya ke arah perut orang di depannya, dan dalam sepersekian detik muncul lingkaran kecil di dekat perut pria semanggi empat.

Sebelum tangan kepitingnya mencapai gadis kecil di depannya, tiba-tiba dia merasakan sakit di bagian perut.

"AKH" teriakan dari pria semanggi empat menghentikan pertarungan yang terjadi.

"KAPTEN GYRO" Terdengar suara bajak laut bergantian memanggil pria semanggi empat yang dilukai Anne.

"Uhukk" Tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba perut pria semanggi empat terbelah memperlihatkan organ dalamnya. "Sialan" Umpat Gyro-pria semanggi empat.

"Pergilah jika ingin selamat" Kata-kata Anne langsung menyadarkan para bajak laut dengan apa yang terjadi.

"KAU MELUKAI KAPTEN. SIALAN KAU TIDAK TAU BERHADAPAN DENGAN SIAPA?!" Raungan dari bajak laut di depannya membuat Anne menutup telinga. Sialan, kenapa suaranya kuat sekali?

"Itu kapten mu? Bagaimana bisa orang lemah seperti dia menjadi kapten?" Nada meremehkan dari Anne makin membuat bajak laut naik pitam.

"SIALAN KUBUNUH KAU!!"

"SERANG DIA!!"

Mengabaikan musuh yang dilawan tadi, anak buah Gyro mulai menyerang Anne secara bergerombol. Ditangan mereka terdapat senjata berupa benda tajam dan juga pistol.

Tidak membiarkan dirinya terkena seranganan yang datang, Anne melangkah mundur dengan tangan terulur sambil mengucap satu kata "Boom".

BOOM

Seiring dengan kata yang diucap, terjadi ledakan mengenai para bajak laut yang berkerumun.

"Sudah kuperingati" ucap Anne menatap sinis tempat ledakan di depannya.

"Si...sialan"

"Oh, kau masih hidup?" Anne mendekati kapten mereka, Kapten Gyro.

"Kau tadi memaki ku kan? Berani sekali kau memanggilku sialan" Dengan senyum menyeramkan Anne mengangkat tangannya dan dalam sekejab tubuh kapten dari bajak laut Gyro tertusuk banyak tombak seperti dirajam. Anne sekarang sangat marah.

Marah. Tentu saja, ini pertama kalinya ada yang mengumpatinya. Selama ini dia hidup dimanjakan, baik dari orang tuanya maupun saudara-saudaranya. Tidak ada yang berani menindasnya. Tapi para bajak laut lemah ini menghabisi kesabarannya. Mengganggu makannya, kemudian memanggilnya sialan? Mereka mencari kematian.

Mengangkat kepalanya, menatap lawan dari bajak laut tadi.

"Kalian juga ingin melawanku?" Pertanyaan Anne disambut tatapan kengerian.

"Maaf, kami akan segera pergi"

Setelah mengatakan kalimat itu, mereka langsung pergi meninggalkan area bar dan restoran.

'Hmm, pilihan yang bagus' pikir Anne.

Sayup-sayup Anne mendengar ada yang memanggilnya monster, tapi dia tidak peduli. Ini adalah dunia yang diinginkannya.


Setelah keributan yang terjadi di restoran, Anne memilih langsung kembali ke hotel. Bagaimanapun ramen tercintanya sudah tidak berbentuk dan membuat nafsu makannya menghilang.

"Dimana dia" bisikan Anne hanya disambut oleh semilir angin.

Berbaring di tempat tidur yang disediakan, Anna berencana untuk istirahat dan melanjutkan pencariannya besok.


Setelah menanyakan pada beberapa orang, Anne kemudian pergi ke sini. Tempat dia berpijak sekarang. Menatap bangunan di depannya, Anne ragu apakah masuk atau tidak. Bagaimanapun informasi yang didapatnya belum tentu benar. .

"Kau, siapa?" Pertanyaan itu mengejutkan Anne.

Berbalik, Anne melihat seorang gadis kecil.

"Ahhh, kau yang di restoran kemarin. Mau masuk?" Tanyanya dengan ramah. Sepertinya gadis itu berada di restoran kemarin. Gadis kecil, apa kau tidak takut dengan orang asing, eh?

"Apa kau pemilik gubuk ini?" Mendengar pertanyaan Anne, gadis tersebut terdiam

Menangkat kepalanya, menatap Anne dengan mata sedih "Ini rumahku"

Ahh, jawaban yang lebih muda membuat Anne merasa agak bersalah. Ekhm, untuk meredakan rasa bersalahnya Anne berdehem. Bagaimanapun dia tidak pernah meminta maaf. Kata mama dunia akan memaafkannya apapun yang dilakukannya.

Tapi itu bukan salahnya. Bagaimanapun rumah ini terlalu jelek untuk disebut rumah, pikir Anne.

Wajar Anne berpikir begitu, nyatanya bangunan itu sudah tidak layak pakai. Dindingnya sudah hampir roboh. Sekelilingnya tidak terawat, Bahkan saat masuk melewati pintu, Anne bisa mendengar suara berdencit dari pintu yang terbuka.

Berusaha mengabaikan ke-reyotannya, Anne berjalan mengikuti gadis kecil tadi. Ah, kalu diingat-ingat Anne belum mengetahui nama gadis kecil itu.

"Hei, siapa namamu?"

"Sayaka, namaku Sayaka. Bagaimana dengan nee-chan?" Sayaka menoleh ke arah Anne.

"Anne"

"Hehe, Anne nee-chan. Apa tujuanmu kesini?"

"Mencari seseorang"

"Siapa yang nee-chan cari? Tempat ini cuma dihuni oleh keluargaku"

"Lucia Newall" Jawaban dari Anne membuat langkah kaki Sayaka terhenti. Melihat keterdiaman Sayaka membangkitkan rasa penasaran dalam diri Anne. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan.

"Siapa kau?!" Pertanyaan dengan nada tinggi datang dari salah satu ruangan yang Anne yakini sebagai kamar.

Tap

Tap

Tap

Langkah kaki perlahan terdengar, dari pintu kamar muncul sesosok gadis bersurai indigo dengan membawa Bokuto di tangan kanannya.

"Kau, Lucia Newall?" Pertanyaan retoris, Anne tahu itu. Sebelum Anne memulai perjalanannya dia sudah terlebih dahulu mencari tahu bagaimana rupa dari calon nakamanya. Tinggi sekitar 165-170 cm, rambut panjang berwarna indigo, dan bermata berwarna putih. Dan orang didepannya memiliki ciri-ciri yang sama persis.

"Aku sudah mendengar rumor tentang mu. Banyak yang mengatakan kau seorang samurai dari Wano Kuni. Tanpa alasan yang jelas berhasil menghancurkan salah satu organisasi kriminal besar di dunia baru, Capone Bege."

"..."

"Tidak hanya itu, kau juga berhasil kabur hidup-hidup. Kau tahu, itu sungguh menakjubkan." Dengan semangat walaupun tidak terlalu kentara Anne memebeberkan semua yang didapatnya.

"Aku tidak tahu tujuanmu apa dengan mengungkit masa lalu, tapi jangan menggangguku. Pergilah"

Mendengar kata-kata Lucia, Anne tertawa kecil.

"Sebenarnya tujuanku kesini untuk merekrutmu menjadi crew bajak lautku." Ajakan tiba-tiba dari Anne membuat Lucia dan Sayaka terkejut.

"K-kau seorang bajak laut?!" Karena terkejut, Sayaka tidak sengaja meninggikan suaranya. Pertanyaan yang diajukan dengan nada tinggi dan tidak menutupi kebenciannya mengalihkan pandangan Anne ke bawah. Menatap Sayaka, Anne mengangguk.

"Cih, seorang bajak laut" Mendengar pernyataan Anne, Lucia berdecih. "Aku tidak akan menjadi bajak laut"

Tidak terkejut, Anne kembali mengarahkan pandangannya ke arah Lucia "Kenapa?" Anne sudah memperkirakan akan ditolak sebelumnya, jadi pada saat-saat seperti ini dia dapat mengontrol dirinya.

"Apa aku harus mengatakannya padamu?" Jawab sengit Lucia

"Hei jangan terlalu sengit" Anne merasa ini pengalaman baru baginya. Selama ini semua orang selalu mengikuti kata-katanya. Tidak ada yang menentangnya.

"Sekarang pergilah atau kau ingin aku mengusirmu dengan pedangku"

Lucia menghunuskan pedangnya ke arah Anne.

"Nee-chan, jangan berkelahi. Lukamu akan terbuka lagi nanti" Mendengar perkataan Sayaka, Anne baru sadar jika di bagian dada Lucia terdapat perban.

"Terluka? Aku yakin itu didapat bukan dari Bege kan?"

Tidak menjawab pertanyaan Anne. Lucia mengangkat pedang, bersiap melawan Anne.

"Nah, aku tidak suka bertengkar. Aku juga tidak suka berdebat, jadi aku akan pergi untuk sekarang. Tapi jika kau berubah pikiran, kau bisa mendatangiku di hotel paling besar di kota" Kata-kata Anne membuat Sayaka dan Lucia terkejut. Semudah itu?

"Aku pergi, jaa ne" pamit Anne. Kemudian Anne pergi dengan menggerutu.

"Semudah itu?" Pertanyaan di kepala Lucia tersuarakan oleh Sayaka.


"Sialan aku ditolak"

"Lucia sialan, kenapa dia tidak mau menjadi bajak laut"

"Apakah dia tahu berapa banyak waktu yang kuhabiskan hanya untuk mencari dia?!"

Yah begitulah kira-kira gumaman yang keluar dari mulut Anne selama perjalanan. Sebenarnya harga dirinya terluka. Di depan saudara-saudaranya dengan sombong dia mengatakan akan mudah mendapatkan nakama. Tapi apa? Baru menemukan satu, dia sudah ditolak. Arghhh, tidak ada yang boleh tau dia ditolak.

Berhenti di depan restoran, Anne berencana untuk makan. Biasanya dia bisa berpikir dengan cepat jika perutnya sudah terisi.

"Ojisan, Ramen 10 mangkuk" Menunggu ramen dihidangkan, Anne berpikir bagaimana caranya agar Lucia bergabung dengan krunya.

Sampai seluruh ramennya dihidangkan, Anne masih belum mendapatkan rencana.

"Sialan, kenapa mama tidak menurunkan otaknya padaku?" Meratapi nasibnya, Anne memakan ramen dengan sedih.

Saat mangkuk ke delapan akan dimakan Anne mendapatkan rencana. Rencana yang brilian.

.

Di rumah Sayaka

Saat ini Sayaka sedang mengganti perban Lucia. Keheningan menyelimuti mereka.

"Nee-chan, apa kau yakin bisa menang jika melawan Anne nee-chan?" Pertanyaan Sayaka memecah keheningan.

"Ya, tidak ada yang bisa mengalahkan nee-chan." Sebenarnya itu hanyalah omong kosong untuk menenangkan Sayaka. Instingnya mengatakan bahwa gadis bernama Anne itu bukan orang biasa. Jika mereka akan bertarung, mungkin pertarungan hidup atau mati.

"Sayaka pernah melihatnya bertarung" Pengakuan Sayaka mengejutkan Lucia.

Sayaka pun menceritakan kejadian yang dilihatnya kemarin. Bagaimana Anne menghabisi bajak laut semanggi empat itu dengan hanya mengulurkan tangan. Dan bagaimana tiba-tiba tombak muncul dari kehampaan.

"Dia pasti memakan buah iblis" Komentar Lucia.

"Buah iblis?"

"Ya, hanya buah iblis yang bisa menampilkan hal-hal mustahil"

"Apakah orang yang memakan buah iblis adalah orang hebat?" Sayaka bertanya dengan semangat. Jika dia bisa makan buah iblis, tidak akan ada yang bisa mengganggu keluarganya.

"Jangan berpikir untuk memakannya" Kata-kata Lucia menghancurkan semangat di mata Sayaka.

"Jika kau memakan buah iblis, laut akan membencimu. Kau tidak akan bisa berenang."

Kemudian keheningan menyelimuti mereka lagi.

"Akhh" ringisan Lucia menyadarkan Sayaka.

"Ahh, maaf nee-chan. Apa sakit? Lukanya perlu dijahit lagi?" Panik menghampiri Sayaka saat sadar sudah mengikat perban di dada Lucia dengan sangat ketat. Dia hampir menangis membayangkan sakitnya.

"Heii, tidak masalah. Apa yang kau pikirkan Sayaka?"

"Tidak ada, Sayaka hanya merasa ada yang salah" Lucia tahu Sayaka berbohong. Jadi dia hanya mengangguk, tanpa bertanya lebih lanjut.


Di hotel

Kring kring kring

Gatcha

Den-den mushi kecilnya terhubung hanya dari deringan pertama.

"Moshi-moshi" Anne membuka percakapan dengan menyapa telebih dahulu

"..."

"Ya, tentang Lucia Newall. Yang memporak porandakan markas Gang Bege"

"..."

"Hmm"

"..."

"Dia melakukannya?"

"..."

"Thanks, bayarannya akan kukirim"

Gatcha

"Tch" Seseorang di seberang panggilan mendecih saat panggilannya diakhiri secara sepihak. Tidak pernah berubah, pikirnya menyeringai.

Setelah den-den mushi ditutup Anne menyeringai senang. Informasi yang didapatnya sungguh di luar bayangan terliarnya. Dengan adanya informasi tersebut dia yakin rencana ini akan berjalan lancar.

--

tbc

Kaya ga ada feelnya ya?

Kosong banget chapter ini. Kayanya dalam waktu dekat bakalan unpub.