One Act

Story by weyyy

Kim Jongin

Do Kyungsoo

GS/Rated-M/Typo's


Kyungsoo hanya gadis penurut yang menetap di Manhattan belasan tahun lalu, ia tiba-tiba kembali ke Seoul karena kepentingan pekerjaan orang tuanya. Aku mengenalnya kemarin-kemarin dimana dia jadi siswa baru di kelas.

Atau.. mainan baru.

Dia pintar. Orang kaya. Wajahnya manis. Dan mungil. Dan ramping.

Seperti boneka hidup.

Kelebihan malaikatnya justru sasaran bully gadis-gadis penguasa sekolah. Seperti biasa, iri dan dengki.

Awalnya aku sama sekali tak tertarik melihat Kyungsoo diam saja dilempari tepung di sudut tembok pembatas di belakang gedung sekolah. Aku hanya menonton mereka dari atap, sesekali menyeringai akan aksi itu, sesekali menghisap rokok sebelum menjatuhkannya ke tanah, mematikan apinya dengan gesekan ujung sepatu.

Aku mungkin sama, membully menyenangkan buatku. Oh biar begini aku bukan pecundang yang berani memalaki uang gadis tajir. Kelompokku cuma membully siswa laki-laki saja.

Bahkan disana, kelakuan empat siswi yang sedang menjambak kasar rambut Kyungsoo sama sekali tidak ada apa-apanya.

Caranya membully sangat perempuan sekali.

"Woy, Kim Jongin!"

Aku kebetulan turun dan melewati mereka setelah memasukan kotak rokok ke kantong dengan rapi. Tapi suara Jung Soojung si ketua kelompok membuatku mendekat.

"Bisa kau lempar anak baru sok tahu ini ke danau? Tanganku terlalu berharga."

Lalu apa gunanya anak buah? Kenapa dia membawa tiga teman sementara memilih memerintahku. Sialan.

"Kau menyuruhku?"

"Tidak sayang, aku minta tolong."

Aku tidak menjawab, sebelum memutuskan untuk berjongkok mengamati Kyungsoo yang penuh tepung. Mata bulatnya mengintip di balik helai rambutnya yang berantakan.

"Aku pikir dia tidak bisa berenang." Kataku dan Jung Soojung mendelik.

"Itu yang aku mau. Buat dia tenggelam. Kau bakal dapat blowjob dariku."

Anggota gengnya berseru pada ucapan si ketua. Hebat sekali dia mengatakan blowjob pada Jongin, terlebih sebagai bayaran.

"Atau mungkin.. sex?" Tambahnya.

Sudut mulutku hanya bergerak sedikit.

Apa aku menarik baginya atau dia memang gadis bajingan. Tapi itu sama sekali bukan masalah. Ayolah, bahkan kami masih usia delapan belas. Memang tidak sedikit dari temanku melakukannya, tapi aku lebih tertarik pada game. Atau.. belum benar-benar menemukan gadis yang kumau untuk sex. Aku sangat pemilih.

Memperhatikan keadaan Kyungsoo sepertinya lebih menarik untuk sekarang. Bagaimana begitu lucu wajah rupawan itu kena tepung. Tapi ketika aku menelusurinya lebih jeli, cara gadis itu menatapku membuatku berpikir.

Aneh.

Matanya memesona.

Aku ingin sekali menyingkirkan helai rambutnya ke sisi alih-alih kemudian Kyungsoo berbisik.

Tiba-tiba aku terpana.

"Sewaktu mereka mendorongku, aku berdoa siapapun ada yang membawaku keluar dari sini." Suara Kyungsoo kecil.

"Dan kau muncul.. Kim Jongin."

Aku terdiam. Mataku tanpa sadar mengerjap seperti tak biasa, seperti orang linglung. Seketika merasa Kyungsoo perlu kulindungi. Aku tidak tahu. Ini adalah pertama kalinya aku merasa berguna bagi orang lain.

Ucapan sederhananya begitu memikat.

Aku menggendong Kyungsoo detik itu tanpa berpikir. Bagian dada seragamku terkena tepung karena menyembunyikan wajahnya disana. Jung Soojung dan gengnya melotot kesal melihatku membawa Kyungsoo tanpa bicara apapun.

Karena Kyungsoo ringan aku terus menggendongnya menaiki tangga kembali ke atap. Kami duduk dalam diam membawaku mengingat Kyungsoo baru tiga hari masuk sekolah dan sudah menderita. Dan preman sekolah sepertiku baru saja.. sebut saja menolongnya.

"Apa yang mereka lakukan padamu?" Sial. Aku bertanya sesuatu yang sudah kutahu. Aku bisa melihat Kyungsoo agak cemberut di balik helai rambutnya yang sedang diusap agak kasar. Tanganku bergerak sendiri membantu membersihkan tepung yang menempel.

Astaga. Dia cantik. Dia seperti anak kecil.

"Aku bersumpah kau sudah pasti tahu apa yang mereka lakukan." Kyungsoo menepis pelan tanganku yang baru kusadari ada dipundaknya, berniat mengusap tepung yang tersisa tapi mungkin ia berpikir letak tanganku nyaris menyentuh dadanya. "Mereka terus meminta uang." Lanjutnya. "Yang namanya Jung Soojung bilang tidak boleh ada gadis cantik di sekolah ini. Apa salahku? Aku tidak merasa cantik."

Aku nyaris tertawa.

Jung Soojung menggelikan.

"Kau memberikan uangmu?"

"Tidak."

Dia punya nyali juga.

"Aku tidak takut."

"Kenapa tadi kau diam saja?"

"Empat lawan satu sangat tidak adil. Aku sudah menawarkan diri duel satu lawan satu, tapi mereka tetap menyerangku. Aku berniat melaporkan ini pulang sekolah nanti. Tunggu saja pembalasanku."

Seperti dugaan, dia polos sekali.

"Jangan mengira aku anak polos yang cuma berani mengadu. Aku hanya tak mau menutupi ketidak adilan."

Wow. Bagaimana dia bisa membaca pikiranku.

Kyungsoo berdiri sambil membersihkan roknya, lalu berjalan ke pintu tapi kemudian berhenti berbalik menatapku. "Ibuku mantan biarawati. Dia bilang berdoalah dalam situasi apapun. Kau harus berdoa supaya aku tidak melaporkanmu juga."

Mataku membesar melihat Kyungsoo mengacungkan kotak rokok dengan menyebalkan.

"Shit!"

Dasar bajingan kecil, bisa-bisanya dia mengambil rokok dikantong selagi kugendong. Penyelamatan tadi buatku terima kasih saja sudah cukup.

"Oh ya, terima kasih."

Ini pertama kalinya melihat Kyungsoo tersenyum. Yang di tunjukkannya pada satu orang, padaku. Bukan senyum untuk orang-orang di kelas yang pernah kulihat sewaktu gadis itu memperkenalkan diri sebagai anak pindahan.

Lagi, aku terpana.

"Terima kasih karena kau sudah muncul."

Dan dia pergi.


END


Halo! wey balik lagi..

Udah lamaaa banget ngilang karna sibuk di real life. Sorry :")

Terima kasih banyak yg masih sayang kaisoo, makasih banyak juga udah pada nungguin wey. Huhuhu thanks :")

xoxo