Disclaimer:

Bleach: Tite Kubo

Hyperdimension Neptunia: Idea Factory

.

.

.

Main Character: female Ichigo

Genre: fantasy, humor, adventure, action, scifi

Rating: T

Setting: dunia Gamindustri

.

.

.

Goddess Shinigami

By Hikayasa Hikari

.

.

.

Fic request for Special Pairing 15

.

.

.

Chapter 1. Reinkarnasi, tetapi mengapa berbeda?

.

.

.

Hujan deras mengguyur sebuah wilayah yang tidak diketahui. Ada beberapa orang yang berada di sana. Mereka berpakaian shinigami kecuali satu orang.

Para Shinigami sudah terkapar dalam kubangan lumpur akibat perbuatan pria tua berambut hitam panjang. Mereka hanya bisa menatap lemah pada satu Shinigami yang masih tetap bertahan. Berharap penuh pada Shinigami berambut orange itu.

Keheningan terjadi ketika gadis berambut orange panjang sudah tidak bergerak lagi akibat diserang oleh pria berambut hitam panjang itu. Partner gadis berambut orange, terhenyak melihat dirinya. Laki-laki berambut orange, mematung seraya terbaring, bermandikan hujan dan lumpur.

"Ichigo, apa kau tidak ingin melawanku lagi?" tanya pria berambut hitam menyipitkan mata.

Kurosaki Ichigo, perlahan berdiri dengan menancapkan ujung pedang besar ke tanah. Badannya sudah lelah dan penuh luka-luka, tidak bisa digerakkan lagi, tetapi karena amarah telah memuncak ke kepalanya, semua apa yang dialaminya tidak terasa lagi baginya.

Ichigo mengeluarkan suaranya yang sempat tercekat sebab batuk darah. "Yhwach, kau..."

Ucapan Ichigo terputus saat mengangkat kepalanya untuk menatap Yhwach. Matanya menyalang merah. Alisnya menukik. Wajahnya sangat garang.

"Kau sudah mencelakai seseorang yang berharga untukku! Aku akan menghancurkanmu sekarang juga!" teriak Ichigo keras sekali, melepaskan energi bankai yang menguarkan dari sekujur tubuhnya.

Tiba-tiba, Ichigo bergerak cepat di permukaan tanah seperti terbang seraya melepaskan Getsuga Tensho berbentuk cahaya merah-kehitaman lewat ayunan vertikal pedangnya. Cahaya itu meluncur seperti pilar yang bergerak laju menuju Yhwach. Namun, Yhwach bisa menghalau serangan Ichigo dengan tubuhnya, seolah serangan Ichigo hanya mainan baginya.

Yhwach cepat menghantam punggung Ichigo dengan pukulannya yang sangat kuat. Mengakibatkan Ichigo terhempas ke tanah hingga tanah retak di sekitar Ichigo yang terkapar. Tidak hanya itu, pukulan kuat juga mengenai perut Ichigo. Membuat mata Ichigo membulat sempurna.

"Kau tidak akan bisa mengalahkanku, Ichigo," ucap Yhwach menyipitkan mata, "menyerahlah sebelum aku benar-benar menghabisimu."

"Aku tidak akan menyerah. Aku akan tetap melawanmu sampai akhir hayatku," balas Ichigo. Matanya sayu.

"Dasar, keras kepala!"

Yhwach melancarkan beberapa pukulan kuat yang menghantam dada dan perut Ichigo. Tindakannya ini membuat beberapa Shinigami yang masih sadar, panik.

"Ichigo!" seru Kukichi Rukia. Matanya sudah berkaca-kaca.

Ichigo yang tidak mampu bergerak lagi, akhirnya merasakan pandangannya mulai bergoyang-goyang. Teriakan teman-temannya seolah menjauh darinya. Jantungnya perlahan berdetak lemah, hingga akhirnya berhenti. Aliran darahnya juga turut berhenti.

Apakah ini akhir dari hidupku? Jika benar, aku tidak akan bisa melindungi semua orang. Maafkan aku, Inoue.

Ichigo membatin. Membayangkan wajah Orihime Inoue yang merupakan anggota timnya. Inoue yang senantiasa mendukungnya agar menjadi lebih kuat lagi. Tapi, takdir sudah berbicara lain, menetap Ichigo harus meninggalkan dunia ini.

.

.

.

Mata Ichigo yang seharusnya sudah terpejam, tiba-tiba terbuka lagi. Mengejutkan Ichigo karena di sekitarnya sudah berubah.

"Hah? Di mana ini?" tanya Ichigo celangak-celinguk.

Ichigo berdiri seolah melayang dalam aliran cahaya putih yang terperangkap di lorong antah berantah. Entah di mana dia sekarang. Keadaan sepi.

"Hei, aku ada di mana ini? Jawab aku!" seru Ichigo bersuara keras. Tapi, tidak ada yang menjawabnya.

Tiba-tiba, aliran cahaya yang bergerak cepat, perlahan melambat. Ichigo melihat ada cahaya yang sangat terang di ujung lorong. Bertepatan muncul suara wanita yang menggema di gendang telinganya.

"Selamat datang, Kurosaki Ichigo," kata suara misterius itu, mengejutkan Ichigo.

"Si ... siapa kau?" tanya Ichigo tergagap. Matanya melebar.

"Aku adalah penjaga dunia yang akan kau kunjungi."

"Penjaga dunia?"

"Ya. Aku memberikan kau satu kesempatan lagi untuk hidup di dunia yang berbeda dari duniamu sebelumnya. Dunia yang penuh dengan monster dan menjadi tugasmu untuk memusnahkan monster itu. Aku akan membekalimu kekuatan Purple Heart padamu."

Cahaya yang ada di ujung lorong, mendadak berubah warna menjadi merah muda keunguan. Cahaya itu menembak lurus sampai mengenai tubuh Ichigo. Teriakan Ichigo memenuhi tempat itu, bersama dirinya yang menjadi satu dengan cahaya itu.

.

.

.

"Ichigo-onee-san, bangun!" seru seorang gadis berambut ungu panjang yang menggoyang-goyangkan badan Ichigo. Dia bersimpuh dengan kening yang mengerut.

"Hah?" Ichigo spontan membuka matanya. Tersentak dengan kehadiran gadis berambut ungu itu. "Ka ... kau itu siapa?"

"Hah? Kau tidak mengenaliku?"

"Tidak."

"Aku Nepgear. Adik bungsumu."

"Hah? Adik bungsuku?"

Ichigo linglung. Mengucek-ucek matanya untuk memastikan dia masih tertidur. Bahkan mencubit pipinya sendiri. Terasa sakit. Hal itu membuat dirinya seolah membatu.

Apa yang terjadi padaku? Mengapa aku memiliki adik yang berbeda di dunia lain?

Ichigo baru berkoneksi dengan keadaan sekitar. Dia berada di bawah pohon rindang, di tengah padang rumput. Angin bertiup lembut meniup dirinya. Menggoyang-goyangkan helai-helai rambut dan pakaiannya.

Ichigo merasakan keanehan pada dirinya tatkala mendapati rambutnya memanjang hingga melewati bahu. Matanya melebar saat mendapati dadanya yang membesar menyerupai dada perempuan. Baru sadar dengan apa yang terjadi.

"Ichigo-oneesan, ada apa denganmu?" tanya Nepgear memegang bahu kiri Ichigo. Bertampang khawatir.

"Me ... mengapa jadi begini?" Ichigo balik bertanya. Suaranya yang besar berubah menjadi feminim. "Mengapa aku jadi perempuan begini?"

"Hah? Ichigo-onee-san dari lahir memang perempuan, 'kan?"

"Yang benar saja! Aku ini laki-laki! Bukan perempuan!"

Ichigo mencengkeram sisi-sisi kepalanya dengan dua tangan. Menundukkan kepala. Memejamkan mata. Merasa frustasi dengan keadaan yang menimpanya. Nepgear yang tidak mengerti dengan apa yang dialami Ichigo, hanya menghela napas.

"Sepertinya kau hilang ingatan seperti Neptune-onee-san," ujar Nepgear bertampang serius, mencoba menghibur Ichigo.

"Neptune itu siapa?" tanya Ichigo mengerutkan kening.

"Itu adikmu juga. Anak nomor dua."

"Oh. Berarti kau yang bungsu?"

"Ya, benar sekali."

"Aku tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Tapi, seingatku, aku ini Shinigami yang hidup di dunia lain. Aku tewas di tangan musuh karena berusaha melindungi partner-ku."

"Shinigami? Maksudnya Onee-san itu Shinigami?"

"Iya."

"Apa benar begitu?"

Nepgear mengerutkan kening. Berwajah bingung. Mengetahui Ichigo belum bisa mengaktifkan mode CPU. Kemudian Neptune diutus dulu untuk memimpin wilayah.

"Mungkin Onee-san butuh istirahat dulu," kata Nepgear tersenyum, mengenggam tangan Ichigo, "ayo, kita pulang! Hari sudah sore."

Ichigo yang masih kelimpungan dengan perubahan fisiknya, hanya mengangguk pasrah. Dia berdiri karena ditarik Nepgear. Tinggi badannya jauh lebih berbeda dari tinggi badannya saat masih berjenis kelamin laki-laki.

Ichigo dan Nepgear berjalan sambil bergandengan tangan. Mereka melihat matahari sudah condong ke barat. Langit menjadi jingga kemerah-merahan. Alam siap menyambut kedatangan malam.

Ichigo tiba di dunia lain. Dunia yang bernama Gamindustri, dipenuhi hal-hal yang berhubungan dengan game atau komputer. Dunia yang aneh, dipenuhi monster-monster berbahaya.

Ichigo dan Nepgear berjalan melewati padang rumput yang sangat luas. Tidak ada seorangpun yang lewat selain mereka. Di ujung pandangan, terlihat perkotaan futuristik yang megah.

"Itu kota Planeptune. Tempat tinggal kita," ungkap Nepgear menunjuk kota yang masih jauh, "Neptune-Onee-san adalah Purple Heart. Goddess yang memimpin kota itu."

.

.

.

Bersambung

.

.

.

A/N:

Cerita baru update di fandom Bleach x Hyperdimension Neptunia. Bagaimana pendapatmu tentang cerita ini? Terima kasih.

Senin, 3 Oktober 2022