NOTES:
Btw, aku memang kurang berpengalaman menulis orang yang terluka gitu, jadi maklum ajalah ya.
Tambahan:
"AaBbCc" – Ucapan biasa (Kutip dua biasa)
'AaBbCc' – Pikiran (kutip tunggal dengan huruf miring)
Pada chapter ini:
"AaBbCc" – Ucapan yang terdengar dari alat elektronik seperti radio, pengeras suara, telpon atau suara seseorang yang terdengar sangat pelan. Atau ucapan yang mempertegas sesuatu. (Kutip dua dan huruf miring)
/./AaBbCc\.\ – Flashback, atau mungkin flash-foward untuk Bond. (Titik diapit dua kurung siku tebal dengan tulisan huruf miring)
ALLIANZ
Fanfiction by LittlePeanutz
Spy x Family © Endō Tatsuya
Chapter 8: Diam
Singkatnya, Twilight dan Thorn Princess terluka.
Diam
(KBBI) v tidak bersuara (berbicara)
v tidak bergerak (tetap di tempat)
v tidak berbuat (berusaha) apa-apa
dsb.
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Pagi hari, beberapa jam sebelumnya, pukul 08.00 waktu setempat.
Di suatu tempat di Central Berlint, Ostania.
Toko Tembakau Franklin.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
Franky menatap jam taman yang ada di dekat tokonya dengan malas. Pukul delapan di Hari Sabtu. Seharusnya hari ini ia mendapat permintaan untuk menjaga anak dari temannya itu. Bukan berarti ia senang mengasuh anak (palsu) temannya itu. Bukan. Sama sekali bukan.
Ia bukanlah babysitter, ia adalah informan! Ya, dia tidak suka menjaga anak kecil.
Hanya saja ia sedang membutuhkan uang dan biasanya teman mata-matanya itu selalu membayar tepat waktu jika hal itu selalu menyangkut putri (palsu)nya itu… (Padahal mata-mata itu tidak pernah membayar tepat waktu untuk yang lain!)
Ia sama sekali tidak merindukan anak itu. Sama sekali tidak. Ia sama sekali tidak menyusun rencana apa yang akan ia lakukan dengan anak itu hari ini. Sama sekali tidak.
Ia sama sekali tidak kecewa.
Franky kembali melihat ke arah jam yang ada di taman. Jarum panjang itu hanya bergerak sedikit. Sekali lagi Franky mempertanyakan apa yang sedang ia lakukan di sini, apa yang sedang ia tunggu.
/./
"Yo! Franky Franklin!" sapa salah satu kawan informannya. "Kau masih berkontak dengan mata-mata dari W.I.S.E. `kan?"
"Jo! Kau tau itu rahasia dan aku gak akan beritahu apapun!" omel Franky kesal. Kenapa kawan informannya ini membahas tentang W.I.S.E.?
"Maaf, maaf! Aku tahu itu rahasia. Tapi aku baru aja kedatangan 'pelanggan' baru yang bersikeras setengah mati untuk bertemu dengan seseorang yang memiliki hubungan langsung dengan W.I.S.E.," jelas kawannya.
Franky mendengus, "Tolak aja. Dia pasti salah satu dari polisi rahasia yang sedang memburu mata-mata!"
"Seandainya semudah itu menolaknya," kawannya itu tertawa, "Sayangnya, 'pelanggan'-ku yang ini sangat gigih. Kau bahkan gak ingin tahu seberapa gigihnya dia, sampai-sampai akhirnya aku kasih dia alamat tokomu."
"Kau berikan dia apa?!"
"Tenang, tenang. Aku udah periksa latar belakangnya. 'Pelanggan' yang ini sama sekali bukan dari polisi rahasia. Cobalah dengarkan permintaannya. Hari Sabtu sekitar jam 8."
\.\
Siapa sih orang yang bersikeras untuk bertemu dengannya? Franky tidak begitu yakin sejak kapan ia begitu terkenal sampai-sampai ada orang yang bersikeras ingin bertemu dengannya. Ah, seandainya dia juga terkenal di kalangan wanita…
"Permisi."
Franky menoleh ke arah seseorang yang berdiri di depan tokonya. Seorang pria, sepertinya berumur di akhir 50. Tubuhnya tinggi dan memiliki rambut cokelat yang tertata rapi. Pria itu mengenakan setelan jas berwarna abu-abu dengan sarung tangan hitam. Di lengannya, pria itu membawa tas koper kecil berwarna abu-abu. Kenapa gaya berpakaian seperti ini terasa tidak begitu asing… 'Apakah gaya pakaian seperti ini sudah menjadi tren?' batinnya.
"Selamat datang!" sapa Franky, "Ada yang bisa saya bantu?" Apakah pria ini adalah orang yang dimaksud itu?
"Satu koran Ostania hari ini dan satu kotak rokok, terima kasih," pinta pria itu.
"Baik, satu koran Ost Daily News dan satu bungkus rokok segera datang," Franky mengambil koran keluaran terbaru di belakangnya dan mengambil bungkus rokok yang ada di etalase di depannya.
"Dan satu lagi," Pria berjas abu-abu itu berseru lagi, kemudian mengeluarkan sebuah amplop kecil berwarna cokelat dari balik jasnya dan meletakkannya di atas etalase. "Satu surat untuk dikirimkan ke anggota W.I.S.E., siapapun anggotanya itu."
'Ah, ternyata ini dia orangnya,' batin Franky.
"Maaf, saya tidak menjual barang yang seperti itu," tolak Franky. 'Apa yang sebenarnya pria ini inginkan?'
"Aku bersedia membayar lebih untuk itu."
Sial. Uang adalah kelemahannya! Franky memelankan suaranya, "Maaf, pak. Meski begitu, saya adalah informan. Bukan pengantar surat. Saya tidak memiliki hubungan apa-apa dengan waiss atau semacamnya itu—"
BAAK!
Pria itu mengeluarkan amplop cokelat lainnya, namun kali ini lebih tebal dan terdengar cukup berat. Franky tahu persis apa isi dari amplop itu.
"Apa segini cukup?"
Franky menelan ludah. Kawannya benar, pria ini begitu gigih. "Tapi saya tak bisa menjamin kalau W.I.S.E. akan menerima surat ini meski saya yang memberikannya, Pak."
Pria itu mencondongkan sedikit badannya dan berbisik, "Tolong katakan saja pada mereka kalau ini juga menyangkut mengenai perdamaian timur dan barat. Dan organisasi gelap yang bernama [KIND]."
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Sore hari, pukul 17.00 waktu setempat.
Kediaman Keluarga BlackBell.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
"Coba yang ini, Anya!" Becky mengeluarkan baju lain dari lemari pakaian yang sangat besar. "Ini sangat lucu!"
Anya sedang duduk di atas tempat tidur milik Becky yang sangat besar dan juga sangat empuk, sembari mengusap-usap bulu Bond yang sangat halus. "Boleh saja," Anya menanggapi, entah sudah berapa kali.
"Eh, atau yang ini aja! Lihat! Rendanya lucu sekali `kan?" Becky kembali mengeluarkan baju lain dan melemparkan baju sebelumnya ke tumpukkan baju yang ada di dekat Becky.
"Itu juga boleh," Anya kembali menjawab hal yang sama, kemudian melihat Becky kembali melakukan hal yang sama.
Anya sedikit menyesal karena lupa membawa baju tidur ketika akan menginap di rumah Becky (tentunya akibat kekacauan tadi padi di Keluarga Forger). Anya sudah bilang ke Becky kalau Anya akan tidur dengan mengenakan baju lain yang Anya bawa dari rumah, meski bukan baju tidur. Setidaknya baju yang Anya bawa juga nyaman untuk dikenakan saat tidur.
Tapi Becky bersikeras kalau Anya harus memiliki baju tidur yang lucu dari koleksi baju tidur milik Becky. Ini sudah hampir sejam dan Becky masih memilih baju. Bahkan Bond sudah hampir tertidur di pangkuan Anya.
"Hei, hei… Bond!" Anya berbisik pada Bond, berusaha membuat Bond agar tidak tidur. Bond mengangkat kepala dan menatap Anya. "Besok, papa akan ajak jalan-jalan ke mana?"
Lelah menunggu Becky yang masih sibuk memilih baju, Anya lebih penasaran dengan janji papa yang bilang akan pergi jalan-jalan satu keluarga besok. Apakah papa akan mengajak Anya ke akuarium lagi? Sudah lama Anya tidak pergi ke akuarium. Atau pergi ke Taman Anjing? Tidak apa-apa jika jalan-jalannya dekat dengan rumah, yang penting mama dan papa selalu bersama Anya. Oh! Atau mungkin ke taman bermain yang baru buka belakangan ini? Becky sudah lama ingin mengajak Anya pergi ke sana, tapi Anya ingin pergi ke tempat itu bersama mama dan papa terlebih dahulu!
Memikirkan berbagai macam tempat yang ingin Anya kunjungi, Anya menjadi tidak sabar menanti hari esok. Makanya Anya bertanya ke Bond apakah Bond melihat masa depan di mana ke tempat yang akan Anya kunjungi besok.
"Ayo Bond! Lakukan itu lagi!" Anya mengusap-usap perut Bond dengan tidak sabaran.
Bond lalu menutup mata sebentar, lalu membuka mata dan menatap mata Anya lagi. Kemudian Anya dapat melihatnya.
/./
Kediaman Keluarga Forger. Anya di rumah, menggambar sendirian di ruang tamu. Mama sedang mencuci piring di dapur.
\.\
Eh? Lalu apa?
Anya bingung. Hanya itu? Kenapa di rumah? Di mana tempat yang akan Anya datangi besok?
Ini aneh. Kenapa masa depan yang dilihat Bond terlihat biasa saja. Kemana acara jalan-jalan keluarga Forger yang sudah dijanjikan oleh papa? Anya berusaha untuk membaca pikiran Bond lagi, berusaha mencari sesuatu yang lain. Tapi tetap saja, penglihatan itu hanya sampai situ. Apakah besok tidak jadi pergi? Atau Bond melihat masa depan terlalu jauh?
Kemudian Anya menyadari sesuatu. "Tunggu Bond, di mana papa di masa depan itu?"
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Sore menjelang malam hari, pukul 17.20 waktu setempat.
Di suatu tempat tak jauh dari 330 Maint Road, South Ruddow, Ostania.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
"Ugh," Twilight meringis. Ia terjatuh ke tanah cukup keras. Sekilas pandangannya sempat kabur. Rasa sakit mulai muncul dari arah bahunya. Hatinya memaki, kenapa dia bisa tidak menyadari kedatangan orang lain itu lebih cepat?!
"Thorn Princess tunggu!"
Twilight dapat mendengar suara pria yang ada di depannya tadi, sedang berseru ke arah wanita yang baru saja menyerangnya.
'Sudah kuduga ini perangkap!'
"Sungguh ini bukan perangkap!" Pria tadi berteriak seakan-akan menjawab pikirannya.
Twilight melihat ke arah bahunya, benda runcing panjang mirip jarum itu tertancap di sana. Darah sedikit menetes. Namun yang membuatnya sedikit tidak percaya adalah jarum raksasa itu terlilit suatu senjata yang terhubung dengan rantai panjang. Twilight menelusuri asal rantai tersebut, yaitu dari arah pria misterius tadi yang kini sedang berbicara sesuatu pada tamu yang tiba-tiba muncul itu.
Memang Twilight menduga bahwa di balik lengan pakaian aneh pria itu terdapat suatu senjata yang mungkin cukup berbahaya. Twilight juga menduga bahwa dari seluruh senjata yang memungkinkan, senjata sejenis rantai seperti ini adalah salah satunya. Tapi Twilight tidak menduga bahwa pria ini dapat menangkap jarum raksasa yang mengarah padanya dengan cepat menggunakan rantai.
Kenapa pria ini menangkap jarum tersebut? Apakah pria ini bermaksud untuk mengurangi gaya yang bekerja pada jarum raksasa itu?
Twilight langsung mengumpulkan fokus. Ia mencoba bangun untuk duduk. Rasa sakit langsung menjalar ke seluruh tubuh. Ia meraih pistolnya yang sempat terlepas di dekatnya. Twilight mencoba mendengarkan apa yang laki-laki itu bicarakan kepada orang yang baru datang itu. Tampaknya mereka sudah saling kenal. Sial, Twilight kalah jumlah.
"Sungguh, Thorn Princess, Matthew, percaya pada saya. Jangan serang orang itu. Akan saya jelaskan semuanya nanti."
"Ta-tapi–"
"Saya tak akan lama."
Antara Twilight sedang dalam keadaan shock atau ia merasa mengenali suara itu. Pikirannya terus mencari pemilik suara itu di dalam memorinya, namun entah kenapa ada sesuatu di dalam dirinya yang menolak untuk mempercayai apa yang ia dengar. Alhasil, Twilight tidak dapat menebak wanita pemilik suara tersebut.
Twilight mempertanyakan dirinya. Kenapa?
Ia merasa tahu, tapi kenapa tak ada satupun wajah yang muncul di benaknya?
"Sekarang tunggu sebentar di sana! Maksudku, di gedung! Saya akan segera kembali!"
Twilight dapat mendengar pria itu mulai berjalan ke arahnya. Ia mempersiapkan pistol di dadanya. Di antara seluruh kejadian yang sangat tiba-tiba ini, ia tidak boleh lengah.
"Hei, hei. Jangan bergerak. Kau akan memperparah lukanya," Pria itu langsung berjalan perlahan ke arahnya, mengangkat kedua tangannya di atas menunjukkan ia sedang tidak memegang apa-apa, kecuali rantai yang masih terjulur dari salah satu lengan baju panjangnya. "Maaf ada sedikit gangguan, tapi aku akan tetap meyakinkanmu bahwa ini sama sekali bukan perangkap dan aku tidak akan menyerang."
Twilight hanya terdiam. Sejauh apa ia harus mempercayai pria yang ada di depannya ini? Apalagi pikirannya masih berusaha untuk mencari pemilik suara wanita yang baru saja ia dengar tadi.
Sial. Kenapa ia kesulitan untuk mengingatnya? Kau kenapa, Twilight?!
Apakah kepalamu baru saja terbentur cukup keras?!
"Ini, periksa sendiri." Pria itu menyerahkannya buku catatan hitam kecil yang belum sempat ia berikan. Twilight menerimanya dengan sebelah tangan yang tak tertancap jarum raksasa di bahunya.
Tak ada perbincangan lainnya. Semua kacau, sepertinya. Pria misterius itu melepaskan rantai yang melilit jarum raksasa yang tertancap pada Twilight. Pria itu sedikit terkejut bahwa Twilight membiarkan dirinya mendekatinya.
"Segera tangani luka tusuk itu. Jangan sembarangan dilepas, itu berbahay—"
"Aku tahu," potong Twilight—dengan suara berbeda—sambil menekan daerah di sekitar luka tusuk itu. Lagipula ini bukan pertama kalinya Twilight terluka seperti ini. Ia pernah lebih parah.
Tapi untung saja luka itu terlihat tidak terlalu parah. Jika ada sesuatu yang terjadi dengan agen terbaik W.I.S.E. ini, Pria misterius itu tak tahu bagaimana nasib gencatan senjata yang ia buat dengan agen Umbra tadi. Bisa saja semua rencana untuk menyelamatkan anak-anak ini menjadi sia-sia.
"Di mana tubuh Agen Umbra?" Twilight langsung melontarkan pertanyaan. Harusnya pria misterius itu tahu di mana keberadaan tubuh agen itu. Apakah disembunyikan? Apakah Umbra masih selamat?
Pria misterius itu terdiam sebentar, terlihat sedikit adanya gestur ragu-ragu yang muncul dari pria yang sedang menggulung senjata rantainya. "Sayangnya, tubuhnya sudah ditemukan oleh KIND dan diambil oleh mereka."
'Dan kau membiarkannya begitu saja?!' Tidak, tunggu, Twilight. Jangan emosi. Pria ini tak begitu mengenal Umbra dan juga Umbra tak begitu mengenal pria ini. Tak ada alasan bagi pria ini berbuat jauh untuk melindungi tubuh agen yang sudah gugur itu. Jika sudah seperti ini, tak banyak yang bisa ia lakukan.
"Oke, sampai disini. Aku pergi," Pria misterius itu menyimpan senjatanya kembali di balik lengan bajunya yang panjang. Kemudian ia langsung berbalik, "Tugasku memberikan buku catatan itu sudah selesai. Aku titipkan anak-anak itu padamu. Sampai jumpa, Agen Twilight. Semoga kita tidak bertemu lagi."
Twilight mendengus. 'Menitipkan anak-anak ke orang yang sedang terluka? Huh.'
Pria itu berhenti sejenak, lalu berbalik. "Oh ya, ini permintaan pribadiku. Jika kau sudah mengamankan anak-anak itu, beritahuku apabila memungkinkan. Entah seperti apa atau bagaimana caranya."
Kemudian pria misterius itu pergi begitu saja, meninggalkan Twilight yang sedang terluka dengan anak-anak yang baru saja ia temui beberapa menit yang lalu.
Sungguh, Twilight sama sekali tidak menduga misi hari ini akan berjalan seperti ini. Seluruh skenario kemungkinan bagaimana misi ini akan berjalan, ini bukanlah salah satu di antaranya.
"Pamaan!" Seorang anak kecil—perempuan, berambut pirang pucat, mungkin berusia sekitar 7 tahun—keluar dari semak-semak dan berlari ke arahnya. "Paman terluka! Bagaimana ini?!"
Twilight menghela napas, ingin sekali ia merebahkan dirinya di rerumputan yang ada di belakangnya. Namun jarum raksasa yang masih tertancap pada bahunya terasa sakit sekali.
'Lagi-lagi misiku melibatkan anak kecil…'
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Sore menjelang malam hari, pukul 18.00 waktu setempat.
330 Maint Road, South Ruddow, Ostania.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
"Vine!"
Vine langsung menoleh, ia melihat Thorn Princess dan Matthew sedang menunggunya di depan pintu masuk gedung di salah satu mobil van yang ditinggalkan, dikelilingi oleh tubuh-tubuh yang masih tergeletak membusuk perlahan hasil karyanya kemarin.
Vine dapat melihat Thorn Princess sedang duduk sambil melambaikan tangan ke arahnya. Ia sedang meluruskan salah satu kakinya dan Matthew tampaknya seperti sedang merawat salah satu kaki Thorn Princess tersebut. Apakah Thorn Princess terluka?
"Maaf membuat kalian menunggu," Vine bergegas menghampiri mereka, "Maaf juga saya tidak mengatakan apa-apa pada Manager karena—"
"Alat komunikasimu rusak. Ya, kami tahu. Kau selalu tak sengaja merusaknya," potong Matthew cepat. Vine langsung membisu. Astaga ia ceroboh sekali! Bahkan Matthew sudah menduganya!
"Maaf," Vine merasa bersalah. Lalu pandangannya tertuju pada Thorn Princess, "Kau tertembak?"
Thorn Princess hanya menjawab dengan senyum sambil tertawa kecil, "Hanya sedikit tergores, itu saja."
"Tertembak di paha dan peluru bersarang di dalamnya itu bukanlah sekadar tergores, Thorn Princess," Matthew membetulkan, tangannya dipenuhi darah. Ia mengelap darah yang ada di tangannya dengan kain yang bisa ia dapat dan kemudian mengambil perban dari dalam kotak putih yang Vine tidak tahu sejak kapan itu ada di sana. "Pelurunya sudah dikeluarkan. Seharusnya tidak apa-apa."
"Terima kasih, Direktur. Maaf merepotkan."
Vine menggigit bibir, rasa bersalah langsung melahapnya, "Maaf. Seharusnya aku bilang jangan menemuiku."
Matthew menatapnya dengan tatapan penuh interogasi.
"Biar lalu biarkan berlalu. Minta maaf bisa dilakukan nanti. Sekarang, bisakah kau jelaskan apa dan siapa itu tadi?"
Vine menarik napas panjang, ia bersiap menerima teguran hari ini.
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Malam hari, pukul 18.10 waktu setempat.
Di suatu tempat tak jauh dari 330 Maint Road, South Ruddow, Ostania.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
"Jadi, orang-orang itu bukan anggota KIND?"
"Tidak, sepertinya tid—ukh!" Twilight meringis.
"Maaf! Mohon tahan sebentar, Tuan Twilight!"
"Tidak apa-apa. Lanjutkan saja," ujar Twilight menahan rasa sakit yang ada di bahunya. Rekan Umbra yang berada di dalam mobil van langsung menghampirinya setelah Twilight mengontaknya beberapa saat yang lalu. Pria itu langsung menangani luka tusuk Twilight.
Setelah menjahit luka tersebut, Rekan Umbra itu langsung membungkus bahu Twilight menggunakan perban. Tangan pria itu sangat cekatan, layaknya telah melakukan hal ini ribuan kali.
Twilight menginspeksi jarum raksasa yang baru saja dilepas dari bahunya dengan tangan lainnya. Ini pertama kalinya ia melihat senjata semacam ini. Lumayan berat, keras, tajam, dan cukup panjang. Untung saja ia hanya terkena di bagian bahunya—dan itu tak terlalu parah, mungkin karena ia juga mengenakan rompi anti peluru. Andai saja pria misterius tadi tak menangkap dan mengubah sedikit arah jarum raksasa ini, kemungkinan senjata ini malah akan tertancap di lehernya.
Membayangkannya saja sudah membuatnya merinding.
"Apakah paman mata-mata akan baik-baik saja?"
Rekan Umbra menoleh ke belakangnya, terdapat tiga anak kecil yang sedang memperhatikannya merawat luka tusuk Twilight. Lalu Rekan Umbra kembali melihat ke arah Twilight, lalu ke arah anak-anak itu, lalu ke Twilight, dan ke anak-anak itu lagi.
"Y-Ya, Tuan Twilight akan baik-baik saja," jawab laki-laki itu ragu-ragu. Lalu langsung berbisik ke Twilight, "Saya sejujurnya masih belum paham kenapa ada anak-anak disini."
"Banyak hal yang terjadi," jawab Twilight singkat sambil membuka buku catatan milik Umbra dengan tangan kirinya, mencari pesan tersembunyi mengenai anak-anak ini di dalam buku itu. "Intinya, katanya itu permintaan terakhir Agen Umbra."
"Begitu ya…" Suaranya terdengar sedikit tercekat, "Berarti Agen Umbra… memang telah…"
"Tubuhnya masih belum ditemukan, masih ada kemungkinan lain—meski hanya sepersekian persen. Mengingat pria itu bilang tubuhnya dibawa oleh organisasi [KIND]."
"A-ah, itu—"
Anak laki-laki berambut hitam pekat tiba-tiba bersuara.
"Hm?"
Kedua pria dewasa itu langsung menoleh ke arahnya. Tiba-tiba saja anak laki-laki itu langsung terdiam ketika seluruh pandangan tertuju ke arahnya. Ekspresinya panik, matanya berkali-kali bertukar pandang dengan kedua anak lainnya.
"I-itu… s-sebenarnya…" Anak laki-laki itu terbata, kebingungan memilih kata. Sepertinya ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh anak itu namun langsung dipendamnya kembali. Twilight tak tahu kenapa anak itu tiba-tiba mengurungkan niatnya.
"Ti-tidak jadi… maaf…" Akhirnya anak itu berujar pelan. Twilight benar-benar dibuat penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh anak itu sebelumnya. Jelas-jelas anak itu ingin mengatakan sesuatu.
"Ah." Akhirnya Twilight menemukan sesuatu di dalam buku catatan itu. Sebuah penjelasan yang sepertinya menjelaskan tentang situasinya saat ini.
Tulisan tangan itu terlihat masih baru dan sedikit lebih berantakan dari tulisan yang ada di halaman lainnya. Sepertinya Agen Umbra menulisnya di saat-saat terakhirnya, meski begitu agen tersebut masih menulisnya dalam bentuk kode.
'Kode apa yang biasa digunakan oleh Umbra… Tidak ada petunjuk apapun di dalam buku ini—'
"Kode A," Anak laki-laki lain—berambut merah dan tampaknya merupakan yang tertua dari mereka bertiga—berseru. "Paman mata-mata Umbra menulisnya menggunakan kode A!"
"Oh, oke. Kode A ya… baiklah," ujar Twilight sedikit terkejut. 'Bagaimana anak ini tahu apa yang aku pikirka—'
"Karena kami bisa membaca pikiran."
Dari seluruh misi yang pernah Twilight jalankan sepanjang karirnya, ia tak pernah menghadapi sesuatu yang seperti ini sebelumnya.
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Malam hari, pukul 18.20 waktu setempat.
Di suatu tempat di South Ruddow, Ostania.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
"Anda pernah mendengar tentang dia sebelumnya, Matthew?"
"Ya," Direktur berujar, pandangannya terfokus pada jalan yang ada di depannya. "Untuk seorang mata-mata, dia cukup dikenal. Namun tak ada yang pernah tahu sosoknya. Tak kusangka kita akan bertemu dengan mata-mata terkenal itu di sini."
Saat ini mereka bertiga—termasuk Vine—berada di dalam mobil yang sebelumnya digunakan dari Berlint menuju Ruddow. Direktur yang mengemudi, Vine duduk di kursi penumpang di sebelah pengemudi dan Thorn Princess duduk di kursi penumpang di belakang.
Thorn Princess hanya mendengar perbincangan antara Vine dengan Direktur, sementara dirinya tengah menahan rasa sakit yang ada di kakinya—peluru dari mata-mata tadi mengenai paha kirinya. Untung saja peluru itu bisa dikeluarkan. Ia perlahan mencoba meluruskan kakinya pada jok mobil, Thorn Princess duduk sendirian di kursi penumpang yang ada di belakang sehingga ia memiliki ruang yang lebih leluasa.
"Apakah kau baik-baik saja, Thorn Princess?" tanya Vine khawatir.
"Aku baik-baik saja, Vine, sungguh."
"Apa guncangan mobil ini membuat kakimu sakit?"
"Vine," Thorn Princess menegur, "Aku adalah pembunuh dari Garden. Kau `kan tahu hal seperti ini hanya masalah kecil dalam pekerjaan ini."
"Aku tahu, hanya saja…" Vine terdiam sejenak, merangkai kata-kata, "Ini adalah pertemuan pertamaku denganmu sejak kakakku meninggal dan aku mengambil alih codename-nya. Tak kusangka akan menjadi seperti ini. Padahal aku sangat mengagumimu."
"Ini salah kami juga karena datang ke tempat kerjamu tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Salahku juga yang mengira laki-laki tadi itu ingin menembakmu," Thorn Princess menjelaskan, kemudian tertawa pelan untuk mencairkan suasana yang sejak tadi membuatnya sedikit tidak nyaman. "Soalnya dia benar-benar mengarahkan pistol itu ke kepalamu dengan sorot matanya yang sangat serius."
"Aku sudah menduga dia akan terlihat seperti itu, wajar saja dia sangat waspada. Salah satu rekannya baru saja gugur," jelas Vine. "Oh ya, ngomong-ngomong Matthew, sebelum aku lupa, aku ingin bilang kalau aku belum berhasil menemukan—"
Vine dan Direktur kembali berbincang. Thorn Princess kembali mendengarkan. Ia terdiam sambil melihat ke arah luar jendela, beberapa kendaraan melintas bersamaan dengan mobil yang mereka kendarai.
Namun beberapa saat kemudian, Thorn Princess tak lagi fokus mendengarkan. Percakapan antara Vine dengan Direktur lewat begitu saja di telinganya. Ia bahkan tak tahu sampai mana perbincangan dua pria itu. Ia juga tak lagi memperhatikan kendaraan yang lewat. Pikirannya terus kemana-mana. Sejak kapan ia hilang fokus?
Mungkinkah ia tidak fokus karena sakit? Tidak, ia pernah merasakan sakit lebih dari ini dan ia masih dapat beraktivitas seperti biasa. Ada sesuatu yang mengganggunya di kejadian baku tembak—lempar senjata— tadi.
Thorn Princess menyandarkan tubuhnya pada jok dan pintu mobil, merilekskan tubuhnya. Ia memejamkan matanya perlahan. Tiba-tiba saja memori tadi terlintas di kepalanya.
/./
"Direktur, aku mendengar sesuatu dari arah sini."
Tak jauh darinya, ia melihat Vine. Pakaian hitam dengan lengan panjang yang kebesaran itu menjadi ciri khasnya. Tangannya terangkat ke udara. Kenapa? Apakah dia sedang diancam?
Di depannya Vine ia melihat seorang pria, menodongkan pistol tepat ke arah kepala Vine. Seluruh tubuh pria itu tertutup oleh pakaian, menyisakan bagian matanya.
"Direktur! Vine sedang tersudut!"
Yang ia lakukan hanyalah berlari. Ia benar-benar tidak berniat untuk mengenai pria itu. Ia hanya berniat untuk melemparkan senjatanya tepat mengenai senjata yang dipegang oleh pria itu, dengan sedikit menggores pria itu jika ia bisa. Tapi sungguh, ia benar-benar tidak berniat untuk membunuh pria itu. Ia hanya ingin memberi peringatan atau sedikit menakuti saja.
Tapi siapa sangka pria itu langsung menyadari kedatangannya. Pria itu langsung menoleh ke arahnya dan bergerak dari posisi sebelumnya, tidak sesuai dengan perhitungannya. Senjatanya sudah terlepas terlebih dahulu dari tangannya sebelum ia menyadarinya, ia tak sempat mengubah arahnya.
"Thorn Prin—Jangan—!"
DOR!
Ia mendengar suara tembakan, lalu ia merasakan sesuatu yang mengenai kaki kirinya. Kemudian rasa sakit. Ia tertembak.
Ia juga melihat senjatanya mengenai pria itu dan pria itu terjatuh ke tanah. Sungguh, ia tak bermaksud untuk melukai pria itu.
\.\
"—cess? Thorn Princess? Halo?"
Ia kembali tersadar, tak sadar Direktur telah memanggil namanya berkali-kali. Vine juga ikut memanggil namanya, bahkan ia sampai memutarkan badan untuk melihat ke arahnya.
"Kau tidak apa-apa Thorn Princess?" tanya Vine khawatir.
Dengan cepat Thorn Princess langsung menjawab, "Ya, tidak apa-apa. Hanya sedikit lelah."
"Istirahatlah kalau begitu, perjalanan masih panjang. Kau memang akhir-akhir ini menerima banyak sekali pekerjaan," saran Direktur.
"Terima kasih."
Suasana di mobil kembali hening. Tak ada yang berbicara. Lampu-lampu kendaraan menyilaukan mata. Direktur fokus mengendarai mobil, Vine sepertinya mulai memejamkan matanya, dan direktur menyuruhnya untuk beristirahat. Lagipula masih ada sekitar 4 jam lagi untuk sampai Berlint.
"Vine, Direktur…" Thorn Princess mulai bersuara, "Pria tadi… Vine bilang itu Twilight Sang Mata-mata, `kan?"
/./
Pandangan pria itu fokus pada Vine, seakan-akan mewaspadainya. Kemudian ketika pria itu menyadari kedatangannya, sorot matanya tertuju ke arahnya.
Mereka memang tak saling melakukan kontak mata. Tapi pandangan Thorn Princess yang tajam sekilas dapat melihat mata pria itu.
Biru.
\.\
"Aku ingin tahu, seperti apa [Twilight] menurut rumornya, dan menurut Direktur juga."
Mungkin saja Thorn Princess hanya salah lihat. Tak mungkin `kan matanya dapat menangkap dengan jelas warna mata pria itu di tengah-tengah kejadian seperti tadi? Apalagi saat itu suasananya sedikit gelap dan kejadian itu begitu cepat.
Ya. Thorn Princess salah lihat.
Tapi tetap ia penasaran dengan mata-mata terhebat Sang [Twilight] ini.
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Malam hari, pukul 18.40 waktu setempat.
Di suatu tempat di South Ruddow. Di dalam mobil van abu-abu.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
"Jadi, apa yang ditulis oleh rekan saya?"
Kini setelah merawat sementara luka pada diri Twilight, mereka semua—termasuk anak-anak misterius itu—tengah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh Twilight sebelumnya. Twilight dan rekan Umbra duduk di depan, dengan Twilight duduk di kursi penumpang sebelah pengemudi (Ia tidak diperbolehkan untuk menyetir sampai luka di bahunya sembuh). Anak-anak yang mau tidak mau harus mereka bawa berada di kursi penumpang yang ada di belakang. Rekannya Umbra mengemudikan mobil meninggalkan Kota Ruddow, anak-anak masih terdiam tak bersuara sejak memasuki mobil, dan Twilight masih sibuk membolak-balikkan buku catatan peninggalan Umbra tersebut.
"Alasan dia sampai di tempat itu, bagaimana kejadiannya bisa terjadi, siapa anak-anak ini, dan rencana gencatan senjata dengan [Vine], pembunuh bayaran dari Garden…" jelas Twilight setelah berhasil menerjemahkan catatan itu. Ia membuka lembaran lainnya berharap tidak ada pesan rahasia yang tertinggal. "Juga ada informasi lainnya. Semua informasi sangat lengkap di sini. Atasan perlu mengetahuinya."
"Ternyata Garden benar-benar nyata ya…"
"Informanku bilang mereka benar-benar nyata, mereka juga punya seorang anggota yang katanya mampu menghabiskan satu pasukan seorang diri," kata Twilight, "Aku tidak tahu pria yang aku temui barusan adalah [anggota itu] atau bukan."
"Yah, kupikir mereka hanyalah mitos. Mereka benar-benar tersembunyi."
"Sama seperti kita."
Twilight melihat ke luar jendela. Kendaraan masih banyak yang berlalu lalang walau langit sudah gelap. Lampu kendaraan yang menyilaukan mata menerangi sepanjang jalan, mengalahkan sinar bintang yang ada di langit. Tak banyak yang dapat ia lakukan jika tak menyetir, hanya melihat kendaraan yang lewat dan membiarkan pikirannya kembali bekerja memikirkan hal lain.
"Ngomong-ngomong," Twilight mulai berbicara, ia sedikit menoleh ke belakang melihat anak-anak, "Kalian belum menyebutkan nama kalian sebelumnya. Ada yang ingin memperkenalkan diri?"
Anak-anak itu kembali saling bertukar pandang satu sama lain. Sekali lagi tak ada suara, hanya tukar pandang.
Jika saja anak-anak itu tidak menceritakan tentang [apa] mereka sebelumnya, Twilight mungkin tidak akan pernah tahu kalau kegiatan bertukar pandang yang dilakukan anak-anak saat ini adalah cara mereka untuk [berkomunikasi]. Mereka saling berbicara dalam diam, meski begitu ia yakin pikiran mereka pasti dipenuhi oleh berbagai macam suara. Mereka bertelepati, dan itu adalah bahasa komunikasi mereka sendiri.
Twilight masih belum mampu mencerna secara keseluruhan maksud dari [manusia yang dapat membaca pikiran] ini.
"Ka-kami sebenarnya sudah lupa dengan nama asli kami…" Akhirnya salah seorang dari mereka mulai berbicara. Twilight menyadari anak laki-laki berambut pendek kemerahan lagi-lagi yang membuka suara. Sepertinya dua anak lainnya sangat bergantung dengan anak berambut merah ini.
"Lalu, bagaimana kami harus memanggil kalian?"
Mereka terdiam lagi. Twilight dapat melihat gestur ragu-ragu muncul dari anak-anak itu. Apakah anak-anak ini takut untuk salah menjawab pertanyaannya? Memangnya ia bakal melakukan apa ke anak-anak ini—oh.
Sebelumnya mereka bilang bahwa mereka adalah anak-anak hasil eksperimen.
Tentu saja sudah jelas hal itu menjawab pertanyaan mengenai gestur tubuh yang selalu mereka lakukan.
Bodoh, Twilight. Kenapa sejak kau tertusuk jarum raksasa itu pikiranmu menjadi lambat?!
'Nggak akan ada yang bakal memarahi kalian di sini. Semua baik-baik saja. Kalian bisa dengar suaraku?' Twilight mencoba menenangkan mereka melalui pikirannya. Sejenak ia merasa sedikit gila berbicara dalam pikirannya.
"Artur," Anak berambut merah kembali bersuara. "Bunda memanggil saya dengan nama [Artur]. Tapi orang-orang di [rumah] terkadang masih memanggil saya dengan [subjek 011]..."
Twilight tidak suka mendengar hal itu. Menganggap dan memperlakukan manusia seperti barang? Sangat sampah. Tidak, lebih buruk dari sampah.
"Ini [Bella]," Anak berambut merah itu menunjuk ke arah anak perempuan berambut pirang pucat di sebelah kanannya, "dan ini [Carlo]," lalu menunjuk ke anak laki-laki berambut hitam di sebelah kirinya.
"Lalu kalian ingin dipanggil seperti apa?" Twilight bertanya.
Sebagai seorang pria yang bekerja sebagai mata-mata di sepanjang hidupnya, nama bukanlah sesuatu yang penting. Ia telah bergonta-ganti nama sebanyak ribuan kali, ia juga sudah melupakan nama aslinya. Terserah orang ingin memanggilnya apa.
Tapi tetap saja ia memerlukan suatu [nama julukan] yang merujuk padanya di tengah-tengah ribuan nama yang ia pakai, dan julukan itu adalah [Twilight]. Jika anak-anak ini menginginkan nama baru, tentu saja Twilight tidak melarangnya.
"Kalian tahu? Aku juga sudah lupa dengan nama asliku. Lalu orang-orang menjulukiku dengan [Twilight], dan aku nggak keberatan. Tapi kalau kalian ingin punya nama baru, mulai sekarang, kami akan memanggil kalian seperti itu."
Anak-anak itu bertukar pandang sebelum kembali bersuara, kali ini tidak ada jeda hening yang cukup lama seperti biasanya.
"Kami tetap dipanggil seperti itu tidak apa-apa. Artur, Bella, dan Carlo. Kami tidak mempunyai masalah dengan itu," ucap Anak berambut merah, "Lagipula, tidak ada maksud buruk ketika Bunda memberikan kami nama. Kami sudah menyukai nama itu."
"Apakah kalian yakin?"
"Sangat yakin." Suaranya terdengar lebih percaya diri sekarang. Sepertinya anak-anak ini memang bersungguh-sungguh.
"Baiklah, Artur, Bella, dan Carlo. Saat ini seperti yang kalian tahu kita akan pergi ke Berlint dan perjalanan masih ada sekitar 4 jam lagi. Kalian boleh beristirahat dulu sebelum pengawasku bertemu dengan kalian."
Satu hal yang masih mengganggu untuk Twilight, anak-anak ini akan dititipkan di siapa saat di Berlint nanti?
Twilight melirik ke arah jam yang ada di dalam mobil. 'Oh ya, aku `kan bilang pada Yor kalau aku bakal pulang larut. Tapi melihat banyaknya ketidakdugaan pada misi ini, sepertinya aku tidak bisa pulang hari ini. Aku harus menelponnya nanti.'
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Malam hari, pukul 19.00 waktu setempat.
Di dalam perjalanan menuju Kota Berlint.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
"Thorn Princess, di mana hiasan kepala baru yang kamu kenakan tadi?"
"Eh?" Thorn Princess langsung memegang kepalanya, ia meraba di sekitar daerah tempat ia memasangkan hiasan kepalanya. Ia bahkan tak sadar rambutnya kini sudah terurai. Sejak kapan itu terlepas?
"Apakah terjatuh?" tanya Vine.
Thorn Princess mulai mencari di sekitar tempat duduknya, "Tidak ada di sini."
"Apakah jatuh selama misi?" tanya Direktur.
"Tadi aku masih memakainya ketika menangani Gracie—Oh tidak!"
"Jatuh ketika di sekitar hutan dekat mata-mata tadi?"
Memori Thorn Princess kembali terlintas. Sejak kapan itu terjatuh? Seharusnya ia tidak mengenakannya hari ini! Kenapa ia tidak sadar? Padahal saat setelah selesai membunuh Gracie dan anak buahnya, ia sadar bahwa hiasan kepala itu terlepas dan membetulkannya. Tapi kenapa kali ini ia tak sadar?
"Hiasan kepala berbentuk bunga mawar itu?" tanya Vine.
"Bukan, kali ini aku mengenakan yang berbentuk kupu-kupu. Yang bunga mawar rusak di tugas sebelumnya. Tapi aku memang baru pertama kali pakai yang kupu-kupu itu di tugas ini, sebelumnya belum pernah pakai sama sekali, bahkan di rumah maupun kantor!" seru Thorn Princess. 'Astaga, aku ceroboh sekali! Padahal Direktur sudah memperingatkanku sebelumnya. Apa sih yang sedang menggangguku? Atau aku hanya kelelahan saja?'
Mungkin gara-gara sorot mata pria misterius itu terasa sangat familier buatnya.
Tidak, itu tidak mungkin. Ia selalu berada di Kota Berlint, jarang sekali ia pergi ke luar kota. Jadi tak mungkin ia merasa familier dengan pria misterius dari Kota Ruddow, `kan?
"Lain kali lebih berhati-hati lagi, Thorn Princess. Jangan sampai meninggalkan barang pribadi di lokasi kerja," tegur Direktur.
"Baik. Maafkan saya, Direktur."
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Malam hari, di waktu yang bersamaan, pukul 19.00 waktu setempat.
Di dalam perjalanan menuju Kota Berlint.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
Twilight sudah berkali-kali membuka buku catatan kecil itu dan kali ini ia tak menemukan sesuatu yang baru, ia sudah membaca semuanya. Menurut Agen Umbra, Organisasi KIND ini sedang melakukan eksperimen kepada manusia, dan anak-anak yang sedang tertidur di kursi belakang adalah hasil dari eksperimen tersebut. Twilight menggeram, kenapa ada saja manusia bisa sekeji ini.
Anak-anak kecil ini menjadi korban keegoisan orang-orang dewasa, sama seperti dirinya dulu sebagai korban keegoisan perang. Kapan dunia akan berubah? Apalagi yang harus Twilight lakukan?
Lalu ketika ia ingin menyimpan kembali buku catatan milik Umbra pada saku jasnya, ia merasakan ada sesuatu di dalam sakunya tersebut. Twilight ingat. Ia sempat memungut benda ini saat berjalan kembali menuju mobil setelah mendengar penjelasan singkat anak-anak tersebut. Ia memungutnya di tempat yang ia rasa sebagai tempat di mana sosok wanita yang melemparkan jarum raksasa padanya itu sempat berdiri.
Sepertinya wanita itu tak sengaja meninggalkan sesuatu.
Pertama, wanita itu meninggalkan senjatanya yang sebelumnya tertancap padanya—bahkan sekarang Twilight membawanya di dalam mobil.
Kedua, wanita itu meninggalkan sesuatu yang mirip dengan hiasan kepala berbentuk kupu-kupu berwarna putih, dengan sedikit noda darah di beberapa tempat.
Mungkin Twilight dapat mencari tahu siapa wanita itu dengan hiasan kepala ini. Tapi ia juga tidak terlalu berharap banyak. Ada ratusan wanita di Berlint yang juga mengenakan hiasan kepala, belum lagi di kota sebelah. Memangnya Twilight yakin wanita itu tinggal di Berlint?
~ End of Chapter ~
Preview Next Chapter : Bergerak
Singkatnya, apakah semua ini sudah direncanakan oleh mereka sebelumnya?
NOTES :
Welp, cerita ini lama-lama berbelok dari rencana awal yang hanya 4 chapter aja XD
Dan ceritanya semakin memuncak! Siapakah orang yang bersikeras bertemu dengan Franky? Dan hiasan kepala Thorn Princess?!
[Last Edit : 15/10/2022]
Terima kasih sudah membaca!
