Battle Scars

Rated : M

Genre : School, Drama, Action, Slice of Life, Martial Art

Disclaimer

Naruto : Masashi Kishimoto

HighSchoolDxD : Ichie Ishibumi

Warning : Typo bertebaran

.

.

Hari pagi pun menyapa, tampak Naruto masih belum bangun dari tidurnya. Saat dirinya masih berada di alam mimpi dia merasakan ada tepukan tangan seseorang di pipinya, dengan kesadaran yang belum pulih Naruto dapat melihat seorang pria berambut hitam sedang membangunkannya.

"Kaa-chan ?" ujar Naruto lirih dan pelan namun lama-kelamaan sosok tadi yang dia sebut Ibu tersebut mulai memudar digantikan oleh seseorang yang memiliki rambut merah yang sama dengan wajah cantik dan kacamata berframe merah.

"Ayo cepat bangun tukang tidur !, ini sudah hampir jam 7 dan kau harus segera berangkat sekolah" Karin meninggalkan Naruto yang baru saja bangun tidur namun dia sedikit kaget saat Naruto menyebutnya dengan panggilan Ibu, apakah adiknya itu sangat merindukan ibu mereka sehingga ketika melihat Karin ia sedikit mengigau.

Naruto yang sudah sadar secara penuh pun pergi dari sofa menuju kamar untuk menyimpan bantal yang ia gunakan setelah itu dirinya langsung mandi supaya bisa segera sarapan dengan sang kakak. Dia cukup senang bisa sarapan bersama kakaknya itu apalagi Karin cukup jarang berkunjung karena semua pekerjaannya tapi walaupun begitu Naruto tetap sayang dan hormat pada Karin.

Sehabis sarapan bersama Karin segera bersiap-siap untuk pergi ke tempat kerjanya yang memiliki jarak lumayan jauh dari sana, dia sempat menawarkan pada Naruto tumpangan ke sekolah namun dengan cepat ditolak secara halus oleh sang adik karena menurutnya jalan ke sekolah tidak searah dan berlawanan dengan tujuan sang kakak.

Karin yang mengertipun hanya menuruti adiknya utu dan tak memaksa tapi sebelum meninggalkan Naruto ia sempat memberikan si pirang uang cash yang bisa membuat adiknya itu makan enak selama sebulan dengan nominal cukup besar, alasan Karin memberikannya adalah karena Naruto tidak pernah menggunakan semua jenis kartu atm ataupun kartu kredit yang diberikan Karin sehingga percuma saja ia mengirimkan uang ke akun bank sang adik jika tidak digunakan.

Walaupun segan tapi Naruto tetap menerima uang pemberian Karin ditambah saat ini keuangannya memang menipis, beberapa kali tak masuk kerja part-time berpotensi mengurangi gaji yang ia dapatkan ditambah belakangan ini dia tidak bertanding sehingga jika hanya bergantung dari upah menjaga mini market akan sangat berat.

Kedua kakak beradik itu berpisah saat sudah di deoan rumah dengan Karin yang menuju parkiran dekat kediaman adiknya serta Naruto yang langsung berangkat ke sekolah.

.

.

Dalan perjalanan ke sekolah Naruto cukup tenang kali ini apalagi saat di persimpangan tadi tidak bertemu Rias, padahal biasanya setiap pagi gadis itu akan berpapasan dengan si pirang kemudian menyuruh remaja pirang itu membawakan tasnya.

Ketika Naruto sudah sampai di sekolah dan sebentar lagi tiba di kelas, saat si pirang ingin memasuki pintu kelas ia dikejutkan oleh seorang wanita yang dengan gesit berlari hingga saat Naruto membuka pintu wajahnya langsung terhantam oleh sesuatu bertekstur empuk.

Naruto menutup matanya ketika benda tersebut menghantamnya dan saat dia membuka di sana ada seorang gadis merah menatap si pirang, si pirang yang belum mengetahui apa yang menghantam wajahnya melihat ke arah bawah dan ternyata itu adalah penghapus papan tulis.

"Hayoloh Rias kau harus meminta maaf pada Naruto" wanita berambut hitam itu kembali setelah sebelumnya ternyata dia lari demi menghindari penghapus yang akan dilemparkan Rias.

"Untuk apa ?" Rias tampak pergi dari posisinya tadi dan segera menuju bangkunya.

"Dasar anak itu... bukannya minta maaf setelah melempar orang dengan penghapus tapi malah bertanya untuk apa" Akeno sudah tidak mengerti lagi dengan sahabatnya dan juga ia terasa sedikit punya andil dalam kejadian yang menimpa Naruto.

"Ano... aku minta maaf jika bukan karena aku wajahmu tidak akan cemong hitam begitu terkena lemparan penghapus" Akeno menyatukan kedua tangannya seraya meminta maaf pada si pirang.

"Tidak apa-apa Himejima-san, lagipula itu bukanlah sebuah kesengajaan" timpal Naruto sambil mengambil penghapus papan tulis yang dilempar tadi.

"Jangan panggil aku dengan nama klanku, panggil dengan namaku saja lagian kita ini sudah sekelas cukup lama".

"A-aku rasa kurang pantas jika langsung memanggil dengan nama kecilmu dan kita juga tidak terlalu dekat sebelumnya" Naruto berjalan maju untuk menyimpan penghapus tadi sebelum ia berniat ke kamar mandi dan membersihkan noda hitam di wajahnya.

"Hey... mulai sekarang panggil aku dengan nama kecilku, kau mengerti ?" Akeno yang masih berdiri di tempat tadi memegangi tas si pirang sehingga ia bisa diam dan mendengarkan.

"Ummm ba-baiklah Akeno-san aku mengerti" Naruto cukup kicep juga saat mengetahui kalau Akeno ternyata sama-sama pemaksa.

Naruto pergi dari kelas menuju ke kamar mandi sampai ketika di sana ia langsung melepaskan kacamata serta mencuci mukanya sampai bersih dan tak ada lagi noda hitam bekas penghapus, Naruto melihat pantulan wajahnya sendiri di cermin untuk mengetahui apakah wajahnya sudah bersih atau belum sampai ketika yakin sudah bersih ia mengambil beberapa lembar tissue untuk mengeringkan wajahnya. Naruto yang mendengar bel masuk berbunyi langsung pergi dari kamar mandi dan dia lupa untuk kembali memakai kacamata miliknya.

Dengan berjalan tergesa-gesa Naruto tak tahu bahwa di depan sana adalah ruang osis dan ketika pintu itu dibuka ia dapat melihat seorang gadis berkacamata muncul dari sana, Naruto menunduk hormat serta menyapa gadis itu.

Sang ketua osis melihat orang dihadapannya hanya mengangkat alis karena tidak mengetahui siapa orang tersebut, "selamat pagi Sitri-san" sapa si pirang.

"Siapa ?, apa kau murid baru ?" Sona sungguh tidak mengenali orang tersebut dan dia juga tidak ingat kalau di sekolah ini ada murid pria berambut kuning dengan mata biru ditambah wajahnya bisa dibilang tampan dan jikapun ada murid pirang yang tampan adalah anggota klub milik Rias yaitu Yuuto Kiba.

"Eh !??" mendapat respon dari sang ketua osis Naruto cukup keheranan, bagaimana mungkin Sona lupa padanya yang beberapa kali membantu gadis ketika mereka di perpustakaan. Masih dalam keadaan bingung Naruto menolehkan kepalanya sehingga bisa melihat pantulan dirinya di kaca jendela.

Dia sangat terkejut melihat dirinya tidak mengenakan kacamata dan dengan cepat ia merogoh sakunya untuk segera mengenakan lagi benda tersebut, "maaf Sitri-san aku membuatmu bingung, kalau begitu aku permisi dulu" Naruto langsung ngibrit berlari ke kelas, semoga saja hanya Sona yang melihatnya tanpa kacamata tadi.

Melihat si pirang ngibrit Sona hanya mengangkat bahu tanda tak peduli, dan dia akan melanjutkan kegiatannya dengan berkeliling mencari para murid yang telat datang ke sekolah atau mencoba bolos.

Sekembalinya ke kelas Naruto segera duduk di kursinya dan menunggu kedatangan guru untuk belajar seperti biasa.

.

.

Sedangkan di tempat lain kini Karin sudah sampai di tempat kerjanya yang tak lain adalah firma hukum milik ayahnya sendiri, dia berjalan masuk sambil menenteng sebuah kotak yang Naruto minta padanya untuk dikembalikan pada seseorang yang memberikannya.

Dia berjalan dengan santai dan sesekali menbalas sapaan yang ditujukan padanya, belum sempat ke tempat duduk miliknya ia terlebih dahulu mampir ke sebuah ruangan.

Karin dengan seenaknya langsung memasuki ruangan tersebut tanpa mengetuk atau meminta izin terlebih dahulu, ketika di dalam matanya langsung tertuju pada seorang pria berumur 40an akhir. Wanita cantik berusia pertengahan dua puluh itu berjalan mendekat lalu meletakkan kotak yang ia bawa.

"Apa ini ?" pria itu mengambil kotak yang Karin letakkan kemudian membukanya.

"Bisakah berhenti untuk mengganggu adikku ?" suara Karin terdengar datar dan terkesan lelah.

Minato menyunggingkan bibir hingga membentuk sebuah senyuman kecil, "kenapa menangnya ?, bukankah hal yang wajar bagi seorang Ayah memberikan hadiah dan uang pada anaknya ?".

Wanita muda dihadapan Minato tampak malas untuk menjawab sang Ayah, "tou-san tidak salah bicara kan ?, apa tou-san lupa alasan dia pergi meninggalkan rumah ?" mata Karin menatap tajam pria yang merupakan ayahnya tersebut.

"Hanya karena tidak setuju tou-san menikah lagi dengan wanita lain dan mengajak anaknya untuk tinggal bersama kita dia sampai pergi dari rumah, mungkin itu semua karena ibunya selalu memanjakan dia sehingga anak itu tidak bisa bersikap dewasa" terang Minato asal.

"Ternyata tou-san memang tidak tahu tentang Naruto".

"Memangnya untuk apa ?, bukankah semua yang tou-san katakan tentang dia itu benar ?, apakah pergi dari rumah ketika orang lain datang adalah sebuah sikap dewasa ?, ditambah dia meminta surat pindah sekolah tanpa bilang-bilang dan pergi seenaknya entah kemana aishhh itulah akibat dari didikan ibu kalian yang terlalu lembek dan memanjakan secara berlebihan" Minato bersidekap dada di kursinya.

"Apa tou-san lupa siapa yang menjaga kaa-san siang dan malam di rumah sakit hah ?, Naruto selalu menemani kaa-san bahkan sepulang sekolah pun dia akan datang ke rumah sakit serta bermalam di sana tidur di atas sofa dan dimanakah tou-san saat aku dan adikku bergantian menemani kaa-san ?, bahkan aku sempat mempertanyakan apakah tou-san peduli pada kaa-san" Karin tampak mulai emosi apalagi Minato menyinggung bagaimana Kushina mendidik Karin dan Naruto.

"Dimana tou-san berada ?, asal kau tahu saja tou-san bekerja mengambil berbagai macam kasus dan mencari uang untuk bisa membiayai ibu kalian yang sakit dengan biaya mahal sampai tou-san menghabiskan jutaan Yen ditambah harus membiayai adikmu juga bersekolah" Minato berdiri dari kursinya untuk membalas semua perkataan Karin dengan agak kesal ketika sang anak membicarakan kepeduliannya pada sang mantan istri.

"Bahkan barusan tou-san seperti tak rela uang jutaan Yen digunakan untuk pengobatan kaa-san, jika memang benar begitu berapa jumlah total semua yang tou-san keluarkan untuk membesarkan ku dan Naruto serta biaya yang tou-san keluarkan untuk kaa-san biar aku bayar semuanya" mata Karin sudah mulai berkaca-kaca.

"Dasar anak tidak punya sopan santun, berani sekali kau menantang orang tua dengan menyebut akan membayar semua yang sudah kukeluarkan untuk kalian, aku tidak pernah ingat mengajarkanmu bersikap seperti itu".

"Tou-san memang tidak pernah mengajarkan apapun padaku terutama pada Naruto, selama ini yang ada di sisi kami hanya kaa-san saja. Aku tidak pernah ingat punya ingatan yang manis dengan tou-san justru yang ada diingatanku adalah saat tou-san menampar dan memarahi kaa-san karena Naruto yang saat itu masih kecil menghilangkan flashdisk yang berisi semua dokumen penting. Aku masih mengingat beberapa hal lainnya dan itu membuat hatiku sakit jadi jangan pernah seakan-akan berjasa atas semua yang aku dan Naruto alami karena itu semua adalah karena kaa-san" air mata Karin mulai bercucuran.

"Dasar anak kurang ajar" Minato hampir lepas kendali dengan menampar Karin namun masih dapat ia tahan.

"Kenapa berhenti ?, BUKANKAH ITU YANG SELALU TOU-SAN LAKUKAN PADA KAA-SAN ?... ayo cepat lakukan" Karin menyodorkan pipinya mendekati telapak tangan Minato itu.

Minato yang makin kesal terusaha terus menahan emosinya agar ia tidak melayangkan tangan pada putrinya itu dan berhasil, ia tidak sampai main tangan lalu menghembuskan nafas kasar, "sudahlah... pergi dari sini dan tenangkan dirimu, hari ini kau libur saja".

"Aku memang berniat pergi dari sini dan tak akan mau kembali... aku keluar dari firma hukum ini" Karin melepaskan kartu pengenalnya yang ia kalungkan di leher dan melemparnya asal ke meja kerja Minato.

Karin pergi sambil mengusap air matanya, Minato yang melihat perempuan merah itu pergi hanya menghela nafas dan tak ada niatan untuk mengejar ataupun menghentikannya.

.

.

Ketika Karin membuka pintu dia disana berpapasan dengan seseorang berambut coklat kemerahan dan, seolah enggan melihat ataupun bertanya Karin hanya mendelikkan mata lalu pergi tanpa sepatah katapun pada orang tadi yang sempat ingin menyapanya namun tak jadi.

Dengan perasaan tak menentu Karin mengendarai mobilnya ke suatu tempat yang akan selalu ia dan Naruto datangi ketika memiliki permasalahan dan akan menceritakan semuanya di sana.

.

Setelah beberapa jam lebih dari dua jam mengendarai mobilnya akhirnya ia sampai di sebuah kota kecil yang terletak cukup jauh dari Tokyo, dia berhenti di sebuah parkiran dan berjalan menuju sebuah toko penjual bunga.

Usai membeli satu karangan bungan berukuran kecil dia berjalan memasuki sebuah pemakaman, dengan langkah pelan ia melewati jalanan yang cukup sepi walaupun di hari itu ia masih bisa melihat beberapa orang yang melakukan hal serupa sepertinya yaitu mendatangi makam dari orang terdekat.

Ketika sudah sampai di sebuah makam dengan nisan bertuliskan Uzumaki Kushina wanita muda itu segera duduk bersimpuh di depannya seraya meletakkan karangan bunga yang ia bawa, "maaf aku hanya datang sendirian dan tidak mengajak Naruto, kaa-san". Karin pertama-tama mendoakan sang ibu terlebih dahulu baru kemudian dia menyampaikan kerinduannya serta bercerita tentang apa tadi terjadi antara dirinya dan sang ayah.

Saat sudah selesai menceritakan semua hal yang dia alami dan itu membuat hatinya sedikit lebih ringan lalu Karin pergi dari kompleks pemakaman tersebut dan ingin mencari makan siang karena perutnya cukup kelaparan serta memang sudah waktunya makan siang.

Wanita cantik itu berjalan-jalan santai di trotoar untuk mencari sebuah kedai kecil yang menjual makanan, ketika matanya melihat ada sebuah papan toko roti yang bertuliskan 'baru dibuka' dia segera berjalan ke arah sana.

Begitu Karin memasuki tempat tersebut di sana sudah cukup ramai orang yang mengantri ataupun sedang menikmati roti dan secangkir kopi yang mereka beli di tempat duduk yang disediakan. Karin ikut mengantri sama seperti yang lainnya sampai ketika giliran dia untuk memesan matanya membulat kaget begitu mengetahui siapa orang dihadapannya, "Nagato ?".

"Ka-karin ?!" orang yang dipanggil Nagato itu juga sama kagetnya, pasalnya wanita tersebut adalah sepupunya yang tinggal di Tokyo.

"Oh-um mau pesan apa ?" Nagato bersikap profesional, walaupun Karin adalah sepupunya tapi ia tidak mau pertemuan tak sengaja mereka sampai harus menghambat pekerjannya karena masih ada orang yang mengantri di belakang wanita itu.

"Um..." Karin melihat sebentar menunya lalu memilih roti serta minuman yang dia inginkan, dia meminta untuk makan di tempat dan segera pergi ke meja kosong sebelum nanti makannya diantarkan.

.

.

Kembali ke Kuoh Gakuen.

.

Naruto dan teman-teman sekelasnya kini sudah berada di gymnasium sekolah untuk melaksanakan pelajar olahraga, mereka akan melaksanakan sebuah games kecil antar kelompok murid yaitu dodge ball.

Karena jumlah siswa yang lebih sedikit daripada siswi maka menjadikan di tiap-tiap kelompok berisi lima orang murid perempuan dan satu orang murid laki-laki.

Kebetulan saat pembagian kelompok tadi Naruto bergabung bersama dengan Akeno serta beberapa siswi lainnya, karena dalam satu kelas terdapat tiga maka murid dan tiap-tiap kelompok berisi enam murid maka jumlah kelompok yang tersedia ada lima kelompok, maka itu artinya ada satu tim yang belum mendapatkan lawan jadi diputuskan kalau tim yang bisa menang dalam pertandingan sebelumnya akan berhadapan dengan mereka nanti dan tim yang beruntung untuk tidak lebih dulu bertanding tersebut adalah tim Rias.

Dengan sudah ditentukannya hasil drawing tersebut maka pertandingan pun dimulai, pertandingan pertama mempertemukan tim Naruto serta Akeno dengan tim lain yang sepengetahuan Naruto ada beberapa orang yang tergabung dalam club Kendo maka dapat dibilang mereka tak akan mudah melawannya.

Saat pertandingan dimulai benar saja perkiraan Naruto tadi, empat anggota timnya sudah dikalahkan dengan cukup cepat sehingga tinggal menyisakan dia dan Akeno, baik si pirang dan teman setimnya itu terus menghindar lemparan bola hingga ketika dapat momentum untuk menyerang balik tak disia-siakan oleh pasangan itu. Naruto serta Akeno mulai mengeliminasi satu persatu lawannya hingga dengan cukup mengejutkan mereka bisa menang setelah hanya tinggal dua orang saja.

Pertandingan lainnya pun dimainkan dan rupanya kali permainan berlangsung cukup alot karena kedua tim tak ada yang mendominasi hingga keluar pemenang dari mereka dan setelah diundi siapa yang akan berhadapan dengan tim dari si Gremory muda ternyata bukan tim Naruto dan Akeno yang akan menghadapi si merah tetapi tim yang barusan bertanding alot yang berarti tim NaruAke akan menghadapi pemenang dari pertandingan yang akan segera berlangsung.

.

.

Ketika pertandingan tim Rias berlangsung Naruto tampak mencoba memperhatikan dan mengamati untuk mencari celah dari kedua tim hingga saat sedang fokus dia mendapat colekan di bahunya sehingga membuat si pirang tersentak, "serius sekali memperhatikannya" ucap Akeno yang berdiri tepat di samping si pirang yang tengah terduduk.

"Aku hanya melihat permainan mereka saja Akeno-san" timpal Naruto setelah melihat Akeno sekilas dan lanjut melihat ke lapangan.

"Kau tidak perlu mengamati yang lainnya, cukup amati saja bagaimana pergerakan Rias dan bagaimana caranya nanti bisa mengenai dia" Akeno lanjut berbicara dengan ikut melihat ke arah lapangan.

"Kenapa hanya Rias-san saja yang perlu diperhatikan ?" Naruto menanyakannya apa yang dibilang Akeno.

"Pertandingan ini akan dimenangkan oleh dia, walaupun kerja sama lawannya cukup bagus tapi belum cukup untuk mengalahkan keterampilan dan kemampuan fisik si merah itu" Akeno bersidekap tangan dengan pandangan tetap melihat si rambut merah.

Naruto yang melihat bagaimana kemampuan wanita yang selalu memerintahkan dirinya itu memang bisa dibilang jauh diatas murid perempuan yang lain sehingga ketika mendapat bola dia bisa dengan cepat mengeliminasi murid lain.

Pertandingan yang secara gamblang bisa dibilang berat sebelah itu akhirnya dimenangkan oleh tim si Gremory muda dan itu artinya mereka akan berhadapan dengan skuad NaruAke.

Usai beristirahat sejenak kini kedua tim akan segera memulai pertandingan mereka.

"Naruto, aku rasa kerja sama kita sebelumnya cukup baik dan bisa mengalahkan si merah itu jadi ketika ada kesempatan aku akan memberikan bolanya padamu untuk mengeliminasi Rias lebih dulu, begitupun sebaliknya beri aku bola saat posisiku menguntungkan" Akeno berbisik pelan dan orang yang tengah dibicarakan saat ini sudah berada di lapangan dengan pandangan penuh semangat apalagi ada Naruto di sana, dia tidak akan menahan diri dan melempar si pirang dengan sekuat tenaga.

"Akan kukalahkan mereka terutama si pirang menyebalkan itu" Rias berkata dengan pelan sehingga hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya.

.

.

Ketika kedua tim sudah berada di lapangan kini pertandingan pun dimulai, tim NaruAke akan melakukan serangan pertama dan seperti yang sudah didiskusikan sebelumnya baik Naruto ataupun Akeno mengincar si gadis merah untuk dieliminasi pertama kali namun rupanya itu bukan pekerjaan mudah, murid merah itu bisa dengan gesit menghindari lemparan bola yang diarahkan padanya sampai ketika sampai ketika sisi penyerangan berbalik dengan sigap tim Rias membombardir tim NaruAke yang berhasil mengenai dua orang murid sehingga hanya tersisa tiga orang saja di tim mereka.

Keadaan makin tidak menguntungkan bagi Naruto dan Akeno karena barusan satu anggota mereka kembali tereliminasi setelah tidak bisa menghindari lemparan kuat Rias yang dengan indahnya menghantam wajah murid perempuan itu.

Merasa diatas angin karena lawan mereka hanya tersisa dua orang saja membuat tim Rias sedikit lengah dan melemparkan bola tidak terlalu keras sehingga menjadi momentum bagi NaruAke menyerang balik, Akeno yang melihat salah satu lawannya tidak siap segera melemparkan bola dan tidak bisa dihindari oleh orang tersebut dengan mengenai bagian bahunya.

Sama seperti pertandingan mereka sebelumnya duo NaruAke kembali bergelora justru ketika mereka hanya berdua saja sehingga makin membuat tim Rias ketar ketir apalagi lemparan Akeno cukup keras dan yang membuat mereka terkejut lagi justru Naruto yang selama ini mereka lihat sebagai murid cupu dan kutu buku malah memilih tenaga serta kelincahan seperti para murid yang ikut eskul olahraga padahal penampilan nya lebih meyakinkan bahwa dia tipe orang yang cuma olahraga lima menit tapi sudah kelelahan.

Melihat anggota timnya mulai dibabat habis oleh duo NaruAke membuat Rias yang tadi bermain dengan percaya diri kini mulai tertekan sehingga saat dia sedikit meleng Akeno dengan sekuat tenaga melempar bola padanya namun Rias masih sempat bereaksi sehingga ia dapat menahan bola tersebut dengan menangkapnya dan memutar badan 360 serta melemparkan bola itu balik pada Akeno dan mengenai tubuh wanita itu sehingga membuatnya tereliminasi serta di luar dugaan pantulan bola dari tubuh Akeno juga mengenai kaki si pirang saat dia telat bereaksi.

Saat sang guru meniup peluit tanda pertandingan berakhir Rias langsung melompat-lompat kegirangan karena tahu dia menang walaupun target pribadinya tidak tercapai yaitu menghantam wajah Naruto dengan bola tapi dia tetap senang bisa mengalahkan Naruto dengan Akeno, "yahhhh kita kalah" Akeno menatap ke arah Rias yang sedang senang.

Para murid kembali berkumpul dan mereka diminta untuk membereskan lagi peralatan olahraga yang digunakan serta menyimpannya di ruang penyimpanan dan setelah itu mereka akan kembali ke kelas.

.

.

Sementara itu dengan Karin yang masih di toko roti.

.

Wanita cantik tersebut sedang duduk di dekat jendela sambil menikmati roti serta minuman yang ia pesan sambil memperhatikan bagaimana orang-orang yang tadi banyak mengantri kini mulai berkurang karena sudah waktu makan siang sudah usai.

Nagato yang sudah tak sesibuk tadi kini menghampiri Karin, "tumben sekali kau datang ke mari padahal ini bukan hari libur ?" pria itu duduk di depan Karin sambil membawa secangkir minuman dan dua buah roti yang satunya diberikan pada Karin.

"Ada sesuatu yang terjadi sehingga aku ingin mendatangi makam kaa-san ku" Karin mengambil roti dari Nagato.

Mendengar nada bicara sepupunya itu terkesan lelah membuat Nagato menaikkan alis, "apa itu ada hubungannya dengan paman Minato ?" tanyanya tepat sasaran.

"Begitulah... aku bertengkar dengannya tadi pagi memutuskan untuk keluar dari firma hukumnya" Karin menghembuskan nafas kasar lalu menatap langit-langit dari toko roti.

"Jadi begitu, dan biar aku tebak pasti saat ini kau bingung untuk kerja di mana kan ?" Nagato menyangga dagunya dengan telapak tangan serta menatap wajah sepupunya itu.

"Itu dia... aku terlalu ceroboh dan tak berpikiran jernih kalau sedang kesal".

Nagato bersandar pada kursi sambil kembali menikmati minumannya, "kenapa tidak buka firma hukum sendiri ?".

"Kau gila ?, biaya untuk sewa gedungnya saja sudah mahal apalagi ditambah dengan berbagai fasilitas yang lainnya. Cicilan apartemen dan mobil saja belum lunas" Karin membenturkan wajahnya sendiri di atas meja.

"Minta bantuan saja pada jii-san, apa kau lupa kalau beliau adalah tuan tanah di wilayah sini dan kebunnya juga luar serta ada beberapa usaha lain" Nagato berbicara dengan entengnya dan langsung ditatap tajam Karin.

"Aku tidak ingin merepotkannya dan tidak enak juga".

"Kau ini... kalau kau memang tidak bisa bilang padanya maka aku saja yang bilang" Nagato mengeluarkan ponselnya dan sepertinya mencari sesuatu dari sana, Karin yang melihatnya langsung mengambil ponsel tersebut.

"Jangan bilang padanya juga, kalau nanti aku tidak bisa masuk ke firma hukum lain baru aku akan bicara padanya" tegas Karin dan dibalas senyuman Nagato.

"Yasudah kalau begitu aku lanjut kerja" Nagato pergi meninggalkan Karin.

Saat semua makannya habis Karin segera pergi dari toko roti tersebut dan ingin berkunjung ke kediaman sang kakek, sekaligus mungkin juga menginap di sana selama beberapa hari untuk refreshing.

.

.

Setelah dari tempat Nagato kini dia sudah berada di depan sebuah rumah besar bergaya jepang klasik, ketika kakinya berjalan melewati pekarangan rumah yang luas tersebut dia melihat seorang pria tua tengah duduk di depan kolam berukuran lumayan, usai Karin dekati ternyata pria itu tengah memberi makanan untuk ikan yang berada di sana.

"Rupanya ikan-ikan itu masih ada" ucap Karin tepat di belakang tubuh sang pria tua.

"Tentu saja, ikan ini bisa hidup 15-25 tahun jika dipelihara oleh orang profesional dan kakekmu ini adalah orang profesional itu" timpal si pria tua tanpa membalikkan badan dia sudah tahu siapa yang ada dibelakangnya.

Karin yang barusan berdiri kini duduk tepat di damping pria itu dan memasukkan kakinya ke air, "aku kira jii-san akan terkejut karena tiba-tiba ada orang dibelakang tapi rupanya tidak".

"Jii-san sudah tahu kalau ada orang dibelakang, apa kau lupa kalau jii-san ini mantan tentara ?" pria yang merupakan kakek dari Karin itu menyodorkan pakan ikan pada sang wanita berambut merah.

Dengan perlahan Karin menebarkan pakan ikan yang ia terima dari sang kakek ke atas air sehingga ikan-ikan tersebut mulai berkerumun dan memakannya, "insting seorang veteran memang mengerikan".

"Kau kemari sendirian ?, apa Naruto tidak diajak ?" kakek tua itu menatap ke arah kolam dimana ikan-ikan peliharaannya sedang makan.

"Dia sekolah jii-san, oh iya... apakah beberapa pakaianku yang tersimpan di sini masih ada ?" Karin melirik sang kakek.

"Tentu saja, mana mungkin jii-san membuang baju milik cucu sendiri apalagi sebagai antisipasi kalau kalian datang kemari dan menginap namun membawa pakaian. Apa kau akan menginap di sini ?" kakek tua itu bersuara dengan penuh harap, dia sangat menyayangi semua cucunya mau itu Nagato, Karin ataupun Naruto makanya apapun yang dibutuhkan dan diminta oleh cucu-cucunya itu selama masih bisa ia berikan maka akan ia berikan.

"Jii-san... apa kau tahu alasan kenapa kaa-san bisa mencintai tou-san ?" Karin bertanya secara tiba-tiba dan sempat membuat sang kakek terdiam sebelum akhirnya buka suara "entahlah... jii-san juga pernah bertanya pada ibumu alasan kenapa dia bisa menyukai Minato tapi dia tidak bisa menjawab dan memang seperti itulah cinta, Karin. Ketika kamu tidak bisa menjawab apa alasan kenapa kamu bisa menyukai seseorang misalnya suka matanya atau sifat dia yang baik maka itu bukan cinta".

"Jadi bahkan jii-san tidak tahu alasan kaa-san bisa mencintai orang sebrengsek tou-san" wanita cantik itu menopang dagunya dengan kedua tangan dengan wajah yang tidak bisa diartikan.

"Dulu ayah kalian tidak sebrengsek itu, jii-san masih ingat saat pertama kali bertemu dengannya. Saat itu dia masihlah seorang remaja dengan penampilan sederhana, karena dia seorang yatim piatu dan tinggal di panti asuhan jii-san pernah mengujinya beberapa kali tanpa sepengetahuan ibumu dan ayahmu. Beberapa kali jii-san menempatkan dirinya dalam posisi yang cukup sulit untuk melihat semua sifat aslinya dan dia bisa melewati itu semua dengan sangat baik bahkan diluar perkiraan jii-san" pria tua itu mulai mengingat-ingat masa lalu.

"Kalau begitu... kenapa dia bisa selingkuh dan menjadi brengsek ?" kaki Karin yang tadi berada di dalam kolam kini sudah dia angkat lagi sehingga ia bisa memeluk kedua kakinya.

"Mungkin semua terjadi karena dia memiliki kekuasaan dan uang, sifat tersembunyi seseorang bisa muncul karena dua hal tersebut dan jii-san tidak mempertimbangkan hal itu saat menguji ayahmu dulu karena terlalu cepat puas melihat Ayahmu yang bisa melewati semua rintangan yang jii-san berikan" raut wajah penyesalan tergambar dengan samar-samar dimata sang kakek tua.

Keduanya terus mengobrolkan beberapa hal di depan kolam ikan tersebut, dan walaupun siang hari tapi karena kota kecil tersebut berada di daerah pegunungan mengakibatkan udara tidak menyengat panas seperti di kota besar.

.

.

.

TBC