Naruto @ Masashi Kishimoto
Danmachi @ Fujino Omori
Semoga kalian menyukai cerita ini
Untuk merayakan ulang tahun Chara Naruto
-Epos Sembagi Arutala 2-
"Cikuso! Kenapa aku tidak bisa mengalahkan monster itu. Padahal aku sudah berjuang selama dua hari." Gerutu Naruto seraya menggebrak meja.
Pemuda bersurai pirang itu menegak minumannya dengan lahap. Sementara Mirai Kuriyama hanya bisa mendesah kecil melihat tingkah rekannya itu.
"Tentu saja kau akan kalah, monster yang kau lawan itu adalah Kobold. Dalam manual book monster dia berada di tingkat dua. Sudah sewajarnya kau kalah darinya."
Mendengar itu Naruto mendengus, dia tidak terima jika perbedaan level adalah penyebab kekalahannya saat bertarung.
"Besok aku akan mengalahkannya, itu pasti." Ucap Naruto sembari menggertakan giginya.
Mirai hanya menyimpulkan sudut bibir ketika melihat tingkah Naruto yang seperti biasanya ketika dia kesal.
'Kau tidak berubah sama sekali!' Batinnya.
"Tapi pastikan jangan memaksakan diri, kalau kau terluka atau mati. Maka aku akan kerepotan." Ucapnya.
"Urusai, kau lihat saja. Aku pasti bisa mengalahkan monster itu! Setelah itu aku-."
Naruto tidak melanjutkan ucapannya karena spatula besi tiba-tiba terbang, mencium wajahnya dan membuat dia tersungkur membentur lantai dengan kasar.
"Berhenti teriak-teriak dan diamlah, dari tadi telingaku sakit mendengar suara cemprengmu!" Sergah Mama Mia.
Mama Mia merupakan mantan petualang dari Familia Freya, dia memiliki julukan Demi-Ymir karena kekuatan tidak masuk akal yang dimilikinya.
Tapi setelah terjadinya Dark Periode di kota Orario, dia memutuskan untuk membuka kedai makan bernama Hostees of Fertility. Demi melindungi para petualang wanita yang kehilangan hasrat bertarung.
Sebagai dewi sebenarnya Freya sedikit tidak senang dengan keputusan sepihak Mia untuk berhenti melayaninya. Namun karena besarnya jasa pada Familianya dalam menangani para anak buahnya.
Freya memperkenankan Mia membuka kedai dengan syarat membawa Syr Flova dan Anya untuk menjadi pelayan di kedainya.
Setelah mendapat ijin dia menjalankan kedai Fertility dengan damai, sebab siapapun yang mencoba membuat keributan. Bisa dipastikan kepalan tangan Mama Mia akan menjadi hadiah atas perbuatannya itu.
Dia sering berselisih dengan Gareth Landrock petualang tingkat atas dari Familia Loki. Meski begitu dia tidak malu mengatakan minatnya pada uang.
Jika para petualang datang dengan uang banyak, maka bisa dipastikan keramahan dan kenyamanan akan didapatkan.
Kembali pada Naruto yang mencoba bangkit dari posisinya. Kepalanya terasa pusing karena membentur lantai cukup keras.
"Ite, kenapa kau menyerangku! Mama Mia!" Ucap Naruto.
"Sudah kubilang diam! Seorang Pria tidak akan terlalu banyak bicara. Daripada terus mengeluh akan keadaan lebih baik berpikir untuk membuat peluang dari kebuntuan yang kau hadapi." Ucapnya.
"Aku juga sedang berpikir untuk lepas dari kebuntuan ini!" Balas Naruto.
"Heh, apa para anggota Familia Apollon memang besar mulut saja seperti Dewa Apollon. Wajar saja, jika kemarin mereka kalah dalam War Game melawan Familia Hestia yang baru seumur jagung." Ucap Mia sinis.
Naruto dan Mirai tidak menampik apa yang diucapkan oleh pemilik kedai tersebut, karena kenyataannya memang begitu. Sedangkan Mia makin kesal karena Naruto tidak membalas kritikannya.
"Karena itu, aku yakin kau dan gadis Support itu pasti hanya besar mulut saja. Ketahuilah, aku paling benci dengan orang yang bersuara nyaring namun tidak bisa memberikan bukti!" Ucapnya pada Naruto.
Semua pengunjung tertegun saat Mama Mia begitu dalam menghina pemuda dan gadis tersebut. Biasanya dia hanya akan mengusir atau mengancam supaya keributan mereda.
Namun apa yang sudah dia lakukan pada Naruto dan Mirai begitu menohok hati. Mirai menggertakan gigi karena ucapan itu sudah kelewat batas. Segera dia menyergah.
"Tahu apa kau tentang kami, asal kau ta-"
Gadis Pallum itu menghentikan luapan amarahnya, sebab pundaknya di tepuk dari belakang. Di dalam genggaman tangan itu, Mirai bisa merasakan kalau Naruto pun sedang emosi namun dia tahan.
"Masalah Familia Apollon kalah dari Familia Hestia dalam War Game. Aku tidak bisa menampiknya, kejadian itu memang sangat memalukan dan membuat diriku muak dengan dewa Apollo." Ucap Naruto sembari tersenyum namun perlahan itu memudar digantikan tatapan tajam.
"Tapi jika kau menghina diriku dan Supportku hanya karena kejadian tersebut. Aku tidak bisa diam." Sambung Naruto.
Dalam hati Mia tersenyum karena bisa merasakan tekad kuat di manik sapphire milik pemuda tersebut. Dengan lantang dia membalas.
"Kau ingin aku menarik ucapanku?"
"Tentu saja!" Balas Naruto.
"Baiklah, kalau begitu. Jika kau bisa memberikan Item drop berupa 1 Kobold Claws, 1 Kobold Teeth, 1 Kobold Feather, dan 1 Kobold Tail. Maka aku akan menarik ucapanku, soal kalian hanya besar mulut saja. Selain itu aku akan memberi sebuah Grimoire jika kau menyelesaikan Quest dariku kurang dari lima hari." Tantang Mia.
"Itu tidak mungkin!"
"Mengumpulkan benda-benda itu sangat sulit!"
"Petualang itu pasti gila jika menerimanya!"
"Tidak biasanya, Mama Mia menantang seorang Petualang seperti itu."
Mirai ingin menyela sebab hal itu mustahil, mengumpulkan item drop itu sama saja harus menghadapi puluhan Kobold.
"Itu tid-"
"Baiklah kalau begitu, aku terima tantanganmu!" Balas Naruto dengan semangat.
Mirai ingin memukul wajah Naruto karena dengan serampangan menerima tantangan tidak logis itu. Namun saat dia hendak melakukan niatnya.
Dia membisu karena tidak pernah sekalipun dia melihat manik sapphire Naruto memancarkan cahaya tekad yang demikian besar seperti sekarang.
'Menma, aku pinjam kata-kata andalanmu!' Batin Naruto meneguhkan tekadnya.
"Aku Uzumaki Naruto! Berjanji akan menyelesaikan tantangan dari Mia-san, aku tidak akan pernah menarik kata-kataku ini!" Ucapnya lantang.
Para petualang di Bar itu kembali tertegun karena dengan bodohnya petualang bersurai pirang tersebut menerima tantangan Mama Mia.
"Sepertinya memang petualang bodoh!"
"Tapi ini sangat menarik!"
"Ya berjuanglah, Petualang kuning!"
'Benar bocah, untuk menghancurkan kebuntuan yang kau hadapi. Kau perlu meneguhkan tekad, jika itu terkumpul dengan sempurna maka dinding kokoh yang menghalangimu akan hancur.' Batin Mia.
"Kalian yang hadir di sini menjadi saksinya, jika bocah ini tidak bisa menepati apa yang dia katakan. Maka aku meminta agar dia dan Supportnya keluar dari kota Orario mengikuti dewa bodoh yang dia layani." Ucap Mia
"Yah itu cukup sepadan!"
"Lagipula, Grimoire itu sangat mahal bukan!"
Sementara para petualang yang ada di sana bersorak-sorai karena adanya tantangan tersebut.
Mirai merasa bersalah karena tidak bisa menghentikan tekad Naruto yang begitu kuat. Untuk membalas ketidak berdayaannya ini dia pun bertekad.
'Setidaknya aku harus membantu sekuat tenaga!' Batinnya.
-Epos Sembagi Arutala-
"Aku minta maaf jika terbawa perasaan dan akhirnya menyepakati tantangan itu serta menyeretmu, Mirai!" Ucap Naruto pelan.
Ingin sekali dia memaki pemuda tersebut, karena dengan sembrono terbawa suasana dan mendahulukan emosi ketimbang akalnya.
'Tapi memang seperti itu, Naruto yang kukenal.' Batin Mirai.
"Mau bagaimana lagi, sudah terlanjur terjadi. Sekarang kita harus memikirkan bagaimana mendapatkan empat Item drop itu? Apa kau sudah tahu caranya?" Tanya Mirai.
"Ah~ itu yang aku pikirkan dari tadi, kenapa aku begitu bodoh menerima tantangannya. Seharusnya aku lebih bersabar dan tidak terbawa emosi, selain itu aku sudah membawamu ke dalam masalah. Aku harus bagaimana ini, aku harus bagaimana ini, aku har-"
Ucapan Naruto terus berlanjut seperti kopi yang terus mengalir melebihi ukuran gelas dan tumpah kemana-kemana. Awalnya Mirai masih bisa tahan dengan itu.
Namun lama-kelamaan ucapan Naruto makin tidak jelas dan pelipis kanan Mirai berkedut-kedut karena begitu geram sebab mendengar celotehan pemuda pirang itu.
"Urusai!" Teriaknya.
Sembari teriak jengkel, kepalan tangannya mendarat di pucuk kepala Naruto, membuat pemuda itu jatuh tersungkur menghantam tanah.
Kasihan sekali pemuda ini sudah dua kali dalam hari ini dia menghantam tanah. Entah bumi yang begitu mencintainya atau karena wajahnya begitu ingin menempel pada bumi.
Yang manapun itu tolong jangan tiru kelakuan dari pemuda pirang ini di rumah oke. Karena aku sangat yakin itu sakit.
"Kupikir kau punya rencana karena bertingkah keren seperti tadi, ternyata malah tidak punya rencana sama sekali!" Teriaknya dengan wajah merona.
"Ite, sakit sekali! Mirai, tenagamu kuat juga sebagai seorang suport!" Ucap Naruto mengusap wajah dan tempat mendaratnya kepalan Mirai.
"Jika seperti ini, kita harus pergi dari Orario. Bagaimana ini?"
"Tapi, aku mengerti apa yang hendak disampaikan oleh Wanita Dwarf itu dari tantangan tersebut." Ucap Naruto tiba-tiba.
Mirai yang tadi sempat cemas mendadak penasaran dengan apa yang diucapkan oleh Naruto barusan.
"Memangnya apa yang kau tangkap dari tantangan itu?" Tanya gadis Pallum itu.
"Hn~ kalau tidak salah Kakekku pernah mengatakannya seperti ini. Untuk melawan keterbatasanmu, maka kau harus melangkah melampaui hal tersebut." Jawab Naruto dengan serius.
Perempatan muncul di pelipis kiri Mirai karena tidak tahu apa maksudnya.
"Tolong jawablah dengan cara yang bisa aku mengerti, Naruto-kun!" Pinta Mirai.
"Sederhananya seperti ini, jika aku tidak bisa mengalahkan monster Kobold. Maka yang harus aku lakukan adalah terus melawannya sampai aku bisa menang. Ayo Mirai, besok akan menjadi hari yang sibuk untuk kita!" Ucap Naruto oenuh semangat.
-Epos Sembagi Arutala-
Malam semakin larut dan para petualang terus berdatangan untuk melepas lelah di kedai miliknya. Para Maid kedai Fertility terus melayani dengan ramah.
Sementara Mama Mia memasak makanan seperti biasanya. Lalu tiba-tiba dari belakangnya Syr Flova menghampiri sambil bertanya.
"Kenapa kau memberikan tantangan tidak masuk akal pada pemuda tadi? Bukankah itu berlebihan?" Tanya Syr.
"Jika kau berpikir itu berlebihan, maka kau sangat naif, Syr. Pemuda itu sudah merusak gendang telingaku karena suaranya menggema di Bar ini. Selain itu jika dia menganggap yang tadi itu sebagai tantangan kejam sepertimu maka dari awal dia sudah gagal." Jawab Mia.
Syr mengerjapkan matanya berkali-kali karena tidak paham maksud ucapan Mia itu.
"Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sudah kau katakan itu!" Ucapnya sambil menjulurkan lidahnya dengan gaya imut.
"Sederhananya, dia harus menghancurkan dinding itu dengan semua yang dimiliki. Jika tidak seperti itu, maka tidak ada kesempatan untuk dirinya melangkah maju." Jawab Mia.
Syr Flova akhirnya mengerti dengan apa yang sudah dilakukan oleh Mia. Karena itu dia memberikan senyum kecil dan berkata.
"Ternyata, Mama Mia yang terkenal galak dan menakutkan punya sisi keibuan juga."
"Urusai! Kembali bekerja! "Teriak Mia kepada Syr yang ditanggapi dengan senyum riang sambil melarikan diri.
Setelah kepergian Syr Flova, sebuah simpul terukir di wajah Mia kala mengingat wajah penuh tekad yang ditunjukkan oleh Naruto.
'Jika dipikir-pikir, dia mirip seperti Bell. Namun aku merasa tidak asing dengan aura yang terpancar darinya. Rasanya aku pernah bertemu seseorang dengan aura yang sama dengannya saat masih aktif menjadi Komandan di Familia Freya.' Batinnya.
-Epos Sembagi Arutala-
" Yakinlah, ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit." [Ali bin Abi Thalib]
"Jangan pernah menyerah ketika Anda masih mampu berusaha lagi. Tidak ada kata berakhir sampai Anda berhenti mencoba." [Anonim]
Author Note
Aku ucapkan terima kasih bagi kalian yang membaca cerita kedua ini sampai tamat. Kalu kuhaturkan rasa hormat pada para Reviewers yang dengan penuh perhatian memberikan kritikan dan masukan di chapter sebelumnya.
Atas nama di bawah inilah rasa hormat kuberikan
PenDragon V2, FCI. Racemoon, Akun Guest, dan terakhir Dasgun.
Serta tak lupa pada para reader yang masih belum meninggalkan jejak.
Semoga ke depan kalian gak bosen mampir dan bisa meninggalkan satu dua di kolom review sebagai penyemangat nulisku.
#harapan banyak review lagi chapter ini
Itu aja sapaanku kali ini, sampai jumpa di lain kesempatan.
Jinchuriki Shukau pamit!
