SetsunaZ1 2.0 Present
Disclaimer :
Naruto ©Masashi Kishimoto
HighSchool DxD ©Ichie Ishibumi
Chapter 10 : Good Luck, My Lord Pt.1
Tower of Excanium, Satu satunya akademi yang ada di benua ini dan akademi yang hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang memiliki bakat dalam sihir. Akademi yang dibangun Kekaisaran dengan tujuan melatih Magician yang akan bertanggung jawab atas segala urusan internal maupun eksternal Kekaisaran Romanov.
Namun, Dalam 50 tahun terakhir, Tower of Excanium berjalan secara independen tanpa campur tangan Kekaisaran. Itu semua dikarenakan tujuan dari dibangunnya akademi tersebut, Pemberdayaan dan juga pelatihan bagi orang-orang yang memiliki bakat dalam sihir.
Lalu, Apakah hanya bangsawan dan juga orang-orang yang memiliki kuasa ekonomi yang diperbolehkan belajar sihir?
Tentu saja tidak! Karena semenjak dunia ini terbentuk, Semua makhluk hidup di dalamnya memiliki mana pada tubuh mereka. Tanpa terkecuali, Siapapun itu, Pasti memiliki aliran mana di tubuh mereka dan yang membedakan hanyalah kapasitas Mana yang dapat dilatih untuk terus berkembang.
Dan sekarang, Salah satu murid yang merupakan lulusan terbaik, Sedang berselimut keringat di tengah-tengah ladang gandum. Gadis itu terlihat sangat kotor dengan beberapa debu yang menempel pada kulit putihnya dan sepertinya telapak tangannya akan kapalan karena mencangkul tanah dengan cangkul.
'Aku tidak menyangka jika orang yang ingin ku layani dan orang yang ku hina sejak pertama kali bertemu adalah orang yang sama. Hiks... Hiks..'
Gadis itu, Siluca, Saat ini sedang menangis kecil karena menjadi korban atas permainan dari Duke Namikaze. Dirinya sendiri tidak menyangka kalau orang yang ia temui pertama kali itu adalah sepupu dari Duke Namikaze, Uzumaki Menma. Sialnya lagi, Mereka mempermainkan dirinya dan menjalani peran mereka dengan sempurna namun mengingat kalau Menma adalah Heir dari keluarga Uzumaki yang merupakan bangsawan dengan pangkat Marquess dan juga Gadis cantik itu tidak kalah anggun hingga Siluca percaya kalau gadis itu adalah bangsawan.
Melihat Siluca yang menangis karena hukuman yang diberikan Naruto kepadanya membuat para petani menatapnya dengan pandangan tidak enak. Mau bagaimanapun juga yang memberikan hukuman kepada gadis itu adalah tuan mereka dan itu juga karena kesalahan gadis tersebut. Tidak terbesit sekalipun di pikiran mereka untuk marah padanya dan hanya menganggap bahwa itu semua adalah hal yang biasa karena mereka tahu kepribadian Naruto sejak pemimpin mereka masih anak-anak.
"Lelah? Kalau kau lelah kenapa tidak istirahat saja dulu?"
Siluca sedikit terkejut saat mendengar suara seorang pria di belakangnya. Dengan cepat ia menoleh kebelakang dan dapat ia lihat seorang pria yang mengenakan pakaian lusuh bercampur noda tanah dengan cangkul ditangannya sedang tersenyum.
"Kau bukanlah dari kalangan rakyat biasa, bukan? Kau yang selalu hidup dalam kemewahan harus merasakan kerja keras yang bahkan membuat pinggang mu sakit.."
Cluck..
"Bocah itu, Naruto-sama, Ia memberikan pelajaran kepada mu. Untuk menghargai setiap orang yang kau temui. Ia adalah anak dari Lady Kushina dan karenanya ia memiliki hati yang sangat baik kepada bawahannya." Ujar petani itu sembari mencangkul tanah untuk dijadikan lahan tanam. Keringat membasahi keningnya namun tidak terlihat sedikitpun raut lelah dari matanya. Pria itu melanjutkan di sela kerjanya, "Mungkin, Jika dia tidak memberikan hukuman kepadamu, Kau akan terus semena-mena terhadap orang yang baru pertama kau temui."
"Dan karenanya, Kami meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan oleh tuan kami." Tanpa di duga, Pria itu menundukkan kepalanya bahkan semua orang yang ada di lahan pertanian itu menundukkan kepalanya ke arah Siluca seorang dan membuat gadis itu terdiam tanpa bisa berkata-kata. Mengingat semua perlakuan yang ia terima membuat dirinya kesal namun sekarang entah kenapa ia merasa harus melayani pemuda itu. Seorang pemimpin yang menghormati rakyatnya dan dihormati rakyatnya.
"Seorang Lord yang pantas dilayani adalah ia yang diakui, dicintai dan dihormati penduduknya. Seorang pemimpin hebat yang dapat membuat kerajaan yang sangat makmur dan saat kau menemukan orang itu, Siluca, layanilah ia." Mengingat perkataan dari ayah angkatnya saat itu, Siluca, Tidak percaya bahwa orang yang seperti itu ada. Bangsawan apalagi raja adalah sosok yang sangat menjunjung harga diri mereka, Sampah yang memiliki status diatas rakyat biasa namun pada dasarnya mereka sama-sama manusia. Namun sekarang, Ia mendapati sosok tersebut pada Naruto, Sosok yang tidak akan pernah mengecewakan harapan orang-orang dan sosok yang akan selalu memenuhi apa yang diharapkan padanya.
Dan karena itulah, Siluca merasakan jika ia bersama dengan Naruto, Ia tidak akan pernah merasakan rasa sakit akan pengkhianatan terhadap tuannya dan itu semua karena, "Kepercayaan, kah?" Gumam gadis itu.
Craftman District, Blacksmith Workshop
Blacksmith, Pandai besi, Pengrajin, Orang-orang yang bekerja menciptakan peralatan yang dapat membantu meringankan beban kerja manusia dalam kehidupan sehari-hari. Puluhan bahkan ratusan dari peralatan pertanian bahkan peralatan perang berasal dari tangan-tangan pengrajin ulung ini.
Orang-orang yang sangat hebat yang bekerja di dekat dengan api dengan suhu yang tidak main-main adalah orang yang sangat sederhana. Bayaran bukanlah masalah, Mereka hanya menginginkan apresiasi dari orang-orang yang senang akan hasil kerja keras mereka. Di saat orang-orang tersenyum dengan sedikit peluh dikeringat mereka semua itu sudah cukup, Setidaknya mereka semua sama dengan pemimpin mereka saat ini. Orang yang akan senang karena tidak ada lagi kesusahan yang diterima oleh rakyatnya hingga menjerit meminta makan karena kesusahan ekonomi.
"Hahh... Aroma yang sangat menyegarkan." Kata-kata itu berasal dari mulut seorang pemuda dengan paras yang terbilang tampan berbalut pakaian bangsawan ditubuhnya. Kebanyakan orang akan berfikir apa yang diucapkan pemuda itu sedikit aneh dengan suasana yang ada di ruangan tersebut.
Bau asap dari peleburan bijih besi, Percikan api saat palu menghantam besi panas di atas landasan dan juga aroma keringat dari para pria yang sudah memasuki usia kepala empat dapat dikatakan menyegarkan? Ada yang salah dari kepala anak itu. Orang-orang mungkin akan berfikir demikian namun berbeda dengan pemuda itu, Namikaze Naruto, Tidak ada hal yamg bisa dirinya lakukan selain memberikan apresiasi kepada mereka semua.
"Oya oya... Lihat! Siapa yang datang kemari disela-sela pekerjaannya?" Suara berat khas pria dewasa memasuki gendang telinga semua orang di sela berisiknya suara besi panas berhantaman dengan palu didalam workshop tersebut.
Semua orang mengalihkan pandangannya kearah pintu masuk dan mendapati seorang pemuda berusia 17 tahun sedang menatap mereka semua dengan wajah penuh kekaguman dan melihat itu, Semua blacksmith mengeluarkan senyuman mereka.
"Hahahaha... Bukankah itu bocah cengeng yang selalu menempel pada ibunya?" Tanya salah seorang blacksmith dan salah satunya menjawab, "Ya! Dia juga adalah pemimpin yang membawa wilayah ini kembali menuju masa-masa keemasannya."
Put... Tap... Sreet...
Semua orang yang bekerja sebagai Blacksmith mulai menaruh palu mereka di landasan dan beberapa menaruh besi-besi panas ke dalam air pendingin. Sejenak mereka menghentikan pekerjaannya dan melangkah kaki mendekati Naruto. Semua orang tanpa terkecuali, Menundukkan kepala mereka layaknya seorang ksatria dihadapan tuan mereka.
Junjungan mereka, Tuan mereka, Meluangkan waktu senggang yang ia miliki untuk pergi ke workshop ini dan hanya inilah yang dapat mereka berikan kepada pemimpin mereka. Pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan rakyatnya sampai-sampai tidak tidur hanya untuk mengurus berkas-berkas yang ada dan karenanya rasa hormat mereka mencapai titik tertinggi melebihi rasa hormat yang mereka berikan kepada mendiang pemimpin wilayah ini sebelumnya.
"Anda rela mengorbankan waktu anda hanya untuk mengunjungi tempat berbau busuk ini, Tuan ku. Karenanya apakah ada tugas yang ingin anda berikan kepada kami untuk kami kerjakan?" Pria yang sebelumnya menyambut kedatangan Naruto berkata demikian namun dapat dilihat dengan jelas raut wajah yang sangat menginginkan tugas agar akan dapat membantu mengurangi beban kerja tuannya.
"Angkat kepala kalian!" Ucap pemuda itu dengan suara yang lantang hingga membuat semua pria itu terkejut, "Berbahagialah! Berbanggalah! Bersenang-senanglah kalian semua sebagai seorang blacksmith!"
"Kalian akan menjadi pelopor dalam pengembangan wilayah ini! Orang-orang yang balik berjasa dalam penambangan wilayah ini! Dan karenanya kalian tidak akan bisa beristirahat sebelum aku memberikan kalian izin!"
"Sebagai pemimpin wilayah ini! Aku meminta tolong kepada kalian untuk membantuku! Buatkanlah aku berbagai alat yang akan ku design! Material apapun itu akan ku sediakan tidak peduli apapun itu bahkan Magic Stone akan ku sediakan! Apa kalian akan membantuku, Anak-anak Surtr! The Thousand Day Blacksmith!"
Mereka semua, Orang-orang tua yang mengabdikan diri mereka semenjak muda untuk mengambil peran sebagai blacksmith, Merasakan apa itu apresiasi terbesar dalam diri mereka. Bahkan rasa terima kasih dan melihat bahwa alat yang mereka buat dapat membantu meringankan beban orang-orang di wilayah ini tidak dapat dibandingkan dengan ini semua. Orang yang paling berkuasa di wilayah ini, Menundukkan kepalanya dan meminta tolong kepada mereka semua untuk membantunya! Tidak ada lagi rasa bangga dalam diri mereka jika mereka dapat membantu tuan mereka, Itu semua adalah prestasi terbesar dalam hidup mereka sejak mereka semua memulai langkah awal sebagai blacksmith.
"YA! AKAN KAMI LAKSANAKAN!" Ucap mereka semua secara serempak. Mereka semua hanya percaya bahwa apa yang mereka buat hanya berperan kecil dalam kemajuan wilayah ini. Palu dan landasan akan hancur namun mereka tidak peduli dengan itu semua selama apa yang mereka lakukan nanti akan berperan besar.
"Kalau begitu..." Naruto menyibakkan tangannya ke samping dan dari kekosongan terbentuk sebuah lingkaran sihir dan pemuda itu mengambil sebuah kantung dengan banyaknya gulungan kertas yang dapat mereka semua lihat. "Aku ingin kalian melihat gambaran alat-alat yang akan kalian buat. Aku membuatnya dengan detail dan aku sudah membuat beberapa purwarupanya dalam bentuk yang lebih kecil jadi aku dapat mempercayakan semua ini pada kalian."
Drian, Kepala para blacksmith saat ini, Dia adalah orang yang memiliki pengalaman kerja dalam bidang ini lebih lama daripada blacksmith lainnya di wilayah ini. Seorang Craftman, Pengrajin, dan tidak dapat disangkal jika jam terbangnya lebih lama daripada yang lainnya namun dirinya tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
Sebuah pisau yang memiliki panjang hampir seperti pedang pendek dengan lempengan lihat melengkung pada ujungnya dan mengecil hingga pada bagian pegangan. Seumur hidupnya ia tidak pernah melihat senjata ini bahkan rumor yang ia denger dari benua timur sekalipun sangat berbeda dari gambaran ini.
"Itu, Ku beri nama Kukri. Aku mendapatkan keluhan dari pasukan perbatasan dimana mereka kesulitan saat menyerang monster-monster karena area serang yang sangat sempit. Jadi aku membuat itu, Kirimkan 100 Kukri pertama kepada pasukan yang berjaga di perbatasan Abbys, Paham?"
"Maafkan aku tuan, Namun jika kami menggunakan besi maka bilah ya akan cepat berkarat karena digunakan dalam pertempuran jangka panjang di Abbys. Menggunakan baja pun bilahnya akan cepat hancur dan menggunakan Black Iron maka akan terlihat sia-sia." Ucap Drian, Pria itu yakin dengan pengalamannya selama ini dan karenanya ia mengutarakan apa yang ia pikirkan namun ia tidak percaya apa yang dikeluarkan dari mulut tuannya ini.
"Kenapa tidak dicampurkan saja?" Mendengar itu Drian hanya dapat mengeluarkan kata, "Hah?" dengan ekspresi layaknya orang bodoh. "Kenapa tidak digabungkan saja? Baja dan Black Iron ataupun baja dengan besi? Dengan perbandingan yang co-" Naruto yang hanya mengoceh sendiripun tercekat karena apa yang ia ucapkan tidak dapat dipahami. Dirinya sendiri melupakan sesuatu, Blacksmith adalah orang yang memiliki latar pendidikan tidak baik dibandingkan orang-orang yang ada di dunia ini. Mereka hanya paham menulis dan yang paling parahnya, Beberapa hanya dapat menulis nama mereka saja.
"Maksudku seperti ini, Jika kalian menghinakan suatu material maka material lainnya harus 2x lebih banyak, paham?"
"Ja-Jadi maksud anda, Jika kami menggunakan 10 bijih besi maka kami harus melebur 20 bijih baja sebagai campurannya?! Begitu?" Tanya salah seorang diantara mereka dan Naruto yang mendengar itu hanya tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Ketakjuban mereka tidak bertahan pada satu inovasi pada persenjataan melainkan suatu inovasi dalam pencampuran bahan baku yang akan memperkuat suatu barang.
"Kami belum pernah mencobanya dan jika ini berhasil maka kita bisa mengurangi konsumsi anggaran untuk perlengkapan sekaligus sebagai langkah awal kami semua untuk melangkah maju! Kami akan mencobanya, My Lord." Ucap Drian dan para blacksmith di belakangnya pun tidak kalah bersemangat dari pria paruh baya itu. Sedangkan Naruto hanya tersenyum kecil melihatnya, 'Layaknya seorang bocah yang ingin mencoba hal baru setiap harinya, Sesederhana itulah mereka.'
"Kalau begitu, Aku akan meninggalkan kalian semua beserta dengan pekerjaan ini. Aku sudah meminta Marquess Yamanaka untuk mengurus bahan-bahan yang akan kalian gunakan dan kalau ada kekurangan bahan, Kalian bisa meminta kepada beliau untuk mengirimkannya lagi. Ikuti semua catatan yang ku tinggalkan di gulungan-gulungan kertas tersebut, Kelebihan peralatan bisa kalian kirimkan ke Alamut Fortress. Aku sudah meminta izin pada King Hassan san beliau pun mempersilakan." Ucap pemuda itu sebelum ia beranjak pergi dari workshop dengan ekspresi puas yang terpatri di wajahnya.
'Aku yakin dengan kemampuan kalian! Karena aku tidak pernah melihat kapalan pada telapak tangannya lebih daripada kalian.'
Selepas kepergian Naruto dari Workshop tersebut, Mulai terdengar suara benturan antara palu dan juga landasan. Asap mulai mengepul dari kubah pembakaran dan angin perubahan pun mulai berkibar di pinggiran Abbysal Crack! Angin perubahan yang entah membawa berkah ataupun kesengsaraan bagi wilayah tersebut.
Marquess Nara's Territory
Wilayah kekuasaan dari Marquess Nara meliputi hutan yang ada di Barat laut wilayah Namikaze. Wilayah yang sangat indah dengan banyaknya pepohonan hijau dan juga Mystic Forest yang merupakan hutan sakral bagi wilayah tersebut dan membuat wilayah itu menjadi wilayah yang sangat sejuk dibanding dengan distrik Blacksmith.
Membutuhkan waktu seharian untuk sampai ke wilayah Marquess Nara dan dengan kunjungan tersebut, Naruto merasa dirinya seperti sedang liburan. Kuda yang ia tunggangi juga tidak berlari melainkan berjalan semenjak sampai ke pintu masuk wilayah ini yang mana, Di sepanjang jalan nya di hiasi oleh rimbunnya pepohonan.
Beberapa kios pedagang mulai berdiri dan beberapa kios yang sempat tutup karena ekonomi yang terpuruk mulai buka kembali dan itu setidaknya cukup untuk dirinya, Karena roda ekonomi mulai berputar kembali.
Tap...
Kedua kakinya menapak di jalan kota selepas ia memasuki kota tersebut lewat pintu masuk. Beberapa orang melihatnya langsung tersenyum dan juga mengucapkan terima kasih karena Naruto mulai mengambil keputusan sebagai penerus wilayah ini.
"Naruto-sama!" Mendengar itu membuat Naruto membelalakan matanya kala puluhan anak-anak berlari ke arahnya dan menerjangnya hingga ia terjengkang kebelakang. Para orangtua yang khawatir karena anak-anak mereka melakukan penyerangan pada seorang bangsawan menjadi was-was namun tidak dengan Naruto, Ia hanya tersenyum dan tertawa, Menertawakan tingkah laku anak-anak itu.
Melihat senyuman itu membuat pandangan Naruto kosong walaupun wajahnya sedang tersenyum. Jika saja, Rencana pemberontakan wilayah ini gagal dan dirinya mengalami kekalahan, Akankah anak-anak ini selamat dan tidak mengalami penderitaan? Membayanhkannya saja ia tidak ingin dan mencoba yang terbaik agar tidak terjadi hal yang tidak ia inginkan.
"Apa kalian mau bermain bersama ku?" Tanya Naruto dan anak-anak itu hanya tertawa menanggapi pertanyaannya. Seharusnya ia akan memperkenalkan permainan ini beberapa bulan ke depan setelah ia mendapatkan rekan bisnis yang dapat ia percaya dan juga stok barang ini sudah siap di edarkan namun selama itu untuk wilayah nya kenapa tidak ia perkenalkan sedikit lebih cepat?
Ctik...
Naruto menjentikan jarinya dan sebuah rangkaian Magic Circle terbentuk dihadapannya. Lingkaran sihir itu mengeluarkan sebuah benda berbentuk bulat seperti telur monster namun benda tersebut tidak berbentuk oval seperti telur kebanyakan.
"Ayo kita bermain!" Ucapnya seraya menendang benda tersebut secara terus menerus sampai-sampai benda itu tidak pernah menyentuh tanah. Senyuman di wajah anak-anak muncul seketika Naruto melakukan Atraksi tersebut dan Para orangtua terperangah melihat aksi dari tuan mereka. Serangkaian tehnik juggling Naruto keluarkan hingga akhirnya ia menangkap bola tersebut di kedua tangannya.
"Aku ingin kalian membuat 2 kelompok yang berisi 5 orang dan kita memainkan benda ini." Mendengar perkataan Naruto, Anak-anak itu mulai berlarian dan membantu kelompok sesuai arahan Naruto. Melihat itu Naruto tersenyum mengingat ingatan tentang dirinya bersama dengan teman-teman nya yang bermain sepak bola dikala senggang, "Baiklah, Peraturannya sederhana..." Ujarnya seraya membuat beberapa lingkaran sihir yang memunculkan pilar-pilar yang terbuat dari tanah. "Kalian hanya perlu memperebutkan benda ini dan membawanya masuk kedalam pilar-pilar yang ku buat. Kalian juga tidak diperbolehkan menggunakan tangan untuk membawa benda ini, Karena kalian hanya diperbolehkan menggunakan kaki kalian."
Melihat semua anak menganggukkan kepala mereka atas penjelasan darinya, Naruto menganggukkan kepalanya, "Baiklah, Ayo mulai." Ujarnya sesaat setelah melempar bola tersebut ke udara namun, Ekspetasi tidak seindah kenyataan.
"KUASAI BENDA ITU!" Dengan Teriakan seorang anak yang sangat bersemangat membuat Naruto tersenyum namun senyum itu tiba-tiba hilang saat anak yang berteriak itu mulai menerjang temannya dari belakang hingga tersembak ke depan.
"Hei, Dia mendapatkan benda itu!" Seorang anak yang berada di tim lawan langsung menerjang ke depan dengan namun anak yang mendapatkan bola tadi melakukan High Kick dan tepat mengenai samping wajah anak yang menerjangnya.
Buaghh... Buagh... Buaghh...
'Ya tuhan! Kenapa anak-anak ini bertindak anarkis hanya karena ku perintahkan untuk mempereb...' Seketika dirinya terdiam. Memperebutkan di zaman ini memiliki artis menumpahkan darah untuk suatu tujuan tertentu, Dalam hal ini mencetak gol di gawang lawan. Namun Naruto sendiri tidak menyangka kalau hal tersebut akan menjadi seperti ini.
"Wind Magic : Wind's Blows." Ucapnya dan sesaat kemudian sebuah hembusan angin yang teramat kuat memisahkan anak-anak itu hingga sedikit terpental. Bukannya takut dengan hembusan angin tersebut, Anak-anak itu malah takut melihat Naruto yang berjalan kearah mereka dengan wajah penuh amarah.
Buagh... Bonk... Bonk...
Semua anak-anak yang memainkan permainan itu mendapatkan hadiah dari Naruto dan karena hadiah tersebut pula, Kepala mereka memiliki sebuah benjolan diatasnya. Tidak ada ekspresi menahan tangis dari wajah anak-anak itu dan Naruto mulai menjelaskan aturan permainan dengan terperinci kepada semuanya. Beberapa orang yang melihat kejadian itu menatap tuan muda mereka dengan wajah penuh senyum karena mereka tahu, Naruto adalah anak yang baik bukan seperti kebanyakan anak bangsawan yang akan menggunakan kuasa mereka untuk hal yang tidak benar. Bukankah anak-anak bangsawan dari wilayah Naruto adalah anak-anak yang baik?
Setelah Naruto menjelaskan peraturan sepak bola dengan terperinci, Anak-anak itu mulai bermain dengan semangat. Beberapa menggunakan tehnik tackle untuk mengambil bola dari lawannya dan beberapa melakukan Blunder karena salah mengoper bola tersebut dan melihat hal itu sudah cukup membuat Naruto senang hingga tidak sadar bahwa dua orang prajurit yang sedang berpatroli menghampiri dirinya.
"Maafkan hamba, My Lord!"
Naruto yang mendengar suara tersebut dari arah belakang mengalihkan pandangannya dan mendapati dua orang prajurit sedang berdiri dengan wajah yang seperti orang kebingungan. Mereka bingung karena mereka juga ingin memainkan permainan tersebut namun mereka tidak memiliki keberanian untuk meminta kepada tuan mereka, Dan lagi mereka berdua tidak membuat kesepakatan tentang siapa yang harus berbicara.
"Ma-Maafkan hamba, Ini mungkin terdengar tidak sopan... Ta-Tapi..." Ujar pria itu terbata-bata dan Naruto yang menyadarinya hanya menghela nafasnya. Yahh, Penguasa yang tidak menyadari keinginan dari rakyatnya adalah penguasa yang tidak kompeten,
"Ambil ini." Naruto yang tampak paham dengan keinginan dua orang prajurit itu memberikan sebuah bola yang ia miliki dan melihat perubahan ekspresi dari prajurit itu sudah membuat Naruto percaya dengan apa yang mereka inginkan. "Aku tidak bisa memberikan lebih kepada kalian namun dalam beberapa bulan kedepan kalian bisa membeli benda itu. Bermain kala kalian senggang saja dan aku tidak ingin kalian lalai dalam tugas hanya karena benda tersebut." Ucapnya dan kemudian beranjak pergi menuntun kudanya meninggalkan kedua prajurit itu yang menundukkan kepalanya dan mengatakan Terimakasih kepada dirinya.
'Hmm... Aku harus pergi menemui paman Inoichi untuk mendiskusikan penjualan bola sebagai produk khas dari wilayah ini. Mengingat zaman ini tidak memiliki budaya mungkin nilainya sebagai objek budaya yang lahir dari wilayah ini akan meningkat dan mungkin saja, Dalam beberapa tahun kedepan, Beberapa prajurit ataupun orang biasa dapat bertanding dengan baik seperti di World Cup.' Pikirnya saat diperjalanan menuju Mansion keluarga Marquess Nara.
To Be Continue
Author's Note :
Sebelumnya saya selaku Author meminta maaf kepada kalian yang menunggu updatenya Fic ini dan dengan berat hati saya memberitahukan kepada Kalian, Author Specter-chan atau New Author On Fanfiction, Pensiun dini karena dirinya merasa kalau senior di FFn tidak welcome kepada penduduk baru.
Saya juga tidak tahu dia ada masalah apa namun saya menyayangkan hal tersebut, Dimana saya, Sebagai seseorang yang sudah dari 2008 di FFN sebagai Reader dan debut pada 2017, Merasa kecewa kepada Author yang mengaku dirinya 'Senior' karena tidak mengayomi penduduk baru.
Oke hiraukan saja tentang keluhan diatas,
Pada chapter kali ini saya meminta maaf karena harus memotongnya dimana seharusnya berjumlah 6.000 Word, Saya potong setengahnya karena alasan pribadi.
Dan di chapter kali ini, Ada beberapa perubahan yang saya buat untuk kedua kalinya. Reka adegan yang lebih solid dan juga penjabaran tentang latar tempat.
Lalu pada Fic Useless versi awal, Di chapter kali ini, Naruto menjanjikan distribusi bola ke beberapa pos penjaga sebagai bahan hiburan namun pada Versi Remastered, Naruto hanya memberikan barang pertama, yang mana masih ujicoba, Kepada prajurit dan mereka harus membelinya saat sudah rilis jika ingin memainkannya.
Awalnya saya sendiri tidak berfikir demikian, Namun karena keterpurukan ekonomi, Maka hal tersebut saya fikir menjadi suatu hal yang logis jika difikirkan. Jadi daripada menjadi barang diberikan secara cuma-cuma lebih baik dijadikan Cuan.
Yahh... Mungkin itu saja yang harus saya sampaikan dichapter kali ini jadi,
Happy Weekend!
Useless : Remastered
Minggu, 16 Oktober 2022 [01.00]
