SetsunaZ1 2.0 Present
Disclaimer :
Naruto ©Masashi Kishimoto
HighSchool DxD ©Ichie Ishibumi
Chapter 10 : Good Luck, My Lord Pt.2
Naruto saat ini sedang berada di jalan yang mengarah ke sebuah Mansion megah dengan pemandangan berupa hamparan hutan yang sangat indah dibelakang Mansion tersebut. Hutan dengan angin yang sejuk dan juga suara aliran air sungai dapat ia dengar dari tempat ia berdiri saat ini dan itu membuat otaknya yang seharusnya bertarung dengan tumpukan kertas yang tiada habisnya sedikit merasakan relaksasi yang menenangkan.
'Marquess Nara, The Guardian of Forest, Sahabat para Elf yang sedari dulu menjauhi manusia. Tidak kusangka jika keluarga Nara adalah teman para Elf yang dikatakan tidak pernah bersahabat dengan manusia.' Pikirnya saat melihat banyaknya pepohonan yang ia lihat disepanjang jalan semenjak ia memasuki teritori ini. Dan lagi, Jika saja ia berhasil untuk mendapatkan persetujuan dari pemilik tanah ini tentang rencana yang akan ia bangun, Maka... 'Uang akan mengalir dengan sendirinya hehehe.'
Dengan sigap ia menaiki kuda yang ia tuntun agar cepat sampai ke Mansion. Dirinya saat ini sangat semangat hingga tidak sampai 5 menit Naruto sudah sampai tempat tujuannya dan dapat ia lihat kalau dua orang pria sedang berbicara satu sama lain di depan gerbang masuk Mansion tersebut.
Seorang Pria tua dengan wajah dan juga tubuh yang gemuk sedang tertawa dan seorang pria dengan wajah layaknya orang malas sedang memegangi keningnya karena tingkah laku dari si pria gemuk tadi dan seorang pria yang sedari tadi diam namun ada sebuah senyum kecil diwajahnya kala melihat kedua orang di depannya saling berinteraksi.
"Yahh Chouza Jii-sama dan Shikaku Jii-sama tidak pernah berubah bukan, Inoichi Jii-sama?"
Semua orang yang mendengar suara tersebut mengalihkan pandangan mereka kearah Naruto yang baru saja turun dari kuda yang ia tunggangi. Tidak ada raut ekspresi yang mengatakan bahwa pemuda itu lelah namun itu berbanding terbalik dengan kuda yang ia tunggangi.
"Kau benar Naruto, Kedua orangtua tidak ingat umur ini selalu membuat kepala ku pusing karenanya." Ujar Inoichi dan Shikaku yang tersinggung atas perkataan temannya itu langsung menginterupsi dengan sangkalan dan akibatnya mereka berdua terlibat cek-cok.
"Hohoho... Kira-kira ada apa gerangan sampai-sampai tuan yang super sibuk ini datang tanpa pemberitahuan?" Kata-kata yang terucap dari mulut Chouza pasti akan membuat siapapun naik pitam dan mendeklarasikan perang karena ucapan provokatif yang ia ucapkan. Namun Naruto sendiri sudah paham akan hal itu dan berterimakasihlah pada ibunya, Karena ibunya, Ia bisa bergaul dengan para orangtua. Lagipula sedari dulu, Chouza adalah sosok yang sangat menyayangi anak-anak dan karenanya Naruto kecil sangat dekat dengan pria gemuk itu.
"Memang ada urusan yang ingin aku bicarakan namun bisakah kita masuk dulu? Aku lelah karena harus duduk di pelana kuda sepanjang hari." Mendengar itu sontak membuat ketiga pria itu tertawa menertawakan Naruto yang harus berdiri dengan nyeri pada bokongnya dan bukankah Naruto datang kemari dengan kuda yang ia pacu dengan cepat?
"Haha... Hufft... Baiklah, Kau pasti sudah lelah, bukan? Ayo masuk ke dalam. Kebetulan Chouza dan juga Inoichi ada urusan yang harus dibahas bersama denganku." Orang yang memiliki kejeniusan yang terkenal hingga kerajaan tetangga. Bahkan sangking terkenalnya Shikaku sebagai ahli siasat, Kaisar dari Romanov Empire, Secara pribadi datang untuk merekrutnya namun ia memilih untuk memerintah dibawah Uzumaki Kushina, Ibu dari Naruto. Belum lagi, Saat itu sedang terjadi konflik internal antar kubu Tenshi dan juga Kubu Phoenix yang membuat keselamatan Naruto dan juga Kushina menjadi berbahaya.
"Begitukah? Aku juga sebenarnya ada hal yang harus ku diskusikan bersama dengan kalian bertiga." Mendengar itu membuat Chouza dan juga Inoichi mau tak mau ikut memasuki Mansion Nara sebagai orang yang harus ikut serta dalam pertemuan yang dibuat oleh Naruto sendiri. Tidak ada penolakan karena mereka tahu saat ini Naruto sedang semangat mencari jalan keluar dari keterpurukan ekonomi di wilayah ini dan karenanya mereka harus ikut membantu pemuda itu, Belum lagi tabungan yang Naruto berikan untuk membangun wilayah-wilayah di daerah kekuasaannya harus mereka bayar setidaknya cukup untuk mengisi persediaan menjelang musim dingin.
Mereka berjalan memasuki Mansion tersebut dan terkadang beberapa Maid ataupun Butler menyapa Naruto dan karenanya Shikaku memerintahkan untuk menyajikan teh sebagai minuman. Kemudian setelah berjalan beberapa menit, Mereka semua sampai di ruangan pertemuan yang biasa Shikaku gunakan di Mansion ini.
Ruangan itu tampak sederhana dengan beberapa rak buku yang menghiasi ruangan, Di tengah ruangan ada sebuah meja besar dan beberapa kursi yang mana ruangan tersebut memang biasa digunakan untuk pertemuan dengan beberapa bangsawan yang memiliki urusan. Naruto duduk sebelah kiri, Disebelah kanannya ada Chouza dan disebelah kirinya ada Inoichi yang duduk setelah dipersilahkan oleh tuan rumah.
"Karena kedatangan tuan kita, Lord Namikaze Naruto, Dengan maksud tertentu maka mari kita mulai pertemuan kali ini." Ujar Shikaku yang mana berperan sebagai Chairman dalam pertemuan kali ini. Dan Naruto juga tidak menyangkal jika kedatangan dirinya memiliki maksud tertentu.
"Baiklah Tuan-tuan sekalian, Aku akan mengambil alih mulai sekarang." Ujar pemuda itu kala ia menciptakan sebuah Magic Circle dan mengeluarkan peta yang memuat Kerajaan Airia dimana Naruto berkuasa. Mereka semua tidak paham dengan konsep pemetaan yang Naruto bawa dari kehidupan sebelumnya namun yang mereka tahu pasti adalah kawasan berwarna hijau yang terdapat beberapa garis berwarna biru adalah hutan yang berada tepat dibelakang wilayah Marquess Nara.
"Disini..." Naruto yang sebelumnya melihat ekspresi ketertarikan dari orangtua yang ada dihadapannya membuat pemuda itu langsung buka mulut dengan menunjuk wilayah dengan warna hijau terluas yang ada didalam peta tersebut. "Wilayah hutan Marquess Nara dan juga Marquess Akimichi. Sebelumnya aku mendengar kalau wilayah itu adalah sebuah kawasan yang sangat indah dan karenanya sebuah ide terlintas dipikiranku."
"Apa itu tuan?" Chouza yang sedaritadi diam mulai menunjukkan ketertarikannya pada hal yang Naruto sampaikan. Dan lagi perasaan bangga membuat pria itu tampak sangat bersemangat dibanding sebelumnya.
"Bagaimana jika hutan ini kita jadikan lahan pariwisata? Jujur saja, Saat pertama memasuki hutan ini seketika pikiranku menjadi lebih tenang dan santai dan karenanya aku ingin berbagi hal tersebut dengan orang-orang apalagi para bangsawan yang harus berkutat dengan kertas setiap harinya." Ucap Naruto dan mendengar itu Shikaku sebagai penguasa dari wilayah yang Naruto tunjuk menunjukkan wajah penolakan dan juga ketidaksukaan terhadap gagasan yang Naruto bawa.
"Maafkan aku tuanku, Namun hutan tersebut adalah hutan yang teramat sakral bagi kami Nara dan juga Akimichi. Kami sudah mengurus hutan dan sungai itu agar tidak ada kotoran sedikitpun. Kami juga tidak ingin hutan tersebut menjadi rusak karena bangsawan yang bersikap semena-mena hanya karena itu hutan semata."
"Ya tidak menutup kemungkinan akan hal tersebut terjadi namun aku sudah membuat peraturan yang mana harus diikuti setiap pengunjung." Naruto yang mendapatkan penolakan tersebut langsung mengeluarkan sebuah kertas dari Magic Circle miliknya dan menunjukkan ke semua orang yang ada dihadapannya.
"Pertama, Mereka tidak bisa membuat kerusakan di dalam hutan dan jikalau mereka membuat kerusakan maka mereka harus membayar denda 1.000 keping emas sebagai kompensasi atas kerusakan tersebut." Mendengar itu, Shikaku dan juga Chouza menatap Naruto dengan wajah tidak percaya. Mereka tidak percaya karena bocah itu berani mengambil tindakan berani untuk mencoba menekan kekuasaan bangsawan dengan memberikan rasa takut atas denda yang mereka lakukan.
"Kedua, Setiap pengunjung wajib menjaga kebersihan dan tidak diperbolehkan memberi makan ataupun membunuh setiap makhluk hidup yang mereka temui didalam hutan. Makhluk hidup disini berarti Pepohonan ataupun hewan-hewan yang hidup didalam hutan tersebut. Dan jika melanggar akan dikenakan denda berupa hukuman mati ditempat, Nyawa dibalas nyawa." Lagi-lagi Chouza dan juga Shikaku terkejut dengan apa yang akan terjadi. Itu bukanlah sesuatu yang harus dibiarkan karena jika mereka, Para pengunjung, Melanggar ketentuan kontrak maka konsekuensi yang akan mereka dapatkan adalah sesuatu yang tidak main-main.
"Ketiga, Pengunjung harus mengikuti setiap arahan yang diberikan pemandu yang sudah terlatih dan juga terverivikasi agar selamat. Setiap pengunjung berhak untuk menggunakan pemandu atau tidak namun konsekuensi atas keselamatan dari pengunjung tersebut harus ditanggung sendiri."
"Tu-Tunggu dulu tuanku!" Inoichi yang sedari tadi diam mulai mengikuti alur pembicaraan kali ini dan ia khawatir atas sesuatu, "Jika peraturan pertama dan kedua memang berguna namun apa kegunaan peraturan ketiga, Tuanku?" Tanya pria itu dan Naruto hanya tersenyum mendengar pertanyaan tersebut.
"Ekonomi dan lapangan kerja harus ditingkatkan, Marquess Nara. Memang benar aku mulai bergerak setelah rakyatku menderita namun aku ingin menciptakan lapangan kerja yang akan memberikan penghidupan bagi para penduduk di wilayah ini. Dan dengan adanya pekerjaan pemandu, Maka penduduk di wilayah ini akan pekerjakan oleh bangsawan dan jikalau pekerjaan mereka bagus mereka akan mendapatkan uang extra atas kerja bagus mereka, bukan? Dan dengan begitu ekonomi kita akan sedikit demi sedikit menanjak."
"Begitu.." Ucap Inoichi dan Naruto yang melihat pria itu paham atas penjelasannya mulai berbicara kembali.
"Keempat dan yang terakhir, Tidak diperkenankan pengunjung untuk mengambil apapun yang ditemukan di dalam hutan. Jika ketahuan oleh tim penjaga maka mereka diwajibkan untuk bekerja selama seminggu tanpa bayaran atau membayar 100 keping emas."
"Ku pikir itu saja yang dapat ku beritahukan jadi bagaimana, Marquess Nara? Marquess Akimichi?"
Semua orang yang mendengar peraturan yang Naruto buat melongo tidak percaya. Tindakan yang ekstrim memang harus diambil agar semua orang tidak mengabaikan peraturan yang sudah dibuat maka dari itu orang-orang yang ada di dalam ruangan tersebut saling menatap dan menganggukkan kepalanya. Namun sebelum mereka menyuarakan suara setuju, Shikaku sebagai tuan rumah menginterupsi Naruto dan menanyakan sebuah pertanyaan.
"Namun apakah anda yakin hanya dengan pemandangan ngarai dan juga hutan akan menarik minat pengunjung terutama para bangsawan?" Tanya pria itu.
"Memang benar apa yang anda katakan, Marquess Nara. Maka dari itu aku mencoba membuat beberapa permainan yang akan diperkenalkan di lokasi. Nanti saat persetujuan dari anda dan juga Marquess Akimichi sudah keluar, Aku akan menunjukan permainannya. Dan lagi, Aku menemukan batu indah ini sebagai cinderamata." Ucap Naruto seraya menaruh batu yang terlihat seperti sebuah permata namun itu bukanlah permata.
"Ahh.. Itu Gemstone of Forest. Itu tidak memiliki nilai jual tuan dan persediannya pun banyak diwilayah ini layaknya sampah dedaunan yang selalu berserakan di musim gugur." Chouza yang melihat itu menunjukkan wajah kecewa dan Naruto juga menundukkan kepalanya dengan ekspresi gelap.
"Begitukah?" Gumam pemuda itu namun seketika Naruto menarik wajahnya keatas dengan senyuman yang merekah di wajahnya dan mengatakan, "Baguslah kalau persediannya banyak."
"Hah? Tu-Tunggu dulu tuanku. Kenapa anda tiba-tiba..." Inoichi yang terkejut atas sikap dari Naruto yang tiba-tiba berubah angkat suara karena ia khawatir akan hal tersebut. Namun tidak dapat ia pungkiri jika Naruto pasti memiliki rencana yang sudah ia persiapkan karena kecerdasan anak itu.
"kalian tahu hobi dari kebanyakan bangsawan selain meniduri wanita dan menjadikannya sebagai selir? Mudah! Itu adalah mengoleksi barang mewah dan semakin mewah koleksinya bukankah semakin tinggi strata bangsawan tersebut?" Ucap Naruto dan karenanya orang-orang menjadi tambah bingung dengan perkataan pemuda itu. Sedangkan Naruto? Ia sedang tertawa atas kebingungan mereka dan menciptakan sebuah sihir yang mana membuat sebuah bilah yang terbuat dari Wind Magic. Mereka semua mulai menunjukkan ketertarikan atas kegiatan yang Naruto lakukan yang mana pemuda itu sedang mengikis Gemstone of Forest hingga mulai membentuk sebuah makhluk hidup dengan tampang yang sangat menakutkan.
"Jadi apakah ada yang ingin membeli Gemstone of Forest jika sudah jadi seperti ini?" Tanya Naruto dan seketika Shikaku menjadi panik setelah melihat nilai akhir dari sesuatu yang hanya ia anggap sampah itu.
"Penjaga!" Shikaku yang panik langsung berteriak memanggil seorang penjaga yang berjaga diluar. Pria itu segera memerintahkan untuk menghentikan perintah bahwa Gemstone of Forest boleh diambil secara cuma-cuma dan mulai memerintahkan untuk mengumpulkan Gemstone of Forest yang tercecer di sepanjang hutan. Dan setelah memberikan mandat pada prajuritnya, Shikaku kembali duduk di kursi miliknya.
"Aku berencana untuk mempekerjakan beberapa orang yang memiliki bakat sebagai seorang pengrajin untuk membentuk batu itu. Asalkan ia memiliki keinginan untuk belajar ataupun bakat, Maka ia pantas diberikan pekerjaan dan karena sumber batu ini sangat melimpah maka kita tidak perlu khawatir dengan kegagalan dalam proses pembuatannya bukan? Dan kita bisa menjual produk ini sebagai aksesoris khas wilayah kita. Jadi, Bagaimana pendapat kalian?"
"Sungguh luar biasa! Anda sampai bisa berfikir menggunakan daya tarik alam sebagai media untuk menghasilkan uang! Sangat cerdas! Saya, Marquess Nara, Nara Shikaku, Menyetujui gagasan anda!"
"Saya juga menyetujui gagasaran anda, Tuanku. Terima kasih karena menemukan cara mengembangkan ekonomi kita semua."
Shikaku dan juga Chouza yang antusias dengan itu semua langsung menyetujui gagasan dari Naruto tanpa pikir panjang. Sedangkan Inoichi yang memang tidak berkepentingan karena tidak memiliki hak memberikan suara dalam pertemuan ini memilih diam. Namun Naruto langsung melihat kearahnya dan tersenyum, "Marquess Yamanaka akan menjadi rekan kita untuk mempromosikan proyek ini karena ia memiliki koneksi dengan para pedagang dan lagi, Aku yakin kalau kerajinan yang kita buat akan menjadi barang yang sangat diminati para bangsawan. Jadi, Apakah Marquess Yamanaka mau bergabung dan ikut ambil bagian dalam proyek ini?"
"Terima kasih, Tuanku! Aku tidak akan mengkhianati kepercayaan anda." Ucap Pria itu dengan antusias dan senyuman diwajahnya. Dan Naruto yang melihat itupun ikut tersenyum puas, karena ia berhasil mengajak tiga Marquess diwilayajnya ambil bagian dalam proyek yang bernama, "Kantung Uang Masa Depan."
"Baiklah, Aku ingin meminta pendapat kalian tentang barang-barang ini." Ucap Naruto saat mengeluarkan semua barang yang sudah ia persiapkan dalam pertemuan kali ini. Bola sepak yang sebelumnya ia berikan ke anak-anak, Sebuah gagang panjang dengan benang yang terikat diujungnya dan beberapa barang yang memang bertujuan untuk memberikan kesenangan untuk orang-orang, Bahkan ada sebuah kapal yang terbuat dari karet di atas meja tersebut. Semua orang diruangan itu tampak syok dengan apa yang akan mereka dapatkan kali ini namun berbeda dengan Naruto yang hanya tersenyum dengan senang karena sepertinya pertemuan kali ini tidak akan berakhir dengan cepat.
'Hmm... Persiapan persenjataan sudah ku tuntaskan dengan kedok berupa produksi peralatan pertanian. Jadi tidak akan ada yang tahu kalau aku sudah mulai bersiap menghadapi perang.'
'Budidaya Crimson Bloom semakin meluas dan juga laporan hasil penjualan sudah ku terima. Tak ku sangka kalau para pedagang sangat antusias dengan produk kami walau harganya sedikit lebih mahal.'
'Lalu pemasukan dari pariwisata? Entahlah, Karena ini adalah proyek yang baru saja disetujui. Tunggu dulu! Kenapa aku tidak kepikiran untuk membuat wisata kuliner dengan makanan di bumi yang menangtidak ada sama sekali di zaman ini? Yoshh! Setelah aku sampai ke Mansion, Aku akan mencari Arthuria!'
Hari sudah menjelang malam dan Naruto saat ini sedang berada diperjalanan untuk kembali ke kediamannya. Dirinya sudah lelah setelah seharian pergi kesana kemari untuk mempersiapkan perang dan juga pemberontakan yang akan ia lakukan. Belum lagi sakit di bokongnya makin bertambah kala ia harus pergi berkuda dari wilayah Marquess Nara menuju Namikaze's Duchy.
Dalam perjalanannya pemuda itu sempat mengingat seorang gadis yang selalu ada disampingnya. Gadis yang sangat bersemangat dalam mempelajari hal-hal yang baru dan jika ia sudah tertarik akan satu hal maka ia akan menenggelamkan dirinya sedalam-dalamnya sebagaimana ia mencintai pedang. Namun bagi pemuda itu, Sebuah pertanyaan tersemat di benaknya kala mengingat nafsu makan dari gadis tersebut yang tidak cocok untuk seorang gadis namun tetap dapat menjaga berat badannya sendiri.
Arthuria Pendragon, Anak pertama dari Marquess Pendragon yang menjadi pendukung dari Duke Gilgamesh, Kakaknya. Gadis yang menurut ingatannya tinggal di kediaman Namikaze sebagai bentuk perlindungan untuk gadis tersebut karena Marquess Pendragon memiliki firasat yang tidak enak, 'Yahh... Firasat tidak enak atau ayah nya adalah orang yang Paranoid.' Pikir pemuda itu saat ia sudah sampai di depan Gerbang Mansion kediamannya pada malam hari.
Beberapa prajurit yang menjaga gerbang kediamannya menyapa pemuda itu dan dengan sigap menuntun kuda kesayangannya menuju kandang meninggalkan Naruto sendirian setelah izin untuk menjalankan tugas mereka. Sedangkan Naruto melenggang pergi memasuki kediamannya yang sudah tidak ada orang beraktivitas di dalamnya.
Sungguh! Hari ini dirinya lelah namun tetap saja, Ia ingin merasakan sesuatu yang sangat ia rindukan. Letnan Uzumaki Naruto, Selain dikenal sebagai seorang Letnan yang seringkali bolos hanya untuk liburan, Naruto juga dikenal sebagai seorang penggila makanan. Dikarenakan masa lalunya yang mana ia menjadi korban perang, Naruto balas dendam untuk merasakan semua masakan enak di bumi dan itu semua tak lepas dari camilan manis yang sering ia santap saat berjalan-jalan.
Mengingat makanan yang ada di bumi, Entah kenapa Pemuda itu teringat makanan yang disukai hampir semua kalangan entah itu tua maupun muda. Makanan yang sangat menyegarkan jika dinikmati saat musim panas, Belum lagi makanan tersebut adalah makanan yang sangat digilai anak-anak ataupun perempuan. Ice cream adalah apa yang ingin ia buat dan karena itulah ia membeli sebotol susu dari seorang pedagang tua yang menjualnya di wilayah Marquess Nara tadi siang.
Langkah kakinya membawa pemuda itu menuju dapur secara perlahan hingga tidak membuat suara disepanjang koridor karena dirinya tidak ingin membangunkan para Maid yang sudah bekerja sebelum matahari terbit. Sesampainya ia di dapur Mansion, Ia langsung menyiapkan beberapa barang yang ia rasa diperlukan untuk membuat Ice Cream. Sebut saja seperti sebuah wadah dan juga sebuah spatula yang terbuat dari kayu untuk mengaduk susunya.
Naruto yang sudah menyiapkan barang dan juga bahannya hanya bisa tersenyum. Ia sendiri pesimis untuk membuat Ice cream namun karena ia pernah melihat tutorial di Youtube, Naruto iseng untuk membuatnya di dunia ini.
Semua dimulai dari memasak susu di atas api kecil dan di aduk hingga susu itu tampak mengembang. Selama memasak susu tersebut, Naruto menambahkan berry hutan yang sudah ia tumbuk untuk mengekstrak sarinya dan juga sedikit garam batu yang sudah ia haluskan. 'Karena tidak ada gula dan juga garam laut, Aku harus memanfaatkan segala yang ada di dapur ini, Hadehh.'
Setelah semua bahan tercampur rata dan merasa bahwa rebusan susu tersebut sudah matang, Naruto mengangkatnya dan meletakkan panci itu di sebuah meja. 'Baiklah, Sekarang adalah saat-saat yang menentukan keberhasilannya.' Pikir pemuda itu saat ia mulai bersiap membuat Magic Cirlce di hadapannya.
Pendinginan di bawah suhu -10°c adalah kunci untuk membuat Ice cream dan dengan bantuan garam yang sudah ia campuran sebelumnya, Garam tersebut akan mengunci kalsium yang terkandung di dalam susu dan kemudian akan menjadi satu hingga menjadi Ice Cream. Namun, Itu semua seperti sebuah bencana kala Naruto menyadari bahwa dunia ini tidak memiliki kulkas.
"Baiklah, Ayo mulai." Ucapnya seraya mulai berkonsentrasi dan membuat dua buah Magic Cirlce secara bersamaan. Magic Cirlce yang pertama berwarna hijau muda dan yang lainnya berwarna biru menandakan bahwa itu memiliki elemen air.
Wind Magic : Blow of the Wind
Water Magic : Spreading Water
Sihir angin yang mengeluarkan hembusan angin dingin mulai tertuang ke permukaan adonan ice cream membuat suhu nya menurun sedikit demi sedikit, Kemudian sihir yang lain mengeluarkan tetesan air layaknya hujan yang Naruto arahkan ke bagian bawah panci. Pendinginan dua sisi yang tampaknya akan berjalan lama namun Naruto tidak habis pikir dan mulai melakukan sesuatu terhadap sihirnya.
Magic Combine : Ice Magic : Frezee Breath!
Dengan aba-aba yang keluar dari mulai pemuda itu, Kedua Magic circle yang memiliki atribut berbeda mulai menjadi satu dan membentuk sebuah atribut elemen baru. Dan karenanya angin dingin layaknya badai salju membuat suhu ruangan berubah drastis hingga kristalisasi dari garam batu di dalam adonan Ice cream mulai terjadi.
'Ini akan mudah jika di dunia ini sudah ada kulkas!' Naruto yang harus berfokus agar sihirnya tidak hancur mulai menggerutu. Apa yang dipikirkan pemuda itu ada benarnya, Jika saja Kulkas sudah tercipta di dunia ini, Maka ia tidak akan susah-susah membuat kombinasi Magic cirle ini dan berfokus agar tidak hancur dengan peluh yang membasahi keningnya.
Pagi hari menjelang menghiasi dunia ini dengan semangat baru. Beberapa Maid sudah memulai aktivitas mereka, Mulai dari mempersiapkan sarapan untuk tuan muda mereka hingga menyiram kebun bunga peninggalan Lady Kushina. Semua orang mengawali pagi mereka dengan semangat baru kecuali seorang pemuda yang berjalan dengan langkah lesu dan mata merah di kedua matanya.
Tokoh utama kita ini, Namikaze Naruto, Tidak menyangka jika menggunakan Combine Magic akan menguras Mana yang ia punya. Dirinya juga tidak menyangka jika Arthuria akan membangunkan dirinya sepagi ini hanya karena beberapa laporan dari beberapa bangsawan sudah menumpuk. Sungguh, Naruto ingin kembali tidur dan menikmati dirinya hidup sendirian di pulau kapuk itu.
Tak ada yang spesial di pagi hari ini, Semua berjalan seperti biasa. Di mulai dari kegiatan pagi wajib dimana pemuda itu membersihkan tubuhnya hingga memeriksa tumpukan kertas yang menunggunya. Pada saat pagi menjelang siang, Ia istirahat sejenak untuk meminum teh dan camilan dibarengi obrolan ringan dengan Arthuria sebagai temannya.
'Sekarang adalah saatnya!' Pikir pemuda itu kala ia membuat Magic cirle dan mengeluarkan panci di atas meja dihadapannya. Panci itu tampak tertutup rapat lengkap dengan penutupnya dan juga hawa dingin tercipta dari panci tersebut.
Mengambil sendok dan juga piring kecil yang mana menjadi tatakan dari cangkir teh, Naruto mulai mengeluarkan isi dari panci itu. Ice cream yang ia buat dengan susah payah malam tadi, Akhirnya dapat ia nikmati dan ia ingin, Orang pertama yang menikmatinya adalah orang yang amat berharga baginya.
"Cobalah ini, Art-Chan." Ucapnya seraya menyodorkan piring tersebut lengkap dengan sendoknya. Walaupun Arthuria tampak ragu namun ia mencoba untuk tidak mengkhianati permintaan temannya itu, Belum lagi Naruto yang tersenyum saat memberikan piring tersebut. Dengan perlahan ia menyendok ice cream itu dan membawanya menuju mulutnya dan..
Nom... Nom..
"KYAAAAAA!"
Teriakan yang menggelegar dari ruang kerja Naruto membuat semua orang panik. Prajurit yang berjaga disekitaran Mansion, Maid dan para Butrler pun langsung berlari menuju ruangan Naruto. Tanpa banyak bertanya, Para prajurit langsung mendobrak pintu dan merengsek masuk dengan senjata mereka yang terhunus.
"INI MAKANAN TERENAK!"
"..."
Semua orang terdiam mendengar itu dan keringat dingin mengalir dari wajah para prajurit yang memaksa masuk ruangan tersebut. Sedangkan Naruto hanya tersenyum melihat reaksi semua orang dan berkata, "Tolong bawakan piring kecil dan beberapa sendok ke ruangan ini." Ucapnya dengan perintah Naruto, Beberapa Maid mulai berlari ke arah dapur demi membawakan barang yang diminta tuan mereka.
Sembari menunggu barang diminta Naruto, Semua orang hanya bisa diam dan melihat Arthuria yang lahap memakan sesuatu dan Naruto yang terkadang memarahi gadis itu untuk makan dengan perlahan. Melihat itu mereka semua sedikit lega, Setelah apa yang terjadi antar keduanya, Mereka bisa melihat bahwa Naruto dan Arthuria sudah bisa bersama seperti sedia kala. Dan mereka semua berharap bahwa Arthuria akan menjadi Nyonya Namikaze yang memang cocok dengan tuan mereka.
"Ahh... Sudah datang, kah?" Naruto yang melihat beberapa Maid membawakan barang yang ia minta berkata demikian dan membuka tutup panci yang ada dihadapannya. "Silahkan kalian coba, Itu adalah makanan yang aku buat dan karena makanan itu juga Arthuria menjerit tadi. Sebagai permintaan maaf dariku kalian bisa memakannya juga. Jangan takut habis karena ini ada banyak kok." Ucapnya.
Beberapa prajurit mencoba untuk melepaskan helm yang mereka kenakan dan Maid maupun Butler melepaskan sarung tangan mereka. Bukannya bersikap tidak sopan, Namun mau mereka bertindak profesional sekalipun yang mereka hadapi saat ini adalah Naruto yang terkenal dengan sifat keras kepalanya. Jadi daripada mereka mendapati bahwa upah kerja mereka dipotong atau mereka mendapati tuan mereka kecewa, Maka lebih baik menurut saja.
Beberapa lenguhan kecil dapat Naruto dengar dari setiap perempuan diruangan ini dan tangisan haru dapat Naruto dengar dari para pria yang memakan makanannya. Apakah selezat itu memakan Ice cream di siang hari yang panas?
"Tuan ku, Ini sangat enak sekali hikss.. Hikss..."
"Benar tuan, Ahh... Rasa berry hutan yang asam dan manis masih terasa di mulutku.. Ahh.. Ahh.."
Mendengar itu hanya sebuah pertanyaan yang tersemat di otak pemuda itu, 'Apa yang salah dengan isi otak mereka semua?'
"Nikmati saja itu semua, Anggap saja itu hadiah perpisahan dariku untuk kalian semua." Mendengar itu semua orang diam membeku. Apa maksud dari tuan mereka ini? Perpisahan?
"Yahh... Silahkan kalian nikmati itu semua, Habiskan jangan sampai tidak habis. Semalaman suntuk aku membuat itu semua lohh.. Dan karena pekerjaanku sudah selesai, Aku akan pergi istirahat." Ujar pemuda itu tak kala ia pergi meninggalkan ruangan membiarkan semua orang termenung dengan pikirannya. Arthuria, Ikki, Rine dan anaknya, Semua orang termenung membiarkan Ice cream itu mencair dikarenakan suhu ruangan.
"Sial apa-apaan ini semua? Setelah kau membiarkanku merasakan suatu kesenangan, Kau membuat ku hancur dengan perkataanmu."
Langkah kaki Naruto terhenti saat Arthuria berbicara dengan lirih. Bulir air mulai tampak jatuh dari pelupuk matanya membasahi bulu matanya yang panjang. Naruto yang mendengar isakan dari arah belakangnya hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya kala suara langkah kaki mendekat kearahnya.
"Apa maksudmu! Kau akan meninggalkan wilayah ini seorang diri? Kau baru sadar dari koma 6 bulan yang lalu! Tidakkah... Tidakkah kau tau apa yang ku rasakan saat kau koma, hah!"
"Arthuria... A-aku..."
"Diam!"
"Maafkan aku.."
"Ku bilang diam, Bajingan!"
Plakk...
Sebuah tamparan bersarang di wajah Naruto hingga membuat pemuda itu tertegun dengan perlakuan gadis di hadapannya. Sedangkan semua penghuni Mansion itu tutup mulut setelah Ikki mengangkat tangannya menandakan mereka harus diam.
"Aku harus memulainya, Arthuria. Pak tua Hassan mengatakan aku sudah lulus ujian pertama darinya dan aku harus lulus sebagai 'Seorang penguasa yang ditakuti penguasa lainnya'. Aku harus melatih diriku untuk menjadi lebih kuat." Ujar pemuda itu dengan ekspresi yang menunjukkan kalau dirinya sedih dan marah pada saat bersamaan. Sedih jika harus meninggalkan teman-temannya dan juga keluarganya di wilayah ini dan marah karena ada dendam yang harus ia balaskan. Dan karena dendam tersebutlah, Ia harus menjadi pribadi yang haus akan kekuatan.
"Jika hanya untuk menjadi kuat, Kau bisa berlatih disini!"
Grep..
"AKU HARUS MEMBALASKAN KEMATKAN IBU, ARTHURIA! HARUS!" Dengan tiba-tiba Naruto mencengkeram bahu Arthuria dan berteriak tepat dihadapan wajahnya hingga membuat gadis itu diam seketika. "KEMATIAN IBU ADALAH HAL YANG ANEH! AKU SUDAH MENGUMPULKAN BUKTINYA DAN AKU HARUS MELAKUKAN KUDETA! DENGAN BEGITU, AKU BISA MEMBALASKAN DENDAMKU!"
"Aku... Aku tau kekuatan kerajaan sangat besar dan bisa dikatakan menyamai Kekaisaran namun... Aku sudah membuat keputusan! Kerajaan ini sudah busuk dari dalamnya, Arthuria! Maka dari itu aku harus memotong kebusukan itu agar tidak merebak kesemua kerajaan."
"Apa kau siap dengan konsekuensinya, Naruto? Kalau kita kalah ribuan nyawa jadi taruhannya." Ikki yang sedari tadi menikmati Ice cream buatan Naruto mulai angkat bicara setelah mendengar alasan pemuda itu. Sedaritadi ia tidak ingin ikut campur namun sekarang sudah lain urusan kalau menyangkut keamanan wilayah ini.
"Ya! Aku tahu semuanya ada resiko namun aku susah memiliki rencana tersendiri jikalau kita kalah." Ucap Naruto dengan tatapan mata yang tajam seraya melepas kedua tangannya dari bahu Arthuria. Dan ekspresi wajah Naruto, Ikki hanya menghela nafasnya seraya berkata, "Kalau begitu lakukanlah, Sobat."
"IKKI!"
"Menyerahlah Arthuria, Dia adalah orang keras kepala lebih dari siapapun yang kita tahu. Tidak ada yang bisa mengubah keputusannya kecuali mendiang Ibunda kalau dia sudah memutuskan sesuatu." Mendengar itu Arthuria sedikit melenguh karena apa yang dikatakan Ikki ada benarnya. Dan karena Uzumaki Kushina sudah tiada, Maka tidak ada yang bisa menganggu keputusan Naruto.
"Kalau begitu, Berjanjilah satu hal kepadaku."
"Apa itu?" Tanya Naruto dan tanpa di duga siapapun, Tangan Arthuria mengambil tangan Naruto dan membawanya tepat ke pipinya.
"Pulanglah dengan selamat karena aku akan selalu menunggumu disini." Naruto hanya bisa terdiam mendengar itu semua. Dirinya yang dulu selalu sendirian, Dirinya yang akan selalu sendiri sekarang sudah tidak ada. Keluarga adalah apa yang ia dapatkan saat ini, dan ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menjaga keluarganya bahkan jika tubuhnya harus berdarah-darah.
To Be Continue
TERUNTUK KALIAN YANG MEMBERIKAN SUPPORT KEPADA SAYA WALAU HANYA MENGATAKAN "NEXT"
TERIMA KASIH
SELASA, 18 OKTOBER 2022
23.00 WIB
