Disclaimer:

Bleach: Tite Kubo

Hyperdimension Neptunia: Idea Factory

.

.

.

Main Character: female Ichigo

Genre: fantasy, family, humor, adventure, action, scifi

Rating: T

Setting: dunia Gamindustri

.

.

.

Goddess Shinigami

By Hikayasa Hikari

.

.

.

Fic request for Special Pairing 15

.

.

.

Chapter 11. Kepercayaan

.

.

.

Leanbox juga mengalami kekacauan seperti yang terjadi di Planeptune, Lastation, dan Lowee. Sebagian bangunan menyerupai arsitektur abad pertengahan, telah runtuh dengan tanah. Sebagian lagi sudah terbakar. Tidak ada yang tersisa selain orang-orang yang selamat.

"Mengapa Green Heart menyerang kita?"

"Apa yang terjadi dengannya?"

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Vert-sama, mengapa dia berubah drastis begitu?"

Orang-orang yang selamat, menjauh dari lokasi penghancuran. Kepercayaan mereka terhadap Green Heart sudah menghilang total. Tidak ada pahlawan yang bisa diharapkan lagi.

Di lokasi penghancuran, masih ada dua Goddess yang tertinggal. Vert palsu melayang di atas wilayah Leanbox. Dia tetap bertarung dengan Plutia yang sudah berubah menjadi Iris Heart.

"Kau Goddess palsu, sungguh menyusahkanku," kata Plutia menajamkan mata, "kali ini, aku akan menghajarmu, mesin brengsek!"

Muncul lingkaran merah digital di belakang Plutia. Lingkaran mendorong Plutia sehingga kecepatan terbang Plutia bertambah pesat. Plutia mengayunkan pedangnya horizontal dari sisi kanan ke arah Vert.

Vert membungkukkan badan. Layangan pedang Plutia lewat di atas kepalanya. Kemudian Vert memukul keras Plutia dengan tombak berkepala plasma yang sangat besar dan berdesain futuristik. Menyebabkan Plutia terpental sangat jauh darinya.

Plutia menahan laju jatuhnya dengan lingkaran merah digital di belakang tubuhnya. Kemudian dia terbang secepat kilat, terus menyerang Vert. Kali ini, dia mengayunkan pedang vertikal, horizontal, dan diagonal. Namun, serangannya itu mampu ditangkis dengan tombak Vert.

Vert meningkatkan kekuatannya dengan dorongan jet yang ada di telapak kakinya. Mendorong Plutia dengan kecepatan gila. Hingga Plutia kembali terlempar ke arah reruntuhan bangunan. Vert mengejarnya.

"Kinestra Slash!" seru Vert menusukkan ujung tombak berplasma ke arah Plutia. Kekuatan plasma meningkat tinggi seiring Vert mengaktifkan energinya.

Plutia yang sudah terkapar tak berdaya di atas bebatuan, membelalakkan mata. Ujung tombak berhasil menusuk di antara dadanya. Menimbulkan kristal biru berjumlah banyak keluar dari luka di antara dadanya.

Vert menarik kembali tombaknya dari dada Plutia. Melihat Plutia kembali menjadi manusia. Terbersit perasaan ingin membunuh Plutia secara langsung.

Saat Vert menusukkan tombak ke arah dada kiri Plutia, tiba-tiba, muncul seorang gadis yang menendang bahunya dari samping. Menyebabkan Vert terpental dan menabrak reruntuhan dinding.

"Hei, jangan sakiti anak kecil! Itu tidak baik dilakukan!" protes gadis berambut ungu panjang berpakaian Shinigami setengah Goddess. Jubah abu-abu melapisi penampilannya yang masih masuk mode bankai. Pedang besar melengkung bersandar di bahu kanannya.

Vert bangkit dengan bantuan jet di kakinya dan sayap mekaniknya. "Hei, siapa kau?"

Gadis berambut ungu tersenyum. "Aku Ichigo, Goddess Shinigami, CPU Planeptune."

"Ternyata saudaranya Purple Heart."

"Benar sekali."

"Kau sudah mengganggu pertarunganku, rasakan ini! Nilgiri Burst!"

Vert menembakkan energi plasma yang mirip dengan cahaya matahari. Ichigo melompat salto, berhasil menghindari pilar cahaya kuning itu. Kemudian dia mengangkat pedangnya.

"Getsuga Tenshou!" teriak Ichigo. Suaranya keras sekali.

Pedang Ichigo menancap tepat di mesin berbentuk pita besar yang terpasang di atas kepala Vert. Pilar cahaya merah-kehitaman menguar dari bilah pedang Ichigo. Meledakkan Vert tanpa tersisa sedikitpun.

Ichigo terseret dan jatuh berguling-guling di atas reruntuhan karena efek dorongan ledakan tadi. Untung jubah pemberian sang ibu, melindungi tubuhnya dari efek ledakan. Sebagai gantinya, hanya perasaan sakit yang menjalari seluruh tubuhnya.

"Aduh, pusing sekali," kata Ichigo berhenti berguling. Telentang. Memegang kepalanya yang terasa berputar-putar.

Zangetsu juga tergeletak tak jauh dari Ichigo. Dia merasakan betapa kuatnya keinginan Ichigo untuk melindungi semua orang. Karena itu, dia akan selalu bersama Ichigo apapun yang terjadi.

Ichigo tetap memegang kepalanya cukup lama. Berusaha menenangkan hati dan mengistirahatkan dirinya. Tiba-tiba, merasakan perutnya tidak nyaman dan tenggorokannya juga kering.

"Eh?" Plutia mendadak sadar dan bangun. "Di mana Vert palsu itu?"

Plutia duduk, melihat ke kanan-kiri. Mendapati Ichigo yang masih terbaring. Mengejutkannya.

"Chigo!" panggil Plutia membesarkan mata.

Plutia bangkit dan berlari mendekati Ichigo. Berhenti di samping Ichigo. Duduk bersimpuh.

"Oh, kau Plutia. Syukurlah kau baik-baik saja. Untung aku cepat datang untuk menyelamatkanmu," ucap Ichigo tersenyum, berusaha duduk walaupun kepalanya masih sedikit pusing.

"Terima kasih karena kau sudah menolongku. Tapi, selama sebulan ini, kau kemana?" tanya Plutia bermuka kusut.

"Itu ... aku sulit menjelaskannya."

"Tapi, mengapa pipimu terluka?"

Plutia menunjuk pipi kanan Ichigo yang terluka. Ichigo meraba pipi kanannya. Mendapati sedikit darah yang menempel di sarung tangan logamnya.

"Ini?" Ichigo memperhatikan saksama darah itu. Teringat dirinya terpental akibat ledakan tadi. Sisa-sisa dari senjata Vert, berbentuk logam sebesar jarum, menikam pipi kanan Ichigo hingga berbentuk melintang. Kemudian logam itu terkikis oleh api.

Ichigo menghela napas, tersenyum. "Ini hanya luka kecil. Nanti sembuh sendiri."

Plutia menukikkan alis. "Tapi, ini aneh sekali. Kau CPU, mengapa saat terluka, malah keluar darah? Seharusnya mengeluarkan kristal-kristal biru yang menandakan kau itu CPU."

Ichigo diam. Tidak tahu harus mengatakan apa. Tapi, Plutia yang sudah curiga, terus mendesaknya.

"Kekuatanmu dan penampilanmu juga berbeda dari CPU lain. Seolah kau berasal dari dimensi lain. Kau juga kadang bersikap seperti laki-laki yang tertarik pada wanita berpakaian minim. Jadi, siapa kau yang sebenarnya, Chigo?" ungkap Plutia menyipitkan mata.

Ichigo masih bungkam. Tidak berani mengatakan yang sesungguhnya. Jika dia memberitahukan yang sebenarnya, maka Plutia akan menjauhinya.

"Bisakah kau tidak mendesakku, Plutia?" Ichigo melirik Plutia dengan muka jutek. "Aku tidak bisa berterus terang sekarang."

"Baiklah. Aku tidak memaksamu. Aku tunggu sampai kau mau mengungkapkan semua rahasiamu secara jujur padaku." Plutia mengangguk, langsung berdiri.

"Hei, kau mau kemana?"

"Aku ingin menemui Nepgear. Aku mengkhawatirkannya."

Plutia berubah wujud menjadi Iris Heart lagi. Terbang melesat dengan dorongan pendaran lingkaran merah digital. Pergi menuju Planeptune.

Ichigo masih duduk, memandang kepergian Plutia. Sedikit menundukkan kepala. Matanya terpejam.

"Maaf, Plutia. Aku tidak bisa mengatakan siapa aku yang sebenarnya. Karena jika kau dan semuanya tahu aku ini dulunya laki-laki, pasti kalian akan menjauhiku. Aku tidak mau itu terjadi," gumam Ichigo, mengepalkan kedua tangannya.

.

.

.

Compa sedang membalut tangan IF yang terluka karena tertimpa dinding roboh, tetapi perban yang melilit tangan IF malah kusut dan longgar. IF bermuka sewot, mematung bersama para warga yang juga terluka. Duduk di lantai bening seperti kaca.

"Hei, Compa! Kau masih salah juga membalut luka!" protes IF menukikkan alis, mendapatkan anggukan dari beberapa gadis muda lain.

"Maaf. Biar aku perbaiki," balas Compa bertampang tidak nyaman.

"Tidak. Biar aku yang membalut lukaku sendiri."

IF hendak membuka kembali perban putih dari tangan kirinya, tetapi tiba-tiba, gadis berambut ungu pendek datang dan membuka perbannya. IF dan semua orang yang ada di Shelter -- tempat perlindungan di bawah tanah di Basilicom pusat -- membelalakkan mata karena kaget dengan kedatangan gadis berambut ungu pendek itu.

"I ... Ichigo-nee!" panggil Compa dan IF kompak. Mereka tersenyum.

"Compa, lihat baik-baik. Begini cara membalut luka yang benar," sahut Ichigo duduk bersimpuh. Melilitkan perban ke tangan IF dengan gerakan pelan.

Compa dan semua orang terkesima dengan apa yang dilakukan Ichigo. Balutan perban di tangan IF sangat rapi dan sedap dipandang. Kemudian Ichigo membenarkan perban-perban yang menutupi luka-luka di tubuh warga lain. Dia melakukannya dengan hati yang senang.

Ichigo datang tidak sendirian, melainkan bersama Nepgear dan Plutia. Mereka berkumpul di tengah Shelter yang berbentuk setengah kubah berdesain futuristik. Duduk bersama mendengarkan ucapan Nepgear.

"Aku Nepgear, kandidat CPU Planeptune, untuk sementara waktu akan menggantikan kepemimpinan Neptune-nee," ucap Nepgear berdiri dikelilingi orang-orang, menunjukkan ekspresi sedih, "Neptune-nee entah ada di mana sekarang. Dia menghilang mendadak bersama tiga Goddess lain dari tadi sore. Aku khawatir mereka diculik oleh seseorang dan dibawa ke..."

Nepgear memutuskan pembicaraan. Matanya terbelalak. Tangan kanannya menutup mulut. Badannya bergetar pelan.

"Ada apa, Nepgear?" tanya Ichigo langsung berdiri, menjadi pusat perhatian semua orang.

"Ichigo-nee ... aku takut Neptune-nee dan semua Goddess ada di Makam Gamindustri," jawab Nepgear bertampang takut.

"Makam Gamindustri? Di mana itu?"

"Ada di bawah sana. Tempat yang dulunya sebuah kota besar dan berteknologi canggih. Dipimpin oleh Goddess yang bernama Arfoire."

"Oh, Arfoire. Aku tahu dia. Tapi, mungkin dia mati sekarang karena aku pernah melawannya."

"Hah? Kapan kau melawan Arfoire, Ichigo-sama?" tanya gadis lain, mengangkat tangan kanannya.

Ichigo melihat gadis itu, tersenyum. "Kalau tidak salah, sebulan yang lalu. Aku menemukannya di kebun terung dekat hutan."

"Wah, hebat sekali! Kau berhasil memusnahkannya, karena dia adalah penjahat yang paling meresahkan di kota ini!" seru laki-laki remaja yang ada di belakang para gadis, tersenyum lebar.

Semua orang ribut. Mereka mulai mengagumi sosok Ichigo dan mengakui Ichigo sebagai Goddess. Kepercayaan mereka menjadi energi tambahan untuk Ichigo dan Nepgear.

"Ichigo-sama, kami akan memujamu mulai dari sekarang!"

"Ya. Kami akan tetap mempercayaimu dan kedua saudaramu sebagai Goddess Planeptune ini!"

"Kami mohon, selamatkan Neptune-sama dan semua Goddess itu!"

"Hidup, Ichigo-sama! Hidup Neptune-sama! Hidup, Nepgear-sama!"

"Hidup, Plutia!"

Semua orang berdiri, meninju udara kompak. Mengelilingi Ichigo, Nepgear, dan Plutia. Suara dukungan setiap orang, mengukir senyum di wajah Nepgear.

"Sumber daya kita tidak menghilang, syukurlah." Nepgear menyeka air matanya yang sudah berlinang di dua pipinya. Terharu.

"Semua ini berkat Chigo." Plutia tersenyum.

Ichigo hanya tersenyum. Kemudian Nepgear memeluk pinggangnya. Ichigo kaget, kemudian tersenyum lembut.

"Terima kasih, Ichigo-nee," kata Nepgear memejamkan mata. Menyembunyikan wajahnya di antara dada Ichigo.

"Ya, sama-sama, Nepgear," balas Ichigo membelai rambut Nepgear. Mukanya seolah bersemu merah karena senang.

.

.

.

"Neptune, bangun!" seru Noire menggoyang-goyang badan Neptune. Berlutut di lantai bening yang kotor dan berdebu.

Neptune sadar, perlahan membuka matanya. Mendapati Noire, Vert, dan Blanc yang ada di atasnya. Mengejutkan dirinya.

"Hah? Kalian?" tanya Neptune spontan bangun dan duduk. Celangak-celinguk. "Eh? Kita ada di mana ini?"

"Sepertinya kita terperangkap lagi di Makam Gamindustri," jawab Noire bermuka kusut.

"Bagaimana bisa?"

"Apa kau tidak ingat kita bertarung melawan Trick? Robot mesum yang pernah menculik Rom," sela Blanc bertampang cemas.

"Aku ingat. Bahkan pertempuran waktu itu..."

Ucapan Neptune terputus. Ingatannya sudah kembali. Begitu juga dengan Noire, Vert, dan Blanc. Mereka sudah mengingat semua yang terjadi di masa lalu.

"Semua ini ulah Arfoire dan Croire," gerutu Noire menggeram kesal, "kita harus terjebak di sini dua kali."

"Kita juga tidak bisa menjadi CPU," balas Vert bermuka kusut.

"Hah? Tidak bisa menjadi CPU?" tanya Neptune tercengang.

"Mungkin sumber daya kita sudah hilang," jawab Blanc meredupkan mata.

"I ... itu tidak mungkin." Neptune terbata-bata. Mukanya memucat.

"Itulah kenyataan yang harus kita alami." Vert duduk sambil menunduk lesu.

"Benar." Noire dan Blanc juga terduduk lemah. Pasrah dengan keadaan.

Neptune mengepalkan kedua tangannya, turut menundukkan kepala. Otaknya sedang berputar untuk mencari jalan keluar agar bisa bebas dari penjara kegelapan ini. Hal ini membuatnya cukup trauma karena mengingatkannya pada usaha penyelamatan Nepgear yang pernah dikurung juga di Makam Gamindustri.

Ruang penjara yang telah menyekap Neptune dan teman-teman berbentuk kubus. Cukup luas. Ada satu jendela kaca dengan ventilasi. Sesekali petir datang menyambar dan menerangi ruangan kelompok Neptune.

"Kalau Ichigo-nee tidak hilang, kita pasti tidak akan terkurung lagi di sini," kata Neptune tetap menundukkan kepala, "pasti ada jalan bagi kita untuk keluar lagi dari sini. Karena masih ada adik-adik kita yang akan menyelamatkan kita."

"Oh iya, benar juga. Uni pasti mencemaskan aku dan akan menolongku," tukas Noire mengangkat kepalanya. Sedikit membesarkan mata.

"Ram dan Rom juga pasti datang." Blanc tersenyum.

"Aku ... siapa yang akan menyelamatkan aku? Aku tidak punya saudara," timpal Vert bertampang sedih.

"Mereka juga adikmu, Vert. Jadi, kita sama-sama diselamatkan oleh mereka."

Neptune berdiri, melemparkan senyum. Mukanya berseri-seri. Sesaat keterpurukan menyerangnya, tetapi kepercayaannya pada saudara-saudaranya menguatkan dirinya, sehingga menghilangkan keterpurukan.

"Neptune, kau benar," ucap Vert berdiri bersama Noire dan Blanc. Hampir menangis.

"Ya, tetapi, aku penasaran. Apa benar kita tidak bisa berubah menjadi CPU?" sahut Neptune langsung memperagakan cara perubahannya.

Neptune merasakan keanehan. Gelang yang selama ini dipakainya, tidak bercahaya. Gelang yang bisa mengubahnya menjadi CPU. Neptune memperhatikan gelang yang tersemat di tangan kanannya. Gelang itu redup, biasanya bercahaya keunguan.

"Ternyata memang tidak bisa," ujar Neptune menunduk lesu.

"Kami juga sudah melakukannya tadi," balas Noire bermuka kusut.

"Ya, sudah. Kita tunggu saja bantuan datang. Itu yang bisa kita harapkan."

"Tapi, di saat begini, mengapa Histoire tidak muncul? Dia bisa saja memberitahu saudara-saudara kita kalau kita terperangkap di sini."

"Benar juga."

Neptune melihat ke jendela. Kilatan cahaya muncul menerangi Makam Gamindustri setiap beberapa menit. Kemudian disusul oleh halilintar yang menyambar di kaki langit. Suaranya yang keras, menggelegar bagai bom yang meledak.

Di puncak gedung tidak terpakai, ada Croire bersama beberapa rekannya. Mereka sedang membicarakan sesuatu.

"Semua Goddess palsu yang kau ciptakan sudah musnah semuanya, gadis kecilku yang manis," ucap Trick tersenyum dengan sorot mata mesum, "aku melihatnya sendiri, ada gadis berpakaian berbeda dari Goddess lain yang sudah memusnahkan semua Goddess palsu."

Croire menyipitkan mata. "Gadis berpakaian berbeda dari Goddess lain?"

"Benar sekali."

"Aku tahu dia. Namanya Kurosaki Ichigo. Laki-laki berkekuatan Shinigami yang berasal dari dunia lain. Histoire yang telah membawanya ke sini."

"Hah? Laki-laki? Apa maksudmu?" tanya seorang wanita berambut pink-neon, mengerutkan kening.

"Kurosaki Ichigo itu dulunya laki-laki, tetapi telah dipindahkan ke dunia ini, Histoire mengubahnya menjadi perempuan dan dibekali kekuatan CPU."

"Laki-laki menjadi perempuan? Itu menggelikan!" ucap robot yang memegang tombak besar, bersuara keras.

"Kurosaki Ichigo ... aku penasaran dengannya." Wanita berambut pink-neon tersenyum dengan mata yang menyipit.

.

.

.

Bersambung

.

.

.

A/N:

Chapter 11 up.

Untuk penampilan Ichigo sebagai perempuan dalam wujud manusia dan Goddess, kalian bisa melihatnya di cover cerita ini. Saya yang menggambar ilustrasinya sendiri.

Saya jawab review kalian di bawah ini ya:

-- Purple heart:Gila Ichigo langsung ngalahin 3 goddess sekaligus, oh ya sama ada kesalahan dikit senjata uni kan bukan dual pistol tapi kaya meriam gede gitu coba cari aja di google

Saya: ya. Terima kasih atas kritikanmu ya.

-- rama:Gw udah batin dari kemarin ternyata bener yang ngelatih Ichigo itu ibu nya ichigo

Saya: wah, tebakanmu benar! Hebat

-- Mugetsu:Pertemuan yang menyedihkan ibu dan anak, oh ya apa nanti kalau Ichigo ada masalah ibu nya Dateng enggak kayak dia berubah jadi vasto lorde

Saya: tentu ibunya datang nanti

-- guest:Up

Saya: udah up ya

Tampilkan kutipan teks

-- agus153:Kira-kira Ichigo bisa tolong 4 goddess pas kejadian kehancuran gamindustri akibat fake goddess itu, pasti dia orang heran kenapa Ichigo masih ada kekuatan goddess nya

Saya: tentu bisa. Liat aja di chapter depan ya.

-- Jeanne.c:Enggak apa thor emang sulit banget bahasa Inggris yang penting ceritanya udah bagus, oh ya kira-kira nanti ada crossover rwby x Naruto gak, hampir mirip cerita ini gitu, naruto reinkarnasi jadi perempuan gitu saudara nya Ruby rose, oh ya kalau gx tau ceritanya, bisa tonton di YouTube tapi bahasa Inggris tapi gak tau loh kalau ada subtitle Indonesia nya

Saya: soal crossover rwby x Naruto, liat aja nanti. Saya mau selesaikan cerita ini dan cerita lain dulu ya. Wah, ada fanfic yang mirip cerita ini ya. Terima kasih atas pemberitahuannya.

--

Terima kasih karena kalian udah membaca sampai chapter ini. Tunggu aja kelanjutannya di chapter berikutnya.

Dari Hikayasa Hikari

Senin, 17 Oktober 2022