Disclaimer:
Bleach: Tite Kubo
Hyperdimension Neptunia: Idea Factory
.
.
.
Main Character: female Ichigo
Genre: fantasy, family, humor, adventure, action, scifi
Rating: T
Setting: dunia Gamindustri
.
.
.
Goddess Shinigami
By Hikayasa Hikari
.
.
.
Fic request for Special Pairing 15
.
.
.
Chapter 13. Kemunculan Vasto Lorde (Bagian 2)
.
.
.
Atap bagian ruang penjara yang jatuh, menimbulkan suara sangat keras. Tapi, sebelum sebagian atap jatuh, Brave menahan atap itu dengan tangan kirinya sehingga Magic dan Judge selamat. Sementara Ichigo memeluk Neptune dan Nepgear dengan kedua tangannya, lalu terbang menjauh dari para musuh lewat atap yang sudah bolong.
"Hei, tunggu!" teriak Judge, langsung terbang mengejar Ichigo bersaudara.
Ichigo melayang, melepaskan Neptune dan Nepgear. "Kalian tidak apa-apa, kan?"
Neptune tersenyum. "Ya, Ichigo-nee."
Nepgear membelalakkan mata. "Awas, Neptune-nee!"
Neptune tersentak, lantas menahan terjangan tombak Judge dengan pedangnya. Dia terdorong oleh Judge yang melesat terbang. Membawanya menjauh dari Ichigo dan Nepgear.
"Neptune-nee!" teriak Nepgear, bermuka cemas.
"Hei, urusan kita belum selesai!" kata Magic berhenti melayang bersama Brave. Dia menggunakan sihirnya untuk membuatnya dan Brave terbang.
Ichigo dan Nepgear menoleh ke arah Magic dan Brave. Ichigo menyabet pedangnya yang terpasang di punggungnya, mengacungkan ujung pedang besar ke arah Magic. Nepgear juga begitu, menghunuskan pedang berbilah pistol ke arah Brave.
"Brave, menjauhlah! Beri aku ruang luas untuk bertarung dengan Goddess Shinigami ini!" titah Magic melirik Brave.
"Baiklah," balas Brave mengangguk, kemudian meluncur ke arah Nepgear. Melayangkan pedang dari samping.
Nepgear melayang tinggi, menghindari sabetan pedang Brave. Sempat menembak Brave dengan peluru-peluru mirip laser. Brave mampu menangkis semua peluru seperti pemain baseball yang memukul bola.
Magic dan Ichigo masih bergeming. Mereka saling menatap tajam. Mengabaikan suara petir yang meledak di langit.
"Nama lengkapmu, Kurosaki Ichigo, 'kan?" tanya Magic tersenyum.
"Kau pasti mengetahuinya dari Croire," jawab Ichigo menukikkan alis. Menunjukkan muka jutek.
"Benar sekali. Kau itu peramal, ya?"
"Bukan. Tapi, aku Goddess Shinigami."
"Goddess ... itu tidak cocokmu untukmu yang berjiwa laki-laki."
Magic tertawa jahat. Matanya menajam. Alisnya naik. Mengacungkan ujung sabitnya ke arah Ichigo.
"Atas perintah Arfo-sama, aku harus memusnahkanmu, Ichigo. Karena ulahmu, Arfo-sama harus mati!" seru Magic bermuka garang. Mengayunkan sabitnya vertikal ke bawah. Menciptakan sabetan pendaran cahaya ungu menyerupai pilar cahaya di ujung kepala sabitnya. Kemudian cahaya itu meluncur ke arah Ichigo.
Ichigo juga maju, menghindari serangan Magic. Serangan Magic lewat di samping Ichigo, mengenai bangunan. Ledakan besar menyerupai setengah lingkaran, mampu menghanguskan beberapa bangunan.
Ichigo terperangah, sedikit membelalakkan mata saat melihat ledakan itu. Memfokuskan diri ke arah Magic. Serangan yang sama kembali datang ke arahnya.
Ichigo berteriak seraya mengayunkan pedang vertikal ke bawah. " Getsuga Tenshou!"
Ujung Zangetsu menembakkan pilar cahaya biru. Serangan Ichigo menabrak pilar cahaya ungu. Terjadi ledakan hebat di antara dua serangan yang bergejolak. Menyebabkan gelombang kejut, menyebabkan benda apa saja terdorong kuat. Bahkan pilar cahaya ungu mampu menembus cahaya reatsu itu, kemudian meluncur ganas ke arah Ichigo.
Pilar cahaya ungu menghantam Ichigo sehingga tubuh Ichigo meledak besar. Menyebabkan Ichigo terhempas ke bawah. Jatuh berguling-guling di atas tanah berlapis abu bekas bangunan terbakar dan sampah-sampah teknologi yang tidak berguna.
Tubuh Ichigo tidak mengalami luka apapun kecuali di bagian wajahnya karena terlindungi oleh jubah. Luka-luka bakar tercetak di mukanya. Perasaan sakit luar biasa menggerogoti sekujur badannya.
Magic terbang melesat, mendekati Ichigo. Melayang rendah dan menancapkan ujung sabitnya ke leher Ichigo.
"Kau tampak lemah, Goddess Shinigami," kata Magic membungkukkan badan dan menginjak perut Ichigo dengan kaki kanannya, "apa yang kau pikirkan saat melihat penampilanku ini? Sebagai laki-laki, tentu kau merasa tertarik padaku, 'kan?"
"Aku ini perempuan, tidak akan tertarik pada perempuan!" teriak Ichigo bertampang garang. Matanya melotot.
"Apa itu benar? Kau bisa saja mencintai wanita, walaupun fisikmu sekarang adalah wanita."
"Aku wanita, tentu akan mencintai laki-laki nantinya!"
Ichigo berteriak sangat keras dari sebelumnya. Tangan kirinya memegang wajahnya. Kemudian tangannya bergeser dari kiri ke kanan di depan mukanya. Mengejutkan Magic.
Topeng Hollow menutupi seluruh wajah Ichigo. Melakukan Hollowfikasi. Tiba-tiba, Ichigo menghilang dari hadapan Magic. Mengagetkan Magic sekali lagi.
"Apa? Di mana dia?" tanya Magic membelalakkan mata. Kehilangan jejak Ichigo.
Mendadak Ichigo muncul dari atas Magic. Melakukan Shunpo. Menebas bahu Magic hingga terluka parah. Darah segar keluar dari luka itu.
Magic berteriak kesakitan. Dia harus menerima serangan sabetan pedang Ichigo dari berbagai arah selama enam detik. Kecepatan Ichigo sangat dahsyat, tidak terlihat oleh mata biasa. Saat serangan terakhir, Ichigo memukul Magic dengan keras. Menyebabkan Magic terlempar sangat jauh.
Ichigo mendarat di tanah. Menurunkan pedangnya. Topeng Hollow perlahan retak dari wajahnya. Luka-luka di wajahnya telah menutup karena kekuatan regenerasi dari Hollow.
Petir menyambar di belakang Ichigo. Bertepatan Magic perlahan bangkit berdiri. Merafalkan mantra sihir. Luka-luka di tubuhnya, menghilang tanpa berbekas. Giliran Ichigo yang kaget.
Magic sedikit menundukkan kepalanya. "Ke ... kekuatan apa yang kau gunakan tadi?"
Ichigo menukikkan alis. "Itu Hollow."
"Apa itu Hollow?"
"Roh jahat yang menyerupai monster. Suka memakan jiwa manusia sebagai sumber kekuatannya. Shinigami yang bertugas untuk membasminya."
"Oh, begitukah?"
"Ya. Karena ibuku seorang Quincy dan juga memiliki darah Hollow, makanya, aku mendapatkan kekuatan Hollow itu!" Ichigo berteriak keras. "Bankai!"
Cahaya hitam-keunguan menyelimuti sekujur tubuh Ichigo. Mengubah penampilannya, masuk mode Bankai. Rambut dan pakaiannya berkibar cepat, kemudian meluncur ke arah Magic bagai berjalan di udara.
Magic merentangkan tangan kanannya. Mulutnya komat-kamit, membaca mantra pemanggilan. Sabit yang semula terlepas dari tangannya, mendadak muncul di tangannya.
Magic menghantam pedang Ichigo sekuat tenaga dengan sabitnya, menimbulkan dentingan yang keras. Dia terdorong oleh Ichigo. Kemudian tangan kirinya memunculkan sekumpulan manna keunguan, membentuk bola energi. Menembakkan bola energi itu ke perut Ichigo.
Ledakan besar kembali menerjang tubuh Ichigo. Menyebabkan Ichigo memuntahkan banyak darah. Dia terlempar sangat jauh. Mendarat kasar di dekat jalan raya yang sudah kumuh. Terguling-guling cepat, menimbulkan kepulan debu di sekitar.
Zangetsu terlepas dari Ichigo. Jatuh dan tergeletak cukup jauh dari Magic. Wanita penyihir itu terbang mengejar Ichigo.
"Bagaimana rasanya, Goddess Shinigami? Pasti sakit rasanya, 'kan?" tanya Magic melayang rendah, tak jauh dari Ichigo, "tetapi yang membuatku penasaran, mengapa kau bisa terluka, malah keluar darah, bukan kristal biru?"
Ichigo miring ke kanan, menghadap Magic. Napasnya terengah-engah. Luka-luka bakar kembali tercetak di wajahnya. Jubah pemberian sang ibu dan pakaiannya, sudah tidak terbentuk lagi. Koyak sana-sini.
"A ... aku tidak tahu mengapa aku bisa terluka begini? Berbeda dari Goddess-Goddess lainnya," ucap Ichigo terbata-bata. Menahan perasaan sakit.
"Kata Croire, kau itu Shinigami, tentu kekuatan Goddess yang kau miliki hanya setengah saja yang didapatkan, karena itu, akan keluar darah saat kau terluka," sahut Magic bermuka serius.
"Cro ... Croire, dia ada di mana sekarang?"
"Dia ada di tempat yang aman sekarang."
Magic terbang mendekati Ichigo. Dia menjambak rambut Ichigo. Membawa Ichigo terbang ke atas bersamanya. Momen itu disaksikan oleh IF, Compa, Plutia, Noire, Blanc, dan Vert. Bertepatan, Uni juga datang bersama Ram dan Rom. Mereka berwujud Goddess, melayang mendekati Noire serta semua gadis di dekat jalan raya.
"Noire-nee!" seru Uni memeluk Noire.
"Onee-chan," kata Ram dan Rom turut merangkul Blanc.
"Syukurlah ... kalian datang juga ke sini," sahut Noire menghela napas, lalu tersenyum.
"Keadaan semakin genting! Lihat, Ichigo-nee terdesak! Kita harus menolongnya!" Compa panik, menggoyang-goyangkan kuat badan IF.
Semua gadis mengkhawatirkan Ichigo. Terutama Neptune dan Nepgear yang sedang bertarung melawan musuh masing-masing. Mereka tetap fokus menyerang.
"Dual Edge!" teriak Neptune. Menebas Judge dua kali. Saat serangan terakhir, dia memukul Judge dengan kuat.
Judge terdorong ke bawah. Menghantam atap bangunan hingga penyok di sekitarnya. Percikan listrik muncul kedap-kedip di badannya.
"Ichigo-nee," ucap Neptune melihat Ichigo.
Magic menyipitkan mata, tersenyum. "Semua yang ada di sini, dengarkan aku!"
Nepgear yang menembak Brave dengan peluru laser, berhenti melayang. Brave berhasil menghindari serangan Nepgear, turut berhenti mengambang. Mereka memandang Magic dan Ichigo yang berjarak cukup jauh dari mereka.
"Kakak tertua dari Purple Heart dan Purple Sisters, sebenarnya adalah laki-laki. Nama lengkapnya Kurosaki Ichigo," ungkap Magic tersenyum sinis.
"Apa?" Semua gadis membelalakkan mata kecuali para anggota ASIC.
"Eh? Ichigo-nee itu laki-laki? Aku bingung," kata IF menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Itu pasti bohong, 'kan?" ucap Compa mengerutkan kening.
"Ichigo-nee itu perempuan! Bukan laki-laki!" teriak Uni melambaikan tangan, berharap Magic melihatnya.
"Aku tidak tahu itu benar atau tidak. Tapi, aku percaya Ichigo-nee itu perempuan," kata Blanc bertampang cemas.
"Aku juga percaya," balas Vert yang mendapatkan anggukan dari Noire dan Plutia.
"Pasti kalian bingung mengapa aku sebut Kurosaki Ichigo ini laki-laki. Itu karena Histoire yang membawanya dari dunia lain dan mengubahnya menjadi perempuan saat bereinkarnasi untuk hidup di dunia ini," jelas Magic melirik Ichigo, "Ichigo sudah menipu kalian. Dia memanfaatkan kesempatan sebagai perempuan untuk dekat dengan kalian. Pasti kalian membencinya sekarang, 'kan?"
"Ma ... Magic ... Hentikan," sahut Ichigo tergagap.
Magic mengabaikan ucapan Ichigo. Merafalkan mantra. Memunculkan manna di ujung sabitnya. Manna itu membesar hingga sebesar bola kasti. Kemudian Magic menusukkan bola itu ke arah dada kiri Ichigo.
Petir menyambar sangat keras, bersama Ichigo yang berteriak. Sabit menusuk ke dada kirinya hingga berlubang besar. Darah merah mengalir dari lubang luka itu. Menjadi pemandangan yang menggegerkan jiwa semua orang.
"Ti ... tidak!" Neptune bermuka pucat. Badannya bergetar.
"I ... Ichigo-nee ... Ichigo-nee!" teriak Nepgear. Spontan melayang cepat menuju Ichigo dengan dorongan pendaran lingkaran cahaya.
"Nepgear? Nepgear!"
Neptune membulatkan mata sempurna, bergegas mengejar Nepgear. Pendaran lingkaran cahaya mempercepat terbangnya. Dia melihat Magic menjatuhkan Ichigo.
Ichigo tewas dengan mata terbelalak. Mulutnya melebar. Ekspresinya kesakitan. Badannya menegang kaku.
"Ichigo-nee!" pekik Nepgear berhasil menangkap tubuh Ichigo yang tidak bernyawa. Membawa Ichigo ke reruntuhan bangunan. Meletakkan kepala Ichigo di atas pahanya. Badan Ichigo tergeletak di tanah.
Neptune mendarat di samping Ichigo. "Ichigo-nee!"
"Ichigo-nee! Bangun! Bangun! Bangun!"
"Ichigo-nee..."
Neptune dan Nepgear menangis. Sementara Nepgear menggoyang-goyang kuat badan Ichigo, berharap Ichigo bisa sadar. Hatinya yang paling terpukul dibanding Neptune.
Semua gadis mendekati Neptune bersaudara. Mata mereka meredup. Mengelilingi Neptune bersaudara. Jatuh berlutut. Merasakan apa yang dirasakan Neptune bersaudara.
"Ichigo-nee," kata Nepgear di sela menangis, memegang tangan kanan Ichigo erat sekali, "walaupun kau itu laki-laki yang sudah bereinkarnasi menjadi perempuan, tetapi kau tetaplah kakak perempuanku yang terbaik."
"Benar. Ichigo-nee, kakak perempuan kami yang keren. Selamanya, kau tetap menjadi saudara kami," ucap Neptune memegang tangan kiri Ichigo. Memejamkan mata. Teringat masa-masa terindah bersama Ichigo dan Nepgear.
"Ichigo-nee, mengapa dia harus tewas seperti ini?" tanya Compa menundukkan kepala.
Semua gadis menangis. "Ichigo-nee..."
Magic melayang turun, bersama Brave dan Judge. Wanita penyihir itu tertawa bahagia karena sudah mengalahkan Ichigo. Suara tawanya melengking bersama petir yang menyambar.
"Pelindung kalian sudah mati di tanganku. Jadi, menyerahlah sekarang juga," ucap Magic menyipitkan mata, "serahkan juga kepemimpinan kalian itu pada kami dan berhentilah menjadi CPU."
Neptune berdiri, mengacungkan ujung pedang ke arah Magic. "Kami tidak akan menyerah!"
Uni juga berdiri bersama gadis-gadis lain. "Ya, kami akan berjuang bersama untuk melindungi Gamindustri!"
Uni menyatukan tangannya dengan Noire. Begitu juga dengan Vert, Blanc, Ram, dan Rom. Mereka saling berpegangan tangan dengan Uni dan Noire. Mentransferkan energi untuk membangkitkan gelang HDD Noire, Vert, dan Blanc.
Cahaya berbeda warna menyelimuti tubuh Noire, Vert, dan Blanc. Mengubah mereka menjadi Goddess. Kemudian maju bersama Neptune. Uni, Plutia, Ram, dan Rom juga ikut maju dengan mereka. Sementara Nepgear tetap menangisi kepergian Ichigo.
"Semuanya, satukan kekuatan! Kita serang mereka!" titah Neptune mengangkat pedangnya. Dia dan semua Goddess memunculkan pendaran lingkaran cahaya digital masing-masing. Mereka terbang melesat menuju kelompok ASIC.
Brave dan Judge yang maju untuk menyerang semua gadis. Sementara Neptune yang bergerak melawan Magic. Mengangkat pedang.
"Blaze Slash!" seru Neptune meluncur, melayangkan tebasan pilar cahaya menyerupai api. Serangannya itu mampu ditangkis dengan sabit Magic.
"Apa?" Neptune membesarkan mata.
Magic tersenyum, menembakkan pilar cahaya keunguan ke arah Neptune. Serangannya berhasil mengenai Neptune. Kristal biru berjumlah banyak keluar dari luka yang tercetak di tengah dada Neptune.
Neptune terlontar, ditahan oleh Plutia dari belakang. Plutia tersenyum dengan lingkaran merah digital di belakang tubuhnya.
"Plutie," desis Neptune ternganga.
"Kau baik-baik saja, Neptune?" balas Plutia menukikkan alis.
"Ya."
"Wanita menjijikkan itu sungguh membuatku kesal!"
Plutia melempar pedangnya yang bisa memanjang menyerupai cambuk. Magic terbang menghindarinya, sempat menembakkan bola energi ke arah Plutia. Bola energi itu mengenai Plutia, meledakkan Plutia hingga mengenai para Goddess lain. Kristal-kristal biru berhamburan dari tubuh para Goddess.
Judge dan Brave menjauh sebelum ledakan terjadi. Mereka melihat asap hitam membumbung tinggi ke udara. Di dalam asap yang masih tebal, para Goddess terkapar tak berdaya di tanah berlapis reruntuhan bangunan. Mereka berubah menjadi manusia. Masih sadar.
"Neptune-nee! Semuanya!" teriak Nepgear yang masih bertahan di dekat Ichigo, semakin menangis karena melihat keadaan rekan-rekannya harus berakhir seperti ini.
"Ada Goddess yang masih tersisa rupanya," sahut Magic melayang rendah tak jauh dari Nepgear, "kau malah menangis seperti itu. Apa kau tidak sanggup kehilangan kakak sulungmu, Nepgear?"
"Ma ... Magic! Kau ... sungguh memuakkan!"
Nepgear menembak Magic dengan peluru laser. Magic memukul peluru laser itu. Kemudian memunculkan manna di ujung sabitnya. Manna itu membesar, membentuk bola energi keunguan.
"Nepgear!" teriak Neptune membelalakkan mata, tidak sanggup lagi berdiri.
"Awas!" pekik Uni membulatkan mata.
"Kita harus menolong Nepgear!" seru Ram bertampang panik.
"Aaah!" Nepgear berteriak. Memejamkan mata saat Magic menembakkan bola energi ke arahnya.
"Nepgear!" teriak Neptune dan semua gadis. Mata mereka membelalak.
Serangan Magic mengenai Nepgear. Meledakkan Nepgear hingga Nepgear berubah menjadi manusia lagi. Nepgear terpelanting cukup jauh dari Ichigo.
Nepgear mendarat dengan tubuh yang terguling-guling di tanah. Masih sadar. Melihat Ichigo dengan perasaan sangat sedih.
"Ichi .. Ichigo-nee ... Ichigo-nee," ujar Nepgear dengan air mata yang mengalir di dua pipinya, "to ... tolong, selamatkan kami. Selamatkan kami, Ichigo-nee!"
Suara Nepgear melengking, terdengar oleh Ichigo. Kesedihan dan kesakitan Nepgear, dirasakannya.
Ichigo yang berada di Inner World, melayang kaku. Bisa melihat para Goddess masih tergeletak lemas. Masih terdengar juga suara Nepgear yang memanggilnya. Pemandangan yang sangat menyiksa jiwanya.
Nepgear, Neptune, dan semuanya. Aku harus menolong mereka, Zangetsu.
Suara hati Ichigo terdengar oleh Zangetsu. Zangetsu merespon keinginan Ichigo agar menjadi lebih kuat untuk melindungi semua orang. Membangkitkan kekuatan Hollow keluar dari tubuh Ichigo.
Tiba-tiba, tubuh Ichigo diselubungi cahaya kemerahan. Dirinya terangkat dan berdiri melayang rendah disertai angin yang bertiup kencang. Mengejutkan semua orang dan robot.
"Ichigo-nee hidup lagi?" tanya Uni melebarkan mata.
"Tapi, tekanan energi apa ini? Rasanya membuatku takut," jawab Neptune bermuka pucat.
"Aku juga takut." Vert yang ada di dekat Neptune, membesarkan mata.
Semua Goddess bisa merasakan aura Hollow yang seolah mengintimidasi jiwa mereka. Setiap wajah memucat. Mata terbelalak.
Penampilan Ichigo berubah total menjadi Hollow tetapi masih berwujud manusia. Topeng Hollow menutupi wajahnya. Matanya hitam-kekuningan. Ada dua tanduk panjang menyerupai tanduk banteng di kepalanya. Rambut ungunya memanjang hingga melewati pinggang. Kulitnya putih pucat.
Dada Ichigo yang cukup besar ditutupi dengan perban. Perutnya yang langsing, terlihat jelas. Rok mininya compang-camping. Bertelanjang kaki. Lubang besar di dada kirinya juga sudah menutup.
"A ... apa itu?" tanya Compa mematung.
"Ichigo-nee menjadi monster," jawab IF bermuka pucat.
"Apa yang membuat Ichigo-nee menjadi seperti ini?" tanya Noire membulatkan mata.
"Aku tidak tahu," jawab Blanc menggeleng. Badannya sedikit bergetar.
"Aku takut." Rom memeluk Ram yang ada di sampingnya.
"Chigo ... Kekuatan apa yang kau miliki?" tanya Plutia bertampang cemas.
"Namanya Vasto Lorde," sela Histoire tiba-tiba muncul di samping Neptune. Menukikkan alis.
"Eh? Vas ... Vasto Lorde?" tanya Neptune tercengang, "apa itu Vasto Lorde?"
"Itu julukan Hollow atau roh jahat yang paling besar." Histoire melirik Neptune.
"Me ... Mengerikan."
Neptune bermuka horror. Kemudian dia dan semua makhluk yang ada di sana, terkejut saat Ichigo berteriak keras. Suara Ichigo melengking. Sangat memekakkan telinga.
Ichigo melepaskan kekuatan reatsu, menimbulkan gelombang kejut kuat yang mampu mementalkan benda apa saja di sekitarnya. Dia menghantam tanah dengan kaki kanannya hingga bergetar kuat. Menghantarkan aliran reatsu untuk memanggil Zangetsu kembali ke tangan kanannya. Saat Zangetsu terkibas ke bawah, menimbulkan gelombang kejut yang mampu membuat tanah retak bergelombang.
Magic, Judge, dan Brave terpaku menyaksikan sosok Ichigo yang mengerikan. Mereka bersiap untuk melawan. Terutama Magic, merasa tertantang untuk maju menghadapi Ichigo.
"Sosok yang hebat, Ichigo. Aku semakin bersemangat untuk mengalahkanmu sekali lagi," kata Magic mengangkat sabitnya. Memunculkan aliran manna yang lebih banyak dan menyedot petir untuk tambahan kekuatannya.
Magic melayangkan sabitnya vertikal ke bawah. Menembakkan pilar cahaya yang bersatu dengan petir. Ichigo berteriak keras, kemudian sedikit menundukkan kepalanya. Kedua tanduknya menyedot semua energi yang ada di sekitarnya hingga membentuk bola merah sangat besar. Menembakkan bola itu hingga menyerupai laser beam.
Dua serangan beradu, menimbulkan ledakan yang sangat besar di udara. Efek ledakan menimbulkan gelombang besar yang meratakan semua bangunan di tempat itu. Membuat semua gadis ketakutan dan panik, tetap bertahan di posisi masing-masing. Tiarap untuk menghindari efek pertarungan yang sangat besar.
Magic terdorong oleh gelombang kejut itu. Dia membelalakkan mata saat tidak melihat Ichigo di kejauhan itu. Tiba-tiba, dia merasa ada sosok yang mengintainya dari belakang.
Magic menoleh cepat ke arah sosok itu. "Apa?"
Ichigo melakukan Sonido, langsung menghantam Magic dengan pukulan pedangnya. Magic terpental, menembus asap putih yang masih menebal. Dirinya ditahan oleh Brave dan Judge.
"Magic-sama," kata Judge bersuara khawatir.
"Dia sangat berbahaya. Apa sebaiknya kita menyerah saja?" tanya Brave bersuara panik.
"Aku tidak akan menyerah. Ini demi kebangkitan Arfo-sama, aku harus tetap melawan orang yang telah membunuhnya," jawab Magic menukikkan alis.
Magic menembak bola energi petir lagi ke arah Ichigo. Vasto Lorde itu terbang melaju, menahan serangan Magic dengan satu tangan kirinya. Tindakannya itu mengejutkan Magic dan dua robot itu.
"Aku akan membantumu, Magic-sama!" Judge memutar tombaknya, lalu melayangkan tombak ke arah Ichigo.
Ichigo semakin dekat dengan Judge. Langsung menebas kepala Judge hingga putus. Kepala dan Judge jatuh. Tidak hanya itu, Brave menjadi sasaran Ichigo. Menebas dua tangan Brave hingga putus. Brave mati, potongan dua tangan dan tubuhnya luruh.
Magic mendecih kesal karena dua anggotanya sudah dikalahkan, kemudian menembak Ichigo dengan bola energi petir berkali-kali. Ichigo mampu menghindari semua serangannya dengan kecepatan kilat.
Ichigo tiba di depan Magic. Mata Magic membulat sempurna saat Ichigo menusuk dada kirinya dengan pedang. Mulutnya sedikit melebar. Darah segar mengalir deras dari luka di dada kirinya.
Ichigo menarik pedangnya dengan kuat. Menjatuhkan Magic ke arah tubuh Brave dan Judge yang telah tercerai-berai. Dia memunculkan energi reatsu di antara tanduknya.
"Gawat!" seru Histoire panik sekali. "Kita harus cepat pergi dari sini! Karena Ichigo benar-benar ingin menghancurkan tempat ini!"
Histoire memunculkan portal berbentuk lingkaran digital di atas langit. Neptune dan semua gadis sudah ada di dekat Nepgear, berada di tengah portal. Mereka berteleportasi bersama Histoire ke Planeptune. Menghilang sebelum ledakan besar terjadi.
Ichigo menembakkan energi reatsu sangat besar dan kuat ke arah kelompok ASIC. Energi itu menghanguskan tubuh para anggota ASIC. Bersama ledakan merah besar yang menyebar hingga ke langit. Menyerupai pilar cahaya.
Semua orang yang ada di kelima daratan mengapung, terkejut dengan fenomena ledakan yang ditimbulkan oleh Ichigo. Mereka penasaran apa yang terjadi di Makam Gamindustri. Terutama Croire, Rei, dan Peashy yang kini tiba di Eden.
"Hebat sekali kekuatan Vasto Lorde itu," ucap Rei berwujud manusia, menggendong Peashy di depan, berdiri di tepi jurang. Bermuka pucat.
"Ya. Ini kehancuran yang indah, walaupun akhirnya empat daratan itu yang tidak hancur," balas Croire bermuka bosan.
"Lalu ... apa rencanamu selanjutnya, Croire?"
"Aku belum tahu. Tapi, sebaiknya kita pulang ke duniamu."
"Baiklah."
Croire memunculkan lingkaran digital di atas langit. Lingkaran itu sebesar wilayah Eden. Tiba-tiba, daratan Eden menghilang.
Kobaran api masih menyala di beberapa bangunan yang runtuh. Ichigo tetap berwujud Vasto Lorde, melayang rendah. Di hadapannya, muncul wanita berjubah biru tua yang melayang.
"Ichigo ... berhentilah!" seru Masaki menukikkan alis, "semuanya sudah berakhir."
Masaki mendekati Ichigo. Memeluk Ichigo erat sekali. Perlahan muncul keretakan kecil di topeng Hollow di wajah Ichigo, bersama cahaya merah-keunguan menyelubungi tubuh Ichigo.
"Oka-san," ucap Ichigo tersenyum, berubah menjadi manusia. Badannya lemah. Tidak sanggup lagi untuk bergerak. Matanya terpejam.
"Beristirahatlah sekarang, Ichigo," balas Masaki mengelus rambut ungu pendek milik Ichigo.
Masaki membawa Ichigo terbang bersamanya. Mereka pergi ke Planeptune untuk menemui Neptune dan semua gadis yang menunggu mereka.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
A/N:
Chapter 13 up.
Magic, Brave, dan Judge yang muncul di chapter ini, skill mereka adalah hasil imajinasi saya. Karena di google, nggak ada penjelasan tentang skill mereka.
Cerita kali ini cukup panjang, ya. Untuk kisah selanjutnya, tunggu aja di chapter 14.
Saya akan menjawab semua review kalian di chapter yang akan datang. Terima kasih.
Dari Hikayasa Hikari.
Selasa, 18 Oktober 2022
