Chapter 19 : Sakura Rescue Mission
.
.
.
.
.
"Kuso!"
"Kusoo!"
"Kusooo!"
Rentetan umpatan demi umpatan terdengar jelas dari dalam mobil Ferrari F8 Tributo warna oranye yang melaju terlampau cepat. Si pengemudi berkali-kali membagi konsentrasinya antara jalanan dan mengecek live location Sakura yang masih belum bergerak hingga sekarang.
Untungnya, jalanan sore hari ini cukup sepi dan lokasi Sakura tidak jauh dari sekolah. Tapi tetap saja, setidaknya butuh 15-20 menit untuk mencapai lokasi gadis itu —jika ia tidak bergerak.
Jantung Naruto berdebar lebih cepat dan ini bukan karena ia mengemudi seperti orang gila, tapi karena memikirkan nasib buruk yang mungkin terjadi pada Sakura. Mitarashi Anko, gadis bersurai ungu itu adalah orang yang berbahaya. Gadis itu adalah salah satu dari sekian banyak komplotan Uzumaki Karin. Setelah beberapa waktu lalu Karin kembali ke Jepang, perasaan was-was selalu meliputinya dan Sasuke. Karin adalah seorang psikopat, kau tidak akan bisa menerka jalan pikirannya.
Putra tunggal keluarga Namikaze itu beberapa kali mencoba menghubungi Sakura, namun tidak ada jawaban. Ia yakin, sesuatu pasti terjadi pada Sakura dan itu adalah hal yang buruk. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Sakura saat Sasuke tidak ada, entah apa yang harus ia katakan pada sahabatnya tersebut. Sasuke sedang berada dalam keadaan yang sulit, maka satu-satunya yang bisa menjaga Sakura dari Karin adalah dirinya.
Putra Uzumaki Kushina itu menginjak pedal gas lebih dalam lagi. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Sakura, ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
.
.
.
.
.
Seorang pria tinggi agak kurus dengan rambut pirang panjang menyeringai, memandang temannya yang berkepala plontos dan tinggi besar.
"Tangkapan yang bagus." kata pria berambut pirang itu. Ia berlutut sambil memandangi seorang gadis muda yang tergeletak tidak sadarkan diri di hadapannya.
"Goro, jangan senang dulu. Aku akan jadi yang pertama." ucap si pria berkepala botak itu dengan nada yang sangat menjijikan.
Si pirang yang dipanggil Goro itu mendecih dan mulai membelai rambut merah jambu Sakura yang tergerai. "Kenapa tidak lakukan bersama saja? Pasti akan leb—"
"Bodoh! Jangan buang-buang waktu. Soporific Powder hanya akan menahan gadis itu hingga 4 jam. Cepat bawa ke tempat itu sebelum ia sadar!" Amuk Anko. Ia memang memasukan obat bius serbuk ke dalam matcha Sakura ketika gadis itu pergi mengambil es batu. Ya, tentu saja itu bagian dari rencananya.
"Iya, iya. Tapi kau serius kan kami boleh melakukan apapun kepada tangkapan ini?" Goro memandang Anko dengan curiga.
"Tentu saja. Karin-sama ingin menghancurkan gadis itu. Hingga menjadi debu."
Sejurus kemudian, Goro si pirang dan Moro si botak memasukkan tubuh Sakura ke dalam sebuah mobil Van hitam.
Dengan penuh semangat keduanya membawa tubuh Sakura yang malang ke hotel kecil di Distrik 4 yang sudah disiapkan. Keduanya tidak bisa berhenti menyeringai membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini.
Sungguh menjijikan.
Anko masih berada di cafe tersebut, ia memandang Van hitam yang semakin lama semakin menjauh dengan senyuman iblis, "mission accomplished."
.
.
.
.
.
"Tidak, tidak! Ugh KUSOO!" Jerit Naruto frustasi. Live location Sakura mulai bergerak menjauhi posisi awalnya, artinya Naruto harus mengejar lebih jauh lagi.
Ia sangat yakin bahwa Sakura pasti dibawa orang atau diculik. Entah Sakura masih sadar atau tidak, tapi pasti Sakura ada dalam sebuah kendaraan tertutup. Hal itu ia yakini dari kecepatan pergerakan live location yang bergerak cukup cepat.
Dengan kaki yang mulai mengeluarkan keringat dingin, Naruto kembali menginjak pedal gas, berharap bisa mencapai lokasi Sakura. Perlahan namun pasti, mobilnya mendekati lokasi Sakura. Hanya tersisa beberapa ratus meter saja.
Tapi,
Pertanyaannya adalah, Sakura ada di kendaraan mana?
Perasaan putus asa menyeruak dalam dirinya. Sial, padahal sudah susah payah mengejar lokasi Sakura, tapi ia benar-benar tidak tahu dimana gadis itu. Terlalu banyak mobil di jalanan ini dan tidak ada yang terlihat mencurigakan. Sial, bagaimana caranya ia bisa menemukan Sakura?
Naruto mengernyit dan terkejut ketika melihat pantauan live location Sakura. Mobil itu mengarah ke Distrik 4, sebuah distrik yang terkenal dengan kehidupan malam yang liar. Ini adalah distrik yang berbahaya, selain karena tingkat kriminalitas yang tinggi, distrik ini juga merupakan pusat prostitusi. Sangat banyak hotel kecil yang dijadikan pusat kegiatan itu. Dan pria berambut kuning itu tahu apa yang akan terjadi.
Dengan cepat, ia membelokkan stirnya ke kiri menuju Distrik 4. Di satu sisi Naruto sangat marah dengan kenyataan bahwa Sakura dibawa ke Distrik 4, tapi di sisi lain ia merasa bersyukur karena jalanan menuju Distrik 4 masih sepi di sore hari. Pria pecinta ramen itu bisa melihat jalanan yang mulai menyepi dan menyempit di hadapannya. Hanya tersisa beberapa mobil saja.
Ia kembali mengecek live location Sakura. Hanya tersisa kurang dari 100 meter. Hatinya mulai berdebar, adrenalin mulai mengalir begitu cepat. Dalam kurang dari 100 meter, ia mungkin akan bertemu dengan Sakura dan penculiknya. Ia bisa membayangkan Anko ada disana dan menyiksa Sakura. Tapi ia buru-buru menepis pikiran itu.
Dengan nekad, Naruto menambah laju kecepatan mobilnya untuk mendahului beberapa mobil di depan. Setiap melalui mobil, ia selalu melirik ke arah mobil itu, apakah Sakura ada disana? Hingga akhirnya, Naruto melewati sebuah mobil Van hitam. Ia melirik ke arah kursi penumpang dan… melihat sebuah kepala dengan rambut warna pink. Sangat nyentrik. Tidak salah lagi, itu pasti Sakura!
Naruto memeriksa live location Sakura sekali lagi dan benar, lokasinya sama dengan mobil Van hitam ini. Secercah harapan muncul baginya dan ia kembali bersemangat. Ia terus berusaha memepet mobil Van tersebut, tapi sialnya sepertinya si pengemudi sadar bahwa Ferrari oranye itu sedang membuntutinya.
Tanpa aba-aba, mobil Van yang dikendarai Goro si pirang melaju lebih cepat, meninggalkan mobil Naruto di belakang.
Kesal, Naruto terus mengejar mobil hitam itu. Mereka saling mengejar hingga masuk ke dalam gang sempit, berbelok kesana-kesini, hingga entah berapa banyak pot dan tempat sampah yang mereka tabrak.
Nekad, pengemudi Ferrari oranye itu berniat menabrakkan mobilnya ke Van hitam dengan harapan mobil itu bisa berhenti. Akhirnya setelah penuh pertimbangan yang tidak matang-matang amat, Naruto menginjak pedal gas, mobilnya melaju dengan kecepatan penuh. Ia benar-benar akan menabrakkan diri meski ia yakin Kushina akan mengamuk seperti setan merah jika tahu ia melakukan kegilaan ini.
Sedikit lagi…
Sedikit lagi…
Sedikit lagi…
NGIIIIIKKKKK…!
Tanpa disangka, mobil Van hitam itu berhenti mendadak, membanting stir ke kanan, dan menabrak tumpukkan sampah. Naruto yang sedang melaju sekencang-kencangnya sangat terkejut dan menginjak pedal rem sekuat tenaga.
BRUKKKK!
Tabrakan tidak bisa dihindari dan mobilnya menabrak bagian belakang mobil Van hitam yang sekarang tidak bergerak.
Apa yang baru saja terjadi?
Naruto yang masih agak pusing karena terbentur stir berusaha mencerna segalanya. Kenapa mobil itu tiba-tiba berhenti dan banting stir ke ka—
BRUKKK!
PRANGGG!
Ternyata, dari gang kecil di sebelah kiri tiba-tiba muncul sebuah motor yang menghadang mobil Van. Pengemudinya dengan cepat turun dari motor, membuka helm, dan melemparkan helm itu sekuat tenaga ke kaca mobil depan hingga hancur berkeping-keping.
Dengan amarah yang memuncak, pengemudi motor Harley-Davidson VR2 membuka paksa pintu pengemudi dan menyeret Goro yang masih terlihat shock karena tabrakan.
Goro yang kurus ditarik paksa keluar dari mobil dan dihajar habis-habisan oleh perempuan pengemudi motor itu. Ya, Tenten menghajar Goro seperti orang kesetanan. Ia benar-benar murka dengan pria yang mengancam keselamatan sepupu sekaligus sahabat terbaiknya.
Segala macam pukulan, tendangan, bantingan, hingga belasan tinju dilayangkan Tenten pada Goro yang sangat sial. Ia tidak sempat melawan karena Tenten betul-betul mengamuk tanpa jeda dan menghajarnya hingga titik darah penghabisan.
Tenten tidak bodoh, mana mungkin Sakura tiba-tiba mengirimkan live location jika tidak ada sesuatu yang gawat terjadi? Saat ia melihat Sakura tiba-tiba mengirimkan lokasinya, Tenten segera menghubungi gadis itu, tapi tidak ada jawaban. Perasaan Tenten sangat buruk dan ia dengan sigap mengendarai motornya untuk menyusul Sakura. Beruntung, ia melihat mobil Ferrari F8 Tributo custom oranye milik Naruto yang terlihat sedang mengejar mobil Van hitam.
Naruto tertegun melihat pemandangan itu. Ia tidak menyangka Tenten dengan balutan jaket kulit dan celana hitam itu benar-benar menghajar pria dewasa hingga hampir mati. Seakan tersadar dari lamunannya, Naruto segera keluar dari mobilnya yang agak hancur dan menghampiri mobil Van hitam. Dengan cepat ia membuka pintu kursi penumpang dan mendapati Sakura yang tidak sadarkan diri dengan luka lebam di dahinya.
Dengan hati-hati Naruto mengeluarkan tubuh kecil Sakura dari kursi penumpang, namun—
BRUAGH!
Naruto ditarik paksa dan dibanting oleh Moro si botak.
"Kau pikir apa yang akan kau lakukan, bocah!" lalu Moro yang tinggi dan berotot meninju Naruto tepat di bagian mata. Naruto meringis dan berusaha menyeimbangkan diri. Kini pandangannya terasa buram.
Naruto harus mengakui bahwa ia tidak pandai berkelahi. Moro berkali-kali berusaha meninjunya, namun pria berambut kuning itu hanya menghindar. Kepalanya masih sakit dan sekarang pandangannya buram, sial, ia pasti akan kalah jika begini terus.
Sejurus kemudian, Moro mengeluarkan sebilah pisau dari saku celananya. Naruto panik.
Gawat. Ini sangat gawat.
Moro berlari menerjang Naruto dengan pisau yang siap menghujam. Dengan cepat, Moro berusaha menancapkan pisau itu ke dada Naruto, tapi Namikaze muda itu menahannya dengan telapak tangan.
Darah segar mengalir dari luka menganga di telapak tangannya. Naruto kembali meringis.
Tanpa membuang waktu, Moro menarik pisaunya dan kini menargetkan leher Naruto, ketika ia siap menghujam leher lawan didepannya itu dengan pisau, tiba-tiba—
BRUGHHH!
Sebuah tendangan tinggi sukses menghantam kepala botak Moro dari belakang. Pria itu jatuh terhuyung dan pisaunya terlempar ke kolong mobil.
Tenten yang masih dikuasai amarah kembali menghajar Moro dengan ganas. Ia ingin menjadikan nasib Moro sama seperti Goro yang sudah tak sadarkan diri di tumpukan sampah. Berbeda dengan Goro, Moro mampu melawan Tenten. Tapi hal itu malah semakin menyulut amarah gadis 17 tahun tersebut. Setelah berkali-kali sparring dengan Zabuza, Moro tidak ada apa-apanya.
Tenten kembali melayangkan high kick ke kepala Moro dan sukses menghantamnya hingga pria botak itu terlempar dan kepalanya membentur tembok lalu pingsan.
Tanpa membuang waktu, gadis bersurai coklat itu menghampiri mobil Van hitam dan mengeluarkan Sakura dari kursi penumpang. Dengan cepat ia memeriksa seluruh tubuh Sakura, tidak tampak luka bekas aniaya kecuali dahinya yang lebam, kemungkinan terbentur saat tabrakan tadi.
Tenten menoleh ke arah Naruto yang masih tertegun dan memegangi telapak tangannya yang dipenuhi darah. Keadaan Naruto lumayan kacau dan rasa iba muncul dalam hati gadis itu.
"Senpai, kita harus ke rumah sakit sekarang."
.
.
.
.
.
PRANGGGG!
Gelas kaca itu hancur berkeping-keping. Pecahannya berceceran dilantai yang dingin di sebuah ruangan gelap.
Sasuke masih mendekam di kamarnya yang gelap dan dingin sejak kejadian itu. Fugaku benar-benar memutus aksesnya keluar rumah. Entah sampai kapan. Mikoto masih terus berusaha menghiburnya, tapi maaf, ia tidak ingin dihibur.
Perasaannya semakin buruk. Selain marah, tiba-tiba ia merasa cemas. Gelas yang jatuh biasanya merupakan pertanda buruk kan?
Tiba-tiba saja ia teringat dengan ponselnya yang sudah mati berhari-hari. Dengan malas ia mengambil ponselnya dan mulai mengisi dayanya yang sudah habis.
Puluhan miss call dan pesan dari Naruto langsung menyambutnya. Bahkan, ada beberapa miss call dan pesan dari Sakura yang menanyakan kabarnya. Ia tersenyum getir.
Tapi senyum itu segera sirna ketika ia melihat pesan terakhir dari Naruto.
From: Naruto
Message:
Sasuke kau dimana? Sakura mungkin dalam bahaya, hubungi aku secepatnya!
Dan seketika itu juga, jantung malang pria dingin itu rasanya seperti berhenti berdetak.
.
.
.
.
.
"BODOH!"
"TOLOL!"
"IDIOT!"
"KAU HANYA PUNYA SATU PEKERJAAN DAN GAGAL!" Amuk gadis berambut merah itu.
"M-maaf Karin-sa—"
"Cukup!" bentak Karin yang masih emosi melihat rencananya gagal total. Padahal, ia sudah matang-matang merencanakan ini dan menyuruh Anko untuk mengeksekusinya. Ia ingin bermain rapih dan tidak ingin mengotori tangannya sendiri, tapi…
"Tidak ada gunanya menyuruh orang-orang bodoh seperti kalian. Sepertinya aku harus turun tangan sendiri."
.
.
.
.
.
TBC
