Arriving Back

[pic]

" Harry, kamu nggak apa-apa? ", kali ini Harry memperhatikan gadis itu dengan cermat, tapi susah karena pandangannya samar.

" Her.. Hermione? ", tanya Harry pelan.

" Yah, it's me! Masa kamu lupa sih? "

" Ugh.. ", Harry berusaha bangkit, tapi itu tidak mungkin karena kepalanya masih pusing dan dia memegangi kepalanya kini, " efek potion itu kuat banget sih. "

" Kamu baru minum potion apa, Harry? Kamu dari mana aja sih? ", Hermione bertanya cemas.

" Sabar, Hermione. Aku harus menunggu pusingku ini hilang dulu baru aku cerita semuanya. "

" Baiklah, aku akan membuatkanmu sesuatu yang hangat, tunggu di sini. ", Hermione berlari ke dapur dan kembali beberapa menit kemudian membawa secangkir minuman hangat di tangannya.

" Ini minumannya, minumnya pelan-pelan saja. ", Hermione menyerahkan cangkir itu pada Harry dan Harry menyeruputnya pelan-pelan.

" Thanks, Hermione. Minumannya enak. "

" Sekarang sebaiknya kau beristirahat saja. Besok saja kau ceritakan padaku. Ok? Kau kelihatan capek banget sih. "

" Yah, aku akan tidur saja. Rasanya badanku ini seperti mau lepas satu per satu saja. "

Hermione tersenyum geli, " Ada-ada saja kamu. Ayo, kuantar ke kamarmu. ", Hermione memapah Harry menunju ke kamarnya. Setelah Harry merebahkan dirinya di ranjang, Hermione menuju kamar tamu dan tidur juga. **

Harry tiba di suatu tempat, gelap dan dingin. Harry berjalan pelan, karena takut menabrak sesuatu. Kemudian ia menemukan pintu yang sedikit terbuka, jadi cahaya di dalamnya bisa sedikit terlihat. Harry mendekati pintu itu, lalu didengarnya suara-suara berbicara.

" Kita harus segera menemukan benda itu, bila tidak tamatlah riwayat kita. Master pasti akan membunuh kita. ", kata suara yang kecil dan bergetar.

" Aku tahu. Parchment of Evil sangat penting bagi Master, jika kita tidak menemukannya segera mungkin Master akan murka. Ingat, kemarin dia tiba di kamp kita dedngan marah-marah. Kupikir dia akan kembali dengan membawa Parchment of Evil. ", kata suara kedua yang sedikit besar seperti suara orang gemuk. Harry semakin merapatkan telinganya di pintu untuk endengarkan mereka dengan seksama.

" Bukankah Master bilang dia akan mencari seorang istri? "

" Memang, aku rasa dia sudah menikah, tapi yang dia nikahi bukan sembarang perempuan tapi penyihir hitam. Karena kulihat kemarin Master sudah bisa membuat retakan di lantai setiap dia berjalan, aku rasa kekuatannya sudah bertambah. "

" Benar juga. "

" Malam ini malam terakhir kita untuk bersantai, besok kita harus kerja keras mencari Parchment of Evil. "

" Yap. ", Harry mengintip pelan ke dalam ruangan itu. Dia tidak melihat ada makhluk apapun di dalamnya. Harry memperhatikan di dalam ruangan tersebut, tak terlihat benda-benda yang spesial. Hanya ada perapian, dua buah sofa, sebuah meja kecil, dan sebuah lemari. Harry tanpa terasa sedikit demi sedikit mulai memasuki ruangan itu. Harry pikir, siapa tadi yang berbicara. Mereka membicarakan tentang Parchment of Evil, Master, entah apa lagi. Sepertinya hal-hal itu penting sekali. Dan entah siapa atau apa yang dimaksud dalam pembicaraan itu. Tiba-tiba ruangan tempat Harry berdiri itu kini mulai menjauh, Harry mulai menjauhi pintu itu tanpa bergerak sedikitpun, Harry terus masuk dalam kegelapan yang dingin dan kelam.

Saat itu pula, Harry terbangun di tempat tidurnya dengan bersimbah keringat.

" Phew! What a dream! Kenapa sudah beberapa hari ini aku terus mengingat mimpiku ya? ", Harry bertanya pada dirinya sendiri. Dia melihat jam dindingnya, tepat pukul 06 pagi.

" God! Aku terlambat! ", Harry bergegas beranjak dari tempat tidurnya, masuk ke kamar mandi hanya untuk menggosok giginya dan buang air, lalu dia mengganti baju tidurnya. Buru-buru ia keluar kamar dan hampir bertabrakan dengan Hermione yang membawa sebuah piring dengan dua telur di atasnya.

" Watch out! Harry, kamu jalan hati-hati dong! ", Protes Hermione.

" Sorry, ", Harry memandangi Hermione, " kenapa kamu masih pakai piyama? Kita sudah terlmbat! "

" Terlambat? Terlambat apa maksudmu? ", Hermione lalu segera menyadari bahwa yang dimaksud Harry terlambat adalah masuk kerja, " oh, terlambat ke Kementrian Sihir maksudmu? " Hermione tertawa kecil.

" Kenapa kau malah tertawa, ayo cepat ganti bajumu. ", perintah Harry.

" Tidak mau. Sudahlah Harry, kamu jangan berpikir pekerjaan dulu, sekarang kan hari minggu, ", Hermione menahan tawanya, " waktu santai kita, jadi ayo makan dulu. "

" Minggu? "

" Uh-huh. ", Hermione menjawab dengan menganggukkan kepalanya dan menaruh piring berisi telur di meja makan.

Wajah Harry memerah padam, " aku tak tahu kalau sekarang minggu. Duh, malunya aku. "

Hermione cuma tersenyum, " duduklah di sini, Harry. Kita nikmati sarapan sambil kau menceritakan apa yang telah terjadi selama kau pergi. "

Harry duduk di kursi lalu mengambil sepotong roti di meja makan lalu mengunyahnya, " akfhu.. vertemu Ron. "

" Telan dulu dong, Harry. Pelan-pelan saja. "

Harry menelan rotinya, " begini, kristal kemarin itu ternyata sebuah pedang. Namanya Crystal Sword, pedang itu menuntunku ke sebuah hutan. Di sana aku bertemu Ron yang ternyata menikahi seorang iblis. ", Harry berhenti sebentar, " aku benar-benar tak percaya, ternyata Ron punya kekuatan jahat, Hermione. Lalu aku bertemu dengan seorang penyihir bernama Olaf, dia mengatakan bahwa aku adalah orang terpilih untuk menghancurkan Haela. Haela adalah iblis yang dinikahi Ron itu. Sebenarnya aku sendiri bingung, kenapa semua itu harus terjadi. Kau tahu Hermione, ternyata Ronlah yang telah membunuh witch itu di mansionnya, dia membunuh witch itu untuk menyerap kekuatannya. "

" Aku benar-benar tak percaya, " Hermione memegangi dahinya, " Ron benar-benar telah berubah. Sekarang dia sudah menjadi jahat, Harry. Dan kini, dia hobi membunuh witches untuk menyerap kekuatan mereka, untuk apa sih? "

" Waktu itu kalo tidak salah dia bilang dia menginginkan kekuatan lebih untuk menguasai alam semesta, selain itu dia juga ingin mendapatkan ... apa ya? Oh ya, Parchment of Evil! ", setelah Harry menyebutkan nama itu, mendadak ia ingat akan mimpinya.

" Ada apa, Harry? "

" Tidak, Parchment of Evil itu, aku ingat. "

" Ingat apa? "

" Parchment of Evil itu, aku baru saja memimpikannya semalam. Aku mendengar dua orang berbicara mengenai Parchment of Evil, lalu mereka membicarakan tentang master mereka yang baru saja menikah. "

Mata Hermione membelalak, " mungkinkah, mungkinkah semua itu ada hubungannya dengan Ron? "

" Mungkin saja. "

" Harry, aku rasa kau dan Ron terus dipertemukan lewat mimpi. Kau tahu apa maksudnya semua ini? "

" Aku tak tahu. Mungkin saja. "

" Harry, kita harus melakukan sesuatu. Kita harus mencari tahuu penyebab semua ini, kenapa kau terus diberi mimpi-mimpi tentang Ron ataupun yang berhubungan dengannya. "

" Ya, tapi bagaimana? ", Harry dan Hermione sama-sama diam, rupanya memikirkan cara menyelidiki hal ini.

" Sudahlah, aku menyerah kalau untuk memikirkan bagaimana mengetahui permulaan dari hubungan mimpiku dengan Ron. ", kata Harry akhirnya.

" Ah, Harry, kita tidak boleh menyerah dong. Kau tahu, dulu James selalu bilang kalau kita tidak boleh menyerah pada sesuatu hal, tidak selama masih ada cara untuk berjuang. ", Hermione mengeluh.

" James! ", Harry tiba-tiba berteriak.

" A..ada apa? Harry! Kau ini mengagetkanku saja, jangan tahu-tahu teriak gitu dong. ", protes Hermione.

" Maaf, tapi mendadak aku ingat James. Kau tahu bagaimana keadaannya sekarang? "

" Ya ampun. Semalam kemarin aku tak melakukan apapun kecuali menunggumu kembali. Akhirnya, kau kembali juga.. Aku juga belum tahu perkembangannya James. Bagaimana kalau kita menjenguknya sekarang? "

" Aku setuju. Kita ke sana sekarang? "

" Ya. Aku ganti baju dulu ya? "

" Iya, cepatlah. ", Harry ingat perkamen yang dulu digenggam James, " jangan lupa bawa perkamen yang dulu dipegang James! ", teriak Harry ketika Hermione sudah masuk ke kamarnya.

" Iya! ", balas Hermione teriak juga.

Kemudian Hermione keluar dari kamarnya dengan tergopoh-gopoh, Harry segera mengajak Hermione untuk berangkat ke St. Mungo's.

Ketika sampai, mereka segera menuju kamar James untuk menemuinya. Tapi sayang, saat mereka berada di kamar James, James tak ada di tempat tidurnya.

" Hermione, kau tahu di mana James? Kenapa dia tak ada di tempat tidurnya? Kita tidak salah kamar kan? ", tanya Harry cemas.

" Aku tak tahu, Harry, aku tak tahu. Kau jangan bertanya begitu, aku jadi cemas nih. "

" Tenang, kita tanya pada matron saja. ", Harry segera keluar untuk mencari matron. Lalu ditemuinya seorang.

" Miss, Anda tahu di mana pasien kamar 313? James Harold namanya. "

" Oh, pasien di kamar itu sedang berada di taman. Dia baru saja sadar dari bekunya dini hari kemarin. ", jawab matron itu.

" Oh. Terima kasih, Miss. ", matron itu mengangguk lalu Harry meninggalkannya, kembali ke Hermione.

" Hermione? ", tanya Harry ketika kembali ke kamarnya James.

" Ya, Harry. Aku di sini. ", rupanya Hermione sedang meneliti perkamen yang dulu digenggam James, " bagaimana James? "

" James, ternyata dia sudah sadar. Sekarang ada di taman, kata seorang matron tadi. "

" Oh, benarkah? Berita yang sungguh menyenangkan. Ayo kita temui James! ", ajak Hermione. Kelihatannya Hermione begitu gembira dengan sadarnya James dari beku. Kemudian mereka berdua segera menuju ke taman di mana James berada.

Hermione melihat James duduk di sebuah bangku kayu, lalu Hermione memanggil James. James menoleh, tersenyum, lalu melambaikan tangannya, Hermione dan Harry membalasnya. Hermione berlari kecil ke arah James.

" James, bagaimana kabarmu? Kau sudah baikan ya? Kapan sih sadarmu? Kita berdua kangen banget sama kamu. ", Hermione duduk di samping James sambil bertanya berbagai pertanyaan. James hanya bisa tersenyum dan memerah wajahnya.

" Hermione, dia baru saja sadar, kamu jangan terlalu banyak bertanya. Bisa-bisa dia pusing, lalu beku lagi. Kau mau menanggungnya? ", potong Harry.

" Ya nggak dong. James, jawab dong? ", jawab Hermione.

" Mmh.. yah, aku baru saja sadar kemarin tengah malam. Saat aku bangun, rasanya badanku pegal sekali. Soalnya, rasanya seperti bertahun- tahun nggak mengerakkan badan. ", James akhirnya bicara.

" Wah, badan pegal ya? Aku kasih potion anti capek mau ya? James, cerita dong apa yang sudah terjadi. ", mendadak wajah Hermione menjadi serius. Harry yang mendengar pertanyaan Hermione pada James jadi teringat juga.

" Benar, James. Katakan apa yang terjadi. ", Harry menimpali.

" Baiklah. Sebenarnya aku sendiri tidak mengerti, kenapa aku menjadi korban. Okay, waktu itu aku datang pagi-pagi sekali ke kantor Harry. Aku ingin menemuimu, tapi ternyata kau belum datang. ", James menoleh pada Harry, " kemudian aku menemukan sebuah kiriman aneh di meja Harry. Kupikir, apa salahnya dibuka. "

" James! It's rude to open someone else's package! Apalagi kau belum izin pada Harry. ", Hermione memarahi James. James cuma bisa nyengir.

" Sudahlah, Hermione. Tidak apa-apa. Teruskan ceritanya, James. ", Harry membela James.

" Aku teruskan. Maaf, Harry. ", James memasang wajah memelas dan Harry hanya tersenyum, " aku membuka kiriman itu. Saat kubuka, cuma ada satu perkamen yang jelek sekali dan kosong. Waktu aku sedang meneliti perkamen itu, tiba-tiba datang seseorang berjubah coklat tua dan mengenakan kerudungnya. Aku merasakan ada aura jahat di sekitarnya. Lalu dia berbicara, dia mengatakan dia menginginkan perkamen yang aku pegang. Aku pikir, untuk apa dia menginginkan perkamen kosong seperti itu. Dia malah membentakku untuk cepat memberikan perkamen itu. Aku bilang, itu bukan milikku ataupun miliknya, itu milik Harry. Dia semakin marah lalu dia memantraiku dan beberapa detik kemudian aku tak sadar diri. Aku sungguh beruntung masih mengingat semua itu. ", James mengambil napas dalam-dalam.

" Apakah kamu bisa melihat wajahnya saat itu? ", tanya Harry.

" Tidak. Dia menutupinya dengan kerudung jubahnya. Tapi aku yakin dia seorang laki-laki. Memangnya kenapa? ", jawab James.

" Aku rasa aku tahu siapa yang melakukan hal itu terhadapmu. ", kata Harry.

" Benarkah? ", tanya James dan Hermione hampir bersamaan.

" Iya. Aku sudah bertemu dengannya. "

" Siapa, Harry? ", tanya Hermione cemas.

" Aku rasa kau sudah tahu siapa pelakunya, Hermione. "

" Apa? Aku nggak ngerti maksudmu. ", Hermione bertanya dengan bingung.

" Well, it's Ron, Hermione. ", jawab Harry. **