EPILOGUE
[pic]
" Harry! Harry bangun! Kami ada kejutan untukmu! ", Hermione menggoyang-goyang tubuh Harry. Harry mengerjap-ngerjapkan matanya sebentar lalu menggeliat pelan dan memperhatikan sekelilingnya.
Rupanya Hermione dan James sudah datang pagi-pagi sekali. Dan mereka menemukan dua kejutan untuknya.
Harry terbaring di tempat tidur Ron, dan di sebelahnya Ron sudah raib entah kemana. Harry celingukan, Hermione dan James hanya memandangnya yang sedang bingung dengan penuh senyum.
" Di mana Ron? Kenapa dia hilang? ", Harry tanya dengan penuh kebingungan dan kekhawatiran.
" Tenanglah, Harry. Kau jangan bingung seperti itu dong? Would you just relax. Ron nggak akan kabur kemana-mana kok. ", Hermione menjawab pertanyaan Harry masih dengan penuh senyum.
James yang berdiri mepet dengan Hermione juga mengumbar senyum terus dari tadi, dan mereka sepertinya menyembunyikan sesuatu di belakang mereka.
" Ada apa di belakang kalian? Sepertinya kalian menutupi sesuatu? ", Harry bertanya dengan curiga.
Hermione dan James sekarang sudah mulai terkiki, dan akhirnya mereka tidak merapat lagi. Sekarang yang berada di hadapan Harry ada dua orang penyihir. Satunya seorang penyihir laki-laki gagah, tegap, tinggi, rambutnya merah, dan pipinya berbintik-bintik merah juga. Harry mengenalnya sebagai Ron, sahabatnya ketika di Hogwarts dulu sampai sekarang. Ron tersenyum padanya, dan Harry membalas senyumannya dedngan senyum yang lebar.
Harry memandang penyihir satunya lagi. Seorang wanita, cantik dan masih muda. Rambutnya coklat bergelombang, matanya biru, dan baju warna merah muda lembut yang dipakainya membuatnya tambah kelihatan manis. Tapi, Harry tak mengenalnya.
" Harry, ini Ron. Ron, ini Harry. ", Hermione iseng mengenalkan Harry pada Ron dan sebaliknya. Langsung tawa meledak diantara mereka bertiga.
" Hermione, kalau itu aku sudah tahu. Bagaimana kalau kau mengenalkanku gadis cantik ini saja? ", Harry berkata dengan penuh percaya diri.
" Oh. Bilang saja kau mau kenalan sedari tadi. ", Hermione tertawa sebentar, " Harry, ini Lady. Lady, ini Harry. "
Harry terkejut dan melongo, tak percaya bahwa gadis secantik itu tadinya seekor kucing yang bisa berbicara. Lady membungkukkan badannya seperti layaknya seorang putri memberi salam pada orang yang disapanya.
James memperhatikan Harry seperti orang yang baru kesurupan, lalu disenggolnya Harry supaya sadar kembali.
" Harry, kenapa diam saja? Ucapkan sesuatu dong? ", kata James.
Harry tergagap dan kembali sadar dari lamunannya.
" Oh? Apa? Maaf.. halo Lady. Senang bertemu denganmu. ", tukas Harry.
" Senang bertemu denganmu juga, Mr. Potter. ", Lady menjawab dengan suaranya yang khas dan lembut. Hanya saja sudah tidak ada kata 'Meong' yang membatasi dialognya.
Ron memotong kesenangan Harry dan Lady yang sedang bertegur sapa.
" Jadi, kalau ada perempuan cantik dan di sampingnya ada sahabatnya, perempuan itu yang terlebih dahulu disapa? Begitu ya sama teman lama? ", kata Ron sedikit sengit tapi sambil bercanda.
Semuanya-Harry, Hermione, James, dan Lady- menoleh pada Ron. Harry menggaruk kepalanya dan merasa bersalah, lalu bangkit dari tempat tidur.
Harry memeluk Ron, " halo, Ron! Sahabat lamaku! Apa kabarmu? Kau sudah baik-baik saja ya sekarang? Aku rindu sekali padamu. ", Harry melepaskan pelukannya dan memandang Ron lama sekali. Ron hanya membalas tatapan Harry dengan ekspresi yang seolah mengatakan 'Apa sih maunya anak ini? '
Sebenarnya semua orang di ruangan itu juga memandang Harry dengan aneh. Harry langsung salah tingkah.
" Eh, maaf. Aku terlalu berlebihan ya? ", tanya Harry.
Lalu tawa meledak di ruangan itu. Semuanya memeluk Harry erat, termasuk Ron, kecuali Lady. Kemudian semuanya bercanda tawa, berkumpul lagi seperti sedia kala. Ron sudah sangat sehat, dan sepertinya ia tidak ingat apa-apa akan kejadian beberapa waktu yang lalu. Kejadian-kejadian yang membuat Harry, Hermione, James, Kalan, dan Lady sempat kewalahan.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, semua menoleh untuk melihat siapa yang mengetuk. Ternyata Kalan yang mengetuk. Ia membawakan sekantung makanan untuk semuanya.
" Hai semua. Ini kubawakan makanan untuk kalian semua. Kuharap kalian suka. Lady, ini ayam goreng kesukaanmu. ", seru Kalan. Kini Kalan tampak lebih segar, rambutnya yang sebagian sudah keperakan kini lebih tertata rapi, wajahnya pun tampak lebih ceria. Mungkin karena Lady sudah kembali ke wujud manusianya.
" Terima kasih, Kalan. ", semuanya mengucap terima kasih pada Kalan ketika menerima makanan dari Kalan. Rupanya mereka kelaparan semua.
Lady belum memakan ayam goreng yang diberi Kalan.
" Kalan, aku.. ", ujar Lady lembut.
" Iya? ", balas Kalan.
" Aku terima kasih padamu karena telah mengembalikanku kembali menjadi manusia. Dan aku sangat berterima kasih atas segala yang telah kau lakukan untukku selama ini. "
" Ya ampun, Lady. Untuk apa kau berkata seperti itu? Aku adalah seorang laki-laki, laki-laki bertugas untuk melindungi seorang wanita. Apalagi wanita itu adalah saudaranya sendiri. Sudahlah, ayo segera makan ayam gorengnya, nanti keburu dingin jadi tidak enak deh. ", ujar Kalan.
" Oh, baiklah. Kau memang saudara yang sangat pengertian. ", kata Lady.
Kalan tidak menanggapinya, dia hanya memalingkan wajahnya dan wajahnya pun mulai memerah.
Semuanya hari itu berbahagia. Tak ada lagi kekuatan kegelapan yang datang ingin menghancurkan dunia sihir. Tak ada lagi sahabat baik yang berubah menjadi iblis. Tak ada lagi yang terkena kutukan. Semuanya sudah kembali seperti semula. Bahkan kini ada berita baik juga, The Next Marauders sudah terbentuk. Harry, Hermione, Ron, dan James akan melanjutkan ketenaran The Marauders yang dulu.
Tiba-tiba ruangan di mana mereka berenam bekumpul menjadi gelap, mungkin mati lampu.
....
....
" Mau pakai lumos? ", tawar Harry.
" Jangan! Biar seru begini. Bagaimana kalau kita juga coba bermain dalam gelap seperti ini? ", kali ini Hermione yang menawarkan usulnya.
" Bagaimana kalau kita mencium dalam kegelapan? ", usul James. James sudah membayangkan kalau dia bisa mencium Hermione, maka...
" Sudah! Tak usah berpikir lama-lama. Ayo kita lakukan sekarang. Dalam hitungan ketiga! 1.. 2.. 3!", Ron memotong impian James dan sekarang dia sedang memburu 'korban' untuk diciumnya.
!CUP!
Terdengar kecupan di seluruh ruangan itu. Sepertinya ada yang bernafsu sekali mencium. Tiba-tiba ada yang menyalakan lumos.
Rupanya Harry yang telah menyalakan Lumos. Dia menyalakannya karena seseorang telah menciumnya. Karena kagetnya, dinyalakanlah lumos. Dan ternyata, Lady yang menciumnya!
Lady juga terkejut karena tiba-tiba ruangan itu terang sekali. Kemudian ia menjauhkan dirinya dari Harry. Harry memandang Lady dengan perasaan takjub, sedang Lady hanya menunduk malu.
Yang lainnya.. Hermione tak sengaja mencium Ron, tapi hanya di pipi. Sedang James.. ia sibuk menekan-nekan bibirnya pada tembok. Ketika sadar ia sedang menciumi tembok, ia langsung melap bibirnya dengan jubahnya. ('Hoek!'). Sementara itu Kalan hanya duduk dan memandang James dengan tawa renyah.
" Ma.. maaf. Aku tak sengaja. ", kata Lady pada Harry dengan terbata- bata.
" Tidak apa-apa. ", Harry menjawab dengan berusaha santai. Entah mengapa, dada Harry berdegup kencang ketika semakin memandang Lady.
Sementara itu, Hermione mengomel pada Ron karena telah menciumnya. Sedang Ron memprotes, karena Hermione dululah yang menciumnya. Akhirnya, mereka terus berdebat tanpa titik koma.
Lady memutuskan untuk bersikap biasa saja, " Mr. Potter, kita lupakan saja yang tadi. Kita seharusnya bersenang-senang saja. Benar tidak? "
Yah, memang sebenarnya mereka semua patut mendapat kebahagiaan. Lebih dari kebahagiaan. Dan masalah Ron tak sengaja mencium Hermione atau sebaliknya, itu hanya masalah kecil. Hal kecil yang membumbui kebahagiaan. Atau James yang masih tak terima karena salah mencium tembok ('Seharusnya aku mencium Hermione! Bukan tembok!'). Semua itu bumbu kehidupan. Termasuk peristiwa yang telah menimpa Ron dan membuat Harry berjuang keras untuknya. Semua itu hanyalah alur-alur kehidupan. Apa lagi yang bisa dilakukan oleh manusia selain mengikuti aliran kehidupan?
The End
[pic]
" Harry! Harry bangun! Kami ada kejutan untukmu! ", Hermione menggoyang-goyang tubuh Harry. Harry mengerjap-ngerjapkan matanya sebentar lalu menggeliat pelan dan memperhatikan sekelilingnya.
Rupanya Hermione dan James sudah datang pagi-pagi sekali. Dan mereka menemukan dua kejutan untuknya.
Harry terbaring di tempat tidur Ron, dan di sebelahnya Ron sudah raib entah kemana. Harry celingukan, Hermione dan James hanya memandangnya yang sedang bingung dengan penuh senyum.
" Di mana Ron? Kenapa dia hilang? ", Harry tanya dengan penuh kebingungan dan kekhawatiran.
" Tenanglah, Harry. Kau jangan bingung seperti itu dong? Would you just relax. Ron nggak akan kabur kemana-mana kok. ", Hermione menjawab pertanyaan Harry masih dengan penuh senyum.
James yang berdiri mepet dengan Hermione juga mengumbar senyum terus dari tadi, dan mereka sepertinya menyembunyikan sesuatu di belakang mereka.
" Ada apa di belakang kalian? Sepertinya kalian menutupi sesuatu? ", Harry bertanya dengan curiga.
Hermione dan James sekarang sudah mulai terkiki, dan akhirnya mereka tidak merapat lagi. Sekarang yang berada di hadapan Harry ada dua orang penyihir. Satunya seorang penyihir laki-laki gagah, tegap, tinggi, rambutnya merah, dan pipinya berbintik-bintik merah juga. Harry mengenalnya sebagai Ron, sahabatnya ketika di Hogwarts dulu sampai sekarang. Ron tersenyum padanya, dan Harry membalas senyumannya dedngan senyum yang lebar.
Harry memandang penyihir satunya lagi. Seorang wanita, cantik dan masih muda. Rambutnya coklat bergelombang, matanya biru, dan baju warna merah muda lembut yang dipakainya membuatnya tambah kelihatan manis. Tapi, Harry tak mengenalnya.
" Harry, ini Ron. Ron, ini Harry. ", Hermione iseng mengenalkan Harry pada Ron dan sebaliknya. Langsung tawa meledak diantara mereka bertiga.
" Hermione, kalau itu aku sudah tahu. Bagaimana kalau kau mengenalkanku gadis cantik ini saja? ", Harry berkata dengan penuh percaya diri.
" Oh. Bilang saja kau mau kenalan sedari tadi. ", Hermione tertawa sebentar, " Harry, ini Lady. Lady, ini Harry. "
Harry terkejut dan melongo, tak percaya bahwa gadis secantik itu tadinya seekor kucing yang bisa berbicara. Lady membungkukkan badannya seperti layaknya seorang putri memberi salam pada orang yang disapanya.
James memperhatikan Harry seperti orang yang baru kesurupan, lalu disenggolnya Harry supaya sadar kembali.
" Harry, kenapa diam saja? Ucapkan sesuatu dong? ", kata James.
Harry tergagap dan kembali sadar dari lamunannya.
" Oh? Apa? Maaf.. halo Lady. Senang bertemu denganmu. ", tukas Harry.
" Senang bertemu denganmu juga, Mr. Potter. ", Lady menjawab dengan suaranya yang khas dan lembut. Hanya saja sudah tidak ada kata 'Meong' yang membatasi dialognya.
Ron memotong kesenangan Harry dan Lady yang sedang bertegur sapa.
" Jadi, kalau ada perempuan cantik dan di sampingnya ada sahabatnya, perempuan itu yang terlebih dahulu disapa? Begitu ya sama teman lama? ", kata Ron sedikit sengit tapi sambil bercanda.
Semuanya-Harry, Hermione, James, dan Lady- menoleh pada Ron. Harry menggaruk kepalanya dan merasa bersalah, lalu bangkit dari tempat tidur.
Harry memeluk Ron, " halo, Ron! Sahabat lamaku! Apa kabarmu? Kau sudah baik-baik saja ya sekarang? Aku rindu sekali padamu. ", Harry melepaskan pelukannya dan memandang Ron lama sekali. Ron hanya membalas tatapan Harry dengan ekspresi yang seolah mengatakan 'Apa sih maunya anak ini? '
Sebenarnya semua orang di ruangan itu juga memandang Harry dengan aneh. Harry langsung salah tingkah.
" Eh, maaf. Aku terlalu berlebihan ya? ", tanya Harry.
Lalu tawa meledak di ruangan itu. Semuanya memeluk Harry erat, termasuk Ron, kecuali Lady. Kemudian semuanya bercanda tawa, berkumpul lagi seperti sedia kala. Ron sudah sangat sehat, dan sepertinya ia tidak ingat apa-apa akan kejadian beberapa waktu yang lalu. Kejadian-kejadian yang membuat Harry, Hermione, James, Kalan, dan Lady sempat kewalahan.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu, semua menoleh untuk melihat siapa yang mengetuk. Ternyata Kalan yang mengetuk. Ia membawakan sekantung makanan untuk semuanya.
" Hai semua. Ini kubawakan makanan untuk kalian semua. Kuharap kalian suka. Lady, ini ayam goreng kesukaanmu. ", seru Kalan. Kini Kalan tampak lebih segar, rambutnya yang sebagian sudah keperakan kini lebih tertata rapi, wajahnya pun tampak lebih ceria. Mungkin karena Lady sudah kembali ke wujud manusianya.
" Terima kasih, Kalan. ", semuanya mengucap terima kasih pada Kalan ketika menerima makanan dari Kalan. Rupanya mereka kelaparan semua.
Lady belum memakan ayam goreng yang diberi Kalan.
" Kalan, aku.. ", ujar Lady lembut.
" Iya? ", balas Kalan.
" Aku terima kasih padamu karena telah mengembalikanku kembali menjadi manusia. Dan aku sangat berterima kasih atas segala yang telah kau lakukan untukku selama ini. "
" Ya ampun, Lady. Untuk apa kau berkata seperti itu? Aku adalah seorang laki-laki, laki-laki bertugas untuk melindungi seorang wanita. Apalagi wanita itu adalah saudaranya sendiri. Sudahlah, ayo segera makan ayam gorengnya, nanti keburu dingin jadi tidak enak deh. ", ujar Kalan.
" Oh, baiklah. Kau memang saudara yang sangat pengertian. ", kata Lady.
Kalan tidak menanggapinya, dia hanya memalingkan wajahnya dan wajahnya pun mulai memerah.
Semuanya hari itu berbahagia. Tak ada lagi kekuatan kegelapan yang datang ingin menghancurkan dunia sihir. Tak ada lagi sahabat baik yang berubah menjadi iblis. Tak ada lagi yang terkena kutukan. Semuanya sudah kembali seperti semula. Bahkan kini ada berita baik juga, The Next Marauders sudah terbentuk. Harry, Hermione, Ron, dan James akan melanjutkan ketenaran The Marauders yang dulu.
Tiba-tiba ruangan di mana mereka berenam bekumpul menjadi gelap, mungkin mati lampu.
....
....
" Mau pakai lumos? ", tawar Harry.
" Jangan! Biar seru begini. Bagaimana kalau kita juga coba bermain dalam gelap seperti ini? ", kali ini Hermione yang menawarkan usulnya.
" Bagaimana kalau kita mencium dalam kegelapan? ", usul James. James sudah membayangkan kalau dia bisa mencium Hermione, maka...
" Sudah! Tak usah berpikir lama-lama. Ayo kita lakukan sekarang. Dalam hitungan ketiga! 1.. 2.. 3!", Ron memotong impian James dan sekarang dia sedang memburu 'korban' untuk diciumnya.
!CUP!
Terdengar kecupan di seluruh ruangan itu. Sepertinya ada yang bernafsu sekali mencium. Tiba-tiba ada yang menyalakan lumos.
Rupanya Harry yang telah menyalakan Lumos. Dia menyalakannya karena seseorang telah menciumnya. Karena kagetnya, dinyalakanlah lumos. Dan ternyata, Lady yang menciumnya!
Lady juga terkejut karena tiba-tiba ruangan itu terang sekali. Kemudian ia menjauhkan dirinya dari Harry. Harry memandang Lady dengan perasaan takjub, sedang Lady hanya menunduk malu.
Yang lainnya.. Hermione tak sengaja mencium Ron, tapi hanya di pipi. Sedang James.. ia sibuk menekan-nekan bibirnya pada tembok. Ketika sadar ia sedang menciumi tembok, ia langsung melap bibirnya dengan jubahnya. ('Hoek!'). Sementara itu Kalan hanya duduk dan memandang James dengan tawa renyah.
" Ma.. maaf. Aku tak sengaja. ", kata Lady pada Harry dengan terbata- bata.
" Tidak apa-apa. ", Harry menjawab dengan berusaha santai. Entah mengapa, dada Harry berdegup kencang ketika semakin memandang Lady.
Sementara itu, Hermione mengomel pada Ron karena telah menciumnya. Sedang Ron memprotes, karena Hermione dululah yang menciumnya. Akhirnya, mereka terus berdebat tanpa titik koma.
Lady memutuskan untuk bersikap biasa saja, " Mr. Potter, kita lupakan saja yang tadi. Kita seharusnya bersenang-senang saja. Benar tidak? "
Yah, memang sebenarnya mereka semua patut mendapat kebahagiaan. Lebih dari kebahagiaan. Dan masalah Ron tak sengaja mencium Hermione atau sebaliknya, itu hanya masalah kecil. Hal kecil yang membumbui kebahagiaan. Atau James yang masih tak terima karena salah mencium tembok ('Seharusnya aku mencium Hermione! Bukan tembok!'). Semua itu bumbu kehidupan. Termasuk peristiwa yang telah menimpa Ron dan membuat Harry berjuang keras untuknya. Semua itu hanyalah alur-alur kehidupan. Apa lagi yang bisa dilakukan oleh manusia selain mengikuti aliran kehidupan?
The End
