Naruto belongs to Masashi Kishimoto. Tidak ada keuntungan apapun yang diambil dari penulisan fanfiksi ini.
Childhood friends!AU
[SasuSaku slight GaaSaku]
Beware of OOC, typos and other stuffs.
Enjoy!
Sasuke mengenalnya dengan baik.
Sosok berhelai merah muda yang tinggal hanya berjarak dua blok dari rumahnya. Yang begitu cerewet, yang selalu datang mengunjunginya di akhir pekan sembari membawa buah-buahan, atau sekadar ingin dibantu mengerjakan tugas sekolah. Figurnya tidak terlalu tinggi, miliki iris zamrud yang kalau boleh jujur, cantik sekali.
Ia mengenalnya dengan begitu baik. Haruno Sakura, si gadis rupawan yang selalu membuatnya menghela nyaris setiap waktu sebab tingkahnya yang ciamik. Adakalanya Sasuke dibuat kesal (ah, sebetulnya sering sekali) ketika jendela kamarnya diketuk, kemudian dikagetkan begitu mendapati wajah pucat yang disoroti senter dari bawah. Atau seperti jatah sepotong ayam di bentonya yang direnggut paksa, yang jikalau nantinya dimarahi, hanya akan tertawa saja seolah tanpa dosa. "Haha. Sasuke-kun lucu sekali kalau marah!"
Terhitung telah dua puluh lima tahun Sasuke mengenalnya. Sosok yang dulu, dulu sekali, menemaninya mengayuh sepeda menuju sekolah, yang di tengah perjalanan akan berteriak, "Siapa yang terakhir sampai harus meneraktir makan siang!" Yang terkadang menyelinap di kamarnya, meminjam bahu untuk menangis, mengharuskannya membagi ranjang di sela-sela malam, serta menyungging senyum manis selagi bersitatap. "Aku ingin selalu bersama Sasuke-kun."
Bagaimanapun, Sasuke mengenal gadis itu sebagai figur yang katanya gemar dengan pakaian bermotif floral, dan cokelat, dan kukis kismis. Yang selalu mengingatkan agar tidur teratur, yang membawa masakan ketika sang ibu tidak di rumah. Yang teramat berharga baginya, seorang teman yang dalam waktu-waktu usang itu tanpa permisi menjadi tempat hatinya berlabuh. Dunianya, cintanya—segalanya. "Maukah kau tetap bersamaku, Sasuke-kun?"
Dia, Sakura—yang kini, di bawah bentangan langit biru, tengah berdiri tak jauh di hadapan. Menggenggam buket bunga cantik, kenakan gaun putih panjang yang begitu menawan. Riasannya tak terlalu tebal, rambut disanggul dengan mahkota kecil hiasi puncuk kepala. Pantai yang ditemani deru ombak menjadi latar belakang tatkala langkahnya pelan menuju altar. Yang membawa senyuman kecil kemudian terlukis. Yang iris zamrudnya membias penuh bahagia.
"Apakah engkau, Haruno Sakura, bersedia menerima Sabaku Gaara sebagai pasanganmu dalam suka maupun duka, dalam sakit maupun sehat, kaya maupun miskin, hingga maut memisahkan?"
Di sela tangis-tangis haru, dekorasi bebungaan yang tampak elok, netranya terpejam selagi sesuatu seolah telak menghantam dada. Kilasan roda sepeda yang menapaki aspal membayang di kepala. Bel yang berdengung, suara-suara jangkrik di kebun tempat Sakura merawat bunga mataharinya, langkah-langkah kaki di koridor sekolah, serta teriakan yang membekas, "Sasuke-kun, ayo, pulang bareng!"
Ah. Sasuke memang mengenal gadis itu dengan baik. Gadis yang begitu cerewet, yang selalu datang mengunjungi apartemennya di akhir pekan sembari membawa makanan, atau sekadar ingin berkonversasi ringan. Figurnya tidak terlalu banyak berubah. Hanya bertambah tinggi dengan helai yang sering diikat, pakaiannya selalu kasual, tipikal pegawai kantoran, miliki iris zamrud yang kalau boleh jujur, cantik sekali. Dia, Haruno Sakura—cintanya, segalanya—gadis yang bahkan setelah dua puluh lima tahun berlalu, tak akan pernah menjadi miliknya.
"Ya, saya bersedia."
"Kita teman selamanya, 'kan, Sasuke-kun?"
Notes: Ceritanya dapet inspirasi tiba-tiba dari suara kereta api di lagu Scott Street, lalu jadilah fic yang entah apa ini. Yah, gitu deh. Terima kasih untuk siapapun yang udah membaca sampai akhir, kalau ada. See you soon!
