"Selamat ulang tahun Naruto." Ayahnya, Minato Namikaze mengucapkan ulang tahun pada dirinya setelah perang dunia ninja yang keempat berakhir. Naruto mengeluarkan air matanya setelah dia diberikan ucapan selamat oleh sang ayah. "Sebagai ayah, aku senang bisa dihidupkan oleh Orochimaru dan bisa melihatmu sudah besar seperti ini, ayah bangga padamu," lanjut Minato, dia mengusap kepala pirang anaknya tersebut. "Ah, sudah waktunya ayah menemui ibumu, pesan ayah adalah, apa yang dikatakan oleh ibumu waktu itu."

"Ya, Ayah!"

"Baik-baik di Konoha, sayonara."

Sebuah cahaya menyinari Minato, dia tersenyum sambil menatap Naruto yang tengah menangis untuk dirinya. "Terima kasih."

Beberapa hari pasca perang, Naruto baru saja akan kembali ke Desa setelah melepas kepergian Sasuke untuk menebus dosanya.

"Uhhh, aku kangen dengan Ramen Paman Teuchi."

"Kau sudah memakannya kemarin." Sakura mengomel saat Naruto mengeluh rindu dengan ramen.

Namun, keduanya dikejutkan dengan seseorang yang berjalan mendekati mereka. "Naruto sudah besar ternyata."

Keduanya berbalik, Sakura mengerutkan dahinya, sementara Naruto terkejut melihat sosok tersebut. Sosok itu wanita berambut merah panjang dengan pakaian khas seorang ibu rumah tangga, wanita itu berjalan mendekati keduanya.

"Ka-kaachan?!"

"Eh, eh?! I-ibu Naruto?!"

"Um, Uzumaki Kushina, salam kenal anakku."

...

..

.

Naruto by Masashi Kishimoto.

Warning: OOC, after-war, Lemon, Incest, Smut, PWP.

.

..

...

Naruto's Birthday

...

Enjoy it.

Di Ruang Hokage, Kakashi yang baru saja di angkat menjadi Hokage dibuat bingung dengan sosok yang ada di depannya, Naruto dan Sakura tak kalah bingungnya dengan Kakashi. Ketiganya bingung dengan Kushina yang entah kenapa bisa hidup kembali.

"Err, Kushina-san... Bagaimana bisa kau hidup kembali?"

Kushina yang daritadi melihat interior ruang Hokage itu pun menatap Kakashi. "Entahlah, aku hanya ingat setelah aku bangun itu saja, kebetulan juga saat aku bangun berada di dekat desa." Kakashi hanya menghela napas setelah mendengar alasan absurd dari Kushina. "Aku tak tahu pastinya, aku terbangun di hutan dekat dengan desa Konoha, lalu aku bertemu Naruto dan temannya."

Tak ada hawa negatif dari Kushina, berarti dia benar-benar ibunya. "Dia benar-benar Ibuku, Kakashi-sensei."

Kakashi menaikkan sebelah alisnya, dia menatap Naruto. "Benarkah? Kalau begitu, kalian bisa pergi."

Naruto dan Sakura mengangguk kecil. "Kaachan, tinggal bersamaku ya? Kakashi-sensei memberikan sebuah rumah atas kerja kerasku."

"Heee, benarkah? Terima kasih Kakashi!"

Kakashi memberikan eye smile pada Kushina. "Sama-sama Kushina-san." Mereka bertiga pun pergi dari kantor Hokage, Sakura berpamitan pada Naruto untuk pulang ke rumah, dan pemuda pirang itu lupa akan hasratnya untuk makan ramen.

Kushina dan Naruto berjalan dalam diam ke rumah yang diberikan Kakashi, Kushina sendiri menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat indahnya Konoha setelah dia meninggal tujuh belas tahun yang lalu. Konoha sudah jauh berbeda dengan Konoha di Jamannya dulu.

"Kaachan, sekarang umurnya sudah empat puluh satu tahun ya?" Tanya Naruto mencoba untuk mengawali obrolan mereka.

"Un, sepertinya begitu. Kaachan saat itu melahirkanmu saat umur kaachan masih dua puluh empat tahun, tetapi kaachan kembali ke sini pada umur yang sama, dua puluh empat tahun." Kushina membuat wajah seolah dia sedang memikirkan sesuatu. "Seperti itulah," ujar wanita itu sembari tertawa keras. "Eh sekarang tanggal berapa?"

"Lima belas Oktober."

Kushina hanya diam mendengar jawaban Naruto, kemudian keduanya sampai di rumah yang diberikan oleh Kakashi.

"Besar juga."

"Ya, Kakashi-sensei benar-benar memberikan ini padaku sebagai hadiah." Naruto memasukkan kunci pintu rumahnya, kemudian keduanya masuk ke dalam rumah tersebut. (Red: Rumah keluarga Uzumaki di Boruto.) "Ada empat buah kamar sepertinya, satu sudah aku gunakan. Apa kaachan mau menggunakan kamar yang lainnya?"

"Oke, kaachan akan menggunakannya satu."

"Um, lalu besok kita akan membeli beberapa helai pakaian untuk kaachan." Kushina mengangguk, dia menyadari jika dirinya hanya mengenakan kaos putih, celemek hijau, serta rok berwarna abu-abu.

"Eh, bentar, Kaachan tidur denganmu, boleh?"

Naruto mengangkat kedua alisnya mendengar permintaan Kushina barusan. Dia menyadari jika dirinya tak pernah tidur dengan orang tuanya sendiri selamat tujuh belas tahun.

"U-um, boleh saja sih."

"Baguslah! Ayo tidur!" Naruto pun ditarik ke lantai dua untuk tidur bersama Kushina. Pemuda itu terkejut saat Kushina menarik dirinya ke lantai dua. "Kamarmu dimana?"

"Ujung lorong itu." Kushina pun kembali menarik tangan Naruto ke kamarnya, dia membuka pintu kamar tersebut dan melihat interior dari kamar Naruto. Sebuah tempat tidur besar, lalu meja, serta lemari yang berada di sudut ruangan. Tempat ini sungguh tertata rapih. "Bagus juga kamarmu Naruto."

"Terima kasih."

Wanita itu kemudian duduk di pinggir kasur empuk itu. "Kaachan akan tidur, besok kita jalan-jalan." Naruto mengangguk, dia kemudian melepas jubahnya dan duduk di sebelah Kushina. "Tanganmu..."

"Ah, ini, sebuah pengorbanan untuk menyelamatkan dunia."

Kushina hanya tersenyum menatap putranya itu, dia memeluk bahu Naruto, menariknya untuk bersandar di bahunya, Kushina mengelus kepala pirang Naruto untuk memberikan sebuah kenyamanan pada putranya. "Lebih baik kita tidur, pastinya kau sudah lelah Naruto."

"Um." Naruto pun menjatuhkan dirinya di atas kasur, serta memposisikan dirinya supaya nyaman saat tidur, Kushina pun ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Naruto. Dia menarik Naruto untuk masuk ke dalam pelukannya, Naruto yang merasakan itu membalas pelukan Kushina, dia tersenyum sebelum akhirnya menutup kedua matanya untuk tidur di dalam pelukan Ibunya tersebut.

Naruto merasakan kenyamanan saat Kushina memeluknya.

Namun, Kushina merasakan sebuah benda yang ada di bagian bawah tubuh Naruto, wajahnya merona merah saat benda itu menyentuh paha yang ditutupi rok yang dia kenakan.

"Anak ini... Mungkin aku akan memberikan hadiah padanya besok."

-o0o-

Pagi ini, Naruto terbangun dengan keadaan dirinya yang sangat bahagia, dia membuka kedua matanya, tak ada Kushina di hadapannya. Dia berpikir jika ibunya itu pergi ke bawah untuk memasak sarapan.

Dia pun beranjak dari tempat tidurnya untuk turun ke lantai bawah dan menyapa Kushina.

"Ah, selamat pagi Naruto."

"Selama--Kaachan?!" Naruto terkejut, dia melihat Kushina yang hanya memakai celemek hijaunya, serta celana dalam berwarna putih, tanpa bra serta pakaiannya yang lain. "A-apa yang kau lakukan?" Wajah Naruto merona hebat, dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Memasak sarapan. Memangnya kenapa?"

"Ta-tapi bajumu!"

"Oh, kaachan mencucinya." Kushina pun meletakkan segelas susu di atas meja. "Ada susu, kau bisa meminumnya."

Naruto membuka kedua matanya, namun dia menundukkan kepalanya untuk menghalangi pengelihatannya terhadap Kushina. Dia pun berjalan ke meja makan, kemudian mengambil gelas susu itu, dia meminumnya tanpa mengatakan apapun hingga habis.

"Ah, itu susu dari payudara Kaachan."

"Kaachan!"

"Naruto bisa meminumnya disini."

"Kau pasti bercanda kaachan."

Kushina berjalan mendekati Naruto, dia menangkup pipi putranya itu kemudian menariknya ke dalam sebuah pelukan. Naruto terkejut, wajahnya merona hebat saat wajahnya berada di belahan dada Kushina. "Jika tak percaya, bisa kau lihat." Kushina menyibak celemeknya, pada bagian dada kanannya.

'Terkutuk kau ero-sennin.'

Naruto bisa melihat payudara Kushina yang berwarna merah jambu itu mengeluarkan cairan putih, dia meneguk ludahnya dengan kasar saat tetes demi tetes susu itu keluar. "Jangan malu-malu begitu pada kaachan. Hisap saja!"

Tangan kiri Naruto mencoba untuk menggenggam payudara kanan Kushina, dia meremasnya pelan, kemudian menarik dari pelukan wanita itu, Naruto membuka mulutnya dan melahap puting susu Kushina.

"Ahh..." Desahan kecil keluar dari bibir Kushina, sementara Naruto mencoba menghisap susu yang keluar dari payudara Kushina. Dia terus menghisapnya dengan rakus, karena dirinya tak pernah meminum susu dari Kushina sedari dulu. "Rakus sekali anak kaachan."

Tangan kanan Naruto tak mau kalah, dia menggenggam payudara kiri Kushina dengan pelan, wanita berambut merah itu mendesah saat kedua payudara miliknya dimainkan oleh Naruto.

Kushina menarik kursi yang ada di belakang Naruto, kemudian mendorong putranya hingga dia duduk di atas kursi, sementara dirinya duduk di paha Naruto. Kushina meneguk ludahnya kasar, dia merasakan sebuah benda yang menyentuh vaginanya, dia merasakan penis Naruto yang sudah berdiri.

Pemuda itu kemudian menarik dirinya, dia menatap Kushina yang tengah tersenyum pada dirinya. "Kaachan..." Naruto mendekatkan dirinya, Kushina yang tahu maksud Naruto pun ikut mendekatkan wajahnya. Keduanya berciuman mesra dengan salah satu tangan Naruto yang masih meremas payudara Kushina.

Mereka saling bersilat lidah, serta bertukar Saliva untuk beberapa menit. Ciuman Naruto turun ke leher Kushina, dia menggigit leher Kushina untuk meninggalkan bercak merah di sana, Kushina memenjamkan kedua matanya menikmati gigitan serta ciuman Naruto di lehernya, napasnya memburu saat kedua tangan Naruto mulai meremas kedua payudaranya.

Adegan panas tersebut berlanjut dengan Naruto yang melepas celemek hijau Kushina. Di depannya sekarang terlihat Kushina yang sudah telanjang bulat, air susu masih keluar dari puting susu Kushina.

Naruto meneguk ludahnya secara kasar melihat Kushina yang sudah telanjang bulat, sama persis dengan yang dia bayangkan. Kushina benar-benar seksi, dia iri dengan ayahnya sudah menjajal Kushina.

"Maafkan aku tousan."

"Kau lucu Naruto."

Kushina mencari sebuah benda di bawah, dia menarik boxer Naruto, dia mengambil penis tegang itu, lalu Kushina mengangkat pinggulnya.

"Keperjakaan Naruto akan kaachan ambil."

"Uhhh..."

Kushina mengarahkan penis Naruto masuk ke dalam vaginanya, dia mendesis nikmat saat benda itu mulai merangsek masuk ke dalam vaginanya. Kushina mendorong pelan pinggulnya hingga semua penis itu masuk.

"Ahhhh... Nikmatnya penis perjaka." Naruto merona mendengar perkataan vulgar dari Kushina. "Kita mulai." Kushina menggerakkan pinggulnya naik turun dengan pelan, desahan nikmat kembali Kushina keluarkan saat penis Naruto bergesekan dengan dinding vaginanya.

"Kaachan..." Gumam Naruto menikmati tiap inchi penisnya di dalam vagina Kushina.

"Selamat ulang tahun Naruto-kun."

Kushina tersenyum lima jari menampilkan deretan gigi putihnya, tubuhnya masih terus bergerak naik turun, kali ini dengan kecepatan yang sedang. Kedua payudara Kushina bergerak memantul naik turun, membuat Naruto ingin meremasnya.

Kedua tangan Naruto terangkat, dia meremas payudara Kushina dengan gemas. Wanita itu menggigit bibir bawahnya merasakan kedua payudaranya mulai diremas oleh Naruto, putingnya pun kembali mengeluarkan air susu.

Naruto melahap puting susu itu, sementara pinggul Kushina masih terus bergerak naik turun. Gerakan pinggul Kushina semakin dipercepat, desahan nikmat terus di keluarkan oleh wanita itu.

"Ahhh, Naruto...! Aku keluar!"

Tubuh Kushina menegang dengan air susunya yang terus keluar, dia klimaks untuk yang pertama kalinya. Sementara Naruto masih belum keluar.

Naruto mengangkat tubuh Kushina, dia merebahkannya di atas meja makan. Kedua kaki Kushina pun di angkat Naruto, pemuda itu kemudian menggerakkan pinggulnya maju mundur, awalnya memang agak berantakan, namun Naruto bisa mengikuti irama gerakan pinggulnya.

Kushina kembali dibuat mendesah saat penis Naruto menghujam vaginanya, pemuda itu mempercepat gerakan pinggulnya, dia menggigit bibir bawahnya saat akan ada yang keluar dari penisnya.

"Kaachan!"

"Kita keluarkan sama-sama!"

Tubuh keduanya pun menegang, Naruto mengeluarkan spermanya, sementara Kushina kembalik klimaks untuk yang kedua kalinya.

Keduanya terkulai lemas setelah pergumulan tersebut.

-o0o-

Malam pun tiba, Naruto menatap langit-langit kamarnya, lalu disebelahnya ada Kushina yang memenjamkan kedua matanya.

"Kaachan tak keberatan jika punya anak lagi."

"E-eh?!"

"Kau kan mengeluarkannya di dalam terus dari tadi pagi."

"Ah, i-itu..."

"Sudahlah, mari kita tidur, dan besok akan menjadi hari yang melelahkan."

"..."

"Selamat ulang tahun Naruto, hadiah dari kaachan bagus kan?"

"Bagus banget kaachan!"

...

..

.

HBD untuk pak Kades