Naruto, seorang pemuda yang bekerja paruh waktu di sebuah minimarket. Dia menikmati setiap waktu yang dia habiskan di minimarket tersebut.

Mendapatkan gaji, walaupun cukup untuk dirinya makan serta membayar sewa apartemen, lalu bertemu dengan berbagai macam orang dengan tingkah laku yang beragam, dia benar-benar menikmati itu semua.

"Anu, saya mau beli itu..." Naruto mengerutkan dahinya, dia melihat sosok gadis berambut indigo panjang yang dengan malu-malu menunjuk ke sebuah benda.

"Hm? Ini? Kondom?" Gadis itu mengangguk kecil. "Apakah kau pelajar? Atau sudah berusia tujuh belas tahun ke atas?"

"Um, hari ini adalah ulang tahunku," jawab gadis itu dengan gugup, Naruto mengerjapkan kedua matanya beberapa kali.

"Ah, baiklah." Naruto mengambilkan satu kotak kondom, kemudian memberikannya pada gadis itu. "Ini."

Gadis itu melihat harga yang tercantum di dalam kemasan kondom tersebut, dia pun mulai merogoh tas sekolahnya untuk mengambil uang yang dia simpan.

Namun, wajahnya langsung panik dan mulai mencari uang di sakunya. Dia benar-benar dibuat panik setelah tahu kalau tidak ada uang di dalam tas serta sakunya.

"Anu, ba-bagaimana jika kau memberikannya gratis padaku?"

"Gratis?" Naruto menyadari sesuatu, gadis di depannya itu tak punya uang sama sekali, dan dia sepertinya ingin membeli kondom tersebut untuk dirinya dengan pacarnya. "Tentu, tapi ada syaratnya." Naruto melihat arloji yang dia kenakan. "Um, apakah pacarmu masih bisa menunggu lamar?"

"Sepertinya dia akan pulang malam," ujarnya, gadis itu melihat jam yang ada di ponselnya. "Dia ada ekskul di sekolah."

"Baik, ikut aku!"

Naruto melompat dari meja kasir, dia membalikkan tanda yang ada di pintu masuk minimarket tersebut, kemudian mengajak gadis itu untuk ke belakang, bagian gudang.

"Ada apa memangnya? Lalu syarat apa yang akan kau berikan?" Gadis itu berdiri di depan Naruto, dia penasaran dengan syarat yang akan diberikan Naruto.

"Ulang tahunmu kan?" Gadis itu mengangguk kembali. Naruto menatapnya mulai dari atas hingga ke bawah, kulit putih, badannya yang menggiurkan, lalu kedua payudara besar yang dipadukan dengan seragam ketatnya, rok pendek yang menampilkan paha putih yang lezat itu. "Dan kau mau kondom gratis kan?"

"I-iya."

Naruto mendengar nada bicaranya yang mulai terbata-bata. "Kau tahu apa yang aku maksud?"

"Ta-tapi ini untuk pacarku."

"Lupakan dia, kau bisa mengambil beberapa barang yang kau butuhkan disini."

Ada beberapa kosmetik yang gadis itu butuhkan, dan jika dia menurutinya, maka dia akan mendapatkan beberapa item tersebut. Tanpa dia sadari, Naruto berjalan mendekatinya, pemuda itu mulai menyentuh payudara besar itu.

"Ahh, apa yang... Apa yang kau lakukan?"

Naruto mendekatkan bibirnya pada telinga gadis itu. "Diam dan nikmati!" Tangannya mulai merangsek masuk ke dalam seragamnya, dia membuka kancing seragam tersebut satu persatu, Naruto menarik dirinya, dia menatap gadis itu dengan senyumannya. Kedua buah dada yang masih tertutupi bra berwarna merah muda cerah, ada bulir-bulir keringat yang menutupi permukaan kulit gadis itu.

"Hnngg..."

"Untuk gadis sepertimu, besar juga ya?"

Naruto menyingkap bra tersebut ke atas, dia melihat puting susu berwarna merah jambu yang sudah mulai tegang. Naruto mulai memainkan puting susu tersebut, mencubit kecil serta menariknya pelan, membuat gadis itu mengeluarkan desahannya.

"Duduklah di sana!" Naruto menunjuk ke sebuah kursi, gadis itu hanya mengangguk, dan menuruti permintaan Naruto, dia duduk di sebuah kursi. "Sekarang angkat kedua kakimu, dan buka keduanya!"

Sementara gadis itu mengikuti perintah Naruto, pemuda pirang itu mengambil sebuah kartu tanda pengenal yang tersimpan di tas.

"Hinata Hyuga, siapa yang menyangka jika gadis anak konglomerat akan datang ke minimarketku?" Pemuda itu berjalan mendekati Naruto, dia melihat celana dalam berwarna merah jambu yang sudah mulai basah.

"Kumohon... Jangan..."

"Memohon seperti itu tak ada gunanya jika kau akan membeli kondom untuk berhubungan badan dengan pacarmu."

Hinata terdiam, Naruto benar.

"Mari kita lihat!"

Naruto menarik celana dalam Hinata untuk dilepas, dia membuang celana dalam itu ke sembarang tempat. Di depannya sekarang, terpampang vagina Hinata yang basah akan cairannya.

Naruto merasakan penisnya sudah berdiri tegak melihat vagina Hinata, dia pun mulai mengangkat tangannya serta memasukkan satu jarinya ke dalam vagina Hinata.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya saat merasakan hari Naruto masuk ke dalam vaginanya. Dia berusaha untuk tak mendesah saat Naruto mengobrak-abrik vaginanya, kedua tangannya bertumpu pada kursi yang dia tempatnya, meremasnya keras saat jari kedua Naruto masuk, tangan kiri Naruto terangkat, dan mulai menyentuh klitorisnya.

"Ahhhh..."

Sebuah desahan lolos dari mulutnya, dia menggigit bibir bawahnya merasakan dinding vaginanya disentuh oleh jari Naruto.

"Kumohon... Berhenti..." Naruto tak mendengarkan perkataan Hinata, dia malah mendekatkan diri pada vagina Hinata, Naruto menjulurkan lidahnya, dan mulai menjilati vagina Hinata.

Tubuh Hinata menegang, dia menggigit bibir bawahnya merasakan benda lunak itu menyapu vaginanya.

"Baik, kita ke bagian utama."

Naruto berdiri, dia menarik kedua tangannya dan bibirnya, dia melepas celana panjang yang dikenakannya. Sebuah penis dengan ukuran besar pun keluar dari sangkarnya, Hinata meneguk ludahnya melihat benda besar itu.

Naruto mengarahkan penisnya ke vagina Hinata, dia mendorong pinggulnya hingga penis itu mulai masuk ke dalam.

"Ekh!"

Naruto membuka kedua kaki Hinata lebar-lebar, dia mendorong pinggulnya hingga semua penisnya masuk. "Aku kira perawan, ternyata sudah tak perawan."

"U-uuhh..."

Naruto menggerakan pinggulnya dengan pelan, penis itu keluar masuk di dalam tubuh Hinata. "Gila, sempit sekali!"

"Ahhhhh..." Hinata merasakan gesekan antara penis Naruto serta vaginanya. "Aku keluar!"

Naruto masih terus menggerakkan pinggulnya tanpa memperdulikan Hinata yang sudah klimaks. Dia mempercepat gerakan pinggulnya, dan menusuk penisnya dalam-dalam ke vagina Hinata.

Naruto mengeluarkan spermanya hingga memenuhi vagina Hinata.

Pemuda itu menarik penisnya, dia melihat Hinata yang sudah terkulai lemas setelah pergumulannya. "Baru ronde pertama, belum ronde selanjutnya."

-o0o-

Hinata keluar dari gudang minimarket tersebut, dia melihat jam yang ada di ponselnya. "Masih ada waktu satu jam lagi." Gadis itu membenahi seragamnya yang berantakan. "Kyah!"

"Pantat ini besar, aku gemas ingin meremasnya."

"Geez..." Hinata pun menutup pantatnya dengan rok yang dia kenakan. "Bagaimana jika aku bekerja paruh waktu disini? Aku sudah kelas tiga dan akan lulus sebentar lagi."

"Tentu, kau aku terima, Hinata-chan."

Hinata berjalan mendekati Naruto, dia mencium pipi pemuda pirang itu, kemudian pergi dari hadapan pemuda tersebut.

"Satu dapat."

Naruto menyeringai setelah mengatakan hal itu.

...

..

.

TBC/end?