disclaimer : semua karakter disini bukan punya saya.

typo(s), bahasa non-baku, mengandung bawang (maybe). bashing!chara.


'RUMAH INI DISITA'

Naruto menatap nanar tulisan spanduk besar itu yang tertempel di pagar rumahnya– ralat, mantan rumahnya.

anak laki-laki dalam masa pra remaja itu bingung ingin menyalahkan siapa atas terusirnya dia dari rumahnya sendiri.

"abang, kita akan tinggal dimana?", pandangan Naruto beralih pada seorang balita berumur 4 tahun di sampingnya.

tangan kiri Naruto yang memegang balita itu sedikit mengerat, dia mencoba tersenyum menyembunyikan kesedihannya.

"Menma, kamu tenang saja kita akan cari rumah baru, okey?", Menma hanya mengangguk polos mendengar jawaban kakaknya. mata Naruto melirik ke bawah, melihat sosok bayi perempuan yang berusia satu setengah tahun yang tertidur dalam gendongan bayi di dadanya.

"kita akan tinggal bertiga bersama baby Filo" ujar Naruto untuk menenangkan adiknya. "ayo kita pergi", dia menarik tangan Menma untuk meninggalkan rumahnya tapi adiknya menggeleng pelan.

"tapi, abang, bagaimana kalau papa pulang. nanti dia mencari kita?" tanya Menma pada kakaknya.

Naruto mengigit bibir bawahnya agar tidak terisak. dia berlutut meski kesusahan karena bayi di gendongannya.

"tenang saja, abang akan memberitau rumah baru kita pada papa, jadi Menma ikut dulu yuk, sama abang" ucap Naruto berbohong. lagipula mana mungkin kepala keluarganya mencari mereka, kalau dia sudah tidak ada lagi di dunia ini.

"baiklah, ayo abang"

Naruto menghela nafas panjang, dia mengambil ranselnya dan menarik kopernya. sebelum benar-benar pergi, dia melirik rumahnya yang pernah menampungnya selama 14 tahun lamanya.

"sayonara"

setelah mengucapkan perpisahan, dia bersama kedua adiknya meninggalkan pekarangan rumahnya.

.

.

.

matahari sudah terbenam di ufuk barat. Naruto menggiring adiknya masuk kedalam apartemen sederhana yang susah payah dia dapatkan dengan biaya murah.

dia harus bertahan di Akihabara untuk melanjutkan hidup dan untuk menghidupi adik-adiknya yang masih kecil.

apartemennya cukup kecil untuk di tinggali tiga orang. apartemen ini hanya memiliki satu kamar dengan dapur kecil serta satu toilet.

Naruto menaruh dengan pelan adik bayinya di atas kasur agar bisa tidur nyenyak.

"Menma, istirahatlah. abang akan membangunkanmu jika makan malam sudah siap", Menma hanya mengangguk sambil menguap karena lelah di ajak seharian oleh Naruto berjalan-jalan hanya untuk mencari apartemen. Menma berbaring di samping Filo.

Naruto mengeluarkan beberapa macam bahan makanan yang sempat ia beli di minimarket. dia mengatur beberapa bahan agar tidak berantakan.

susu dan makanan bayi untuk Filo dia taruh di dalam rak dapur.

setelah mencuci beras dan memasaknya, dia kembali ke kamar yang terhubung dengan dapur namun terpisahkan oleh pintu.

(a/n : apartemennya Yoshida di Higehiro)

sambil menunggu nasinya matang, Naruto mengatur baju-baju di lemari. setelah itu, dia menghampiri kedua adiknya yang tertidur nyenyak. tatapan menyendu beberapa saat.

wajahnya menunduk, menolak keras untuk menangis.

dia tidak tau untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, pada Menma, pada Filo ketika dia sudah beranjak besar.

orang tuanya meninggalkan mereka. Filo hanya korban tapi kenapa mereka setega itu jika pada akhirnya dia yang menanggung semuanya.

tangan Naruto mengepal erat. dia harus bagaimana sekarang, uang yang di tinggalkan ibunya tidak banyak. tabungannya juga sudah menipis. bagaimana dengan kedua adiknya? bagaimana dengan kebutuhan Filo? bagaimana dengan makanan untuk Menma?

dia bingung, umurnya belum mencapai garis legal di negaranya tetapi dia harus nenanggung hidup kedua adiknya tanpa orang tua, lalu bagaimana dengan sekolahnya?

orang tuanya meninggalkan mereka tanpa mempersiapkan apa saja yang dia butuhkan. pergi tanpa beban, meninggalkan beban pada anak sulungnya yang belum terlalu mengerti kerasnya kehidupan.

"sepertinya aku harus berhenti sekolah" gumamnya pelan. dia memikirkan untuk fokus mencari uang. jika dia tidak memiliki masa depan, setidaknya adik-adiknya memilikinya.

ox0xo

"Menma, bangun, makan malam sudah siap" kata Naruto dengan lembut, dia tidak ingin jika bersuara keras membangunkan Filo juga.

"uhm, abang, aku lapar", Menma mengusap kedua matanya.

"makan malam sudah siap, ayo", Naruto membantu adiknya untuk bangun.

di samping ranjang mereka, ada meja kecil berbentuk persegi, diatasnya sudah tersedia dua mangkuk nasi, tamagoyaki dan sup miso.

"hmm, tidak ada ramen?" tanya Menma bingung, Naruto terdiam sebelum tersenyum.

"hari ini kita makan ini dulu yah, nanti abang janji untuk membuatkan kamu ramen" ujar Naruto. Menma merengutkan keningnya tidak suka.

"tapi aku mau ramen, abang" rengek Menma.

"Menma, kita tidak punya cukup uang untuk membeli ramen. kalau abang nanti punya uang lebih, abang akan belikan kamu ramen", Naruto berusaha untuk membuat Menma mengerti.

"kenapa kita tidak punya uang, papa kan uangnya banyak. dia sering beliin Menma ramen" bantah Menma dengan sedikit marah.

"tapi papa belum pulang Menma, jadi makan ini dulu yah" bujuk Naruto dengan sabar. Menma membuang wajahnya tak suka.

"ini pasti salah mama. gara-gara mama pergi, papa gak pernah pulang lagi" ucap Menma kesal. Naruto membatu, tak menyangka bahwa adiknya menyalahkan ibunya.

"Menma, papa gak pulang bukan karena mama. dia bekerja" Naruto memberikan pengertian pada adiknya.

"tidak, ini semua salah mama. mama pergi juga gak bilang sama Menma dan abang juga cuman perhatian sama Filo, abang beliin dia makanan hanya untuk dia tapi Menma minta ramen, abang gak beliin. abang jahat" ucap Menma yang tadi menyalahkan ibunya, kini melempar kepada adiknya.

Naruto menghela nafas pelan.

"Menma tidak ada yang salah disini, mama ataupun Filo. Filo itu masih kecil dia belum bisa makan makanan seperti kita. cobalah untuk mengerti Menma", Naruto berusaha untuk menekan kemarahannya dalam-dalam dan berusaha mempertebal kesabarannya.

"tapi abang cuman perhatian sama Filo. Filo jahat, kata tetangga Filo itu anak haram–"

"Menma!" Naruto mengeraskan sedikit suaranya, kali ini Menma sudah melewati batas. Menma membeku mendengar suara keras Naruto. matanya berkaca-kaca, untuk pertama kalinya Naruto membentaknya.

Naruto tersadar dari sikapnya, diam menghela nafas gusar. dia mendekat kearah adiknya yang masih balita itu. dia melihat mata Menma yang hendak menangis, dia merengkuh adiknya.

"maafkan abang, yah? abang bukannya tidak sayang sama Menma, tapi Filo masih kecil Menma dia masih membutuhkan perhatian lebih dari abang. dan jangan percaya apa yang tetangga bilang. Filo itu tidak jahat dan dia bukan anak haram, dia adik kamu, adik abang juga. abang sangat sayang kalian berdua. kalian adalah alasan abang untuk bertahan untuk sekarang. abang hanya minta, kamu turuti apa yang abang bilang, untuk kebaikan kamu" ucap Naruto pelan, dia mengusap punggung Menma.

Menma meskipun tidak terlalu mengerti, entah mengapa air matanya mengalir deras.

"hiks...hue... abang" Menma memeluk erat Naruto yang hanya bisa tersenyum pedih.

"tapi papa akan pulang, kan?" tanya Menma pada Naruto.

Naruto termenung, apakah dia harus kembali berbohong lagi?

"ya" balasnya ragu.

Menma mengusap air matanya.

"kalau begitu Menma makan ini, kalau papa pulang pasti papa akan beliin ramen yang banyak buat Menma", balita 4 tahun itu melepas dekapan Naruto lalu kembali ke meja untuk menyantap makanan buatan Naruto.

"ittadakimasu"

ox0xo

Naruto kembali menidurkan Filo yang sempat terbangun tadi karena lapar, di pelukannya. Menma sudah tertidur nyenyak di kasur. waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam.

dia enggan untuk pindah dari tempatnya. suasana malam di balkon apartemennya sungguh membuatnya tenang untuk sekarang, dia perlu khawatir, karena Naruto melindungi Filo dengan selimut tebal di pelukannya.

bintang di langit malam hanya pusat perhatiannya saat ini.

"berita itu pasti sudah tersebar" gumamnya pelan.

berita tentang rumahnya disita pasti sudah tersebar di antara teman-teman sekolahnya.

rumor keluarganya yang sudah buruk malah bertambah buruk lagi di kalangan umum. sepanjang perjalanannya mencari apartemen, banyak orang memandangnya dengan pandangan miring (baca : buruk). dia harus mendapat sanksi sosial atas kelakuan orang tuanya. Naruto berusaha untuk tidak membiarkan Menma menyadarinya.

tangannya mendekap erat Filo yang tertidur. pipinya dia sandarkan di kepala Filo.

"bertahanlah, Filo, bertahan"

Naruto memejamkan matanya, mengingat kepingan pahit hidupnya yang terus menerus berlanjut.


"APA!"

Naruto bisa mendengar ibunya berteriak dari balik pintu. dia baru saja pulang dari sekolah. dia mengintip melihat ibunya dan ayahnya bertengkar.

pertengkaran ibu dan ayahnya memang sudah makanannya sehari-hari. tapi sepertinya pertengkaran ini sedikit lebih rumit.

"hmm?"

"KAU TEGA MENGHIANATIKU, SIA, KURANG APA AKU INI SAMA KAU, HAH?!" ibunya berteriak

PRANG!

PRANG!

PRANG!

suara pecahan kaca terus berbunyi.

"DENGARKAN AKU DULU, AKU KHILAF SAYANG!" ayahnya ikut berteriak, berusaha untuk menenangkan istrinya.

"KHILAF, KATAMU? BAGAIMANA MUNGKIN KAU MENGATAKAN ITU KALAU HUBUNGAN GELAP MU DENGAN PEREMPUAN MURAHAN ITU MENGHASILKAN ANAK", ibunya berteriak frustasi menunjuk ayahnya dengan penuh kebencian. matanya menunjukkan kekecewaan yang besar. ayahnya mengacak rambutnya kasar. "DAN KAU BERANI-BERANINYA MEMBAWA ANAK HARAM ITU KE RUMAH INI" teriak ibunya lagi, menunjuk bayi yang terus menangis karena ibunya terus berteriak.

"sayang dengarkan aku dulu!" ayahnya berusaha untuk tidak berteriak lagi.

"JANGAN PERNAH MEMANGGILKU DENGAN SEBUTAN MENJIJIKAN ITU, AKU MAU KITA BERCERAI"

mata Naruto terbelalak mendengar itu.


perselingkuhannya ayahnya tercium publik. ayahnya yang seorang produser terkenal, memiliki hubungan gelap dengan salah satu model yang berada di naungan agensinya. berita itu menjadi trending topik dalam waktu yang beberapa lama.

ibunya marah atas berita itu, dia meminta pisah dengan ayahnya.

perceraian mereka tak terjadi, karena ibunya meninggalkan mereka lebih dulu. karena terlalu frustasi ibunya pergi dari rumah membawa mobil dengan ugal-ugalan. sebuah kecelakaan parah merenggut nyawa ibunya tepat di malam mereka ingin berpisah.

namun, setelahnya ayahnya yang bertingkah aneh sejak kematian ibunya. dia suka mabuk dan berlaku kasar, hingga tiga bulan lamanya.

sejak malam itu, malam yang merubah semuanya. Naruto mengingat dengan jelas, seandainya dia tidak terbangun malam itu, satu nyawa kembali melayang.


Naruto terbangun karena ingin buang air kecil. dia perlahan melepaskan pelukan Menma sejak kematian ibu mereka, Menma lebih memilih untuk tidur bersama Naruto.

dia menjadi takut sendirian karena ibu mereka tidak ada.dia tidak merasa enak karena tidak memberitaukan kondisi ibunya yang sebenarnya pada Menma.

"SIA, DASAR KAU ANAK SIA*"

oek!

oek!"

hmm?"

Naruto mendengar suara ayahnya berteriak dan suara tangisan bayi terdengar di telinganya.

"GARA-GARA KAU, ISTRIKU MENINGGALKANKU, SIA*" ayahnya berteriak marah.

buru-buru Naruto pergi ke kamar bayi yang dia siapkan karena ayahnya mengabaikan sepenuhnya bayi malang itu, padahal itu putrinya juga.

"ayah, apa yang kamu lakukan?", Naruto mengambil bayi di gendongan ayahnya dan melindungi bayi itu di pelukannya.

ayahnya sepertinya tidak sadar. terbukti dengan bau alkohol yang menyengat dari tubuhnya.

"apa kau lakukan bocah sia*. aku membalaskan kematian ibumu, kau tidak mengerti, huh?!", ayahnya mencoba mengambil bayi itu lagi tapi Naruto menghalanginya.

"berhenti ayah, dia putrimu, dia adikku juga. dia tidak bersalah. yang salah itu ayah!" Naruto berteriak, bermaksud menyadarkan ayahnya. tapi sayangnya, ayahnya menangkap maksud lain.

"JADI KAU MENYALAHKANKU ATAS KEMATIAN ISTRIKU, HAH?! SIA*", kemarahan ayahnya berbalik buruk. pria menatap Naruto dengan marah.

"bukan begitu, a-ayah"

"DIAM, SIA*"

BUGH!

BAKH!

DUAGH!

karena tersulut amarah, pria itu memukuli putra sulungnya membabi buta. Naruto berusaha melindungi bayi yang di pelukannya agar tidak terkena pukulan ayahnya.


sejak malam itu, Naruto menjadi korban kekerasan ayahnya selama satu tahun. namun, ada yang dia syukuri. Menma dan Filo—nama adik bayinya yang dia berikan— terbebas dari korban kekerasan sang ayah.

Menma menganggap ayahnya yang terbaik karena selalu ada untuk mereka dan bersikap baik padanganya karena ibunya meninggalkan mereka. pikiran Menma.

untuk Filo, Naruto tidak bisa untuk mengabaikannya. ayahnya selalu menolak kehadiran Filo dirumah mereka karena ayahnya selalu menganggap bahwa Filo penyebab kematian istrinya. sedangkan, ibu kandung Filo. dia meninggalkan anaknya tanpa peduli nasibnya. wanita itu, terlalu malu dan menganggap Filo adalah sebuah aib.

wanita itu meninggalkan Filo untuk di urus anak 12 tahun yang masih hijau (baca : belum berpengalaman) dalam mengurus seorang bayi.

hampir setiap malam, Naruto diam-diam ikut menangis setiap Filo terbangun tiap malam karena lapar.

bayi yang harusnya masih dalam pelukan hangat ibunya setiap kali menangis. harus tumbuh di rumah yang begitu dingin tanpa ada yang peduli.

puncaknya, ayah mereka meninggal karena serangan jantung. kantornya mengalami kebangkrutan. dia juga terlilit utang. rumahnya mereka disita untuk jadi jaminan.

pria yang seharusnya bertanggung jawab atas hidup mereka. meninggalkan Naruto untuk memikul beban yang belum menjadi tanggung jawabnya.

"penderitaan apa lagi yang akan datang kepadaku"

Naruto kembali masuk kedalam rumahnya dan memilih untuk tidur. memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang lebih banyak. untuknya, untuk adiknya.