Ice
By Frigg Nevia 07
Disclaimer : Bleach always belong to Tite Kubo
Rating : T
Genre : Romance
Warning : Typo, OOC, Crack Pair, No Incest.
Pair : ByaRuki. Slight pairing RenRuki and IchiRuki.
Previous :
Perlahan bibir Byakuya menyentuh kulit leher Rukia. Awalnya dia hanya ingin mencium aroma yang sudah lama ia rindukan ini, tapi semakin lama sesuatu dalam dirinya yang menyuruh untuk mencium dan menghisap leher jenjang Rukia.
Satu hisapan kuat Byakuya berikan yang membuat gadis di bawahnya tersentak.
"Ahn! Nii-sama, apa yang kau lakukan?"
Byakuya menegakkan badannya untuk menatap Rukia sekali lagi sebelum kesadarannya memudar sepenuhnya.
Rukia memakan sarapannya dengan gugup.
Krompyang!
Suara sendok serta garpu terjatuh terdengar keras.
"M-maaf Nii-sama," ucap Rukia dengan mengambil perlengkapan makannya.
"Letakkan itu," perintah Byakuya membuat Rukia kaget.
"M-maaf, maksud Nii-sama…?"
"Letakkan di meja dan ganti peralatan yang baru," jelas Byakuya datar.
"Ah hai," jawab Rukia mencoba tak gugup.
'Kenapa Nii-sama bisa bersikap seperti tak terjadi apa-apa?' batin Rukia heran.
"Nii-sama…!" Rukia mencoba membangun Byakuya, tapi hal itu hanya sia-sia saja.
"Rukia…," igau Byakuya dengan memeluk Rukia erat.
Pada akhirnya Rukia tertidur satu kasur dengan Byakuya malam itu. Mau bagaimana lagi bukan, karena Byakuya tak mau melepaskannya jadi mau tidak mau dia harus tidur sekasur.
'Baiklah. Hanya sekasur. Karena terpaksa.' Rukia meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang ia lakukan itu adalah terpaksa dan tak akan terjadi yang aneh-aneh.
Dua insan ini tertidur dengan posisi sang kakak memeluk adiknya.
Beberapa jam kemudian, fajar menyingsing menunjukkan sinarnya.
Rukia bangun dengan Byakuya yang masih memeluknya erat. Dia dengan perlahan mencoba melepaskan pelukan Byakuya. Namun bukannya terlepas, Byakuya malah terbangun karna itu.
"Rukia?" Byakuya sedikit kaget dengan pemandangan di hadapannya, tapi ia segera mengendalikan ekspresinya kembali. "Kenapa ada di kamarku?"
"Ah, semalam Nii-sama mabuk," jawab Rukia pelan dengan pipi merona merah. Ah mana mungkin ia tak mengingat kejadian semalam, kejadian di mana Byakuya mencium bibirnya lembut.
"Hm. Maafkan aku," gumam Byakuya dengan beranjak.
"Hm, tak apa," jawab Rukia ikut beranjak.
Byakuya melirik Rukia dan terlihatlah sesuatu yang membuatnya kesal sampai ubun-ubun.
Pria poker face ini mencengkram kedua lengan Rukia lalu mendekatkan mulutnya dengan telinga Rukia.
"Rukia, dari mana tanda kemerahan itu?" geram Byakuya.
"I-ini … a-ano…."
Karena kesal mendengar jawaban Rukia yang tak jelas, Byakuya sekali lagi menempelkan bibirnya di tanda kemerahan itu.
"Nii-sama … apa yang kau lakukan?" tanya Rukia tersipu malu.
Byakuya menghiraukan pertanyaan Rukia seolah hanya rasa kesalnya yang ia pedulikan saja. Byakuya menggigit keras tanda itu hingga leher Rukia mengeluarkan darah.
"Angh! Nii-sama itu sakit," rintih Rukia kaget serta menahan sakit.
Byakuya menjilat darah yang mengalir dan itu menarik sesuatu dalam dirinya sendiri.
'Perasaan aneh apa ini?' batin Byakuya bingung. 'Kenapa aku ingin lebih dari ini? Kenapa aku kesal saat tahu tanda itu? Bukankah itu tak ada hubungannya denganku.'
"Nii-sama…," panggil Rukia yang membuat Byakuya menatap Rukia.
Byakuya bisa melihat mata adiknya berkaca-kaca menahan sakit karena gigitannya tadi. Dia tahu dia telah menyakiti adiknya. Namun perasaannya bukan hanya menyesal saja, timbul perasaan lain yang dirinya sendiri pun tak bisa menjelaskan.
"Rukia, pergilah dari kamarku," perintah Byakuya tegas.
"Tapi—"
"Pergilah Rukia! Aku ingin sendiri sekarang!" bentak Byakuya yang membuat Rukia mengangguk pasrah.
'Apa baru saja aku sedikit senang melihat tatapan itu?' batin Byakuya dengan pipi yang sedikit berhias warna merah muda.
'Karena kejadian itulah aku benar-benar tak bisa fokus jika di dekat Nii-sama,' batin Rukia lelah. 'Terlebih aku jadi bingung dengan sikap Nii-sama yang tak menentu. Terkadang dia benar-benar dingin, tapi terkadang aku merasa kalau Nii-sama hanya khawatir padaku.'
"Nii-sama, aku berangkat sekolah terlebih dahulu," pamit Rukia. Untuk kali ini Rukia ingin berangkat sendiri, dia tak mau bersama Byakuya lagi. Dia terlalu tak fokus dan gugup.
"Tunggulah sebentar lagi. Aku hari ini ada rapat pagi," balas Byakuya yang tak bisa Rukia bantah.
"B-baiklah."
Rukia menunggu di dalam mobil sampai Byakuya duduk di sebelahnya. Sopir pribadi mereka melajukan mobil dengan kecepatan stabil.
"Rukia," panggil Byakuya.
"H-hai?"
"Minggu depan tes 1 semester bukan?"
"Y-ya."
"Ingat, kau berjanji untuk membanggakanku, jadi raihlah nilai terbaik. Jangan permalukan nama Kuchiki."
"H-hai, aku paham Nii-sama. Aku akan berusaha dengan keras."
"Hm."
"Nii-sama, bagaimana hubunganmu dengan Yoruichi-san?" tanya Rukia dengan jantung berdegup kencang.
"Hm biasa," jawab Byakuya singkat.
"Ah begitukah?"
"Rukia, sekarang ada orang yang kau sukai?" tanya Byakuya tiba-tiba yang membuat Rukia sedikit melompat kaget.
"A-ah a-ad—maksudku tidak ada Nii-sama," jawab Rukia berbohong dengan pipinya yang berubah menjadi merah jambu.
'Aku suka dirimu Nii-sama, itu tak melanggar hukum apa pun bukan?' batin Rukia berharap.
"Baiklah."
Setelah itu di antara mereka tak ada pembicaraan lagi.
"Rukia!"
"Ah Ichigo ka?"
"Yo."
"Ada apa kau kemari?"
"Jangan dingin begitu," balas Ichigo malas.
"Iya deh, lalu ada apa kau ke sini?"
"Ajarkan aku cara mengerjakan kimia ini," jawab Ichigo dengan menyerahkan buku catatannya.
"Tulisanmu jelek, aku males membacanya," ujar Rukia, namun dia mengambil buku catatan Ichigo dan mengajarkan langkah pengerjaannya.
"Oh jadi begitu. Lalu bagaimana bisa ini jadi begini?"
"Kan ini muatannya positif dan ini negatif, jadinya saling bereaksi," jawab Rukia simple.
"Kalau begitu saja aku tahu!" kesal Ichigo. "Maksudnya kok ini -1 jadi 2 sih?"
"Kan -1 ditambah muatan positif 3," jawab Rukia kesal dengan mengerucutkan bibirnya.
"Oh begitu, oke makasih," ucap Ichigo dengan mengambil buku catatannya.
"Ya," jawab Rukia acuh tak acuh.
Ichigo meninggalkan Rukia walau ia masih curi-curi pandang pada Rukia. Akhirnya Ichigo kembali menghampiri Rukia.
"Ruk," panggil Ichigo.
"Apa lagi sih?" sewot Rukia.
"Hanya ingin mengajakmu makan bareng nanti."
"Hm."
"Mau tidak?"
"Ya."
Bel sekolah berdenting menandakan bahwa para siswa sudah usai belajar. Mereka semua keluar kelas dan segera pulang ke rumah masing-masing. Namun gadis ini tak berminat untuk pulang cepat, dia ingin menghindari seseorang di rumah. Akhirnya gadis ini menyendiri di atas atap sekolah.
Pada saat dia menikmati senja yang indah dan menikmati angin sepoi-sepoi, seseorang memanggil namanya.
"Rukia."
Rukia menoleh pada sumber suara.
"Kenapa kau ke sini, Ichigo? Bukankah kau tadi sudah pulang."
"Aku melihatmu kemari, jadi penasaran," jawab Ichigo dengan canda gurau.
"Oh."
"Kenapa kau masih di sini?"
"Aku sedang malas pulang, ada orang yang ingin kuhindari," jawab Rukia jujur.
"Ah? Begitukah? Siapa?"
"Kakakku."
"Hm? Kenapa?"
"Kepo," jawab Rukia singkat namun mengesalkan.
Akhirnya Ichigo tak melanjutkan pertanyaannya dan lebih memilih menemani Rukia menikmati senja.
Saat senja berakhir, gadis surai hitam ini berniat pulang, namun suatu kejadian yang tak diinginkan terjadi.
"Ichigo!" panggil Rukia panik saat dia mencoba membuka pintu menuju lantai bawah.
"Hah?"
"Pintunya terkunci!" seru Rukia membuat Ichigo kaget.
"Hah?! Yang benar?" ucap Ichigo dengan berlari menghampiri Rukia.
"Ya iya dong, masa aku bohong," sewot Rukia.
Ichigo mencoba mendobrak pintu itu tapi gagal. Ichigo menendang pintu itu kesal.
"Kuso," umpat Ichigo.
Rukia sudah terduduk pasrah di sebelah pintu itu.
"Sudahlah berusaha juga akan gagal, ini sekolah elit mana mungkin pintunya tidak kuat," ujar Rukia.
Ichigo mencerna perkataan Rukia dan itu memang ada benarnya.
"Kalau begitu tak ada pilihan lain selain menginap di sini," ucap Ichigo dengan duduk di sebelah Rukia.
"Hm." Setelah mengumamkan hal itu, Rukia teringat akan suatu hal. "Sial, aku lupa memberi tahu Nii-sama kalau tidak bisa pulang."
Buru-buru Rukia meraih ponselnya, namun baru ingin mengetik, tiba-tiba ponselnya sudah mati.
"Ahh! Kenapa aku lupa mengisi baterai semalam! Jadi sekarang mati kan!" kesal Rukia dengan meletakkan ponselnya kasar.
"Sudahlah, kau tinggal jelaskan besok saat pulang," jawab Ichigo mencoba menenangkan Rukia.
"Kalau semudah itu aku tak akan panik," balas Rukia. "Aku takut Nii-sama akan menghukumku setelah ini."
"Kau berada di keluarga yang keras ya?"
"Hm, Nii-sama sangat disiplin, jadi jika melakukan sedikit kecerobohan saja sudah habislah aku," jawab Rukia.
"Hm. Kau membencinya?"
"Tidak, aku menyayanginya," jawab Rukia.
"Ah kalau tidak salah nama kakakmu Byakuya 'kan?"
"Panggil dia dengan sopan, bodoh!" kesal Rukia dengan memukul Ichigo pelan.
"Tidak perlu terlalu formal, lagi pula aku memanggilmu juga Rukia," jawab Ichigo membuat emosi Rukia sampai ubun-ubun.
"Sudahlah, aku capek denganmu, mending tidur," ucap Rukia yang perlahan menutup matanya.
Rukia tertidur dan tanpa sadar ia menyenderkan kepalanya pada pundak Ichigo. Ichigo tersenyum lalu menyelimuti Rukia dengan jas sekolahnya.
"Oyasumi, Rukia," bisik Ichigo sebelum ia juga ikut menyusul ke alam mimpi.
Esok harinya pada saat pagi sekitar jam 6 pagi. Suara kaki menaiki anak tangga terdengar nyaring, seiring mendekat ke atas atap, semakin terdengar oleh kedua telinga gadis belia yang tertidur nyenyak di pundak seorang lelaki berambut orange.
"Mh…." Gadis bersurai gagak itu terbangun. Saat ia terbangun, ia sadar kalau dia telah tertidur pada pundak Ichigo dan itu berhasil membuatnya tersipu malu. "Ichigo, bangun," ujar Rukia pelan.
Ichigo mulai membuka matanya perlahan. Sesaat mereka berdua berpandangan sebelum seseorang membuka pintu penghubung atap dan lantai bawah.
"Loh, Ichigo, Rukia-chan, kalian kenapa di sini?" tanya seseorang berambut pirang.
"Ahaha, Shinji-san, kok sudah di sekolah?"
"Hah, hari ini aku kan piket," jawabnya malas.
"Guru ada piket juga ya," gurau Ichigo.
"Jangan mengelak dari pertanyaan tadi," ucap Shinji dengan menatap lurus Ichigo.
"Kemarin kami terkunci di sini," jawab Ichigo jujur.
Shinji menghela napas lelah lalu menyuruh Rukia dan Ichigo pulang.
"Pulang sana untuk bersiap sekolah," ujar Shinji. "Aku akan urus izin terlambat kalian pada wali kelas kalian."
"Hai, arigatougozaimasu, Shinji sensei."
Mereka berdua pulang ke rumah masing-masing. Selama perjalanan Rukia tak bisa berhenti gemetar memikirkan hukuman Byakuya untuknya nanti.
Sesampainya di rumah Rukia langsung bertemu dengan Byakuya yang sudah bersiap ke kantor.
"T-tadaima, Nii-sama," ujar Rukia gugup.
Byakuya menatap adiknya tajam, benar-benar menyeramkan bagi Rukia.
"Dari mana saja? Semalam tidak pulang tanpa memberi kabar," ucap Byakuya datar namun tatapannya menusuk.
"A-ano aku terkunci di atas atap sekolah."
Byakuya yang mendengar itu hanya melangkah mendekat pada Rukia. Seperti biasa Rukia hanya sanggup menundukkan kepalanya.
"Tatap aku saat bicara," perintah Byakuya dengan mengangkat dagu Rukia.
Terpaksa Rukia menatap Byakuya, tatapannya penuh ketakutan.
"Terdapat aroma lain selain aromamu, Rukia. Bersama siapa kau?" tanya Byakuya pelan.
"I-Ichigo, teman sekelas."
"Bagaimana bisa kau berduaan semalaman dengan laki-laki lain," geram Byakuya.
"M-maaf Nii-sama, a-aku benar-benar tak sengaja," ucap Rukia gemetar.
Tak lama dari itu Byakuya menyeret Rukia ke kamarnya. Dia menarik Rukia sampai ke dalam kamar mandi dan segera melempar Rukia ke bawah shower. Tubuh Rukia menabrak dinding dengan keras.
Rukia merintih kesakitan sebelum tubuhnya basah kuyup karna air yang jatuh dari shower.
Saat Rukia membuka matanya, baru sadarlah ia kalau Byakuya sudah mengurungnya di antara dinding.
"Nii-sama…," gumam Rukia dengan pipi yang semerah apel.
"Dengar Rukia, jangan permalukan nama Kuchiki. Seorang anak perempuan keluarga Kuchiki seharusnya sudah pulang sebelum jam 7 malam. Jika lebih dari itu, tugasku untuk mengawalmu," bisik Byakuya tepat di depan telinga Rukia yang membuat Rukia lebih gugup.
Jantung Rukia berdebar kencang, dia tak bisa lagi mengendalikan jantungnya dan napasnya yang mulai tak menentu.
"Dan satu lagi, jangan dekat dengan laki-laki lain sebelum kau kenalkan dia padaku. Paham?"
Rukia hanya bisa mengangguk pasrah, entah karna takut atau menyerah dengan suara berat Byakuya.
"Bagus," gumam Byakuya.
Rukia menundukan kepala tersipu malu, pipinya sudah merah padam, napasnya tak menentu dan jantungnya juga sudah ingin melompat keluar dari dadanya.
"Kau izin sekolah hari ini," ucap Byakuya dengan menegakkan badannya dan menarik tangannya yang mengurung Rukia.
"Tapi Nii-sama, pelajaran hari ini—"
"Aku tak peduli itu. Itu hukumanmu karna tak pulang semalam," potong Byakuya.
Rukia hanya bisa pasrah dengan keputusan Byakuya, ia menggigit bibir bawahnya menahan tangis.
Byakuya membelakangi Rukia dengan mata yang melirik Rukia. Perlahan pipinya memerah.
'Hm, wajahnya begitu lucu saat basah kuyup seperti itu. Lalu….' Byakuya baru menyadari kalau Rukia menggunakan baju putih sehingga lekuk tubuhnya sedikit terlihat jelas baginya. 'Apa yang kau pikirkan?! Dia adikmu!' batin Byakuya sedikit panik.
"Ekhm," batuk Byakuya. "Aku tinggal keluar, mandilah di sini."
"Hai."
Beberapa bulan kemudian….
Seperti biasa Rukia akan mengurung dirinya di dalam kamar setiap sore hanya untuk menulis pada buku kesayangannya. Buku harian.
"Hah~ hari ini melelahkan," gumam Rukia.
'Padahal sudah satu semester ini, tapi Nii-sama masih saja dingin padaku,' batin Rukia.
Rukia mulai menulis pada buku hariannya, setiap kata ia tulis dengan hati-hati.
Tertulis :
Setiap hari sikap Nii-sama semakin membuatku bingung. Sebenarnya dia membenciku atau menyayangiku? Itulah pertanyaan yang tak pernah bisa kupecahkan.
Sekarang pada semester 2 aku selalu dijemput Nii-sama tepat waktu, karna dia tak mau aku terkunci lagi di atas atap.
Ah iya juga pada semester 2 ini aku semakin dekat dengan Ichigo, namun aku tak berpacaran dengannya, kami hanya bersahabat.
Tak lama dari itu ketukan terdengar, sehingga Rukia tak menggerakan tangannya lagi.
"Rukia," panggil seseorang.
"Hai Nii-sama, masuk saja. Pintu tak terkunci," balas Rukia.
Pintu kayu itu terbuka dan menampilkan laki-laki berambut hitam panjang.
"Hari ini aku ada acara," ujar Byakuya yang hanya memasuki kamar Rukia beberapa langkah saja.
"Hai, lalu?"
"Kau ikut."
Mendengar itu Rukia kaget tak percaya, jantungnya berdegup memikirkan acara penting apa itu hingga Byakuya mengajaknya.
"Acara apa itu Nii-sama? Kenapa sampai harus mengajakku?"
"Pertemuan petinggi beberapa perusahaan."
"Bukankah hanya Nii-sama yang perlu datang?"
"Jangan banyak tanya Rukia. Ikut saja."
"H-hai, gomen."
"Jam 8 malam nanti, kutunggu."
"Hai."
Cahaya begitu terang menimpa sebuah ruangan besar tempat banyak orang berkumpul. Terlihat pakaian mereka rapi dan terlihat mahal.
"Hey Byakuya," panggil seseorang bersurai putih.
Byakuya menoleh tak acuh.
Orang itu menghampiri Byakuya dengan langkah stabil. Orang itu melihat gadis kecil di sebelah Byakuya.
"Ah Rukia ya? Kau semakin cantik saja," ujarnya yang membuat Rukia tersenyum manis.
"Terima kasih, Ukitake-san," balas Rukia anggun.
"Kau terlihat cocok dengan Byakuya ya, Rukia," ucap Juushiro membuat Rukia maupun Byakuya—secara diam-diam— salah tingkah.
Pipi mereka berdua sedikit memerah mendengarnya.
"Ukitake-san, apa maksudmu?" ucap Rukia malu-malu.
"Juushiro Ukitake, jaga bicaramu. Ingatlah kalau Rukia masih tetap adikku," ujar Byakuya dengan membuang muka.
Hati Rukia penuh dengan rasa senang yang tak tertahankan, itu dikarenakan ia mendengar Byakuya menyebutnya adik.
"Ya ya ya, Byakuya. Aku ingat itu," ujar Juushiro. "Tapi kalau dipikir lagi, kalian tidak ada hubungan darah jadi, itu tak melanggar hukum bukan?"
"Hentikan pembicaraan ini," kesal Byakuya.
"Hai hai, Kuchiki-sama."
Juushiro mengakhiri pembicaraan tentang Byakuya dan Rukia. Seusai itu Juushiro menyapa kenalan yang lain.
Seseorang menghampiri Byakuya.
"Byakuya-boo!" serunya membuat hati Byakuya panas.
"Berisik Yoruichi, dan berhenti memanggilku 'Byakuya-boo' aku bukan anak-anak lagi," kesal Byakuya walau wajahnya tetap datar.
"Jangan kesal seperti itu," ucap Yoruichi dengan menepuk pundak Byakuya pelan.
Yoruichi melirik ke samping dan menemukan seseorang yang menurutnya sedikit asing.
"Dia siapa?" tanya Yoruichi penasaran. "Pacarmukah?"
"Dia Rukia," jawab Byakuya.
Lagi-lagi pipi Rukia dibuat memanas karena pertanyaan ceplas-celplos Yoruichi.
'Kenapa mereka mengatakan aku pacar Nii-sama sih, jelas-jelas aku kan adiknya,' batin Rukia tersipu malu. 'Walau aku sedikit berharap kalau itu memang benar.'
"Ah maaf, dia terlihat sangat berbeda dari biasanya sampai aku tak mengenalinnya," ujar Yoruichi.
Byakuya membalas dengan gumaman.
"Ah ya Bya."
"Hm?"
"Bukankah besok di kelas Rukia ada tes?"
Byakuya mengerutkan alisnya heran. Dia tak paham dengan tes yang dimaksudkan oleh Yoruichi. Lalu kenapa Rukia juga tak bercerita padanya.
"Tes apa?"
"Apa Rukia tak menceritakannya? Besok adalah tes untuk memasuki kelas akselerasi."
Byakuya berdehem sebelum melirik Rukia sebentar lalu kembali menatap Yoruichi.
"Hm lalu?" tanya Byakuya tidak acuh.
"Kenapa kau mengajak Rukia ke sini, kenapa kau tidak biarkan dia belajar?"
"Aku tidak tahu kalau dia ada tes. Itu saja," jawab Byakuya dingin.
Beberapa menit kemudian Byakuya menarik tangan Rukia. Cengkramannya cukup kuat hingga Rukia tak bisa kabur.
"Aku ada urusan lain malam ini. Katakan pada Yamamoto-san," ucap Byakuya sebelum menyeret Rukia pergi.
"Nii-sama…," panggil Rukia pelan dengan suara gemetar.
"Diamlah Rukia, kau benar-benar membuatku kesal sekarang," geram Byakuya.
"G-gomen a-aku tak menceritakannya."
Byakuya tak menyahutinya, pikirannya terlalu gelap akan hal itu. Yang bisa Byakuya pikirkan adalah Rukia yang mulai menganggapnya tak penting hingga tak menceritakan hal sepenting itu.
Sesampainya di rumah Byakuya langsung menyeret Rukia ke dalam kamar. Byakuya menutup pintu dengan kasar lalu mengunci pintu kamar tersebut, sehingga Rukia terkunci sendirian di dalamnya.
"Dapatkan nilai bagus untuk tes besok, Rukia," ujar Byakuya terakhir kalinya sebelum pergi ke kamarnya sendiri.
Sedangkan Rukia hanya bisa terduduk lemas dengan berkutat pada pikirannya yang sudah menjalar ke segala arah seperti api. Perlahan air matanya terkumpul pada sudut matanya dan itu mulai berjatuhan saat ia sudah tak kuat lagi membendung perasaannya.
"Nii-sama, maafkan aku … apa aku menyakitimu lagi?" lirih Rukia dengan tangis.
Berbagai macam kilas balik masa lalu bermunculan dalam benak Rukia sampai kepalanya begitu sakit seperti ingin meledak.
Pada hari itu, sesudah selesai pemakaman. Rintik hujan mulai jatuh seperti ikut berkabung bersama kedua saudara ini. Alam seolah ikut bersedih akan kematian kedua orang tua mereka.
Saat kedua saudara ini sampai ke tempat kediaman mereka. Sang kakak menarik adiknya kasar ke kamar. Dengan kasar ia mendorong adiknya yang membuat adiknya menangis tersedu-sedu.
"Nii-sama … kenapa? Ruki salah apa? Kenapa Nii-sama begini? Hiks," isaknya tak berhenti-henti.
Kakaknya menyahutinya dengan membentak, "Karena kau Tou-sama dan Kaa-sama tiada! Sebaiknya kau ikut tiada bersama mereka!"
Mendengar umpatan kakaknya itu membuat hati sang adik hancur lebur seperti kertas yang terbakar oleh api dan menjadi abu.
Adiknya berlari meninggalkan kamar kakaknya ke kamarnya sendiri lalu menguncinya karna ketakutan.
Tak lama dari itu ketukan lembut terdengar dari pintu Rukia. Tanpa perizinan dari sang pemilik kamar, orang ini sudah masuk ke dalam.
Orang ini hanya bisa membatu demi dilihatnya orang yang dicintainya itu menangis terisak-isak dan keadaannya sudah begitu berantakan. Padahal baru beberapa menit ia tinggalkan adiknya ini di kamar sendirian.
Dengan langkah sedikit gontai Byakuya berjalan mendekati Rukia lalu mengulurkan tangannya untuk memeluknya.
"Rukia…."
Mata Rukia melebar tatkala ia mendengar suara tersebut. Dan tangisnya tambah menjadi karna hal tersebut pula.
"Ssst … tenangkan dirimu. Aku bersamamu," bisik Byakuya dengan mengusap lembut punggung Rukia.
"Nii-sama … aku menyakitimu … hiks … katakanlah aku menyakitimu," isak Rukia dengan memeluk tubuh besar yang sedang merengkuhnya.
"Tidak Rukia."
"Lalu kenapa Nii-sama sangat marah? Kenapa Nii-sama marah seperti dulu saat menyalahkanku atas kematian Tou-sama dan Kaa-sama. Bukankah sikap dinginmu sudah cukup menjadi hukumanku?" celoteh Rukia tak jelas dengan sesegukan.
Byakuya kembali menjelajah masa lalu dan ia memang menemukan dirinya salah pada hari itu, pada saat itu. Seharusnya ia tak mengatakan hal yang membuat adiknya ini trauma berat.
Karena sudah tak tahan akan dirinya sendiri yang terus merasa bersalah dan mendengar tangis Rukia yang tak kunjung berhenti. Byakuya mengangkat kepala Rukia dan semua faktor yang tertulis di atas mendorongnya untuk mengecup bibir merah muda Rukia.
"Aku salah. Aku salah. Jangan menangis lagi," bisik Byakuya tepat di atas bibir Rukia.
Perlahan air mata Rukia berhenti dan rona merah muncul di pipinya yang menjalar ke telinga seperti api.
Melihat hal itu, dorongan pada diri Byakuya sekali lagi muncul. Dengan berani Byakuya menempelkan bibir mereka kembali, kali ini lebih lama dari sebelumnya. Karena Byakuya merasa Rukia tak keberatan, ia dengan beraninya memperdalam ciuman. Tangan Byakuya yang semula pada punggung Rukia, kini tangan kanannya pada tengkuk Rukia dan tangan kirinya pada pinggang Rukia.
Secara naluriah Rukia mengalungkan tangannya pada leher Byakuya dan membalas ciumannya.
Karena semakin lama oksigen menipis dalam tubuh mereka, mereka menyudahi ciuman panjang itu dan saling menatap satu sama lain.
"Nii-sama…?"
"Anggap itu tak pernah terjadi," ucap Byakuya pelan.
Rukia menatap Byakuya bingung dengan rona merah di pipinya yang sekarang sudah berubah menjadi merah padam.
'Jangan menatapku begitu, Rukia. Aku jadi tak kuat,' batin Byakuya berusaha meneguhkan hatinya.
"Nii-sama…?"
"Jangan banyak tanya Rukia," tegur Byakuya lembut. "Belajar saja untuk ujian besok."
Rukia mengangguk lalu perlahan mundur melepaskan dirinya dari pelukan Byakuya.
"Nii-sama, boleh kubertanya?"
"Hm?" gumam Byakuya.
"Apa Nii-sama membenciku?" tanya Rukia dengan menundukkan kepala.
Sekali lagi Byakuya mengangkat kepala Rukia dan memaksa Rukia menatapnya. Dengan menatap Rukia dalam Byakuya menjawab, "Ya dan tidak."
Rukia bertambah bingung dengan jawaban itu.
"Belajar Rukia. Aku temani."
Akhirnya Rukia duduk di kursi belajarnya dan mulai membuka buku-buku pelajarannya. Byakuya duduk di kasur Rukia yang tepat di sebelah meja belajar Rukia. Byakuya melihat Rukia mulai membaca materi di buku itu dengan serius.
Byakuya beranjak dan meninggalkan Rukia tanpa sepatah kata jua, yang membuat Rukia kebingungan. Beberapa saat Byakuya masuk ke kamar Rukia dengan pakaian yang sudah berganti dengan beberapa buku yang ada di tangannya.
Byakuya mendekati Rukia dan meletakkan buku itu di atas meja. Ia menutup buku yang Rukia baca dan membuka buku yang ia bawa.
"Dengarkan aku baik-baik. Akan kuajarkan yang kira-kira akan keluar besok," ucap Byakuya yang terdengar seperti melodi bagi Rukia. "Perhatikan. Ini adalah rangkumanku."
Byakuya mulai menjelaskan yang menurutnya penting. Rukia mendengarnya seksama, terlebih melihat tulisan tangan Byakuya yang bagai tulisan terindah di dunia membuatnya. Mendengar suara berat Byakuya yang menjelaskan membuat jantungnya berdegup cepat namun dia sangat nyaman. Perlahan suara indah Byakuya membuatnya mengantuk. Tanpa Rukia sadari ia tertidur karena tak kuat lagi akan serangan kantuk itu.
Byakuya yang menyadarinya hanya bisa tersenyum dan memindahkan Rukia ke kasur. Kali ini Byakuya melihat senyum dan wajah tenang Rukia, sehingga hatinya sangatlah lega.
"Aku senang jika kau bermimpi indah. Jangan ingat lagi masa lalu kelam kita," bisik Byakuya sebelum memberikan kecupan singkat pada kening Rukia. "Oyasumi, Rukia."
"Nii-sama, aishiteru," igau Rukia yang menghentikan niat Byakuya untuk pergi.
Hati Byakuya kembali bimbang mendengar hal itu, terlebih ia benar-benar kelewat batas hari ini. Ya dia mencium adiknya sendiri. Bukankah itu kesalahan besar?
"Rukia, aishiteru."
Pertanyaan mulai timbul pada pikiran dan hati Byakuya, 'Walau dia bukan adik kandungku, tapi pasti akan banyak orang yang tak setuju dengan hubungan kami lebih dari kakak-adik untuk sekarang. Dan lagi, perasaan aneh apa yang kurasakan padanya. Sayang sebagai kakak? Tidak, ini lebih dari itu. Cintakah aku padanya? Jika ya, apakah dia mencintaiku bukan hanya sebagai kakak? Apa dia mencintaiku sebagai lelaki?'
Byakuya menyadarkan dirinya sendiri lalu beranjak.
'Untuk sekarang, ingatlah bahwa dia adikmu! Dan dia masih trauma padamu!' tegas Byakuya membatin lalu pergi ke kamarnya begitu saja.
.
.
.
T.B.C
A/n : Maafkanlah saya yang update seenaknya, karena saya wb TwT. Fic ini akan saya hiatuskan untuk sementara waktu, jadi mohon pengertiannya, dan terima kasih bagi yang sudah mau baca apa lagi Review atau meninggalkan jejak. Love you untuk kalian
