Weird Smell


Jemari berhenti mengetik, layar ponselnya meredup perlahan sebelum mati total. Dari sudut matanya, Naruto melirik curiga ke arah Sasuke yang baru saja memasuki kamar mereka dengan handuk menggantung di leher.

Hidung si pirang mulai mengendus tipis ke sembarang arah. Dia ingat bau ini. Aromatic yang sangat mengganggu menusuk indra penciuman dengan tajam, meskipun dirasa familiar selama tiga hari terakhir. Dia tidak bisa membuat keputusan apakah membenci bau ini, atau menyukai karena telah terbiasa. Di benaknya hanya ada rasa penasaran berlebih dan sebuah pertanyaan 'sebenarnya berasal dari mana?'. Sasuke yang dia tahu tidak menyukai aroma earthy sebagai base note yang sangat kuat, aneh rasanya jika si pucat itu dengan sengaja memilih.

"Sasuke," panggil si pirang pelan, "kau mencium sesuatu yang aneh tidak?"

Sasuke melihat reaksi si pirang, tetapi memilih untuk tidak peduli. Handuk dilempar ke atas kursi, rambut hitamnya yang masih sedikit basah bersentuhan langsung dengan bantal—seolah saling berbagi lembab—saat dia merebahkan tubuhnya ke kasur. Harinya sangat lelah, hal yang diinginkan saat ini hanyalah beristirahat.

Naruto sadar pertanyaannya memang sepele, tidak heran jika Sasuke memilih untuk diam. Dari tepi kasur tempatnya duduk dia menatap si pucat yang saat ini berbaring di sebelah memunggungi. Menarik selimut perlahan, sengaja memberikan bagiannya lebih banyak untuk si pucat sebelum bersandar kembali pada bantal. Diam menyiratkan seribu bahasa dipilih, banyak pertanyaan yang ingin disampaikan. Namun waktunya tidak dirasa tepat.

Kembali pada ponsel, layar diketuk dua kali oleh si pirang untuk melanjutkan kegiatan. Antarmuka sebuah halaman pada ponsel didominasi oleh angka-angka serta warna yang begitu cerah, matanya fokus menatap—ke kiri, kanan, kiri, lalu ke kanan lagi—sampai asiknya diusik oleh aromatic aneh yang datang tiba-tiba.

Diam-diam menoleh, si pirang tahu baunya akan semakin kencang saat Sasuke berbaring. Di atas kepala mereka letak pendingin ruangan berhembus, sudah pasti bau itu akan terbawa angin menguar kuat ke seluruh ruangan. Mencoba menahan hingga detik menjadi menit, semakin kuat dia menolak, semakin kuat juga bau itu meledak. Kiranya dia bisa tetapi raut wajah yang semula biasa, kini mulai terlihat terganggu.

"Sekarang, atau tidak sama sekali," batinnya yakin, mendekati si pucat. Pergerakan yang halus dipilih sebagai strategi. Semakin tipis jarak di antara mereka semakin yakin hal yang menganggu memang berasal dari sana. Satu lengan digunakan untuk memeluk, dan yang lain digunakan untuk meraba. Tidak yakin yang dilakukannya berhasil, setidaknya dia mencoba.

Kecupan ditempatkan pada pundak Sasuke, sebelum gigitan lembut menyusul. Diulang sekali lagi dengan posisi lebih ke kiri, lalu diulangi lagi dengan posisi lebih ke kanan bersamaan tangan yang mulai masuk ke dalam baju untuk meraba beberapa hal sensitif yang ada di sana. Namun saat aksinya yang lebih menantang mulai dilaksanakan, tiba-tiba saja dihentikan paksa oleh tepisan.

"Tidak malam ini, Naruto," gumam lemah si pucat, yang bahkan tidak sanggup membuka kelopak mata.

"Just stay still," sahutnya setengah berbisik. Naruto tidak bisa berhenti, tidak jika sudah sampai titik ini. Sebisa mungkin dia harus terlihat begitu yakin, karena fatal akibatnya jika si pucat sampai tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Kecupan, sentuhan, tekanan, semuanya berpadu menjadi satu. Kehangatan memabukkan yang melebur membuat si pucat terlena hingga tidak lagi peduli dengan apa yang diberikan Naruto padanya malam itu. Hanya satu yang dia ingat meskipun samar; saat si pirang mendekapnya erat, sangat erat hingga membuatnya sulit bernapas, di situ juga kalimat terlontar dari bibir yang terengah 'Sasuke aku tidak suka bau shampoo barumu.'

Dan Sasuke tahu, tempat sampah adalah tujuan utamanya besok.

.

Continued