Shit


Tidak perlu dijelaskan secara verbal, Naruto bisa merasakan hawa membunuh yang pekat hanya dari tatapan si pucat. Di antara tawa bahagia anak-anak serta burung berkicau riang, mereka berdua hanya terdiam, duduk saling berhadapan di atas perahu kayu, di tengah-tengah danau yang tenang.

Semuanya memang terjadi secara kebetulan, tidak ada yang salah ataupun benar, hanya saja ini hari di mana si pirang memang sedang sial. Jika saja dia tidak memutuskan untuk menghabiskan waktu di luar; mengajak Sasuke berkencan yang diinspirasi acara liburan salah satu stasiun televisi, mungkin saja saat ini mereka sedang melakukan 'hal' yang jauh lebih menyenangkan di kamar.

Mencari suasana baru memang tidak salah. Namun cara eksekusi yang tidak tepat sama saja seperti menggali kuburan sendiri.

Bagaimana tidak?

Pertama, mesin perahu mereka mati. Kedua ponsel milik si pirang tercebur ke danau saat dia sibuk mengabadikan momen mereka berdua dalam bentuk foto, sayangnya euforia berlebih yang tinggi membuatnya tidak bisa menahan hasrat untuk menggunakan ponsel milik si pucat yang sialnya ikut tercebur ke dalam danau. Ketiga tidak ada dayung yang bisa digunakan untuk kembali ke tepian.

Pikiran aneh tentu menghantui setelahnya, kebetulan yang unik membuatnya berpikir, 'apa mungkin ada hal yang aneh di danau ini?' Namun pikiran itu hilang saat Sasuke mulai berdecak kesal.

Naruto melongok ke kiri dan kanan, tetapi yang dilihatnya hanya air. Pasrah soal ponsel, ada hal yang jauh lebih penting. 'Bagaimana cara mereka kembali?'

Berenang sampai tepi, bisa saja. Naruto tidak masalah jika memang harus kuyup, toh ponselnya sudah tidak ada, dompet dan yang lainnya bisa digigit di mulut.

"Seperti anjing?" Sasuke terdengar tidak setuju.

Naruto tidak bisa mengelak, di benaknya juga terlintas seekor anjing sedang berenang. Setidaknya hanya itu yang bisa mereka lakukan saat ini. "Aku benar-benar minta maaf, harusnya ini menjadi hari yang menyenangkan," jelasnya singkat. Namun tulus.

5 menit.

10 menit.

15 menit.

Keduanya bungkam, membuat susana menjadi canggung dan berat. Namun di menit selanjutnya helaan napas terdengar dari si pucat, dia berdiri sambil melepas sepatu, melucuti pakaian hingga menyisakan celana. Kulit yang pucat terekspos langsung dengan matahari membuatnya berkilau, tubuh yang kekar seolah dipahat langsung oleh dewa dalam mitologi Yunani dipamerkan dengan sengaja, bahkan saat Sasuke melompat ke dalam danau, Naruto hanya bisa diam dibuat terpukau.

"Ayo cepat, Dobe."

Bibir pucat membentuk senyum simpul tipis, sebelum tubuhnya menyelam ke dasar danau, merasakan sejuknya air yang bersentuhan langsung dengan permukaan kulit diikuti si pirang yang tertawa di belakang.

Hari itu berakhir cukup menyenangkan.

.

Continued