"Sakura" Ino bergumam sembari menatap kebawah.

Ia terlihat ragu, antara ingin meneruskan kalimatnya atau tidak.

"Nande Ino?" Sakura mengalihkan perhatiannya pada Ino.

Ino balas menatap Sakura.

"Saat pulang dari misi nanti, bisakah kita menginap dipenginapan? Aku ingin bertemu dengan Itachi" bisik Ino.

Sesaat Sakura melongo dengan permintaan Ino, sebelum kemudian senyuman miring terkembang dibibirnya.

"Heh? Memang kau mau melakukan apa dengan Itachi dipenginapan?" tanya Sakura seraya berbisik.

"Ck! Kau bisa membantuku atau tidak!?" sungut Ino kesal.

Sakura terkekeh.

"Hai Hai aku akan coba membujuk Neji agar nanti kita bisa menginap"

"Aku mengandalkanmu Sakura" ujar Ino, lalu kemudian menghela nafas lesu.

Sakura mengernyit bingung, "Kau kenapa Pig? Kenapa hari ini kau terlihat tidak bersemangat?"

Ino menggeleng, "Emm - "

"Itachi tidak mau bertemu denganku didalam desa ini" ucap Ino murung.

"Dia mau bertemu denganku secara diam-diam, diluar desa" lanjut Ino.

Ino menatap Sakura yang ternyata masih menyimak perkataannya.

"Menurutmu kenapa Itachi tidak mau bertemu denganku secara terang-terangan?" tanya Ino dengan mimik wajah sedih.

Sakura melihat mata Ino kini mulai berkaca-kaca.

Sakura menghela nafas. "Hah~"

"Apa Itachi punya wanita lain?" tanya Ino serak.

Sakura mengusah nafasnya.

"Menurutku, Itachi Onii San itu bukan tipe pria yang suka gonta ganti pasangan, aku pikir mungkin karena ada alasan lain" ujar Sakura.

"Iya tapi apa Sakura? Apa Itachi hanya mau mempermainkan aku?" tanya Ino lagi.

Sakura memelototi Ino.

"Tapi atas dasar apa Itachi mau mempermainkanmu? Lagipula sampai saat ini aku belum pernah melihat Itachi menggandeng seorang wanita?" ujar Sakura tidak suka.

Ino mengatupkan bibirnya rapat.

"Apa menurutmu anggota Anbu yang super sibuk sepertinya mau meluangkan waktu untuk mencari wanita lain?" tanya Sakura yang seketika membuat Ino tersadar.

"Menurutku Itachi lebih mementingkan kehidupan Ninjanya daripada mencari seorang wanita" ujar Sakura.

Ino merenungi perkataan Sakura.

Iris Aquamarine nya kini bergerak menoleh kesembarang arah.

"Dari awal saat kau menyukai Itachi aku sudah pernah bilang kan? Bahwa Itachi itu bukan tipe pria yang akan perhatian dan memprioritaskan dirimu"

Ino terdiam.

"Jadi kau harus lebih banyak bersabar dan mengerti saat menjadi pacar Itachi" ujar Sakura menatap lekat Ino.

"Jangan jadikan ini alasanmu untuk memutuskan Itachi" sindir Sakura.

Ino tidak bergeming, pikirannya kini melayang pada saat bersama dengan Itachi.

Saat dirinya mengatakan rindu, Itachi tidak pernah membalas, Itachi justru malah balik bertanya 'Benarkah?'

Sebenarnya perasaan Itachi terhadap dirinya itu seperti apa?

Apakah Itachi mencintainya?

ooOoo

"Ino?"

"Doushite Tou San" jawab Ino malas.

"Fugaku San mengundangku dan Ibiki untuk makan malam dirumahnya" Inoichi berdiri dihadapan Ino.

"Lalu" sahutnya cuek, ia menghindari tatapan ayahnya.

"Fugaku San juga mengundangmu dan Kaa Chan" ujar ayahnya.

Dalam sepersekian detik Ino diam tak bergeming, otaknya baru mencerna topik yang dibahas ayahnya.

Siapa tadi?

Fugaku yang notabene ayah Itachi mengundang mereka untuk makan malam dirumahnya?

Hah?

"Apa Tou San? Siapa tadi?" tanya Ino yang kini menatap ayahnya dengan penuh tanya.

Ayahnya terkekeh.

"Fugaku San"

Ekspresi wajah Ino berubah riang.

Dengan mata berbinar ia menatap ayahnya.

"Kapan Tou San?" tanya Ino.

Ayahnya tersenyum geli, "Nanti malam"

"Kaa Chan sepertinya tidak bisa ikut, karena harus menemani Baa Chan yang sedang sakit." ujar Inoichi.

Ino masih sibuk dengan pikirannya, mata berbinarnya kini menatap kesuatu arah sembari tersenyum.

Inoichi menggeleng. "Bersiap-siaplah nanti, jangan lupa"

Oo jangan salah Ino tidak akan pernah lupa dengan hal apapun yang menyangkut Itachi, mendengar nama Itachi saja semangat Ino langsung membara.

o

o

o

Didalam benak Ino bertanya-tanya, butuh waktu berapa jam Mikoto Baa San memasak semua hidangan yang tertera diatas meja ini.

Melihat berbagai macam jenis lauknya saja perut Ino rasanya sudah penuh.

"Silahkan dinikmati Inoichi San, Ibiki San" interupsi Fugaku.

"Hai Fugaku San. Apakah Mikoto San yang memasak semua hidangan ini?" tanya ayahnya.

Ino melirik Itachi lewat ekor matanya.

"Ya, dibantu oleh Itachi" jawab Fugaku yang seketika membuat Ino hampir tersedak liurnya.

"Ohh jadi Itachi bisa memasak juga ya?" tanya ayahnya yang mewakili isi hati Ino.

"Hai, Itachi biasa mengerjakan pekerjaan rumah" sahut Fugaku, Ino mengatupkan bibirnya serapat mungkin agar tidak melepaskan tertawaan.

Jujur saja Ino sedari tadi ingin tertawa, ia tidak menyangka bahwa ternyata Itachi memiliki kemampuan yang beragam.

Rasanya Ino malu pada dirinya sendiri, Karena pekerjaan rumah saja yang mengerjakan ibunya.

Apa mungkin saat menikah nanti dengan Itachi, yang mengurus pekerjaan rumah itu juga Itachi?

Ino tidak bisa membayangkan.

"Silahkan dimakan" tawar Fugaku sekali lagi.

Ino mulai mengambil beberapa hidangan, setelahnya Ino makan dalam diam.

Ia hanya mendengarkan obrolan ringan yang terjadi antara ayahnya dan orang-orang ruangan.

Disebelah Sasuke, terlihat Shisui sedang fokus menikmati makanan dan disebelah Mikoto ada Itachi yang juga sedang melahap makanannya.

"Ino, ayo ditambah lagi" tegur Mikoto, Ino menyematkan senyum.

"Hai Oba San, ini sudah cukup" jawab Ino pelan.

Mikoto pun hanya tersenyum dan mengambilkan beberapa hidangan untuk Sasuke.

Heh?? Apa itu barusan?

Apa tidak salah badan sebesar itu masih diambilkan makanan oleh ibunya?

Ino rasanya ingin tertawa.

Ino baru tahu kalau Sasuke ini anak manja.

Astaga, ternyata lelaki yang diidam-idamkan sakura itu anak manja ya?

"Shisui ditambah lagi" ujar Mikoto yang mengalihkan perhatian Ino, reflek Ino menengok kearah Shisui.

"Hai Mikoto Ba Chan, sepertinya aku sudah mulai kenyang" jawab Shisui.

Sejak tiba disini, Ino belum melihat interaksi yang intens antara Shisui dan Itachi.

Ino dibuat heran, biasanya mereka berdua kalau bertemu bagaikan surat dan perangko.

Dimana ada Shisui pasti ada Itachi, begitupun sebaliknya.

Ino merasa ada yang aneh diantara mereka berdua.

o

o

o

Ino duduk seorang diri dihalaman belakang rumah Itachi.

Ino sengaja menjauh dari kumpulan pria yang sedang sibuk bercengkerama.

Ino tidak tertarik untuk mendengar pembahasan mereka.

Yang membuat Ino lesu itu sebenarnya reaksi Itachi, kenapa saat berpapasan dengannya Itachi melewatinya begitu saja?

Menyapa pun tidak.

Jujur saja Ino sedih.

Ia pikir dengan datang kesini ia akan lebih leluasa mengobrol dengan Itachi.

Ino jadi ragu dengan janji Itachi yang akan mendatanginya saat menjalani misi besok.

Ino beranjak dari tempatnya lalu melangkah mendekati kolam ikan yang berada didepan sana.

Sejenak Ino melupakan kesedihannya, kini pandangan matanya lebih tertarik dengan kolam ikan tersebut.

Ternyata dirumah ini ada yang memelihara ikan?

Kira-kira peliharaan siapa ini?

"Jangan menyentuh air kolamnya, ikan-ikan itu sensitif" interupsi sebuah suara, Ino menoleh keasal suara.

Dan ternyata kalimat tersebut dilontarkan oleh Sasuke.

Ino mendecih, lalu mengalihkan lagi perhatiannya dan menatapi beberapa ikan yang berenang.

Ia saja baru mendekati kolam ini, bahkan menyentuh pinggiran kolamnya saja belum.

"Ada apa?" tanya sebuah suara, Ino sangat kenal siapa pemilik suara ini.

Namun ia tidak mau menoleh, mood Ino sedang tidak baik.

"Aku memberi tahu dia jangan sampai memasukan tangannya disana" sahut Sasuke.

Sedangkan Ino masih betah pada posisinya, ia melihat sosok tersebut turun dan berjalan mendekatinya.

"Ino"

Ino menoleh seraya menyunggingkan senyum tipis, "Hai Shisui Nii"

"Kenapa hanya sendirian, mana Itachi?" tanya Shisui.

Ino berdiri menghadap Shisui.

"Tidak tahu, mungkin sibuk" sahut Ino.

"Apa mengobrolnya sudah selesai?" tanya Ino lagi.

"Belum, mereka masih mengobrol. Aku memutuskan untuk pulang duluan" ujar Shisui.

Ino mengangguk dengan wajah murung.

"Aku juga ingin pulang, tapi tampaknya Tou San masih mengobrol"

Shisui menatap Ino, "Coba pamit pada ayahmu" usul Shusui.

"Baiklah aku akan coba dulu" ujar Ino lalu beranjak pergi.

Ino pun mendatangi tempat ayahnya mengobrol.

"Tou San apa aku boleh pulang duluan? Aku ada urusan" ujar Ino.

"Hai duluan saja Ino" sahut Inoichi.

Ino mengangguk dan mengarahkan pandangannya pada Fugaku.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu Fugaku Ojisan" ujar Ino pamit seraya membungkuk.

"Hai berhati-hatilah dijalan" sahut Fugaku.

Ino menatap Itachi, "Aku pulang dulu Itachi Nii" Ino menarik paksa bibirnya agar tersenyum.

Ulu hatinya berdenyut saat bertemu pandang dengan Itachi.

Itachi benar-benar cuek pada dirinya, meski Itachi punya alasan lain tapi harusnya Itachi tidak boleh acuh begitu.

"Berhati-hatilah dijalan" ujar Itachi tanpa ekspresi.

Ino lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Hah!

Dada Ino rasanya nyeri, dan kalau kalian ingin tahu rasanya itu bagai dihujam oleh ribuan jarum.

Sakit sekali jika orang terkasih bersikap acuh tak acuh.

Ino menghampiri Mikoto yang sedang membersihkan ruang makan.

"Obasan " panggil Ino, Mikoto menoleh.

"Ah Ino?" sahutnya.

"Aku pulang dulu Obasan, aku ada urusan" ujar Ino ramah.

"Oh Hai itterasshai, lain waktu datang lagi kesini ya Ino" ujar Mikoto.

Ino mengangguk, "Hai Obasan, aku pergi dulu"

"Hai~"

Ino pun langsung pergi.

Ia memasang alas kakinya lalu pergi secepatnya dari teras.

Ino berjalan dengan wajah murung, ia sedih mengapa Itachi berlagak seolah tidak mengenal dirinya.

Apa sebenarnya salahnya?

"Ino?" panggil seseorang yang seketika membuat Ino terkejut.

"Shisui Nii? Kupikir kau sudah pulang?" tanya Ino dengan ekspresi terkejut.

"Belum, aku menunggumu" jawab Shisui.

Ino tersenyum kaku, "Ah Gomennasai aku tidak tahu, kupikir saat aku pergi berpamitan kau sudah pulang" ujar Ino kikuk.

Shisui menggeleng, "Tidak" jawabnya santai.

Ino jadi salah tingkah, ia merasa sungkan dengan Shisui.

Selanjutnya hening, tidak ada pembicaraan antara ia dan Shisui.

Ino pun kini sibuk dengan pikirannya sendiri.

Ia dan Shisui berjalan sejajar menyusuri jalan.

Ino menoleh kearah lain, berharap pemandangan yang terhampar didepan matanya dapat mengembalikan suasana hatinya.

Ino memperhatikan beberapa perumahan Uchiha yang terlihat sepi.

Dan ia dikejutkan dengan perlakuan Shisui yang menarik lengannya, dan ketika melihat kearah depan dirinya ternyata hampir menginjak lubang cukup besar.

"Hati-hati Ino" tegur Shisui.

Masih dengan ekspresi terkejut Ino mengangguk, "Hai, terima kasih Shisui Nii"

"Fokuslah pada langkahmu, jangan melamun" ujar Shisui.

"Hai" gumam Ino.

"Kau kenapa?" tanya Shisui.

Ino menggeleng, "Tidak apa-apa"

"Sou Desu? Kupikir kau ada masalah" ujar Shisui.

Ino menatap sekilas Shisui.

Lalu diam.

Kini suasana kembali menjadi hening.

Ino kembali bergelut dengan pikirannya.

Antara ingin menanyakan pada Shisui atau tidak, yang Ino tahu Shisui itu teman dekat Itachi.

Meski sekarang hubungan pertemanan mereka memiliki jarak, tapi Ino pikir Shisui pasti tahu.

"Shisui Nii?" tanya Ino ragu.

"Ya?" Shisui menatap Ino.

"Apa menurutmu Itachi mencintaiku" tanya Ino dengan nada pelan, namun masih bisa didengar oleh Shisui.

"Emm aku tidak tahu, kenapa tidak tanyakan sendiri pada Itachi" ujar Shisui.

Mata Ino mulai berkaca-kaca.

"Sepertinya tidak" ujar Ino lagi.

Shisui menatapnya, "Apa Itachi bilang begitu?"

Ino menggeleng, "Tidak, tapi.."

Ino menghindari tatapan Shisui.

"Tapi Itachi bilang padaku untuk jangan bertemu dulu" ujar Ino bergetar.

Shisui diam tanpa ekspresi.

"Awalnya aku tidak keberatan saat Itachi mengatakan itu -"

"Tapi yang membuat aku sakit itu ketika aku datang kerumahnya, Itachi tidak menghiraukan aku" ujar Ino terisak, ia menutup mulutnya agar tangisannya tidak didengar Shisui.

"Itachi seolah menganggap aku tidak ada" ujarnya dan kali ini Ino benar-benar menangis.

"Aku tidak tahu salahku apa~" Ino menekuk wajahnya kebawah agar wajahnya tidak dilihat oleh Shisui.

Shisui menatap Ino prihatin

"Sudah, jangan menangis... Mungkin Itachi punya alasan melakukannya" ujar Shisui, dengan gerakan ragu Shisui menepuk punggung Ino.

Sembari berjalan Ino masih melanjutkan tangisnya.

ooOoo

Lima menit telah berlalu sejak kedatangan Itachi.

Shisui masih betah menutup rapat bibirnya, iris matanya memperhatikan gerik wanita dengan paras indah dibawah sana.

Selain berguna sebagai identitas desa Konoha, ukiran patung yang sedang dipijakinya sekarang ini juga ternyata berguna untuk mengamati orang.

Dibawah sana tampak Ino yang sedang mengenakan jubah putih bergaris merah serta sebuah tas yang bertengger dibahunya.

Tengah berjalan bersama lelaki pengguna Byakugan dan satu lagi perempuan berambut merah muda.

Mereka bertiga berjalan beriringan saat keluar dari gedung Hokage.

Shisui melirik sekilas kearah Itachi.

"Shisui" panggil Itachi.

"Ada apa Itachi?" tanya Shisui tanpa menoleh.

"Hokage Sama memanggilmu, dia ingin membahas misi rahasia dengan kita berdua" ujar Itachi.

Shisui bergeming, "Ya aku akan menghadap Yondaime Sama nanti"

Itachi membuka mulutnya, dengan ragu ia bertanya, "Shisui.. Apa kau marah padaku?"

Shisui tersenyum, "Apa kau ingin mengetahui sesuatu tentangnya Itachi?"

Shisui membuka topik yang melenceng jauh dari pertanyaan Itachi.

Tanpa dijelaskan pun Itachi mengerti siapa yang dimaksud oleh Shisui.

"Tadi malam dia menangis dihadapanku" ujar Shisui yang kini menatap Itachi.

Itachi melemparkan tatapan bingung.

"Apa yang membuatnya menangis?" tanya Itachi.

"Karena perlakuanmu padanya" ujar Shisui.

Itachi menjadi semakin bingung. "Aku tidak ingat melakukan hal yang menyakitinya" ujar Itachi dengan ekspresi kebingungan.

"Seharusnya kau belajar lebih banyak lagi untuk memahami perasaan wanita Itachi, apalagi perasaan kekasihmu" Shisui memutar tubuhnya hingga kini menghadap Itachi.

"Apa maksudnya Shisui Nii" tanya Itachi dilanda kebingungan.

"Meski kau menghormati ayah dan ibumu, tetapi tidak seharusnya kau mengabaikan keberadaannya"

"Apalagi dia berada didepan matamu Itachi" ujar Shisui, Itachi terdiam.

"Seharusnya kau memikirkan perasaannya" ujar Shisui lagi.

"Walaupun hanya sekedar tegur sapa tidak akan menjadi masalah didepan orang tuamu"

Itachi diam seribu bahasa, jika Shisui tidak mengatakan hal ini dirinya tidak akan pernah sadar bahwa perlakuannya tersebut telah menyakiti perasaan Ino.

"Seharusnya Itachi, kau jujur padanya jika tidak mencintai dia"

Perkataan Shisui barusan seolah membangunkan Itachi dari alam bawah sadar.

"Daripada gadis polos sepertinya harus hancur hanya karena diberikan angan-angan"

Kalimat Shisui barusan berputar memenuhi kepalanya.

ooOoo

Ino mengedarkan pandangannya kesegala arah.

Kini Neji dan Sakura berjalan mendekatinya.

Dengan beberapa tas senjata, Neji dan Sakura meletakan barang tersebut didekatnya.

"Ino kau bawa yang ini" Neji memberikan sebuah tas yang berisikan Kunai dan sejenisnya.

"Hai" jawab Ino, ia mengambil tanpa protes.

"Kalian berdua tidak keberatan dengan bawaan masing-masing?" tanya Neji, meski dirinya diberi tanggung jawab sebagai pemimpin.

Neji tidak sewenang-wenang memerintah mereka berdua.

Setidaknya sikap Neji membuat stres dikepala Ino berkurang.

"Tidak" Ino dan Sakura menjawab serentak.

"Baiklah kalau begitu kita kembali keKonoha sekarang" ujar Neji.

"Hum.. Neji?" celetuk Sakura, siempunya nama menoleh.

"Nande Sakura?"

"Sebelum kita pulang kedesa, boleh tidak kita singgah dipenginapan dulu, aku dan Ino ingin membersihkan badan dan beristirahat, kami lelah" ujar Sakura.

Neji mengerutkan kening.

"Kenapa tidak sekalian didesa saja?" tanya Neji.

"Kami ingin sekalian mengistirahatkan tubuh kami, aku juga rasanya lelah Neji."

"Jadi kita sekaligus menginap?" tanya Neji, Sakura mengangguk.

"Ya, kumohon mengertilah Neji" ujar Sakura memelas.

Lama terdiam akhirnya Neji bergeming.

"Ya baiklah kalau itu mau kalian"

Sakura tersenyum girang, "Wah Arigatou Ne Neji~"

Sakura mengerling kearah Ino, lewat kode mata tersebut Ino menangkap maksud dari Sakura yang bermakna 'Misi berhasil!'

Ino tersenyum kecil.

Sebenarnya ia ragu, antara ingin berterima kasih atau tidak.

Sejujurnya Ino masih sakit hati dengan Itachi.

Ino pun rasanya ragu dengan janji Itachi.

"Kalau sudah siap, ayo kita pergi"

o

o

o

"Hey Ino" ujar Sakura setengah berbisik, ia mendekati Ino agar orang dipemandian sebelah tidak mendengar percakapan mereka.

"Ada apa Sakura?" sahut Ino acuh.

Sakura jadi heran.

"Apa benar Itachi akan mendatangimu disini" tanya Sakura.

Ino menghela nafas.

"Tidak tahu" jawab Ino ketus.

Sakura menautkan alisnya.

"Dasar aneh" sungut Sakura.

Ino mendengus, "Terserah"

Sakura mendecak sebal, "Yasudah, aku duluan aku mau istirahat" ujar Sakura kesal.

Sakura keluar dari kolam pemandian lalu pergi.

Kini hanya tinggal Ino seorang diri, sejak menginjakan kaki disini, ia bahkan tidak memiliki selera untuk melakukan apapun.

Nama Itachi terus saja berputar dikepalanya, sedetik pun pikirannya tidak bisa lepas dari nama Itachi.

Ino pun heran, kenapa ia bisa-bisanya dimabuk asmara seperti ini.

Memikirkan putus hubungan dengan Itachi saja Ino rasanya tidak sanggup.

Tetapi ketika Itachi menyakiti hatinya Ino juga punya rasa marah.

Benar kata Sakura barusan, Ino memang aneh.

"Hahh~" Ino menghela nafas panjang, sebelum kemudian bergerak keluar dari air pemandian.

Ino mengusap tubuhnya dengan handuk yang sudah tersedia, lalu memakai Yukata berwarna putih yang sudah tersedia disana.

Ino menghurai rambutnya.

Membuat parasnya menjadi semakin elok ketika dipandang.

Ino kemudian melangkah meninggalkan pemandian.

dan masuk kedalam penginapan.

Saat akan berjalan menuju kamar, Ino dikejutkan dengan hembusan angin dari luar yang menerpa punggungnya.

Saat berbalik Ino terkejut melihat sosok Itachi yang berdiri tegap didepannya.

"I-" Kalimat Ino terhenti saat Itachi memasang jari telunjuk dibibir.

"Sst!~"

Ino hanya diam terpaku.

"Temui aku diruangan sebelah" ujar Itachi, Ino masih terpaku.

Setelahnya tubuh Itachi memudar, diiringi dengan segerombolan burung gagak yang mengelilingi Ino.

Pluk!

Seakan tersadar Ino menoleh kepada pelaku yang menepuk punggungnya.

"Daijoubu Ka Ino?" tanya Sakura.

"A - ah?" ujar Ino kebingungan.

Ino dengan cepat menoleh ketempat Itachi tadi berdiri, namun ternyata sosok tersebut tidak ada.

Ino menjadi bingung, ia bertanya-tanya apakah kejadian tadi nyata?

"Kenapa kau berdiam diri disini? Kupanggil beberapa kali kau seperti orang tuli Ino?" ujar Sakura sarkastik.

Ino langsung menggelengkan kepalanya, "Sakura, aku keluar dulu. Kau tidur saja duluan" ujar Ino.

Sakura tersenyum miring.

"Apa kau akan menemui dia" tanya Sakura.

Ino memutar bola matanya.

"Iya, jangan ceritakan pada siapapun ya Sakura" ujar Ino.

Sakura tersenyum penuh arti.

"Hai! Percaya padaku Ino"

Ino mengangguk, "Baiklah, aku pergi dulu~" ujar Ino dengan nada menggoda.

Sakura memasang ekspresi sebal, "Iss pergi sana"

Ino tertawa sebelum kemudian pergi.

o

o

o

Oh iya Ino baru ingat, ia kan sedang marah pada Itachi kenapa malah perasaannya menjadi gembira seperti ini?

Kenapa pula ia datang kemari tanpa beban?

Ino diam termenung didepan pintu, antara ingin mengetuk pintu itu atau tidak.

Sret!

Ino terperangah saat pintu didepannya terbuka separuh.

Dan Ino semakin terpana ketika melihat sosok didepannya.

"Masuklah" perintah Itachi.

"Hai~" sahut Ino pelan.

Lalu ia masuk kedalam penginapan tersebut, setelah Ino masuk Itachi pun menutup pintu.

Itachi mengenakan pakaian berwarna biru gelap.

Ino diam tanpa bisa mengeluarkan kata sedikitpun.

Ia masih bingung dengan perasaannya, ia marah tapi ia takut mengungkapkannya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Itachi ditengah keheningan.

Ino menggigit bibir bawahnya, ia bingung ingin menumpahkan kekesalannya seperti apa.

Tetapi ia pun tidak mau terus menerus mengorbankan perasaanya.

"Ino~" panggil Itachi lagi.

Ino tidak mau menatap Itachi, ia pikir ini saatnya ia mengungkapkan kekesalannya.

Greb

Itachi menarik tubuh Ino agar menghadapnya, membuat pandangan matanya dan Itachi bertemu.

Dan saat beradu pandangan dengan Itachi, Ino jadi lupa dengan kekesalannya.

Iris matanya kini bergetar menahan kekaguman pada paras Itachi.

Dipikiran Ino sekarang adalah, mengapa Itachi terlahir begitu tampan?

Sampai-sampai Ino dibuat tidak berdaya?

Padahal Ino ingin meluapkan kemarahannya tetapi mulutnya tidak sanggup mengeluarkannya.

Ino membutuhkan sedikit keberanian.

"Maaf... Karena telah membuatmu menangis, Ino." ujar Itachi.

Hah?

Ino rasa ia tidak salah dengar.

Itachi mengetahui dirinya menangis?

Berarti Itachi mengetahui tentang kekesalannya?

Memikirkannya seketika membuat kelopak matanya memanas.

Berarti ini kesempatan Ino menunjukan semua kekesalannya pada Itachi.

"Aku -" ujar Ino dengan bibir bergetar, Ino menekuk wajahnya.

Namun wajah Ino kembali terangkat ketika Itachi meraih dagunya, "Maafkan aku"

Tanpa bisa ditahan airmata Ino pun mengalir.

"Aku marah padamu -" ujar Ino terisak, lalu menangis dihadapan Itachi.

Yang ingin Ino tunjukan pada Itachi adalah kekesalan dan kesedihan yang menjadi satu.

Itachi menggenggam kedua tangannya, dan dengan keberanian yang entah datang dari mana Ino mencoba menepis tangan Itachi namun dengan sigap ditahan oleh Itachi.

"Kau mengabaikan aku, kau - hiks"

Ino tidak mampu melanjutkan kata-katanya, ia kini menangis sejadinya dihadapan Itachi.

"Ssh~ Ssh~" Itachi menarik Ino dalam dekapannya.

"Maafkan aku" ujar Itachi.

Ino menumpahkan airmatanya didada Itachi, dan membiarkan Itachi menepuk pelan bahunya.

Tangisan marah, kesal dan sedih menjadi satu, Itachi yang mendengarkan tangisan tersebut hanya mampu diam.

Didalam benak Itachi, kini dipenuhi dengan nama Shisui, ketimbang dirinya Shisui bahkan lebih mengerti dan peka terhadap perasaan Ino.

Itachi jadi sedikit iri dengan Shisui, dalam hal apapun Shisui pasti selalu mengungguli dirinya.

Bahkan dalam perihal memahami perasaan wanita.

Yang Itachi pikir keputusan untuk jangan bertemu dulu dengan Ino di Desa adalah keputusan terbaik demi menjaga perasaan Shisui.

Namun ternyata berdampak buruk, dimana perasaan Ino jadi terluka, dan hal tersebut berbalik membuat Shisui menceramahi dirinya.

Tampaknya kali ini Itachi salah mengambil langkah.

"Hiks~" isakan Ino membuat Itachi tersadar.

Sedangkan Ino kini mencoba meloloskan tubuhnya dari dekapan Itachi.

Namun dicegah oleh Itachi yang kini mendorong tubuhnya kedinding.

Sesaat pandangan Ino dan Itachi saling bertemu.

"Aku menyesal karena telah membuatmu sakit hati dan sedih" ujar Itachi seraya memegang lengan Ino.

Ino pun memberikan anggukan, tubuhnya sesekali bergetar karena menahan isakan.

"Aku hanya tidak ingin orang tuaku melihat kedekatan kita, apalagi didalam rumah" ujar Itachi.

"Aku merasa canggung dengan orang tuaku ketika kita berdekatan" ujar Itachi lagi.

Ino terpana ketika memandang Itachi, dan yang semakin membuat Ino tidak berdaya adalah ketika Itachi mengusap airmata dipipinya.

Seketika membuat tangisan Ino berhenti.

"Aku berharap semoga kau mengerti dengan keinginanku ini"

Ino mengangguk.

"Sebenarnya ada satu hal yang ingin kuceritakan padamu.." Itachi menatap Ino.

"Tapi mungkin akan kuceritakan dilain waktu" ucap Itachi.

"Apa itu..?" tanya Ino dengan isakan kecil.

Itachi membelai surai Ino.

"Nanti" sahut Itachi.

"Apa itu penting?" tanya Ino dengan isakan kecil.

Itachi mengangguk.

"Ya... Ini semua ada kaitannya dengan cerita itu"

Ino semakin bingung.

"Tapi tidak usah dipikirkan, apabila saatnya sudah tiba aku akan menceritakan semuanya padamu" ujar Itachi.

Dengan wajah bingung Ino lagi-lagi hanya merespon dengan anggukan kepala, "Baiklah"

Itachi pun tersenyum, sebelah tangannya mengusap rambut Ino yang terhurai kedepan.

Membuat wajah Ino seketika memanas.

"Kau... terlihat lebih cantik malam ini" pujian yang keluar dari mulut Itachi barusan dengan sukses membuat Ino tersipu malu.

Ino tidak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun.

Tubuhnya serasa lumpuh, seakan saraf yang bekerja ditubuhnya berhenti.

Sebegitu dahsyatnya kata pujian yang dilontarkan oleh Itachi sampai-sampai organ didalam tubuh Ino berhenti bekerja.

Ino benar-benar cinta mati pada Itachi.

Kedua bola mata Ino pun membesar ketika Itachi mendekatkan wajahnya.

Ino menutup matanya ketika wajah Itachi semakin dekat.

Dan sesuatu yang hangat pun mendarat tepat dibibirnya.

Tubuh Ino menegang ketika Itachi menurunkan Yukatta nya.

"Ungmm -" Lenguh Ino, tubuhnya kini bergetar.

Dan hal tersebut seketika membuat Itachi melepaskan ciuman dan menatapnya.

"Kenapa?" tanya Itachi menatap kedalam mata Ino.

"Dingin~" jawab Ino.

Ino menyilangkan kedua lengannya didepan dada saat Itachi menoleh kearah bawah.

Ino melirik Itachi yang kini menatap lekat kearah dadanya.

dan Ino baru menyadari jika tubuhnya kini dalam keadaan setengah telanjang.

"I - Itachi Nii " gumam Ino malu.

Tanpa menjawab perkataannya, Itachi kini mengangkat tubuh Ino dan berjalan menuju kamar.

Tubuh Ino pun menegang.

Jantung Ino berpacu tak karuan saat Itachi menggeser pintu kamar dan membawa tubuhnya masuk.

Itachi membaringkan tubuhnya secara perlahan dialas tempat tidur.

Dengan jantung yang berdegub kencang Ino membalas tatapan Itachi yang kini menatap penuh gairah kearahnya.

"Itachi~"

Lama menatapnya, Itachi mulai menciumi area lehernya.

Ino memejamkan matanya, ciuman Itachi kini merambat kearea dadanya.

Ino seakan mati rasa, tubuhnya kembali menegang.

Sensasi terbakar seolah memenuhi tubuhnya.

Ino membiarkan Yukatta yang tertahan dipinggangnya kini dilepaskan oleh Itachi, hingga tubuh polosnya terpampang jelas didepan Itachi.

Ino menutup kembali matanya saat giliran Itachi melepaskan seluruh pakaiannya.

Ino tidak berani melihat, ia malu, selama ini yang ia dambakan dari Itachi adalah wajahnya.

Namun jika menyangkut hal sensitif ditubuh Itachi, sekalipun Ino tidak pernah membayangkannya.

Brug

Ino membuka matanya saat tubuh Itachi kembali berada diatasnya.

Hingga membuat mereka berdua kini saling berpandangan.

"Apa kau yakin ingin melakukan ini" tanya Itachi dengan nada selembut mungkin.

Ino mengangguk.

"Aku yakin, aku mencintaimu" jawab Ino, Itachi pun tersenyum.

Tubuh Ino seketika menegang ketika Itachi meraih kedua pahanya, dan melebarkannya hingga membuat selangkangan Ino nampak lebih jelas.

Itachi mulai bangun.

Sedangkan Ino mulai menelan gugup salivanya.

Jantungnya kini berdetak tak karuan.

Ino memalingkan pandangannya, yang ia rasakan sekarang adalah perasaan malu.

Jleb!

"Akh!" ringis Ino kesakitan.

Apa itu barusan? Kenapa bagian bawahnya sakit sekali?

Tanpa menghiraukan rasa malunya, Ino kini menatap Itachi.

"Sakit.." gumam Ino.

Itachi balas menatapnya lalu kembali merebahkan tubuhnya agar sejajar dengan Ino.

"Apa sakit sekali" tanya Itachi perhatian, Ino mengangguk.

"Hai... Pelan-pelan" sahut Ino.

"Maaf... Apabila masih sakit beritahu aku" ujar Itachi.

"Hm -m"

Itachi kembali bangkit dan mulai menggerakan tubuh bagian bawahnya.

Sedangkan Ino kembali bereaksi, ia kembali meringis kesakitan.

Ia merasa selangkangannya bagai ditusuk benda keras.

Apa memang sesakit ini?

Tanyanya dalam hati.

Kalau rasanya sakit begini, ia tidak mau meneruskannya.

"Sakit! Aku tidak tahan. Kita hentikan saja" ujar Ino.

Namun perkataannya barusan tidak dihiraukan oleh Itachi, Itachi kini beralih mencium bibirnya.

"Engmm!" lenguh Ino, ia mencengkeram punggung Itachi.

Ternyata Itachi tetap melanjutkan aktifitasnya, rasa sakit yang amat sangat membuat Ino mendorong tubuh Itachi.

"Ungmp! Itachi Nii sakitt.." ringis Ino.

Lagi-lagi Itachi tidak menghiraukan protes dari Ino.

Malah sekarang Itachi semakin mempercepat gerakannya, dan membuat Ino sekuat tenaga mendorong tubuh Itachi.

Namun sayang pergerakan Ino barusan tidak berdampak apa-apa pada Itachi, seakan merasa risih dengan tindakan Ino.

Itachi kini menahan pinggang Ino seraya terus menghentakkan pinggulnya.

"Sakit!.." ringis Ino, namun tidak dipedulikan oleh Itachi.

Ino menutup matanya dengan tubuh bergetar, dan mencengkeram benda apapun yang ada didekatnya.

Area bawahnya begitu sakit, sampai-sampai Ino tidak sanggup untuk mengeluarkan suara.

"Itachi Nii~ Sakit.." ringis Ino untuk yang kesekian kali.

Jleb!

Itachi menghentakan bagian bawahnya, hingga membuat Ino terdiam tanpa suara.

Tubuh Ino kini bergetar menahan sakit.

Sesuatu telah menembus bagian bawahnya.

"Ino~" panggil Itachi.

Namun bukan kalimat yang keluar dari mulut Ino melainkan sebuah ringisan.

"Apa sakit sekali?" tanya Itachi.

Ino masih menutup matanya.

"Maafkan aku.." ujar Itachi.

"Aku hanya ingin ini cepat selesai" jawab Itachi prihatin.

Itachi menggenggam tangan Ino.

"Itachi Nii..." ujar Ino dengan ekspresi menahan sakit.

Itachi mendekatkan wajahnya dengan Ino, sembari mengelus surai dikepala Ino.

"Hm Nande..?" tanya Itachi.

"Jangan tinggalkan aku" ujar Ino, Itachi menarik senyum.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu" sahutnya.

Ino menatap Itachi, "Bisakah kau berjanji ?" tanya Ino.

"Percayalah" jawab Itachi.

"Meski kita tidak bisa bertemu seperti dulu lagi, tapi aku akan tetap memperhatikanmu" ujar Itachi lagi.

Ino cemberut, "Jadi kita masih tidak boleh bertemu dulu?" tanya Ino.

"Iya" jawab Itachi.

"Sampai kapan kita akan terus begitu" tanya Ino murung.

Itachi mengelus wajahnya.

"Aku tidak bisa memastikan kapan" jawab Itachi dengan ekspresi serius.

Sejenak udara disekitar mereka berubah.

"Lalu bagaimana kalau aku merindukanmu" tanya Ino.

Itachi tertawa.

"Aku akan memberitahumu tempat dimana kita akan bertemu" ujar Itachi.

Ino menatap Itachi, "Memang cerita itu berhubungan erat ya dengan pertemuan kita berdua" tanya Ino lagi.

Dan Itachi mengangguk, "Ya, bahkan masalahnya rumit"

Ino terdiam, ia mencoba mendalami masalah pertemuan mereka dengan cerita yang dijanjikan Itachi.

Kira-kira masalah apa sebenarnya? Ino bahkan tidak sanggup memikirkan jika masalah tersebut ada kaitannya dengan seorang wanita.

Ino dibuat menjadi mengantuk.

Itachi kini berbaring disampingnya, keadaan tubuhnya dan tubuh Itachi sama, tidak mengenakan sehelai benangpun.

Kini yang menutupi tubuh mereka hanya sebuah selimut yang sedang ditarik Itachi.

Ino berbaring menempel dengan tubuh Itachi.

Dengan jarak seperti ini Ino bisa melihat seberapa tampan wajah Itachi.

Apalagi sekarang tubuhnya tengah berada dalam pelukan Itachi.

Rasanya Ino ingin seperti ini selamanya.

Berpeluk, berciuman dan saling memandang wajah.

Ditengah menikmati momen bersama Itachi, manik mata Ino kini beralih menatap Itachi.

Lagi-lagi Itachi terdiam, iris kelamnya menatap lurus kedepan.

Dan lagi-lagi Ino menangkap kesedihan disana.

Sebenarnya masalah seperti apa yang sedang menimpa Itachi?

ooOoo

Cklek

Kriet...

Bunyi pintu yang baru saja terbuka menggema disebuah ruangan.

Seseorang yang membuka pintu mempersilahkan Shisui masuk.

Kedua bola mata Shisui bergerak memperhatikan keadaan ruangan tersebut.

Serta keberadaan seorang wanita dengan rambut terhurai tengah duduk disebuah kursi dengan tangan terborgol diatas meja.

Pandangan wanita tersebut menatap datar kehadiran Shisui.

Sedangkan Shisui kini melangkah mendekati tempat dimana sosok tersebut duduk.

"Ada keperluan apa kau kemari?" tanyanya datar.

Shisui tersenyum kecil lalu kemudian duduk.

"Tidak apa-apa aku hanya ingin mengunjungi temanku"

Wanita tersebut tersenyum angkuh.

"Benarkah?" tanyanya sinis.

"Ya" sahut Shisui.

"Hentikan omong kosong ini, kau kesini hanya untuk menertawakan aku kan?!" ucapnya dengan nada sinis.

"Tenangkan dirimu Izumi, aku kesini benar-benar ingin menjengukmu" sanggah Shisui.

Izumi mendecih, "Kalau kau menganggapku teman, kau tidak akan melaporkan kejadian sebenarnya pada Fugaku Sama"

"Jadi hentikan omong kosongmu dan pergilah!" bentak Izumi.

Shisui diam sejenak, sebelum kemudian ia duduk berhadapan dengan Izumi.

"Setelah melakukan kesalahan yang begitu besar, kau sedikitpun tidak punya perasaan menyesal?" tanya Shisui tak habis pikir.

Izumi lagi-lagi mendecih.

"Sekarang aku menyadari bahwa kau tidak akan pernah meminta maaf pada korban, meski nyawanya hampir melayang" lanjut Shisui.

Izumi memberi tatapan angkuh.

"Tidak akan pernah." ujar Izumi lantang.

"Apa masalahmu Izumi?" tanya Shisui heran.

"Aku benci ninja rendahan sepertinya mendekati kalian berdua!" bentak Izumi, sorot matanya kini berubah tajam.

"Lantas apa masalahnya? Dia tidak merugikan kami sama sekali" sahut Shisui.

Izumi membuang tatapannya kearah lain.

"Sadarlah Izumi, terus-terusan menyimpan dengki pada orang lain, hanya akan membuatmu semakin hancur" nasehat Shisui, sedangkan Izumi kembali mendecih.

"Apa kau tahu bahwa Yamana-"

Pandangan mata Izumi berubah marah.

"Jangan sebut nama itu dihadapanku!" pekik Izumi keras.

Shisui pun diam, lama terdiam Shisui mulai kembali membuka suara.

"Apa kau tahu bahwa dia dan Itachi telah menjadi sepasang kekasih" ujar Shisui.

Izumi seketika mematung, matanya menatap kosong kearah Shisui.

Secara perlahan buliran airmata menetes membasahi pipinya.

Izumi pun menangis terisak didepan Shisui.

"Sebenarnya alasan kau tidak menyukai dia bukan karena dia Ninja rendahan, tetapi karena kau takut jika Itachi akan tertarik padanya"

Izumi masih menangis.

"Kau seharusnya berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak, dengan kau melakukan perbuatan seperti ini akan membuatmu semakin jauh dari Itachi" ujar Shisui.

Lama terdiam, mulut Izumi akhirnya terbuka, dan Shisui terkejut ketika Izumi memekik dengan keras.

"Aaaaaargh!" pekiknya dalam keadaan menangis.

"Ino! Ino! Ino! Inoo!" pekiknya berulang kali.

Izumi mengusap airmatanya dan menatap lurus kedepan.

Baru saja Shisui ingin membuka suara, namun tehenti ketika ekspresi Izumi berubah menjadi menyeringai lalu tertawa terbahak.

Shisui menyipitkan matanya.

Shisui sempat mengira Izumi mungkin sudah gila, bagaimana tidak?

Izumi yang awalnya sedang menangis, kini secara tiba-tiba tertawa.

"Apa kau baik-baik saja Izumi?" tanya Shisui khawatir

Izumi mengusap pipinya.

"Aku baik-baik saja, tapi perempuan itu tidak akan baik-baik saja jika bertemu denganku" ujarnya masih dengan terisak.

"Apa maksudmu?" tanya Shisui penuh curiga.

Izumi menatap Shisui dengan seringaian.

"Aku menanamkan sesuatu padanya, dan akan membuatnya binasa apabila dia berhadapan langsung denganku" ujar Izumi.

Ekspresi Shisui berubah serius, alisnya mengerut tidak suka.

"Sebutlah aku dewa kematian untuk wanita itu" Izumi berujar dengan penuh kebencian.

"Aku tidak percaya kau menyerangnya dengan Mangekyou Sharingan Izumi, dimana hati nuranimu? Dia itu kawan bukan musuh!" ujar Shisui tegas.

Izumi menatap tajam Shisui.

"Semua orang berubah setelah mengenal dia? Apa istimewanya wanita itu?! Kau pun sama Shisui? Apa kau menyukainya!?" cecar Izumi dengan nada keras.

"Aku tidak menyangka ternyata selama ini aku berteman dengan seekor serigala" ujar Shisui penuh amarah.

Izumi tertawa angkuh.

"Pergilah! Dan selamatkan wanita idamanmu itu!" teriak Izumi.

"Teruslah hidup dengan sifat iri dengki, maka kau tidak akan mendapatkan ketenangan didalam hidupmu!" ujar Shisui dengan kalimat menusuk.

Namun sepertinya tidak berpengaruh apapun pada sosok didepannya.

Shisui beranjak dari posisinya, tanpa menatap Izumi sekalipun Shisui berbalik pergi.

"Aku tidak peduli! Kalian semua telah terpedaya oleh pesona wanita itu!"

"Termasuk kau Shisui!"

"Dulu aku menghormatimu, tapi sekarang tidak!"

"Bahkan aku tidak mau melihatmu!"

"Pergi! Pergi! Pergi!" teriak Izumi sekeras mungkin.

Shisui menggelengkan kepalanya, Izumi benar-benar menjadi semakin gila.

Dibenak Shisui sekarang dipenuhi dengan Ino, ia harus secepatnya menemui Ino.

TBC

hope you like it :p