Fanfic ini merupakan fanfic pertama yang kubuat untuk fandom Ansatsu Kyoushitsu. Banyaknya sekali inspirasi yang kudapat saat membuat cerita ini, baik dari platform , ao3, Wattpad, dan sebagainya. Apabila ada kritikan dan masukan, silahkan komentar (walau diri ini tidak yakin apakah bisa fast respon karena mengetik cerita di kala waktu luang)
The Cursed of Blue Demon Hunter and His Red Demon
By: ahn2941
genre: supernatural, adventure, mistery
disclaimer: Ansatsu Kyoushitsu merupakan karya Yusei Matsui, fanfic ini dibuat semata-mata untuk menghibur dan konsumsi pribadi yang akan haus imajinasi bagi para pembacanya tanpa meminta pamrih ;))
POV Nagisa*
Merah.
Itulah pandangan pertama yang kulihat setelah redupnya cahaya lingkaran sihir berada dibawah tubuhku yang bersinar secara tiba-tiba, akibat dari darahku mengenai lingkaran tersebut.
Sesaat aku melupakan apa yang terjadi sebelum lingkaran sihir dibawahku bereaksi, jika diriku tidak mendengarkan suara gemuruh. Kubalik badanku, aku menemukan bahwa di belakangku ada beberapa teman sekelasku, dengan ekspresi terkejut dan posisi mereka kaku seolah-olah mereka membeku. Melihat mereka, membuatku mengingat kembali apa yang terjadi.
FLASHBACK
Mereka menemukan buku-buku ritual memanggil demon beserta mantra kutukan. Untuk mencoba salah satu ritualnya, mereka tidak mau mengorbankan diri mereka sendiri. Dengan fisikku yang lemah, tentu saja mereka menjadikanku sebagai korban kebosanan mereka, menggunakan diriku sebagai tumbal dalam praktek ritual memanggil demon. Mengajakku untuk berbicara di tempat yang sepi, memaksa dan mengancam, dan akhirnya menyayat lengan kananku hingga berdarah cukup banyak untuk digunakan membuat lingkaran sihir.
Setelah mereka membuat lingkaran sihir, aku dipaksa untuk membaca mantra yang ada di buku ritual. Aku tidak ingat, apakah aku membuat kesalahan terhadap pelafalan mantra atau mereka kurang teliti dalam membuat lingkaran sihir sehingga tidak terjadi apa-apa setelah aku mengucapkan mantra tersebut. Tidak muncul apa-apa sebenarnya cukup membuatku lega, tapi momen tersebut tidak menyenangkan bagi mereka.
"Tidak terjadi apa-apa,...?? OII, NAGISA, BACA YANG BENAR!!! KALAU TIDAK, AKU AKAN POTONG TANGANMU SAMPAI PUTUS!!!"
"Terasaka, tahan dirimu, kalau kamu benar-benar potong tangannya, yang ada tidak hanya melanggar peraturan sekolah tapi kita bisa dianggap kriminal!"
"BERISIK!!"
"Bisa juga karena kutukannya sendiri membuat dia tidak cukup mana sihir untuk memanggil ritual."
"HAAHH!!??,... Tunggu, benar juga. Harusnya kita mencari tumbalnya anak gedung utama, yang memiliki mana sihir tinggi dan berkembang baik dibanding kelas kita.", ujar Terasaka, sambil kepalanya agak dimiringkan ke kanan seolah-olah dia sedang berpikir.
Diriku yang hanya melihat percakapan mereka hanya bisa diam sambil meringis, menahan sakit dari luka sayat yang telah dibalut perban. Percuma lukanya dibalut, lukanya tetap tidak bisa menutupi sayatannya sepenuhnya, membuat darahku masih bisa menetes dari perban tersebut. Tidak hanya itu, banyaknya darah yang keluar dari luka tersebut, membuatku merasa pusing dan keseimbanganku mulai tidak stabil. Buku mantra tersebut lepas dari peganganku, tubuhku mulai ambruk.
"Maaf...", lirihku, pandanganku mulai menggelap dan apa yang aku lihat terakhir adalah mereka bertiga mulai panik saat melihat diriku tak sadarkan diri.
Setelah itu, aku tidak tahu apa yang terjadi. Saat membuka mataku, lingkaran sihir dibawahku mulai bersinar sangat terang, membutakan penglihatanku sesaat.
"Hei domba tersesat, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum time freeze yang kuberikan kepada orang sekitarmu berakhir."
"Eh, time freeze?", tanyaku sambil membalikkan badanku posisi awal. Mataku membelalak melihat makhluk yang ada di depanku.
Merah.
Dua tanduk hitam yang terpasang diantara sela-sela rambut merah. Matanya menatapku dengan tajam, seperti predator melihat mangsa, berwarna kuning keemasan. Giginya lebih bertaring dibandingkan dengan manusia pada umumnya. Terdapat sayap menyerupai sayap naga, yang ada di mitologi, berwarna hitam yang menempel pada badannya.
Satu-satu hal yang membuat diriku tidak begitu takut dengannya adalah pakaiannya yang sekilas terlihat manusia.
"Sampai kapan kau menatapku seperti itu? Sepertinya kau terlalu shock seperti tidak pernah melihat demon."
"Eh,... maafkan aku."
"Cih, kau sangat membuang waktu.", ujar demon merah tersebut sambil menjentikkan jarinya. Seketika mereka berpindah lokasi di dalam hutan yang masih berada di sekitar sekolah. Aku pun segera berdiri, tidak percaya apa yang terjadi.
Aneh.
Kulihat perban tanganku yang tadinya basah akibat darahku tidak mau berhenti keluar, sudah mengering. Kubuka perbanku dan mataku membelalak. Luka sayatnya sudah menghilang tanpa bekas apapun, seperti sedia kala.
"Heehh, terima kasih atas darahnya, domba tersesat. Sayangnya darahmu tidak cukup memuaskan diriku."
"Jika darahku tidak cukup, kenapa aku masih hidup?", tanyaku sambil menundukkan kepalaku, aku tidak berani menatap demon tersebut secara langsung.
"Darah yang kau gunakan untuk ritual cukup memanggil demon. Tapi memanggil demon bukan berarti langsung dapat memuaskan demon, domba tersesat. Tunggu dulu, dibanding domba tersesat, kau lebih cocok disetarakan dengan kelinci. Hmmm,...berhubung kau memanggilku, apa permintaanmu?", tangan kanan demon merah tersebut memegang dan menaikkan daguku, memaksa diriku menatap langsung dengannya.
"Aku,... tidak tahu."
"HAH??!!"
"Aku tidak tahu. Sejujurnya, aku tidak menyangka bahwa diriku yang memiliki kutukan bisa memanggil demon, jadi aku tidak tahu kalau ini bisa terjadi."
"APA KAU MELAWAK??? KAU MEMANGGILKU DI KALA AKU BERADA DI SITUASI PENTING BAHKAN AKU TIDAK BISA MELAWAN SIHIR YANG MENARIK DIRIKU KE DUNIA INI!!! DAN KAU MEMANGGILKU TANPA SEBAB ATAU KEINGINAN APAPUN??!", murka sang demon merah, sosoknya yang berubah semakin menyeramkan serta memberikan aura membunuh yang semakin kuat.
Aku yang tak bisa melakukan apa-apa, "Maafkan aku,... kalau begitu segera kembalilah ke tempatmu."
"Bodoh, kau pikir kembali itu sesimpel itu kalau memasuki dunia ini dengan ritual??"
"Jangan bilang,... lingkaran sihir nya tadi untuk...!"
"Kekuatan mana sihir dalam darah bisa memberikan berbagai efek baik manusia yang menggunakan maupun demon yang terkena efek dari penggunaan darah tersebut. Kalau saja mana sihir mu tidak kuat untuk mengikatku, kau sudah mati."
"Mati,... diriku?"
"Iya, mati kumakan. Aku sudah lama tidak makan manusia."
"..."
"..."
"HEEEHHHH, DIMAKAN???"
Demon merah tersebut mendengus senang melihat ekspresi kagetku, seolah-olah senang melihat mangsanya kewalahan menghadapi dirinya. "Tunggu dulu, aku tidak mengharapkan ini tetapi mengapa kau tidak memakanku?", tanyaku dengan ragu, 'Lagian aku tidak memiliki jumlah mana sihir yang kuat untuk menggunakan mantra atau ritual selama latihan.'
"Mana sihir dalam darahmu terlalu kuat mengikatku, bahkan aku tidak bisa menyangka manusia bisa membuat langsung kontrak denganku hanya menggunakan darah ritual pemanggil demon. Kalau aku memakanmu selama kontrakku belum selesai, kutukan pengikat dari ritual pemanggil demon inilah yang akan menguras kekuatanku hingga habis dan menghilangkan eksistensi dan akalku. Dan jika itu terjadi, dapat dipastikan seluruh dunia akan hancur akibat hal tersebut. Satu-satunya cara untuk melepas kontrak adalah mengabulkan permintaan sang pemanggil demon. Jika aku tidak mengabulkan permintaanmu, tidak hanya kontrak tidak selesai, aku tidak bisa kembali ke asalku. DAN KAU, MEMANGGILKU TANPA ADA SEBAB ATAU KEINGINAN??? KAU CUKUP GILA JUGA SEBAGAI MANUSIA YANG HAUS RASA PENASARAN YA!", murka sang demon merah, sambil melepaskan pegangan tangan kanannya yang tadinya menempel daguku. Pipinya terlihat mengembung dan kedua lengannya melipat, mata kuning keemasannya menatapku dengan tajam.
"Aku sendiri tidak percaya aku bisa memanggil demon,... dan aku sendiri juga baru mengetahui mantra tersebut merupakan ritual mengikat demon setelah kau muncul dan menjelaskan hal tersebut. Mereka memaksaku memanggil kau setelah menemukan buku tersebut karena penasaran dan mereka tidak mau mati,... mati, yah...kalau begitu, bunuh saja diriku, dengan begitu kau bisa kembali ke asalmu segera."
Raut muka sang demon merah semakin terlihat kesal, "Apa kau tidak mencerna apa yang aku jelaskan??? Selama kontrak ini terjalin, aku tidak bisa memakanmu itu juga berarti aku tidak bisa membunuh. Selain itu, seharusnya dalam ritual mengikat demon, kau harus memberikan imbalan diluar darahmu yang kau gunakan dalam pemanggilan demon, dimana jarang sekali ada manusia yang dapat bertahan hidup setelah memanggil demon dengan darahnya dan dapat membuat kontrak dengannya tanpa tambahan imbalan, apalagi diriku yang agung ini. Jadi selamat yah, kau termasuk manusia lemah langka yang dapat buat kontrak denganku." Nadanya terlihat sekali bahwa perkataannya cukup sarkas, walau ada benarnya bahwa diriku lemah.
"Manusia lemah, bahkan tidak bisa melawan dikala dipaksa melakukan ritual. Heehh, kalau begitu apa kau ingin aku membalas dendammu kepada mereka yang telah mengganggumu??", tatapan sinis nya bersanding senyum licik dan aura kelicikan yang mulai terasa mengelilingi tubuh sang demon merah. Betapa terlihat sekali dari bahasa tubuhnya bahwa ia memiliki beberapa rencana licik untuk mengatasi situasi seperti itu. "Tidak perlu, aku tidak mau membalas dendam mereka dengan demon. Selain itu, kau terlihat ingin membunuhnya seketika.", jawabku sambil menggelengkan kepala. "Heehh, apa kau tidak percaya denganku manusia? Selama kau tidak menyuruhku membunuhnya, aku pun masih bisa melakukannya dengan baik.", ujarnya sambil mendengus kesal.
Aku hanya diam menatapi demon tersebut, tidak mau berkomentar ketidakpercayaanku terhadap dirinya. Sang demon merah pun akhirnya menggarukkan belakang kepalanya, sambil menggerutu dalam suara bisik-bisik, kesal dengan kelakuanku yang tidak menggubris pernyataannya kalau dia akan melakukan sesuatu tanpa membunuh dengan baik. "Cih, kalau begitu sampai aku bisa memenuhi permintaanmu, aku akan mengikutimu sampai kau mati. Walau umur manusia sangatlah pendek dibandingkan bangsa demon, setidaknya mengikutimu akan sedikit mengurangi kebosananku.", kata sang demon merah.
"Eh mengikutiku??"
"Kau tidak tahu, kalau mengikat kontrak dengan demon, kau tidak bisa berjauhan dengannya dalam waktu panjang sampai kontrakmu habis. Jika kita berpisah dalam jarak terlalu jauh dan dalam waktu panjang, kau akan mati dan aku akan terkena kutukan kontrak tersebut. Jika kau bertanya waktunya, 24 jam setelah kita berpisah terlalu jauh, kita berdua akan kena efeknya,... hei manusia, bukannya kau harusnya sudah tahu terkait hal ini??? Aku bisa mencium bau mu bahwa kau bukan sekadar murid biasa."
Tubuhku seketika merinding dan diam kaku. Alasan mengapa aku masuk kelas 3E ini bukan hanya mana sihirku yang sedikit tapi kemampuanku yang tidak mumpuni untuk bersaing dengan mereka yang sekarang belajar di gedung utama. Menjadi pemburu demon merupakan pekerjaan yang mulia serta didambakan oleh semua orang saat ini, dan tidak semua orang bisa menjadi pemburu demon karena ada banyak jenis demon hanya dapat dikalahkan dengan bantuan mana sihir.
Sekolahku merupakan sekolah elit bagi pemburu demon yang ingin belajar menjadi pemburu demon yang handal dan profesional, dimana setelah lulus, kau dapat langsung bekerja menjadi pemburu demon yang legal bagi pemerintah. Sebagai sekolah elit, tentu saja tes yang diujikan kepada murid-murid sangat berat. Syarat kelulusan untuk sekolah tingkat smp ini, kau bisa mengikuti pelatihan pemburu demon tingkat II, yang biasa diadakan oleh sekolah besar tertentu, seperti sekolahku, dan diikuti bersama beberapa sekolah pemburu demon lainnya.
Pelatihan Pemburu Demon merupakan pelatihan dan sertifikasi bagi masyarakat yang ingin menjadi pemburu demon. Dalam tingkatan uji cobanya, terdapat 4 tingkatan pelatihan. Tingkat I merupakan pelatihan dasar yang diajarkan oleh semua masyarakat. Dalam tingkatan ini, orang-orang lebih diuji dalam bertahan hidup di beberapa kondisi darurat dan tidak menentu. Ada yang mengatakan, pelatihan tingkat ini sebenarnya bukan pelatihan untuk melawan demon karena dalam ujiannya tidak ada keterlibatan demon sama sekali sehingga peluang lulus dan selamat dalam pelatihan ini hampir mencapai 100% (terdapat beberapa momen tertentu orang tidak bisa lulus tapi momen tersebut jarang terjadi).
Tingkat II merupakan pelatihan dan sertifikasi tingkat selanjutnya. Dalam tingkatan ini, orang-orang akan diajarkan dasar-dasar cara melacak, memburu, melawan, membunuh, dan menghindari demon. Tentu semua masyarakat dapar mengikuti kegiatan ini, akan tetapi peluang masyarakat yang tidak memiliki sedikit atau tidak sama sekali mana sihir sangatlah sedikit, mengingat demon-demon tertentu tidak dapat dibunuh dengan tangan atau senjata biasa. Walaupun tingkat ini memiliki keterlibatan penggunaan demon, tingkat ini tetap bisa diadakan oleh pihak sekolah pemburu demon atau pihak tertentu dibawah pengawasan pemerintah. Tentu saja dengan adanya keterlibatan demon, tidak jarang banyak orang menjadi terluka parah, fatal, bahkan mati dalam pelatihan sertifikasi di tingkat ini. Dengan begitu, orang-orang yang lulus mengikuti tingkat ini akan mendapatkan sertifikat pemburu demon sementara, dimana sertifikat itu dapat digunakan bagi pemburu demon untuk menjalankan misi di tempat dan kondisi tertentu dibawah pengawasan sekolah atau pihak berwajib (tidak diperbolehkan bekerja secara individu). Apabila menggunakan senjata anti demon di tempat umum diluar misi atau kondisi yang disyaratkan, pemerintah berhak mencabut sertifikat pemburu demon sementara dan orang yang sertifikatnya dicabut akan tetapi ingin mendapat kembali sertifikatnya, tidak boleh mengulang mengikuti ujian sertifikat tingkat II selama 2 tahun.
Sebagai syarat kelulusan khusus apabila ingin langsung terjun ke masyarakat sebagai pemburu demon tanpa perlu melanjutkan pendidikan lanjut, kau harus mengikuti pelatihan pemburu demon tingkat III, dimana kau harus lulus mengikuti kegiatan tersebut dengan peluang kelulusannya hanya 35% dari jumlah peserta yang mengikutinya terdapat 500 calon pemburu (gagal karena banyak faktor, tapi paling banyak terlalu luka parah, fatal sampai tidak bisa mengikuti pelatihan, bahkan kematian). Dalam pelatihan tersebut, kau tidak hanya bersaing dengan orang sebaya denganmu, akan tetapi dengan orang dewasa yang ingin mendapat legalitas pekerjaannya sebagai pemburu demon oleh pemerintah. Pengadaan pelatihan tingkat ini biasa dilaksanakan dua kali dalam setahun oleh pemerintah dan terbuka untuk semua orang berbagai kalangan dengan syarat lulus mengikuti sertifikasi pelatihan pemburu demon tingkat II. Walaupun hanya dua kali dibuka untuk umum, pemerintah juga mengadakan pelatihan tingkat ini pada sekolah pemburu tingkat lanjut tertentu setiap tahun, bergantung kerjasama antara pihak sekolah dan pemerintah, dengan peluang lulus lebih besar. Yang menjadi berbeda dari pelatihan yang dibuka untuk umum atau pelatihan yang diadakan di sekolah adalah jenis sertifikat tingkat III dan persepsi masyarakat. Walaupun begitu, persamaan keuntungan dengan mendapat sertifikat kelulusan pelatihan tersebut, pemburu demon dapat lebih leluasa membawa dan menggunakan senjata anti demon di tempat umum karena dianggap pekerja legal dari pemerintah baik dia bekerja sendiri maupun berkelompok.
Dan terakhir, pelatihan pemburu demon tingkat IV merupakan tingkatan terakhir dari semua pelatihan sejenisnya. Dalam tingkatan ini, pemburu demon bisa memilih ujian yang akan diambil, berdasarkan minat, bakat, dan pengalaman. Ujian yang bisa disediakan oleh pemerintah dan dapat dipilih oleh pemburu demon adalah Ujian keprofesian pemburu demon tingkat lanjut, ujian keprofesian pemburu demon: ritual dan mantra, ujian keprofesian pemburu demon: ahli senjata anti demon, ujian kepenelitian: ritual dan mantra, ujian kepenelitian: data analisa demografi demon, dan ujian kepenelitian: eksperimental demon. Perbedaan jenis sertifikat tingkat III yang didapat oleh orang yang mengikuti pelatihan tingkat III umum dengan melalui pihak sekolah kerjasama pemerintah menjadikan salah satu penentu rekomendasi bagi pemburu demon dalam mengambil ujian yang disediakan oleh pemerintah. Ujian kepenelitian biasa diambil oleh para pemburu demon tingkat III lulusan sekolah lanjutan, dimana dalam ujiannya, mereka lebih berfokus menguji coba kemampuan pengetahuan mereka dibandingkan kemampuan bertarung mereka dalam menghadapi demon. Sebaliknya, ujian keprofesian lebih berfokus dalam kemampuan bertarung menghadapi demon tingkat atas, biasa diambil oleh para pemburu demon tingkat III lulusan umum. Para lulusan tingkatan ini biasanya langsung direkrut oleh pemerintah atau pihak pembasmi demon resmi baik nasional maupun internasional. Tidak hanya itu, kebutuhan sehari-hari mereka otomatis akan terpenuhi karena orang yang lulus pada tingkatan ini dianggap sebagai orang yang berjasa bagi pemerintah dalam mengabdikan diri ke masyarakat, dimana persentase kelulusan tingkat ini hanyalah 15% dari total peserta yang mengikuti pelatihan ini karena demon yang diujikan merupakan demon tinggi yang dapat mengancam negara.
Anak-anak yang masuk kelas 3E dianggap sebagai anak-anak yang tidak memiliki peluang bertahan hidup dalam mengikuti pelatihan tingkat II. Ada juga beberapa murid yang masuk kelas ini karena melanggar peraturan sekolah yang menjunjung tinggi berfokus di bidang akademis dan kemampuan memburu demon. Bahkan tidak jarang sebelum adanya pelatihan, banyak murid kelas 3E terdahulu menghilang tanpa jejak dan pihak sekolah tidak terlalu mempedulikan terkait hilangnya murid-murid tersebut. Banyak pihak juga tidak dapat memprotesi terkait tidak adanya penegakan keadilan bagi murid kelas 3E dikarenakan kepala sekolah ini terlalu kuat dihadapi baik secara damai maupun berperang. Membuat orang yang masuk kelas ini dapat dipastikan hidupnya tidak akan lama dan orang-orang mau tidak mau harus bersikap buruk terhadap kelas ini agar mau hidup.
'Dan sekarang aku melupakan informasi terkait materi kontrak dengan demon, betapa bodohnya diriku,...', pikirku sambil menutupi mukaku yang memerah dengan tangan kiriku, malu melupakan materi yang pernah diajarkan sebelumnya. 'Belum lagi sekarang aku melanggar peraturan sekolah,... tidak, aku bahkan melanggar peraturan pemerintah untuk tidak memanggil demon tanpa pengawasan pihak sekolah.'
"Sampai kapan kau meratapi dirimu? Jika kau menyesal dengan kelakuanmu, segera beritahu permintaanmu agar aku bisa memakanmu dan kembali ke asalku."
"Sudah kubilang aku tidak punya permintaan, jadi kau segeralah kembali ke asalmu!"
"AKU TIDAK BISA KEMBALI SEBELUM MEMENUHI PERMIN--"
"KRIINGGG" Suara bel muncul dari handphone yang ada di saku celanaku. Segera kuambil dan kunyalakan layar handphone untuk mengetahui siapa yang menghubungiku.
Kaa-san
Segera kuangkat telpon tersebut, "Haloo, kaa-san,..."
"NAGISA, KENAPA JAM SEGINI BELUM DI RUMAH?? CEPAT BALIK KE SINI!!"
"Maaf kaa-san, aku akan..."
"Pastikan kau punya alasan yang bagus untuk menjelaskan keterlambatanmu nanti."
"Tuuut tut tuut..."
Aku yang melihat layar handphone ku yang menampilkan layar telepon berakhir, hanya bisa menghela nafas pasrah. Tidak mungkinkan aku menjelaskan aku belum kembali ke rumah karena menjadi tumbal memanggil demon kan?
Tunggu, jika ibu sudah kembali ke rumah, bukannya berarti sudah telat ya...??
HAH
Oh tidak, aku harus pulang.
"Hei, kau belum menjawabku,...", aku pun langsung menutup mulut sang demon tersebut dengan tangan kiriku, "Maaf, tapi saat ini jangan bahas itu dulu, aku harus pulang sebelum terlambat baik bagiku atau keadaanku ke depannya."
Tangan kanannya memegang tanganku yg menutupi mulutnya, menarik menjauh dari bibirnya, "Kau cukup berani menutup mulutku dengan cara seperti itu ya ternyata,... tapi memang lebih baik kita segera pergi dari sini sebelum malam menghampiri dan banyaknya demon rendahan mengetahui diriku terikat kontrak dengan manusia."
Aku hanya diam dan mengeratkan tanganku yg dipegang oleh demon merah tersebut, menariknya untuk mengikutiku yg berlari menuju gedung kelas 3E untuk mengambil tasku sebelum kembali ke rumah.
"Nagisa. Shiota Nagisa"
"Huh,..?"
Aku menoleh ke belakang sekilas, melihat muka sang demon merah yang tampak bingung. "Itu namaku, tapi panggil aku Nagisa."
Sang demon merah menatapku secara intens, "Ok. Kalau begitu, Karma"
"HUH???"
"Itu namaku, wahai Nagisa manusia idiot."
