The Cursed of Blue Demon Hunter and His Red Demon
By: ahn2941
genre: supernatural, adventure, mistery
disclaimer: Ansatsu Kyoushitsu merupakan karya Yusei Matsui, fanfic ini dibuat semata-mata untuk menghibur dan konsumsi pribadi yang akan haus imajinasi bagi para pembacanya tanpa meminta pamrih ;))
POV Nagisa*
"Aku tidak menyangka kau belajar di gedung bobrok ini."
"Bukan keinginanku belajar di gedung ini, hanya saja karena ketidakmampuanku dalam akademis dan mana sihirku sedikit dibandingkan rata-rata pemburu demon, membuatku menjadi murid 3E.", jawabku sambil memasukkan barangku yang tertinggal di dalam meja ke dalam tasku. "Ngomong-ngomong, apa kau tidak bisa berubah wujud menjadi makhluk selain demon? Walaupun gedung ini bobrok tapi gedung ini masih wilayah sekolah pemburu. Tidak dapat dipungkuri bahwa banyaknya pemburu berkeliaran."
"Heehh, pemburu yang berkeliaran disini bukan tandinganku. Selain itu, mana sihir mereka tidak sebanding denganmu, jadi mereka otomatis kalah sekali sentuh."
Aku menatap Karma-kun, "Karma-kun, kau bilang mengenai darahku mengandung mana sihir yang kuat dan besar. Tapi apakah benar?"
"Kenapa kau tiba-tiba bertanya itu? Apa karena manusia seenaknya membuat indikator besar dan kuatnya mana sihir setiap individu?"
"Kalau begitu, kenapa mana sihirku tidak pernah muncul dikala aku mencoba mengeluarkan atau menyalurkannya?"
Mata karma menoleh ke arah lain, seolah-olah dia ingin menghindari pertanyaanku, "Entahlah, aku tidak tahu apa yang diajarkan manusia terkait konsep mana sihir yang kalian terapkan. Yang jelas adalah manusia sendiri tidak dapat menentukan batasannya sendiri walau mereka sendiri yang menentukan batasan-batasan tersendiri."
"..."
"Setiap makhluk memiliki mana sihir, tingkat kuat besarnya mana sihir individu itu bergantung berbagai faktor. Faktor tertentu bisa menyebabkan pembatasan pada mana sihir individu dan manusia tidak mengetahui kebodohannya menganggap kuatnya orang dengan melabelkan tingkatan kekuatan tersebut."
"Kalau begitu, demon sendiri bukannya ada tingkatannya?"
Karma mendengus kesal, "Kita ada tingkatan karena bergantung kapasitas tubuh bisa menampung mana sihir kita. Sebagai contohnya, demon tipe hantu memiliki mana sihir yang sangat besar, sayang karena ia tidak memiliki tubuh atau media untuk dirasuki, ia dianggap lemah oleh manusia dan demon. Jika dia memiliki tubuh atau media, dia menjadi demon yang tidak bisa diremehkan dan bisa dibilang, dia termasuk setara dengan demon bangsawan tingkatnya. Para demon yang berada di dunia ini dan suka merajalela merusak sekitar, yang kalian anggap tingkat tinggi, sebenarnya termasuk kalangan rendah bagi kami. Percuma juga kita kendalikan, toh otak mereka lebih kecil daripada manusia, belum lagi mana sihir yang tinggi hanya cuman muncul beberapa saat sebagai pamer kekuatan."
Aku merenungkan kata-kata Karma-kun, "Apa karena mereka bodoh sampai tidak bisa berbicara menggunakan bahasa manusia atau berkomunikasi dengan baik?"
"Hmmm, entahlah aku bukan semacam google untuk menjawab semua pertanyaanmu"
"..."
Tiba-tiba dadaku terasa sesak dan bagian bawah perutku mulai terasa sakit, menyebabkan keseimbangan tubuhku mulai tidak stabil. Karma seketika refleks menangkapku sebelum tubuhku menyentuh lantai kelas. "Nagisa-kun, ada apa? Kau tidak apa-apa kah?", tanyanya dengan raut wajah khawatir. Aku tidak tahu memang ia mempedulikan diriku atau dia hanya berakting karena aku masih tidak bisa mempercayai demon seutuhnya. Mungkin di lain waktu, jika kontrak ini terus mengikat kita, suatu saat aku bisa mempercayainya.
"Tidak apa-apa. Ini sudah sering terjadi, hanya saja aku tidak menyangka akan mengalaminya di dalam kelas."
Kulihat layar handphoneku yang menyala akibat tidak sengaja kebanting di kala aku terjatuh, waktu telah menunjukkan saat ini sudah pukul 18.10 malam. Aku memang benar-benar terlambat untuk pulang sekolah.
"Apa maksud-"
Ah, hal yang paling kubenci dariku dan setiap hari terjadi di kala waktu mulai malam, terjadi di dalam ruangan kelas dan memperburuk keadaan,... KENAPA INI TERJADI DI DEPAN DEMON???
POV Karma*
"Apa maksud-"
Mataku membelalak, tanganku yang memegang pinggangnya, merasakan sesuatu perubahan pada tubuh Nagisa-kun. Bagian dadanya mulai berubah agak lebih besar dan bagian pinggulnya berubah lebih lebar sedikit. Tapi secara keseluruhan, sekilas tidak ada perubahan yang sangat menonjol kecuali bagian dada, dan bagian bawahnya..., kemungkinan besar bagian organ kelaminnya ikut berubah.
"Nagisa-kun,... jangan bilang kau perempuan?"
Nagisa, yang mukanya merah padam, mengembungkan pipinya, "TIDAAKKK!!!", dia melepaskan tanganku yang melingkari pinggangnya, menjauhi diri dariku, dan matanya melirik ke arah lain, tidak mau menatap wajahku, "Aku ini cowok, hanya saja,..."
"Oh, ada apa ini? Tidak kusangka tuanku menyukai cross-dressing ternyata, walau tubuhnya dari awal sudah cukup membuat orang-orang salah paham dengan gender nya.", tanganku sudah menyiapkan beberapa gantungan baju yang mengangkut baju-baju maid dan dress lolita. Sudah terbayang beberapa ide licik yang bisa kupakai untuk mendapat berbagai keuntungan dari situasi tuanku. Aku bisa memunculkan baju-baju tersebut dengan mudah menggunakan sihir dan matra sederhana bagiku.
"Aku tidak tahu kenapa kau bersemangat sekali dengan kondisiku sekarang, tapi aku bisa tahu kau punya rencana licik dan aku tidak mau kau memanfaatkanku di kala diriku seperti ini." Tangannya menyilang, seolah-olah berusaha menutupi diri agar tubuhnya tidak apa-apakan olehku.
"Apa yang kau bicarakan, Nagisa-kun? Aku hanya ingin membantumu mencari nilai kelebihanmu di depan manusia."
"Kau berusaha membantuku atau melecehkanku?", tanya Nagisa-kun, sambil menghela nafas dan tampaknya dia gusar dengan kelakuanku dikala situasinya yang dia anggap buruk.
"Sepertinya aku harus menjelaskan kondisiku saat ini, Karma-kun. Mengingat kita akan terus bersama sampai kontrak kita berhasil diselesaikan. Seperti yang kau lihat barusan, kutukan dalam diriku bekerja pada waktu malam hari dan pagi hari, sudah terjadi selama setiap hari sejak aku lahir. Di kala waktu malam, aku akan menjadi perempuan, dan pagi hari nanti aku akan kembali menjadi laki-laki. Durasi menjadi perempuan atau laki-laki pun tidak selalu sama setiap saat, menyesuaikan dengan munculnya matahari."
"Menyesuaikan dengan munculnya matahari?", tanyaku.
"Jika musim panas, durasiku menjadi laki-laki lebih lama dibandingkan durasiku menjadi perempuan. Begitu sebaliknya, dikala musim dingin, durasiku menjadi perempuan lebih panjang."
"Kalau begitu pakai ini kau tidak masalah kan?", tanyaku sambil menempelkan gantungan baju yang masih kupegang dari tadi kepada Nagisa-kun. 'Ah, setidaknya manusia dengan kutukan ini masih ada manfaatnya bagiku', pikirku sambil senyum licik menatap wajah Nagisa-kun yang bersemu merah padam dan pipinya kembali mengembung.
"Sudah kukatakan aku tidak mau, Karma-kun. Selain itu, sebaiknya kita harus segera pergi sebelum ada yang mendatangi kita di sini."
Aku hanya menatap Nagisa-kun dengan senyum licik, menjentikkan jari-jari pada tangan kananku.
Klik.
Seketika kita berdua berada di luar gedung sekolah yang bobrok itu. Nagisa-kun pun terkejut saat mengetahui kita berada di bawah kaki bukit, dimana berada di perbatasan wilayah hutan menuju gedung sekolahnya dengan gedung sekolah yang terlihat baru.
POV Nagisa*
"Eh, apa yang terjadi? Teleportasi!?"
"Apa kau berniat membuang waktumu, Nagisa-kun? Aku hanya bisa teleportasi ke sini jika tidak ingin ketahuan oleh manusia.", jawab Karma-kun.
"Ah maaf Karma-kun. Ngomong-ngomong apa kau bisa merubah wujudmu?"
Karma melirik ke arahku, "Apa kau ada saran? Yang jelas aku tidak ingin berwujud makhluk rendahan."
'Makhluk rendahan apa yang kau maksud, Karma-kun!?', pikirku sambil mencoba memikirkannya. "Kalau begitu, apa kau bisa berubah menjadi kucing? Dengan begitu, ibuku masih bisa menerima keberadaanmu di rumah."
"Ibumu suka kucing? Sepertinya bukan masalah bagiku, selama kau memberikan makanan layak seperti manusia bukan seperti kucing jalanan."
PUFFF
Karma-kun merubah wujud demonnya menjadi seekor kucing berwarna hitam kemerahan, seperti kucing hitam yang dicat warna merah tanpa proses bleaching terlebih dahulu. Setidaknya, wujud ini lebih baik dibandingkan dengan wujud demonnya. Lebih menggemaskan di mata manusia.
'Jadi, apakah ini cukup bagiku untuk mengelabui ibumu?', suara tersebut muncul di kepalaku. Aku melihat Karma-kun yang sudah menjadi kucing, tetap tidak peduli tatapanku dengan menjilat tangannya.
'Telepati? Aku menjadi penasaran kau tipe demon apa sebenarnya Karma-kun'
'Kau tidak perlu tahu, manusia. Terlebih lagi, bukannya kau harusnya lebih penasaran dengan kutukanmu sendiri.'
Aku mengisyaratkan kepada Karma-kun masuk ke dalam tasku dan aku pun mulai berjalan meninggalkan wilayah sekolah, menuju kembali pulang ke apartemen tempat tinggalku. Kita saling diam tidak berbicara mengenai hal tersebut. Kesunyian tersebut terasa mengganggu Karma-kun setelah beberapa saat kemudian.
'Lidahmu kegigit dengan gigimu sendiri kah, Nagisa-kun? Tapi kau tahu, aku cukup kaget manusia sepertimu tidak mati dengan kutukan itu.'
Aku pun menoleh ke arah Karma-kun, 'Eh? Kalau begitu, apakah ada hubungannya dengan mana sihirku?'
'Tidak bisa kupastikan sepenuhnya, tapi masih ada hubungannya. Manusia bisa merubah wujudnya menjadi manusia atau wujud makhluk lain dan setiap perubahan tersebut sangat membutuhkan mana sihir yang besar. Tidak seperti demon, manusia lebih rawan resiko kematian dengan mantra atau kutukan yang dapat mengubah wujudnya, dimana tidak hanya menguras mana sihirmu tapi juga menguras energi tubuhmu. Dan kau, memiliki kutukan mengubah fisik dan jenis kelaminmu setiap hari tanpa mengalami efeknya sama sekali. Tidak mungkin kalau mana sihirmu sedikit untuk melakukan hal tersebut.'
'Apa karena itu, aku tidak bisa menggunakannya pada saat latihan menggunakan senjata anti demon?', pikirku, 'Ne, Karma-kun. Apakah ada makhluk yang bisa memberikan kutukan seperti kutukanku?'
'Entahlah, untuk kalangan demon sendiri, tipe demon yang bisa mengubah wujud biasanya inccubus atau succubus. Aku tidak pernah mengetahui ada demon yang mampu memberikan kutukan semacam mengubah wujud setiap saat pada suatu individu, kalaupun ada juga biasanya bersifat sementara, seperti putri yang dikutuk menjadi katak dan ia bisa kembali wujudnya jika ia mencium katak lainnya.'
'Aku tidak pernah nyangka demon mengetahui cerita dongeng semacam itu.', batinku sambil meringis.
"Dosa apa yang sudah kau perbuat Nagisa-kun? Bahkan aku tidak bisa menebak kutukan ini dari demon,... oh atau bisa jadi kutukanmu ini dari para Angel?'
'Angel?? Kenapa angel memberikan kutukan kepada manusia??'
Dengan wujud kucingnya, mata Karma-kun yang berwarna kuning keemasan seolah-olah bersinar, menatap secara tajam kepadaku, 'Entahlah, itu hanya spekulasiku, Nagisa-kun. Tidak ada yang tahu mengenai kutukan ini jika kau tidak berusaha mencari tahu dengan rasa penasaran yang ada di dalam dirimu.'
