CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA
...
Hari Pertama Kegiatan Camping.
Menurut prosedur yang berjalan, setiap kegiatan Camping siswa, para guru di wajibkan untuk memeriksa setiap hari kegiatan setiap siswanya agar tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan.
Selain itu, mereka memberikan jadwal apa saja yang mereka jalankan selama kegiatan berlangsung dan setiap guru terutama wali kelas masing-masing memantau kegiatan mereka.
"astaga, apa dipikirkan kelas C itu, apa Sakagami-sensei tidak melarang mereka menghamburkan poin mereka" Mashima Tomoya, Chabashira Sae, Hoshinomiya Chie baru saja dari perkemahan kelas C yang berada di bibir pantai.
Para wali kelas dua terkejut melihat siswa kelas C yang menjadikan kegiatan Camping seperti acara liburan. bahkan mereka hampir menghabiskan seluruh poin kelas dengan membeli barang yang seharusnya tidak gunakan.
"ha ha ha, sepertinya mereka tidak ingin terlalu memikirkan acara ini" sahut Chie, dia juga kaget suasana kelas C.
"biarkan saja mereka, penghabisan poin akan mereka tanggung sendiri" Sae menambahkan.
Mashima mencoba melupakan kelas C saat ini.
"sekarang kelas D"
Mereka menuju perkemahan kelas D. namun, mereka berhenti sejenak ketika sayup-sayup mereka terdengar suara alunan musik.
"apa kalian mendengarnya?"
Chie dan Sae mengangguk, mereka mengendarkan pandangannya ke sekitarnya mencari sumber suara.
"darimana asalnya?"
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, namun semakin dekat dengan perkemahan kelas D, suara alunan musik itu semakin jelas. para wali kelas sudah penasaran, apa yang kelas D lakukan?
Sesampainya mereka disana, para wali kelas sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi... saking terkejutnya melihat suasana kelas D yang sangat membuat orang melihatnya mengurut dada.
Kenapa?
Jika kelas C menjadikan acara camping ini dengan penuh kebebasan maka kelas D menjadikan acara camping ini dengan penuh ke-bar-bar-an.
Alasannya, Mashima, Chie dan Sae melihat sebuah panggung kecil diantara perkemahan mereka, diatas panggung itu ada Naruto dan kawan-kawan yang asik konser dengan lagu bertema pop.
Penontonnya, anak-anak kelas D juga menikmati lagu dan ikut menyanyikan. buset, kelas D, seakan camping ini cuman hiburan doang.
Naruto bermain bass, Kiyotaka bermain piano, Haruki drum dan Ike berperan sebagai vokalis, gak peduli meski suaranya pas-pasan. toh, semuanya gak peduli selama gak ngerusakin telinga.
"stop! stop! stop!"
Mereka semua berhenti bernyanyi. tidak terkejut dengan kehadiran wali kelas mereka.
"apa-apaan ini kelas D, kalian ini lagi kegiatan sekolah, bukan acara pribadi, pakai acara konser segala lagi, memangnya kalian pikir ini dimana, hutan?!" Mashima marah-marah.
Naruto melihat sekelilingnya yang dipenuhi oleh pohon.
"disini keliatan seperti stadion yah, pak? lah, ini kan memang hutan pak"
Mashima membuka mulutnya, berpikir. lah, iya, yah. kan ini sudah di hutan. Mashima seperti keliatan orang bodoh kalau marah-marah.
"ngelawan kamu, hah?!"
Naruto memandang Mashima lelah.
"saya kasih fakta pak"
"diam kamu! siapa yang kasih kalian izin untuk bikin acara kayak gini!" Mashima memarahi kelas D.
"tenang dulu, Mashima-sensei, mungkin mereka punya alasan sendiri" Chie berusaha menenangkan Mashima yang lagi marah.
"tidak bisa dibiarkan!"
Hirata maju dan memberikan pernyataan maaf, bagaimanapun sebagai pemimpin kelas, dia diberikan tanggung jawab untuk mengontrol teman-temannya. meski sedikit kesal juga sih, lagi senang-senang malah di ganggu.
"sebentar pak" Naruto mengambil buku panduan kegiatan. "biar saya bacakan, 'selama kegiatan berlangsung, para murid dibebaskan melakukan apa saja, selama tidak menggaggu kelas lain, lingkungan sekitar, kegiatan dan yang terpenting mengutamakan keselamatan', gitu yang saya baca pak"
Naruto tersenyum tidak bersalah pada Mashima.
Wajah Mashima memerah karena kesal, "bodoh, bukan hanya itu, kalian juga menghabiskan poin kalian untuk acara seperti ini!"
Naruto melompat dari atas panggung dan mendekati mereka, "sensei, lihat catatan poin kami, apa ada yang berkurang?" Naruto bertanya lada Sae.
Sae menghela nafas pelan, "Mashima-sensei, poin mereka sama sekali tidak berkurang"
Mashima terkejut, dia menatap Sae tak percaya, "bagaimana mungkin? darimana mereka membeli ini semua jika tidak memakai poin?"
Mashima tentu saja heran, selain konser yang mereka adakan, ada bahan-bahan barbaque-an yang mereka akan siapkan.
Naruto menyeringai.
"tentu saja ini semua kami yang bayar sendiri sensei" Kanji dan Haruki datang nimbrung pembicaraan mereka.
"sahabat kami ini adalah penolong kami, sensei" Haruki menepuk pundak Naruto dan tersenyum bangga.
"apa-apaan ini Chabashira-sensei, kenapa bisa murid menanggung biaya mereka sendiri!" kini Mashima mengalihkan amarahnya pada Sae.
Naruto menghela nafas pelan, dia merogoh saku celananya dan mengambil sebuah amplop lalu mendekati Mashima.
"pak, kita damai saja yah, lagian tidak ada yang di rugikan disini" Naruto menyematkan amplop di tangan Mashima, dia tersenyum.
Mashima mengernyitkan bibirnya, "kamu mau nyogok saya, yah? saya keliatan orang yang bisa di sogok? kurang ajar kamu yah"
Naruto tersenyum masam, "ini bukan sogokan, pak. saya pengen traktir bapak kopi, tapi karena disini tidak ada yang jual, saya cuman kasih mentahnya saja"
"halah, alasan saja kamu" meski berkata begitu, Mashima memeriksa isi amplopnya, wajahnya melunak, "yasudah, lain kali kamu traktir bapak minum kopi saja langsung, bapak tidak bisa menerima seperti ini lagi"
Mashima mengubah nada intonasi suaranya, amplop pemberian Naruto di masukkan kedalam saku sebelum berdehem pelan.
"kicep deh tuh mulut liat duit" –Haruki
"semuanya butuh duit" –Kiyotaka
"gak heran sih, gue saja butuh" –Kanji
Ketiganya berbisik di balik punggung Naruto.
"ayo kita pergi ke kelas lain"
Mashima dan Chie pergi lebih dulu, Sae tinggal untuk sementara.
"kamu ini..." Sae menarik telinga Naruto
"adadadaw"
"siapa yang suruh kamu konser disini?"
"loh tadi kan saya udah bilang, sensei sudah bilang 'iya' kok" Naruto berusaha melepaskan tangan Sae dari telinganya.
"kamu tadi gak bilang begini"
"saya tadi bilang gitu kok"
"bohong, aku gak kasih izin, yah"
"memang iya, saya cuman ngarang"
Sae semakin menarik telinga Naruto.
"aduduh, sakit sensei, telinga saya ini ori, saya gak mau nambal"
"ini hukuman!"
"adadaww sensei kejam banget sama saya"
"diem atau aku tambah hukuman kamu!"
"saya laporin sensei yah atas tuduhan kekerasan terhadap murid"
Bukanya berhenti, Sae menatap Naruto bengis. "laporin sana, ke presiden sekalian!"
"Ampun sensei!!!!!!"
Siswa kelas D hanya sweatdrop melihat tingkah keduanya yang seperti ibu dan anak.
Mereka bertanya-tanya, apa hubungan mereka, perasaan mereka tidak sedekat itu, sebelumnya.
–zXz–
Malam Hari...
"sampai disini, ada yang ingin bertanya?" Sae menatap anak murid kelas D bergantian, menunggu pertanyaan yang akan datang.
Malam ini ada kegiatan jurit malam, setiap siswa dalam kelas di bagi beberapa kelompok, masing-masing berisi 8 orang. setiap wali kelas di berikan tanggung jawab untuk mengitruksikan setiap peserta agar mereka bisa memperhatikan keselamatan dan keamanan selama kegiatan berlangsung.
"apa ada batas waktunya sensei?" Hirata mengangkat tanganya bertanya.
"tentu, batas waktu kalian sampai jam 9 lewat 30 menit"
Hirata mengangguk.
"ada lagi?" Sae menatap Naruto yang tadi membuang wajahnya menolak melihatnya, dia sepertinya masih ngambek kejadian tadi.
"Naruto, kamu ada pertanyaan?"
Naruto mendengus malas, "apa aku bisa tidak ikut kegiatan malam ini?"
"alasannya?"
"saya perlu recharge myself sensei, dengan kata lain saya harus horisontal body battery-saving mode"
Sae mengernyitkan alis dan bibirnya, "kamu menggunakan istilah aneh lagi"
Naruto mengalihkan pandangannya dan bersiul, "itu hanya istilah lain dari rebahan sensei, saya menyebutkan seperti itu agar tidak terdengar seperti orang pemalas"
Sae menatap Naruto bengis, "rebahan saja di unit kesehatan setelah ku pukuli, mau?" Sae menunjukkan kepalan tangannya
Naruto berjengit pelan, "saya hanya bercanda sensei, mana mungkin saya malas-malasan, anak muda itu harusnya membuang banyak energinya"
Naruto tiba-tiba berteriak semangat, mengagetkan mereka yang kebingungan dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah.
"Naruto-kun, kau sudah tidak waras yah?" Suzune hanya bisa menatap Naruto lelah.
"kau harusnya membelaku" pekik Naruto pelan.
"aku masih waras" Suzune mengabaikan Naruto.
Naruto mendecih.
"jika tidak ada pertanyaan lagi, kalian sudah boleh mulai. waktunya sudah berjalan"
"emangnya waktu pake kaki sensei?" celetuk Naruto.
"hah?!" Sae menatap Naruto bengis.
"gak jadi"
Naruto segera meninggalkan Sae yang sepertinya sedang bulan. dia masih sayang nyawanya untuk tidak berurusan Sae dalam mode angry: on.
.
.
.
"kegiatannya gini doang nih?" Naruto bergumam malas, dua lewat sepuluh mereka menyusuri hutan bersama teman-teman kelompoknya. dia ditunjuk sebagai pemimpin jalan. dia membawa penerang seperti senter untuk menerangi jalan yang mereka lewati.
Di kelompoknya ada Kiyotaka sebagai pemandu, Kanji dan Haruki yang menjaga barisan belakang, Suzune dan Airi yang mengarahkan mereka melalui peta jalan, terakhir Kei dan teman mereka Kushida Kikyō.
"arrggh, kenapa juga aku yang jadi pemimpin" Naruto misuh-misuh sendiri di depan. dia tidak terima dengan unjukkan teman atas pemilihan sepihak.
"Namikaze-kun, tenanglah, kami sudah setuju untuk memilihmu" Kushida menenangkan Naruto yang tidak setuju dengan pemilihan pemimpin.
Naruto mendekatkan wajahnya pada Kushida dan menatap lurus tanpa ekspresi.
"Kushida, katakan saja kau dipaksa mereka kan? apa aku perlu membuangnya ke ujung tebing, lalu mencelupkannya ke samudra hindia dan menerbangkannya sampai ke kutub selatan?"
Kushida sweatdrop, dia melambaikan tangannya, "tidak perlu sejauh itu Namikaze-kun, mereka tidak memaksaku kok" Kushida terkekeh gugup.
Kanji maju dan mendorong bahu Naruto, "jangan ganggu dia..."
Kanji maju bak seorang laki-laki keren, berharap Kushida melihatnya sebagai pangeran berkuda putih. istilah lainnya, cuman ingin pamer doang.
Naruto menatap Kanji bengis, dia menarik kerah kemeja Kanji, matanya terbayang horor.
"kalau lo udah bosan makanan kantin, katakan! gue bakalan buat lo lapar satu semester, mau?"
Kanji panik, "gue hanya bercanda, aduh Naruto, gue kan lagi belajar akting, lumayanlah dapat duit"
Haruki bertepuk tangan, "gue ikut dong, pengen terkenal juga" Haruki berujar semangat.
Kanji menoleh dan melototi Haruki, "baca situasi dong ege, perut gue selama satu semester terancam nih" Kanji berbisik dengan suara di tekankan.
"perut lo doang, kan? gue masih aman"
Naruto menarik Haruki juga.
"ngomong apa lo berdua?"
Haruki dan Kanji panik melihat Naruto yang mulai kesal.
"tunggu, gue gak ngapa-ngapain" Haruki berusaha membela diri.
"eh tunggu Naruto"
"hah?" bukannya mereda, tatapan bengis Naruto semakin mengusik keduanya.
Pilihan mereka hanya satu.
"Ayanokouji, tolongin gue!"
Merasa terpanggil, Kiyotaka mengalihkan pandangannya dan bersiul-siul seolah-olah tidak melihat apa-apa.
"kampret Ayanokouji, gitu banget sama temen lu sendiri"
Kiyotaka menoleh, "emang kita temen?"
Wah, parah.
"lu kan pacarnya Naru–"
BUAGH!
Tanpa ba-bi-bu, Kiyotaka maju dan meninju Kanji.
"oke Naruto, ko gebukin Haruki, gue gebukin Kanji, kita bagi tugas" Kiyotaka menyerahkan Haruki pada Naruto.
Kiyotaka mendapatkan tatapan yang you-know-lah dari para gadis.
Para gadis hanya melihat mereka dengan berkeringat jatuh.
Kei mendekati mereka dan menjitak kepala Naruto dan Kiyotaka bergantian.
"aww!"
"aduduh!"
"hentikan, baka! kita lagi di hutan, kalian membuang-buang waktu!" Kei secara tidak sengaja menyelamatkan kedua orang yang sudah siap akan dihajar oleh Naruto dan Kiyotaka.
"sumimasen!"
Haruki dan Kanji menatap Kei seolah-olah dia adalah penyelamatnya.
"Karuizawa, aku tidak akan pernah melupakanmu, terima kasih" –Haruki
"aku mendoakanmu selalu tenang, Karuizawa" –Kanji
Mereka sudah menangis terharu.
"kalian mendoakan yang baik atau yang buruk? kenapa terdengar seolah-olah Karuizawa-san sudah pergi" Airi tersenyum kikuk mendengar doanya
"inilah yang terjadj jika aku sekelompok dengan orang yang tidak berguna..." gumam Suzune namun suaranya hampir terdengar di telinga semua orang.
"kayak kau berguna saja" Naruto menunjuk Suzune.
Alis Suzune berkedut.
"justru kau yang lebih tidak berguna, sepanjang perjalanan kau terus mengeluh" Suzune tidak mau kalah.
Jari telunjuk Naruto bergantian menunjuk peta yang di pegang Suzune, matanya menyipit datar.
"kau yang mengarahkan peta pada kami, tapi lihat..." Naruto merentangkan tangannya, tubuhnya berputar, "ini adalah tempat yang sama ketiga kalinya kita berada di tempat yang sama. kau sebenarnya bisa gak sih baca map?"
Suzune mendadak malu, dia membuang wajahnya.
"aku bisa kok..." gumam Suzune pelan.
Naruto menunjuk Airi, "Airi, tau baca map, gak?"
Airi menggeleng
"Kushida?"
Kushida ikut menggeleng.
Naruto menatap Kei
"aku gak tau"
"aku gak nanya, aku juga udah tau"
Kei hampir melemparkan sepatunya pada Naruto.
"Suzune, jujur sajalah"
Suzune enggan mengakui, "aku tau kok"
"lalu kenapa kita cuma mutar-mutar di tempat yang sama"
"bukan salahku kok, petanya terlihat mirip, belokannya juga gak tajam, jadi sulit membedakan" Suzune beralasan.
Naruto, Kiyotaka, Haruki dan Kanji menjatuhkan bahunya, kepalanya tertunduk lesu, awan hitam menghujani mereka.
"sudah gue duga" –Naruto
"cewek mah gitu" –Haruki
"gue jadi ingat ada yang ngomong, 'cewek itu tau segalanya, kecuali belokan map' hadeh" –Kanji
"pengen marah tapi gak bisa" –Kiyotaka
Suzune semakin malu.
"jangan salahkan aku! petanya yang salah!"
Mereka menatap Suzune lelah.
Naruto mengambil peta di tangan Suzune dan memarahi petanya, "ini semua gara-gara lo! kita semua tersesat gara-gara lo! inget yah, ini bukan salah Suzune tapi salah lo! pokoknya semua gara-gara lo!"
"capek banget gue" –Kiyotaka.
"pengen gak akuin temen tapi ntar gak di jajanin lagi" –Kanji
"ganteng-ganteng kok sableng" –Haruki
Kei memijit keningnya lelah, "aku mau kembali saja"
Kushida dan Airi hanya terkekeh kikuk.
.
.
.
"nah disini nih tempatnya"
Mereka akhirnya sampai ke tempat yang mereka tuju. Naruto mengambil alih peta dan mengarahkan mereka yang tempat seharusnya.
Mereka tiba di sebuah tempat yang berada tidak terlalu jauh dari kaki tebing. misi mereka mengambil sebuah botol yang berisi kertas didalamnya, diatasnya terikat pita warna biru, artinya itu milik kelas D. nantinya botol itu akan diberikan kepada wali kelas agar bisa menambah poin.
"oke kita berpencar, seharusnya di sekitar sini, cari saja sesuai gambar" Naruto mengintruksi kan mereka.
Mereka berpencar.
"oi Naruto" di sela-sela kegiatan pecarian mereka, Kanji memanggil Naruto.
"apa?" tanpa menoleh Naruto menjawab.
Kanji mengendarkan pandangannya melihat suasana, dia berbisik pelan.
"ajarin gue cara menggaet cewek dong" bisik Kanji pelan
"hah?!"
Kanji reflek menutup mulut Naruto yang mengeluarkan suara terlalu besar.
"bego, suara lo kebesaran, ngapa gak sekalian pake toa"
Naruto menurunkan tangan Kanji dari mulutnya, dia meludah.
"buset, tangan lo bau banget sih, abis pegang apaan lo" Naruto menatap Kanji jijik.
Kanji mencium tangannya sendiri, dia tersenyum tidak bersalah, "hehehe maap-maap, tadi gue pegang *piip* trus gue lupa *piip*"
Naruto mendorong bahu Kanji, "uweek, temee! tangan lo, gue potong yah!" Naruto meludah beberapa kali.
"jangan dong..."
"apasih"
"Naruto, ajarin gue pliss" Kanji menangkup kedua tangannya di depan Naruto.
"emang lo mau gaet siapa sih"
Kanji menyengir lebar, dia berbisik, "Kushida-chan, gue udah lama suka ama dia"
Naruto menaikkan alisnya, "pantes lo berani banget lawan gue"
"pliis, Naruto-sama, tolonglah kawanmu ini"
Naruto mendengus sombong, dia mengusap hidungnya, "mau bagaimana lagi... Naruto-sama ini akan mengajarimu cara memikat wanita"
Mata Kanji berbinar cerah, dia meraih tangan Naruto dengan gembira.
"arigatou na, Naruto-sama!" Kanji tidak sadar.
Naruto menghemparkan tangan Kanji kasar, kakinya menahan perut Kanji yang ingin memeluknya. "tangan lo ege, jauh-jauh lo dari gue!"
Kanji hanya tertawa.
"Namikaze-kun, Ike-kun"
Mereka menoleh dan terkejut
"AAaaaaaa!"
Tanpa sadar, Naruto dan Kanji berpelukan saking terkejutnya.
Kushida menghampiri mereka dengan menggunakan senter menerangi dari bawahnya persis seperti di dalam film bergenre horor.
Mendengar mereka berteriak. Kushida ikut terkejut. Yang lain yang mendengar menghampiri mereka.
"ini aku" –Kushida
"ada apa ini?"
Kiyotaka dan Haruki tertawa melihat keduanya yang ketakutan.
"oi, kalian cocok sekali"
Menyadarinya, Naruto mendorong Kanji membuatnya terjatuh. dia menyapu seragamnya, seakan-akan baru saja terkena debu.
"hidoi yo..."
Naruto tidak mempedulikan Kanji, dia menatap Kushida.
"Kushida, jangan ubah cerita ini menjadi genre horor"
Naruto berteriak lucu.
Kei menarik pipi Naruto, "mentang-mentang kita lagi di hutan, sejak tadi kau terus-menerus berteriak. telingaku sakit, baka!"
"aduduh, sakit Kei"
Meski melalui banyak drama hanya untuk mencari sebuah botol, semuanya berakhir baik.
.
.
-zXz-
.
.
Hari Kedua Kegiatan Camping.
Pagi ini para murid sedang mengumpukan makanan dari hutan untuk sarapan, mereka diajar mandiri basis dasar bagaimana hidup di hutan.
Tapi bagi kelas D yang memiliki seorang bocchama di kelas mereka, sarapan itu adalah hal yang mudah mereka dapatkan dari kartu-kartu yang Naruto punya.
Mereka juga bisa membeli bahan mentah atau makanan jadi dari guru.
"aah, mommy terus menghubungiku tentang makanan apa saja yang ku makan" Naruto mengacak rambut asal.
"bukankah itu bagus, bibi Kushi masih perhatian padamu" Kei menanggapi acuh tak acuh, "ah bukan masih tapi san--gat perhatian padamu"
Mengenal Naruto dari kecil dan sebagai sepupu darinya. Kei sudah tau bagaimana 'kasih sayang' kedua orang tua Naruto pada putranya.
"ini mengerikan, sejujurnya aku ingin sekali menikmati makanan hasil tangkapanku sendiri"
Naruto memegangi kepalanya yang terasa pening. alasan dia bisa makan enak meski di tengah hutan, ibunya mengirim berbagai makanan sehat dan seorang koki dari rumahnya untuk memantau makanan yang bergizi untuknya.
"aku senang sekali bibi Kushi perhatian padamu" Kei mengucapkan dengan senang, tentu saja karena Naruto, dia tidak terlalu pusing memikirkan makanan.
"hah~ rasanya aku ingin segera menikah"
Kei menampar pelan pelan Naruto.
"itu bukan solusi" Kei melanjutkan langkah kakinya, "sudahlah ayo kita cari di tempat lain"
Keduanya berada di tim yang sama mencari buah, ini keinginan Naruto. dia hanya ingin menikmati hidup disini.
.
.
Meski kegiatan ini di pisah secara masing-masing kelas, bukan berarti mereka dilarang untuk bertemu dengan kelas lain. hanya saja mereka tidak boleh mengganggu kelas lain.
Kelas B, seperti ketuanya Ichinose Honami, Kanzaki Ryuuji. dan beberapa anak kelas B lainnya sedang mencari makanan di dalam hutan, namun mereka tidak sengaja melintasi kamp kelas D.
"oh, Ichinose, kau bersama teman-temanmu, yah"
Murid kelas B terkejut melihat kemewahan kelas D, ini lebih dari kelas C.
"kalian terlihat 'baik-baik' saja yah" Kanzaki berkomentar, terdengar sarkasme.
Hirata tertawa gugup, "hahaha begitulah"
Hirata memandang mereka bergantian, "ingin bergabung bersama kami?"
"terima kasih atas tawarannya Hirata-kun, tapi tidak perlu" Honami menolak halus, sembari melihat sekitarnya mencari seseorang.
"kamu mencari Namikaze-kun, Ichinose-san?" Hirata menyadari Honami yang tampak melirik-lirik kampnya
Honami terkesiap, dia terkesiap, "yah sebenarnya iya. dimana Naruto-kun?" Honami bertanya dengan malu-malu.
"dia pergi mengumpulkan buah disana, tapi dia belum kembali"
"oh, kebetulan kami juga akan mengumpulkan buah, kami akan menyusulnya" ujar Kanzaki.
"kalau begitu. jika bertemu Namikaze-kun, tolong katakan untuk segera kembali"
"tentu"
"terima kasih Kanzaki-kun, Ichinose-san"
Kelas B berpamitan dan masuk ke dalam hutan. fokus Honami terpecah, mencari buah dan mencari Naruto, mungkin disinilah kesempatannya.
"Ichinose, pergilah lebih dulu, jika kamu memang memiliki urusan dengan Namikaze"
"eh?"
"Kanzaki-kun benar, biar kami mencari di sekitar sini"
"tapi–"
"tidak apa-apa, aku yakin kamu ingin berbicara dengannya, pergilah"
Honami tersenyum, teman-temannya sangat perhatian. sebenarnya, Honami tidak sadar bahwa sudah rahasia umum, hampir seluruh kelas B sadar kalau Honami menyukai Naruto.
"terima kasih, teman-teman, aku akan segera kembali"
Honami berjalan ke arah berlawanan, dia senang, dia punya kesempatan untuk berbicara dengan Naruto.
Tiga menit dia berjalan, dia menemukan siluet pumggung Naruto dari antara pepohonan, senyumannya semakin mengembang. dia akan menghampiri Naruto.
"Naruto-kun, ha–"
"aku mencintaimu, Kei. hahahah"
Senyuman Honami luntur, tatkala di dalam pandangannya, Naruto tidak sendiri, dia bersama Karuizawa Kei, siswi dari kelas yang sama dengan Naruto dan tidak hanya itu Naruto tampak merangkul Kei dan terdengar jelas di telinganya kalau Naruto mengatakan kalimat 'cinta' pada Kei.
Mungkinkah selama ini Naruto sudag jatuh cinta pada Karuizawa Kei?
Honami merasakan bagaikan hatinya di tusuk ribuan jarum, dia diam membeku karena tidak menduga bahwa ternyata Naruto telah menyukai gadis lain (?)
Honami merasa sakit, untuk pertama kalinya dia merasa patah hati bahkan sebelum rasa cintanya tersampaikan. dia merasa sesak.
Naruto dan Kei sadar atas kehadiran Honami. mereka menoleh.
"baby, hay!" Naruto menyapa seolah-olah tidak terjadi apa-apa. dia melepaskan rangkulannya pada Kei.
Namun Kei menyadari ada sesuatu.
"Ichinose-san, sedang apa kamu disini?" Kei harus memastikan sesuatu.
Bebeberapa saat Honami sulit mengucapkan beberapa kata. tenggorokannya terasa sakit, air matanya ingin keluar namun dia berusaha keras agar tidak memperlihatkannya.
"ah, maaf... sepertinya aku mengganggu kalian"
Honami ingin menangis, dia sudah tidak tahan.
"aku akan pergi..." tanpa sadar, matanya sudah basah itu dilihat mereka berdua.
Naruto hendak mengejarnya tapi Honami sudah menjauh.
"oi, Kei, Honami menangis yah? apa aku salah lihat?" Naruto bingung.
Kei sudah mendapat jawabannya tapi sepertinya Naruto masih tidak mengerti masalah ini.
"kau memang idiot"
Naruto tersinggung.
"hei, aku kan hanya ingin memastikan, lalu kenapa dia menangis? apa seseorang mengganggunya?" Naruto mengepalkan tangannya marah, "awas saja kalau ada yang mengganggunya, akan ku cari orang itu"
Kei menghela nafas lelah, dia harus meluruskan masalah ini. Naruto sama sekali tidak akan mengerti.
"diamlah baka, yang mengganggunya itu kau"
"eh? aku? tapi aku tidak melakukan apapun?" Naruto mengelak.
"kita kembali, aku harus berbicara dengan Ichinose-san"
Kei berjalan lebih dulu
"tunggu, aku ikut"
Naruto menyusul Kei.
"ini urusan perempuan, lebih baik aku kembali saja ke kamp"
"tapi–"
"aku akan melaporkanmu ke bibi Kushi"
Naruto mengerang kesal.
"arrggh, baiklah"
Naruto membiarkan Kei pergi sendirian menemui Honami.
.
.
.
Honami baru merasakan apa yang dinamakan 'patah hati', rupanya itu benar-benar menyakitkan, dia bahkan tidak bisa menahan air matanya.
Dia menangis sendirian, di tengah hutan. dia merasa cintanya telah gagal.
"sudah ku duga, kau disini"
Honami terkejut mendengar suara seseorang, dia berbalik dan melihat Kei menghampirinya.
"Karuizawa-san?"
Kei bisa melihat jejak air mata yang membasahi pipi Honami.
Menyadari bahwa Kei melihat wajahnya yang basah, Honami dengan cepat mengusap air matanya.
"Karuizawa-san ada apa–"
"kau menyukai Naruto, kan?"
Honami terkejut dengan pertanyaan frontal Kei dan panggilan Kei pada Naruto.
Honami mengatupkan bibirnya, dia tidak mungkin jujur kepada 'pacar' Naruto.
Honami tersenyum palsu, "kau ini bicara apa Karuizawa-san?" dia menutup rasa sakitnya.
"kau menyukai Naruto, kan?"
Honami terkesiap mendengar pernyataan ulang Kei.
"tidak mungkin aku menyukai, Naruto-kun, dia kan orang yang tidak pantas bersamaku"
"yang aku tanyakan itu perasaanmu yang sejujurnya Ichinose-san, jadi aku ingin mendengarnya"
Kei menyudutkan Honami yang masih mengelak.
"aku... a-aku..."
"katakan saja, kau tidak perlu berbohong"
Honami menundukkan kepalanya, dia mengigit bibir bawahnya, air matanya kembali keluar.
"maafkan aku Karuizawa-san..."
"Ichinose-san, yang ingin aku dengar 'ya' atau 'tidak'?"
Honami mengepalkan tangannya, tangisnya pecah.
"ya, aku menyukainya, aku jatuh cinta dengan Naruto-kun. maafkan aku Karuizawa-san"
Kei menghela nafas panjang.
"sudah ku duga" gumam Kei
Honami menatap Kei cepat dengan linangan air mata yang tidak berhenti.
"tapi kau tidak perlu khawatir, aku akan membuang perasaan ini, aku tidak menganggu hubungan kalian"
Mendengar kata 'hubungan' di bibir Honami, Kei memasang ekspresi jijik.
Honami memperhatikannya.
"Karuizawa-san?"
Kei cepat merubah ekspresinya.
"maaf. tapi mendengar kata 'hubungan' aku merasa merinding" Kei memeluk tubuhnya yang bergetar pelan.
"kenapa? bukankah kalian sedang menjalin–"
"berhenti mengatakannya Ichinose-san, aku sedang tidak ingin merutuki Naruto berulang kali" Kei memotong ucapan Honami cepat. "dan masalah perasaanmu, kau tidak perlu membuangnya, itu hakmu"
"tidak perlu merasa tidak enak, aku akan berusaha melupakannya"
Honami mengira mungkin Karuizawa tidak enak dengannya.
"hah, terserah lah. tapi aku dan Naruto tidak punya hubungan spesial"
Honami mengerutkan kening, bingung, tadi mereka terlihat 'mesra', tidak mungkin tidak memiliki hubungan.
"kami bersepupu" ucap Karuizawa cepat menyadari jika Honami masih kebingungan.
"eh?"
Kei mendengus.
"tidak banyak orang tau, tapi semua orang di kelasku sudah mengetahuinya, kami bersepupu"
Mendengar berita yang bagus baginya, Honami merasa dadanya yang sesak bisa bernafas lega. seperti sesuatu yang menghimpit dadanya, seakan terangkat dan hilang entah kemana.
"tapi dari awal, aku tidak melihat kalian akrab"
Kei terlihat tertekan.
"aku berusaha tidak menganggapnya, melihat sikapnya aku berusaha untuk tidak terlihat mengenalnya kalau disekolah tapi Naruto menghancurkan segalanya" Kei mengepalkan tangannya dan membayangkan Naruto tersenyum menyebalkan padanya.
Saat itu, Kei ingin sekali memukul wajahnya.
"he he he, kalian benar-benar akrab, yah" Honami bingung berkomentar apa.
Kei mengabaikan Naruto sesaat. dia menatap Honami serius.
"kau benar-benar menyukai Naruto, kan?" Kei memastikannya sekali lagi.
Honami menundukkan pandangannya, pipinya merona malu, "y-ya, aku jatuh cinta padanya" ucap Honami malu-malu, sebelum menyadari sesuatu, "tunggu apa Naruto-kun punya kekasih"
Kei menyilangkan kedua tangannya di dada, "itu bagus jika ada, sayangnya sampai sekarang tidak ada"
"hmm?"
"dengar Ichinose-san, kau belum terlalu mengenal Naruto dengan baik. meski sekarang kau menyatakan cintamu pada Naruto, mungkin jika dia akan menerimamu tapi setelah itu, dia tidak akan benar-benar mengerti bagaimana sepasang kekasih pada umumnya" ucap Kei panjang lebar.
Honami bingung.
"meski Naruto terlihat playboy. memikat banyak gadis dan terlihat seperti cowok normal. ketahuilah. Naruto itu sama sekali tidak normal" Kei menatap serius mata Honami.
"apa Naruto mengidap sebuah penyakit?" tanya Honami cemas.
Kei menepuk keningnya, "apa hanya itu sampai di pikiranmu?"
Negatif thinking, Kei baru melihat sifat Honami yang satu ini.
"tidak, Naruto tidak sakit atau apapun" Kei meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Ichinose-san, sebenarnya kau tidak perlu mengkhawatirkan tentang gadis lain yang digoda Naruto atau mereka yang menggoda Naruto. sainganmu yang sesungguhnya bukan mereka"
"lalu siapa...?"
"rintangan terbesar yang kau hadapi adalah orang tua Naruto"
Kei tidak berbohong, jika Honami ingin mendapatkan Naruto, maka lawannya bukanlah para gadis-gadis tapi orang tua Naruto.
"hah?!" Honami terkejut.
Kei harus memberitahukan gadis itu.
"dengar kan ceritaku sampai habis..."
"Naruto itu seorang anak tunggal. ayah dan ibunya sangat menyayangi Naruto, mungkin ini bukan hal mengejutkan tetapi 'kasih sayang' mereka sedikit lebih ekstrim daripada orang tua pada umumnya. selain itu orang tua Naruto itu sangat kaya, mereka memberikan apa saja yang Naruto mau. Naruto tentu saja senang, dia hanya perlu menurut pada orang tuanya"
Kei menarik nafas.
"ayah Naruto mengidap son-complex, ibunya juga tapi ayahnya sedikit lebih ekstrim dan terlalu proktetif padanya secara terang-terangan, sampai-sampai setiap kegiatan Naruto dia harus tau 24 jam setiap hari, apa saja yang Naruto lakukan dan siapa saja yang bertemu Naruto"
Honami terkejut.
"diberikan kasih sayang yang begitu besar tentu saja Naruto sulit membiasakan diri. dari kecil, hidup Naruto selalu diatur oleh kedua orang tuanya, mereka mengajari Naruto pendidikan dan hal-hal pada umumnya, tapi Naruto tidak diajari apa-apa saja yang bersifat pribadi, contohnya seperti cinta romansa anak remaja. bagimu dan bagiku, itu sudah biasa terjadi di kalangan anak muda"
"tapi Naruto berbeda, meski dia terlihat menggoda gadis-gadis sekitarnya, mengoceh tidak jelas soal cinta, membual hubungan romantis dan dekat beberapa temannya, dia sulit membedakan apa itu rasa suka terhadap lawan jenis, kasih sayang keluarga, dan rasa cinta terhadap seseorang. Naruto sama sekali sulit membedakannya, itu karena dia tumbuh dengan orang tuanya yang terlalu ketat padanya"
Kei menatap Honami yang tertegun mendengar ceritanya.
"sebelum kau menyatakan perasaanmu pada Naruto. ujian terbesarmu adalah bagaimana kau membuat Naruto mengerti akan perasaan cintamu" Kei merasa sedikit lega menceritakan sedikit tentang Naruto, "Naruto, meski terlihat nakal dari luar, dia sebenarnya anak yang manja dan dia anak yang penurut"
Kei mendekati Honami dan memegang pundaknya.
"satu lagi, kau harus meluluhkan hati orang tuanya juga, terutama ayahnya Naruto. dia tidak suka putranya berhubungan dengan orang yang tidak dia sukai, ayahnya Naruto biasanya memilih sendiri pendamping putranya meski itu terlalu cepat, hahahah"
Honami merasa ada jurang besar yang membentang di hadapannya untuk menyebrangi dan bertemu Naruto.
"tapi kau tenang saja, aku akan membantumu sebisaku"
Kei tersenyum. Honami ikut tersenyum.
"terima kasih Karuizawa-san"
Honami perlu tekad yang kuat untuk mendampingi Naruto.
Ganbatte, Ichinose Honami!
.
.
.
.
.
.
. . .
. . .
"hatcuuu"
"kau sakit Naruto?"
"tidak apa-apa, aku ingin tidur"
"hmm, okey"
.
.
.
.
.
Naruto sama Kei sekelas yah gaes
