[ Chapter 3 ]
10 tahun kemudian
Yo! Perkenalkan, Kenny Omega. Seorang pemuda berumur 16 tahun yang sebentar lagi akan segera mendapatkan kehidupan barunya. Menyukai hal-hal yang berbau Pro Wrestling sejak kecil dan sekarang menjadi tujuan hidupnya. Tinggal di desa kecil di Hokkaido- bagian paling utara di Jepang bersama ibunya.
Hidup sulit- tidak, Kenny tidak merasa susah selama ia hidup di kota kecil tersebut. Ibunya, Kinoyoko Orihime telah mengajarkan segala hal dan perbuatan baik kepadanya. Membuat dirinya untuk bisa menjadi seorang yang dapat bersyukur tentang apapun.
Ngomong-ngomong, sekarang adalah hari terakhir dibulan maret, sekaligus menjadi hari terakhir Kenny di kota ini...
Ya, semangat pantang menyerah Kenny membuahkan hasil akhirnya. Dirinya akan bersekolah di Wrestling Academy!
Bukankah itu bagus? Kenny sudah sangat tidak sabar...
Duk
"itte~."
"Kau belum tentu diterima bodoh!" Kata Kinoyoko setelah ia memukul kepala Kenny. Kenny mengelus bagian kepalanya yang sakit, kemudian ia menatap tajamnya ibunya menuntut penjelasan.
Kinoyoko yang duduk di kursi rodanya justru membalas tatapan Kenny, bahkan sampai mengeluarkan aura shinigami.
"Apa kau?"
"O-oh, t-tidak. Hehe," jawab Kenny ketakutan. Kinoyoko menghela nafas lelah lalu mendongak untuk melihat langit. Kenny juga melakukan hal yang sama dengan ibunya. Mereka diam untuk menikmati keindahan langit Hokkaido, dengan beberapa pikiran-pikiran yang muncul tentunya.
Memang benar yang dikatakan Kinoyoko, dirinya belum tentu berhasil menuntut ilmu disana. Ditambah yang incar adalah jalur beasiswa, sudah pasti musuhnya tetap akan sangat banyak. Maka dari itu, diadakanlah tes masuk untuk setiap jalur. Entah kenapa, Kenny sangat gugup...
Pergi ke kota yang lebih besar, lebih hidup, lebih menyusahkan tentunya untuk orang sepertinya.
Ia tidak akan mendapatkan hidup damainya kembali... Huhu~
"Apa kau benar-benar ingin menjadi seorang pegulat?" tanya Kinoyoko halus.
"Yaaa~, itu sudah menjadi impianku sejak dulu," jawab Kenny. Entah sudah berapa kali Kinoyoko bertanya seperti itu, dirinya bisa memaklumi hal tersebut karena ibunya mengkhawatirkannya.
Bimbang dan bingung, Kenny dapat mengerti karena ia semakin dewasa. Ia tidak bisa membuat Kinoyoko terus khawatir dengannya, tapi dirinya juga sulit untuk merubah jalannya. Kegemarannya pada Pro Wrestling tidak bisa ia tinggalkan begitu saja. Hanya saja...
Bagaimana dengan Kinoyoko?
Apa ia harus melepaskannya saja?
"Jika Kaa-san tidak mengizinkannya, tidak apa-apa. Kita bisa membatalkan untuk pergi ke Osaka dan tetap tinggal disini. Aku tahu Kaa-san tidak menyukai kekerasan, itu wajar karena pekerjaan seperti itu sedikit berbahaya. Hahaha," kata Kenny sambil tersenyum ke arah Kinoyoko. Baiklah, Kenny sudah memutuskan untuk mengikuti apa yang dikatakan ibunya nanti.
Mungkin menjadi penonton tidak buruk juga sepertinya...
"Apa kau sadar dengan perkataanmu? Dame-Kenny," tanya Kinoyoko penasaran, ia tidak menyangka jika Kenny akan mengatakan hal tersebur. Ia tahu bagaimana sifat Kenny jika sudah menyinggung tentang gulat, overannoying... dan tidak mungkin Kenny akan berubah pikiran begitu saja.
Kinoyoko sebenarnya merasa kasihan kepada Kenny jika harus meninggalkan hobinya itu.
Tapi, ia tidak ingin jika Kenny cidera dan akan menjadi seperti dirinya nanti...
"Aku hanya tidak ingin membuat Kaa-san tidak tenang," ucap Kenny. Kinoyoko kesal karena kata 'tidak tenang' dari ucapan Kenny, ia belum mati sialan!
Buk
Tiba-tiba Kinoyoko menghujamkan sikutnya ke perut bagian kiri milik Kenny. Kenny yang tidak siap hanya bisa meringis kesakitan sambil memegangi perutnya, kemudian menatap tajam ibunya.
"Kenapa Kaa-san menyikutku?" tanya Kenny.
"Cari saja sendiri, Huft~," Kinoyoko kesal dan menggembungkan kedua pipinya.
"Kaa-san! Ingat dengan usiamu!" teriak Kenny karena melihat Kinoyoko yang seperti perempuan remaja. Kinoyoko kembali ke wajah normalnya lalu kembali mendongakkan kepalanya.
"Jadi, apa kita tetap akan pIndah ke Osaka?" tanya Kenny sekali lagi karena perkataannya tadi belum terselesaikan.
"Tentu saja," jawab cepat Kinoyoko dengan senyum yang mengembang. Kenny memiringkan kepalanya bingung. Kinoyoko tertawa kecil melihat wajah bodoh anaknya tersebut. Ya, mungkin ini jalan terbaik untuk Kenny.
"Aku mengizinkannya," kata Kinoyoko. Keadaan menjadi hening seketika, butuh beberapa detik untuk Kenny mencerna perkataan ibunya. Perlahan wajah Kenny berubah menjadi bahagia.
"Benarkah?" Kinoyoko mengangguk.
"Yoshaaa~, Kaa-san mengizinkanku. Arigatou," Kenny mehamburkan dirinya kearah Kinoyoko, memeluknya erat. Bukannya senang, Kinoyoko justru kesal lalu mencoba melepaskan pelukan Kenny.
"Jangan seperti anak kecil! Anak bodoh," kata Kinoyoko dengan deathglare ganas mengarah ke Kenny. Tanpa pikir panjang, Kenny melepaskan pelukannya lalu memohon ampun kepada ibunya.
"Tapi aku akan tetap mengawasimu, kau tidak aku bebaskan begitu saja. Mengerti?" kata Kinoyoko serius.
"B-Baik, mengerti!" jawab Kenny langsung tanpa jeda sekalipun. Akhirnya Kenny bisa merasa lega sekarang, ia tidak bisa membayangkan jika Kinoyoko menyuruhnya untuk berhenti dan melakukan hal lain.
Kenny tidak mau jika harus menjadi seorang desainer baju, itu tidak cocok dengannya!?
Mission Complete!
...
Kamis, 2 April 20XX
Osaka, Jepang
Bruk
"Haaah!? Apa maksudmu? Botak!" tanya Kenny kesal setelah menaruh koper bawaannya, ia sedang menelepon seseorang yang menyebalkan sekarang.
"Kenapa kau tidak bilang kepadaku jika pergi ke Osaka? Kita ini sahabat, bodoh!"
"Dengar Neko-zawa, kau sendiri juga tidak bilang jika akan pergi. Kau bahkan sampai saat ini belum memberitahuku tujuanmu," balas Kenny kepada orang yang menjadi lawan teleponnya, siapa lagi kalau bukan sahabat sejak kecilnya yang sok-sokan menjadi orang barat... Michael Nakazawa.
"Hehe, penasaran ya?" ejek Nakazawa. Pelipis Kenny semakin berkedut kesal, ia bisa membayangkan bagaimana wajah bodoh Nakazawa saat mengejeknya. Rasanya ingin ia pukul sampai hancur wajah sahabatnya tersebut.
Sebenarnya Kenny juga merasa bersalah karena tidak memberitahu Nakazawa tentang kepergiannya, tapi bagaimana lagi, ia juga kaget saat diberitahu oleh ibunya. Apa yang harus minta maaf?
Minta maaf? Huahaha
Kenny tidak punya niiat minta maaf sama sekali sekarang, lagipula Nakazawa juga melakukan hal yang sama. Lebih baik mengejek Nakazawa daripada minta maaf kepadanya.
"Kau pasti mendoakanku hal-hal buruk? Benarkan?!" kata Nakazawa di dalam teleponnya.
Kenny menghela nafas lalu melihat sekelilingnya. "Tepat seperti yang kau katakan," jawab Kenny dengan nada biasa.
Hari yang melelahkan untuknya, Ini pertama kalinya ia bisa melihat bandara besar secara langsung. Bahkan ia tidak menyangka jika bisa naik pesawat. Ngomong-ngomong tentang pesawat, tiba-tiba Kenny teringat sesuatu. Yap, ia teringat dengan mual-mualnya saat berada di pesawat tadi.
"Apa perutmu masih sakit? Kenny," tanya Kinoyoko khawatir.
"Ah, tidak Kaa-san. Tenang saja," jawab Kenny. Kinoyoko menganggukkan kepalanya lalu kembali membaca majalah yang berada di pangkuannya.
"Heeh, kau naik pesawat saja muntah? Huahahahahaha~ memalukan sekali," ejek Nakazawa.
"Sial, kau mendengarnya ya?"
"Jangan meremehkan telinga Michaelku."
"Kau dan obsesi nama anehmu itu."
"Hehehe," Kenny menghembuskan nafas panjang.
"Jadi bisa kau katakan dimana keberadaanmu sekarang," kata Kenny.
"Sama seperti tempatmu sekarang," balas Nakazawa.
"Sama seperti tempatku? Apa maksudmu?" tanya Kenny.
"Aku di osaka, di bandara," Kenny membulatkan matanya, ia terkejut dengan ucapan Nakazawa. Kemudian ia melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya, mencari sahabatnya tersebut. Menfokuskan penglihatannya ke setiap orang yang berhasil ditangkap matanya.
Hanya saja tidak ada laki-laki botak berbentuk monyet di sekitarnya...
"Kau pasti berbohong," kata Kenny karena tidak percaya. Terdengar kekehan Nakazawa di telepon tersebut yang membuat Kenny semakin bingung. Hingga beberapa saat, Kenny tidak mendengar suara Nakazawa.
Ting
Muncul sebuah notifikasi di ponsel lipat berwarna biru Kenny, dengan cepat ia membuka notif yang berasal dari Nakazawa tersebut. Dan benar seperti yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut jika sedang berada di bandara, bahkan Nakazawa juga memberi jari tengah kepada Kenny...
"Sialan, dimana kau sekarang? Cepat muncul jika kau berani!" ujar Kenny serius.
"Hey hey tenang dulu Kenny, kenapa kau emosi seperti itu?" ucap Nakazawa.
"Aku di Kansai, bandara kansai," lanjut Nakazawa untuk menenangkan Kenny yang mulai panas.
"Kansai? Bukannya katamu tadi di Osaka?" tanya Kenny bingung.
"Dasar bodoh! Kansai itu di Osaka tahu! Kita berbeda bandara sekarang, tempatmu itu untuk penerbangan di jepang saja. Jika di tempatku ini untuk ke luar jepang," jelas Nakazawa. Otak Kenny harus bekerja sedikit lebih keras untuk mencerna perkataan Nakazawa.
Bandara Itami yang menjadi pintu gerbang Kenny datang ke Osaka adalah bandara internasional. Meskipun bandara ini berstatus internasional, seluruh penerbangan berjadwal dari bandara ini adalah penerbangan dalam negeri. Seperti yang dikatakan oleh Nakazawa tadi, penerbangan untuk ke luar jepang sekarang diambil oleh Bandara Kansai.
Alasannya sederhana kenapa dibagi menjadi dua bandara, karena Bandara Itami tidak bisa diperluas. Jadi, diputuskanlah penerbangan mancanegara dialihkan ke bandara baru, Bandara Kansai.
Walau begitu, Bandara Kansai juga bisa digunakan untuk penerbangan dalam negeri. Tetapi orang-orang yang akan pergi ke Osaka kebanyakan memilih di Bandara Itami karena tempatnya berada lebih dekat dekat dengan pusat kota.
"Naruhodo, aku baru tahu," kata Kenny, tapi tiba-tiba ada mengganjal di otaknya karena penjelasan Nakazawa barusan. Bandara Kansai digunakan untuk ke luar jepang, kebanyakan orang-orang yang berada disana melakukan perjalanan internasional. Jika Nakazawa ingin ke Osaka, kenapa tidak mendarat di Itami?
Kenny membulatkan matanya seketika...
"Tunggu Nakazawa, jangan bilang kau-"
"Huahahahah, kau baru sadar ternyata. Sebelum kau mengetahui lebih jauh, sepertinya aku harus menutup teleponnya karena pesawatku sudah siap. Semoga sukses di Osaka, Kenny. Kita mungkin tidak bisa bertemu untuk beberapa waktu. Jaa ne," kata Nakazawa.
Tuuut
"Hey Nakazawa, tunggu... kuso, jangan bilang dia benar-benar pergi ke luar negeri," kata Kenny kesal sambil melihat layar ponselnya, ia tidak pernah mengira jika sahabatnya tersebut pergi. Kenny mengira nama Michael dan sifat sok inggris Nakazawa hanya lelucon biasa, bagaimana bisa itu berubah menjadi kenyataan.
Kenny menghela nafas sebentar lalu tersenyum.
"Kepintaranmu kalah dengan seorang monyet, Kenny."
"Kaa-san, itu terlalu kasar."
"Berikan doamu yang terbaik untuknya, Kenny. Jangan memasang wajah murung seperti itu," ucap Kinoyoko.
"Apa Kaa-san tidak bisa membedakan wajah murung dan bangga?"
"Hmm? Menurutku sama saja di wajah bodohmu itu."
"Tidak ada ceritanya seorang ibu mengejek wajah anaknya sendiri."
"Karena kenyataannya memang seperti itu, apa aku salah?"
"Tidak tidak, Kaa-san tidak pernah salah," Kenny memlih untuk menghentikan perdebatan dengan segera karena ujung-ujungnya pasti ia akan tetap kalah beradu dengan ibunya. Kinoyoko tertawa karena kemenangannya dan juga karena melihat ekspresi merajuk dari Kenny.
"Jangan sampai kalah dengannya," ucap Kinoyoko.
"Itu pasti Kaa-san, aku akan menjadi pemimpin gulat profesional jepang yang baru di masa depan nanti," kata Kenny dengan semangat, ia tidak akan kalah dengan Nakazawa yang berada di luar jepang. Selama dia berusaha keras, Nakazawa tidak akan bisa melebihinya.
Itu pasti...
Hanya saja, ia tidak tahu keperluan apa dan kenapa Nakazawa pergi ke luar negeri. Hmm...
...
Sabtu, 4 April 20XX
Morning
"Ha-Ha-Haaatttcchiiih~," Kenny mengusap pelan hidungnya dengan tisu lalu pergi dari tempatnya bersandar. Pagi baru turun dan ini ditempat umum, kenapa sudah ada yang menghisap rokok diwaktu seperti ini? Kenny melirik orang asing disampingnya dengan kesal.
"Sumimasen," ucap Kenny ramah kepada pria disampingnya. Pria dewasa tersebut menoleh ke arah Naruto dengan wajah bingung.
"Ya, ada apa?" tanyanya.
"Bisakah anda pergi ke tempat merokok, ini tempat umum," kata Kenny dengan nada sangat hati-hati, entah ia juga tidak tahu kenapa dirinya bersikap seperti itu. Pria tersebut mengerutkan dahinya, kemudian mengambil sesuatu dari saku celananya dan menawarkannya ke kenny.
"Bilang saja jika kau mau minta," ucap si pria. Kenny tiba-tiba gugup dan melambaikan tangan kedua tangannya tanda menolak.
"A-Ah tidak, terima kasih. Aku baru 16 tahun dan tidak merokok," balas Kenny jujur dengan menggaruk kepala belakangnya.
Kenapa ia malah menawariku rokoknya?" batin Kenny dengan senyum canggung. Tidak mungkin Kenny akan merokok karena bisa merusak fisiknya, ditambah ia benci jika sudah masuk terlalu dalam- kecanduan dengan benda yang tidak jelas termasuk ke dalam makanan atau obat-obatan tersebut.
Ya Kenny tidak bisa menyalahkan orang disampingnya tersebut, itu menjadi hak setiap orang. Hanya saja merokok di tempat umum itu salah dan ada tempat khusus perokok yang tidak akan pindah kemana-mana berjarak 15 meter dari tempat Kenny berada. Apa pria di sampingnya ini tidak membuka matanya?
Kenny benci dengan asap rokok!
Menyebalkannya lagi, pria disampingnya masih saja merokok dengan wajah tanpa dosa...
Kenny menutupi hidungnya dengan tisu baru, ia tidak bisa pindah dari tempatnya karena sudah berjanji dengan teman ibunya untuk bertemu di tempatnya sekarang.
Kenny melihat perokok menyebalkan di sampingnya tengah memerhatikan sesuatu, ia mengarahkan pandangannya mengikuti kemana dan apa yang dilihat orang tersebut. Kenny melihat sebuah billboard berukuran sedang di salah satu gedung dan menampilkan sesuatu yang tiba-tiba menarik perhatiannya.
"Kita sepertinya punya hobi yang sama," ucap laki-laki perokok tiba-tiba.
"Heh? Anda suka Pro Wrestling jugakah?" balas Kenny tertarik.
"Yah, kurang lebih seperti itu. Ngomong-ngomong siapa namamu?"
"Oh, namaku Kenny Omega, anda sendiri?" jawab Kenny dengan sedikit membungkuk. Laki-laki perokok tersebut menghembuskan asap rokoknya sambil melirik ke arah Kenny.
"Aku Unno. Senang berkenalan denganmu, Kenny-kun."
"A-Ah, salam kenal Unno-san." Unno tersenyum ke arah Kenny, ia menjatuhkan rokoknya yang sudah pendek lalu menginjaknya. Unno menepuk pundak Kenny pelan.
"Baiklah, aku harus pergi sekarang. Sampai bertemu lagi, Kenny-kun," ucap Unno yang dibalas anggukan oleh Kenny, kemudia ia mulai menggerakkan kakinya dan berjalan menjauh. Kenny menatap kepergian Unno sampai orang tersebut tidak terlihat lagi.
...
Kenny kembali menunggu teman ibunya yang entah kapan menunjukkan batang hidungnya. Sebuah kaleng minuman teh hijau berada di tangan kanannya, Kenny memilih teh hijau karena harganya paling murah setelah air mineral. Lagipula teh adalah minuman kesukaannya...
Mengusap rambutnya ke belakang, Kenny menghela nafas lelah karena ia sudah menunggu lebih dari 1 jam dari jadwal dan itu sangat menyebalkan. Kenny juga sudah mengirim pesan kepada ibunya untuk bertanya tentang siapa orang tersebut, tapi dengan sangat teganya ibunya tidak mau membalas pesannya.
Bagaimana jika ia pulang saja?
"Sudah kuduga," Kenny menolehkan kepalanya karena ada seseorang yang baru saja berbicara di dekatnya. Ia bisa melihat seorang laki-laki dewasa yang tentu saja lebih tinggi darinya sedang menatapnya kearah dirinya. Laki-laki tersebut memegang sebuah kertas yang entah apa isinya...
"Apa kau, Kenny Omega?" tanya orang tersebut. Kenny yang tidak menaruh curiga sedikitpun ke orang di hadapannya mengangguk, mungkin orang ini adalah kenalan ibunya. Kenny merasa aneh dengan dirinya, ia merasa sedikit tidak nyaman saat sendirian berada ditempat asing lalu beberapa kali berbicara dengan orang asing.
Orang tersebut menatap datar Kenny lalu tiba-tiba meremas kertasnya dan berjalan meninggalkan Kenny. Kenny yang bingung mengangkat kedua alisnya, ia mengecek pakaian dan tubuhnya. Lagipula apa-apaan orang itu tadi? Main pergi begitu saja...
Tidar sadar, laki-laki tadi sudah berjalan cukup jauh meninggalkan Kenny. Kenny memutuskan mengejar orang tersebut untuk bertanya, lagipula rasa-rasanya ia tidak melakukan hal aneh tadi.
"Tunggu!" ucap Kenny memanggil. Orang yang dipanggil tersebut berhenti lalu berbalik menatap tajam Kenny tiba-tiba. Rem di kaki Kenny berfungsi seketika saat melihat tatapan menakutkan orang di depannya, rambut di tubuhnya juga langsung berdiri ketakutan.
"Kenapa dia menatapku seperti itu?" batin Kenny dibarengi dengan turunnya keringat di pelipisnya.
"Apa maumu?" tanya orang tersebut.
"A-Apa anda benar, Katsuyori Shibata-san?" tanya Kenny balik untuk memastikan. Jika benar maka laki-laki ini adalah kenalan ibunya, dan Kenny yakin jika orang ini adalah Katsuyori Shibata walau Kinoyoko tidak memberitahukannya bentuk dan ciri-cirinya.
Bahkan ibunya tidak memberitahukan jenis kelamin kenalannya, Kenny memang sedikit curiga dan sempat berpikir jika orang yang ditemuinya adalah orang penting. Dan sekarang ia juga meragukan keaslian nama Katsuyori Shibata.
Jangan-jangan orang ini intel kepolisian... Yap, Kenny dan pikiran anehnya.
"Jika benar memang kenapa?" ucap si laki-laki yang Kenny rasa dia intel.
"T-Tidak, tidak apa-apa. Tapi anda benar Shibata-san kan?" tanya Kenny.
"Iya kau benar, lalu?"
"Berarti anda benar kenal ibuku, Kinoyoko Orihime?"
"Kau terlalu banyak bertanya."
"A-Ah, maaf."
Sungguh, Kenny lumayan takut ditekan aura intimidasi yang dikeluarkan Shibata terus menerus. Disisi lain Kenny senang karena akhirnya rasa penasarannya terjawab, orang ini benar Katsuyori Shibata yang akan menemaninya tes masuk akademi nanti.
O iya, ujiannya.
"Kau tidak pantas menjadi pegulat," ucap Shibata tiba-tiba.
"Heh? Kenapa begitu?" tanya Kenny.
"Kau kelihatannya payah,"
"Hah!?" rasa takut Kenny seketika hilang karena baru saja diejek, sekaligus bingung kenapa Shibata selalu menggunakan bentuk perkataan yang sama dari tadi.
Kenny tidak mengerti dengan maksud dari ucapan Shibata barusan. Kenny memang sedikit kesal, hanya saja aneh rasanya ia dikatai payah saat mereka baru bertemu sebentar. Bahkan mereka belum berbicara 5 menit dan darimana Shibata tahu jika dirinya payah?
Shibata memandang rendah Kenny dalam artian tidak sopan, sementara Kenny sendiri sudah pasti menatap kesal Shibata. Kecurigaannya muncul terhadap Shibata, kenalan ibunya ini. Tentu saja Kenny merasa curiga, ia tidak tahu apa-apa dengan pria yang entah akan membantunya atau tidak.
"Tidak percaya dengan yang aku katakan?" tanya Shibata dengan melipat kedua tangannya.
"Tentu saja! Dari mana Shibata-san tahu jika aku payah?" balas balik Kenny.
"Aku berkata yang sebenarnya kau tahu," jawab santai Shibata.
"Kalau begitu bukt- uuggh," rasa sakit dengan cepat menguasai perutnya, ia tidak menduga jika Shibata akan memukulnya dengan sangat keras. Kenny tidak kuasa untuk berdiri, ia mendekap perutnya kencang dengan merintih sesekali.
"Lihat," Shibata dengan santainya bersikap biasa setelah memukul Kenny. Kenny masih berkutat meredakan rasa sakitnya, ia juga terkejut jika pukulan Shibata akan sangat keras.
Shibata meregangkan jari-jari tangan kanannya, kemudian kembali memandang rendah Kenny. Pukulannya tadi memang sengaja ia lakukan karena alasan tertentu dan juga membuktikan jika Kenny lemah. Shibata tidak peduli dengan orang-orang yang beberapa dari mereka sedang memerhatikan ke arahnya.
Kenny sering menerima pukulan seperti ini dari orang lain saat masih berada Hokkaido, tapi ia tidak menduga jika pukulan Shibata akan sangat menyakitkan bagi tubuhnya. Bahkan ia masih belum bisa menghilangkan rasa sakit tersebut sampai sekarang.
"Ikuti aku," kata Shibata singkat lalu berjalan meninggalkan Kenny yang masih terduduk. Kenny mendengar banyak bisik-bisik orang-orang disekitarnya, entah kenapa lama-lama ia merasa malu. Kemudian ia segera menyusul Shibata dengan menahan rasa sakit di perutnya.
...
Ting
Kenny dan Shibata keluar dari lift. Shibata kembali berjalan, ia tidak memberitahukan apa-apa kepada Kenny. Kenny sendiri tidak berani mengajak berbicara sekalipun hanya bertanya, ia tidak mau merasakan pukulan dari Shibata lagi.
Mereka sampai di lantai 3 sebuah gedung. Untuk mencapai tempat tersebut, Kenny harus berjalan sangat jauh dari tempat pertemuan keduanya tadi. Entah Shibata melakukannya dengan sengaja atau tidak untuk membuat dirinya harus berjalan jauh. Kenny hanya bisa menghela nafas untuk pertanyaan tersebut...
"Masuklah," ucap Shibata sambil membukakan pintu sebuah ruangan. Kenny yang berada di luar mengangguk kemudian melangkahkan kakinya ke dalam ruangan tersebut.
Kenny melihat sebuah ring berwarna putih dengan empat sudutnya yang terdapat pengaman berukuran panjang, "Itu seperti ring milik New Japan," batin Kenny.
Oh, ada logo NJPW juga ternyata dan... nama-nama merek? sponsor mungkin? Yang berada di pinggir ring.
Ruangan tersebut terdapat dua ring dengan ukuran yang sama, oh... Kenny baru menyadari juga jika ring satunya sedikit berbeda dengan ring khas NJPW di sebelahnya. Yaitu pengaman sudut ring yang digunakan seperti pengaman umum pada umumnya, tidak panjang seperti milik New Japan.
Dan susah sekali menggambarkan bentuknya...
"Cepat ganti pakaianmu," kata Shibata datar. Kenny tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Shibata barusan, walau bayangan-bayangan menakutkan sudah berputar di kepalanya.
"Maaf, Shibata-san. Apa yang akan kita lakukan?" Tanya Kenny.
"Kita akan bertarung."
Suasana menjadi hening, detik-detik jam terasa berbunyi sangat keras. Kenny terkejut dengan ucapan Shibata, bertarung? Maksudnya dirinya akan bertarung satu lawan satu begitu?
"Sumimasen?"
Shibata menolehkan kepalanya, melihat Kenny yang memiringkan kepalanya dengan tampang polos. Kenny memandang bingung orang yang masih ia anggap 'misterius' tersebut. Kemudian Shibata mendekati salah satu ring tanpa menjelaskan lebih lanjut apa yang ia rencanakan kepada Kenny.
"Pergilah ke pintu di sebelah kanan itu, ganti bajumu disana," kata Shibata sambil menoleh ke belakang dengan lirikan tajamnya.
"Tapi, aku tidak membawa pakaian ganti. Shibata-san," jawab Kenny bingung.
"Aku tahu itu, kau tidak perlu mengatakannya bodoh," kata Shibata datar dan dingin, Kenny dipaksa untuk sangat bersabar menahan suasana tidak menyenangkan diantara mereka.
Kenny merasa... Shibata tidak menyukainya sejak pertama mereka bertemu tadi.
"M-Maaf."
"Disana ada lemari pakaian. Pilih saja yang menurutmu cocok, cepat lakukan sekarang! Kau hanya membuang-buang waktuku sialan!" Sepertinya Shibata sedang tidak dalam kondisi hati yang cerah, entah ia kesal terhadap Kenny atau hal lainnya tapi ia baru saja berteriak kepada pemuda berusia 16 tahun tersebut.
Kenny melebarkan matanya terkejut, ia segera menganggukkan kepalanya kemudian berlari ke ruangan yang dimaksud tadi. Sungguh, ia tidak menyangka jika dirinya akan mendapat semprot keras seperti itu. Mungkinkah kenalan ibunya tersebut keberatan untuk membantunya? Mungkinkah dirinya melakukan sesuatu yang salah?
Kenny menudukkan kepalanya saat memasuki ruangan tersebut...
"Bersabarlah, Kenny," ucapnya kepada dirinya sendiri, sebuah kebiasaan berbicara atau berbaikan kepasa hatinya.
...
The Cleaner
.
Disclaimer : Saya tidak memiliki apapun Ini hanyalah sebuah karya fiksi, itu semua datang dari otak saya. Saya tidak mencerminkan kenyataan orang-orang di cerita ini, itu sepenuhnya dibuat-buat. Nama, nama karya, merek, dan lainnya bukan milik saya.
Seluruhnya bukan punya saya!
Warning : Gaje, Ancur, AU, OOC, mungkin ada OC nya, alur berantakan, banyak Plot Hole, unsur jepang ngawur dan Typo yang gak mau ilang... Ilmu penulisan dan kualitas otak saya masih rendah.
...
...
..
Fandom : Wrestling
.
To Be Continued
Terima kasih sudah membaca
Jangan dimasukin ke Hati
Jumat Wage, 4 November 2022
By SanArya
