"Apa aku akan terjebak disini selamanya?"

Issei Hyoudo, Marinir Amerika Serikat yang seharusnya bertugas di operasi pembebasan Tokyo dari makhluk anomali 2042, justru terjebak di dunia misterius yang nyaris mirip dengan bumi, di misi terakhirnya ia bersama dengan pasukan koalisi di tugaskan untuk memberantas makhluk itu namun pimpinan makhluk itu justru membuka semacam lubang hitam membuatnya terdampar di dunia asing, tanpa komunikasi sama sekali.

'...'

Ia kembali menatap kanal air di pinggiran kota Tokyo setelah melihat jurnal catatan yang ia tulis sejak terdampar di dunia ini.

Terhitung sudah 76 hari ia terdampar disini, dan komunikasi dengan pusat masih terputus. (12 Februari 2043)

Dunia yang terlalu baik untuk ia percaya, itulah yang Issei rasakan setelah menjalani beberapa bulan di dunia ini.

'Dunia tanpa krisis pangan, tanpa bencana alam, tanpa wabah perang antar manusia, juga...'

Ia menatap pemandangan senja yang sangat hangat ini seakan ini semua hanya mimpi.

'... tempat hangat yang bisa ku sebut rumah'

Tumbuh di dunia dimana yang ia tahu, krisis pangan, bencana alam, perubahan iklim ekstrim, hingga perang adalah dunia dimana ia tumbuh.

Tapi disini

"... menyedihkan"

Meringis tentang bagaimana ia berubah jadi lembek hanya karena dimanjakan oleh dunia ini, terkadang membuatnya sedikit takut akan kebenaran soal dunia ini.

"Issei Hyoudo"

Sesaat setelah mendengar namanya di panggil Issei langsung waspada, terlebih lagi seseorang itu berhasil menyelinap tepat di belakangnya tanpa ia sadari jelas membuat sinyal bahaya di kepalanya berdering tak henti.

'Siapa?'

Pikirnya ketika melihat seorang gadis berkepala merah, "Apa ada yang kau perlukan dariku, Nona?"

Issei kemudian berdiri dan mulai memperbaiki posisinya berusaha untuk tidak terlihat lengah.

'...'

Dengan tatapan waspada yang tak Issei jatuhkan ke gadis itu, Gadis itu terkikik kecil melihat ekspresi Issei yang menurutnya tak ia duga akan begitu.

"Fufufu... Jangan terlalu kaku, saya cuma ingin berbicara sebentar dengan mu"

'oh? Berbicara kau bilang?'

"Dan, urusan apa yang membuat seorang gadis putri dari kepala sekolah akademi Kuoh, Rias Greymory, menyempatkan diri untuk mendatangiku?"

"Fufufu... Anda nampaknya terlalu waspada, ya?"

"Oh? Maafkan kelancangan saya, nona, tapi saya tidak pernah ingat di ajari untuk tidak waspada ke orang asing"

"Fufu"

Rias Greymory kembali terkikik menutup mulutnya seolah-olah sarkas yang ia lontarkan tak berpengaruh ke dia.

"Langsung saja ke intinya kalau begitu, Issei Hyoudo. Maukah Anda ikut dengan saya ke klub Penelitian Gaib?"

Dengan wajah serius dan aura yang sangat cepat berubah, gadis itu menatap Issei seolah-olah ia sedang di ancam, sontak itu membuat Issei semakin waspada tanpa membiarkan pose tenangnya berubah sama sekali.

"Dan, apa untungnya untukku?"

"Hm... kalau begitu..."

(swiish)

Tiba-tiba sesuatu membuat kedua matanya terbuka lebar ketika melihat apa yang muncul dari belakang punggung Rias.

'Demons!'

Issei berusaha tetap tenang, ia berusaha menahan diri dari menghajar gadis ini karena ia tahu kalau saat ini posisinya sangat mustahil untuk bisa melawan.

'Sialan! Kenapa bisa ada demons disini!'

Umpat Issei, biasanya ia selalu membawa senjata M911 Glock di tas sekolahnya sebagai alat bela diri, tapi karena terlalu damai di dunia ini, ia pun kecolongan.

'Jangan bilang dia mau membunuhku!'

"Fufufu... Jangan takut, aku disini tak ingin menyerang mu"

"Apa maksudmu?"

"... (tersenyum) ... kalau begitu, mari kita bicara di tempat yang lebih tenang?"

'Ha!? Apa-apaan!'

Lingkaran merah tiba-tiba terbentuk mengelilingi keduanya, Issei langsung bersiap untuk kemungkinan terburuk, dengan cepat ia .elesat ke arah Rias.

"Ara?"

Issei pun menindih tubuhnya dan dengan tangan ia siapkan untuk memukul wajah Rias, dalam sekejap mata pemandangan di sekitar berubah.

"Fufu... Anda sangat bersemangat sekali ya, Issei Hyoudo"

Rias yang di tindih terkikik kecil, namun untuk Issei ia merasakan sesuatu yang tajam di lehernya.

"Jadi, bisa kau menyingkir dari dia, Issei Hyoudo"

Sebuah suara tenang namun tersembunyi niatan membunuh yang kuat pun menggema di telinganya.

"Tak ku sangka kalian berencana menyergap ku?"

Ucap Issei ketika melihat sekelilingnya dimana ia berada di sebuah ruangan dengan style seperti abad Victoria.

"Ma? Bagaimana kalau kita duduk dan berbincang dengan tenang dulu"

Ucap dengan santai Rias seolah-olah tak memperdulikan situasi dimana ia di tindih oleh Issei yang menatapnya dengan tatapan penuh ke waspadaan.

Melihat situasi yang sangat tak menguntungkan Issei, ia hanya bisa menurut dan mulai menyingkir dari Rias, di ruangan ini ia di persilahkan duduk di sofa bersebrangan dengan beberapa remaja yang terlihat membencinya.

'Dimana ini? ... tenangkan dirimu, mereka cuma sekumpulan bocah'

Sekali lagi Issei berusaha menenangkan dirinya dan mengingatkan lagi bagaimana ia harus tetap tenang menghadapi anak-anak.

"Issei Hyoudo, apa anda bisa mendengarkan apa yang ingin saya katakan"

Si kepala merah itu yang duduk tepat di tengah di antara para remaja di belakangnya, mulai membuka topik pembicaraan.

"Silahkan"

"Baiklah, hn, gimana kalau saya mulai dari perkenalkan diri kami"

Dengan senyuman Rias mulai menunjuk kearah laki-laki yang ada di grup aneh ini.

"Yang pertama dia adalah Yuuto Kiba, dia adalah salah satu member di klub ini"

Laki-laki yang bernama Kiba itu kemudian menundukkan kepalanya sebagai salam perkenalan setelah di kenalkan oleh Rias.

Satu persatu member pun di perkenalkan di depan Issei, Issei sendiri yang memperhatikan dalam diam, mulai menaikkan kecurigaannya ke member klub ini, terlebih lagi mengenai kekuatan misterius yang di miliki si kepala merah ini yang jelas bukan kekuatan manusia biasa miliki

"Fufu, masih tetap waspada ya?"

Gadis bernama Akeno Himejima itu mulai terkikik dengan nada yang cukup menggoda para laki-laki, namun sayang itu tidak berpengaruh untuk pria dengan usia (mental) 25 tahunan

"Jadi, apa tujuan kalian mengundang ku kesini? Terlebih lagi, mengenai apa yang kau tunjukkan padaku barusan, aku yakin kau tidak cuma sekedar pamer, kan?"

Dengan nada menginterogasi, Issei menuntut jawaban mengenai tujuan kenapa ia di bawa kemari, mendengar nada ketus Issei, gadis dengan tubuh mungil itu sontak memakinya dengan nada keras.

"Hei, jaga cara bicaramu! Kau sangat tidak sopan ke orang yang menyelamatkan nyawamu!"

Mendengar kalimat, menyelamatkan nyawanya, Issei langsung menaikkan alis matanya.

"Bisa jelaskan soal itu, karena aku tak ingat pernah hutang nyawa ke siapapun"

"Grrr... kau..."

"Sudah cukup, Koneko-chan"

Rias menghentikan amukan Koneko, tepat setelah Rias memperingati Koneko, ia mulai mundur dari keinginan menghajar Issei.

Issei sendiri tak menghentikan sikap waspadanya ke para remaja ini.

"Baiklah, mari saya ceritakan sedikit soal kenapa kami disini"

"Lanjutkan" Balas Issei dengan nada tenang, sejak tadi ia tak kehilangan ketenangannya dan sepertinya memprovokasi mereka justru tak memberikan jawaban yang ingin ia dapatkan.

"Situasinya begini, Issei-san, apa tidak keberatan saya memanggil anda begitu?"

"Tidak masalah, Gremory-san"

"Baiklah, seperti yang anda lihat..."

Sesaat kemudian sepasang sayap hitam keluar dari belakang punggung Rias dan member yang ada disini.

'Sudah ku duga, mereka demons'

PDA yang tersembunyi di balik lengan blazernya terlihat berkedip sejak ia tiba disini, indikator di PDA (Personal Digital Assistance/tablet PC portabel) sejak tadi menyala dengan warna indikator merah yang menandakan tingkat radiasi gamma di area radius 35 meter mencapai level 3.

'hn... jadi mereka ingin mengatakan kalau aku adalah bagian dari mereka, bukan begitu?'

"Seperti yang anda lihat, Issei-san, kami bukanlah manusia, kami adalah makhluk supranatural dan dari reaksi yang anda tunjukkan, sepertinya anda tidak terkejut dengan situasi kami"

"Bisa dibilang begitu, jadi, apa yang ingin kau katakan?"

"Yang ingin saya sampaikan, anda" Sambil menunjukkan jarinya kearah Issei. "Anda sudah bukan lagi manusia sejak insiden yang nyaris membunuhmu"

'Oh, masuk akal kenapa aku merasakan kalau fisik tubuhku terasa sangat berbeda, bahkan untuk anak remaja sekalipun, tingkat rutinitas pagi dan sore ku bisa di bilang sangat mustahil untuk tubuh anak remaja SMA biasa bisa sanggup bertahan tanpa ambruk kelelahan'

Rias pun melanjutkan ceritanya tentang insiden yang terjadi di 23 November 2042 dimana ia menyelamatkan nyawa Issei dunia ini dengan kekuatannya setelah nyaris terbunuh setelah menerima luka tusukan oleh Iblis, atau haruskah ia koreksi, Fallen Angel.

Setelah menerima informasi itu, Issei tak bisa berhenti berpikir soal situasi yang ia terima.

'Jadi semuanya mulai terhubung, alasan kenapa aku terjebak di dunia ini dengan tubuh anak remaja pasti ada kaitannya dengan teori dunia alpha dan Beta dimana masa lalu dan masa depan memiliki cabang yang berbeda-beda'

Jika di simpulkan dari apa yang terjadi, ia terjebak di dunia ini bertepatan saat Issei dunia ini meninggal sebelum di berhasil di selamatkan oleh Rias Greymory, karena dunia tidak bisa menerima keberadaan dua individu di satu dunia yang sama maka kesadaran Issei yang di ujung tanduk pun di tarik dan di gantikan oleh dirinya yang kebetulan ikut terkirim ke dunia ini, hal ini secara tak sengaja menyebabkan distorsi anomali ruang waktu membuat keberadaan dirinya sebagai keberadaan mutlak untuk dunia ini.

"Apa sampai disini, anda ingin bertanya kepadaku, Issei-san?"

'Jika ku perhatikan lagi, mereka sepertinya tidak memiliki niatan buruk mengenai ku, jadi ku rasa aku bisa sedikit tidak terlalu waspada ke mereka'

"Tidak ada, jadi biar ku simpulkan lagi, karena aku yang kau selamatkan dan di bangkitkan kembali sebagai Iblis, kau ingin aku melayani mu sebagai bawahan mu, tepat seperti situasi mereka, bukan begitu?"

"Fufu... sepertinya anda sudah menyimpulkan semuanya sendiri, ya? My...my... kalau begitu semuanya jauh lebih mudah"

Issei hanya mengangguk.

"Jadi kalau begitu, sekali lagi ijinkan saya untuk menyambut Anda sebagai anggota kami, mohon kerjasama nya, Issei-san"

Hari berlalu begitu saja, setelah pertemuan singkat soal situasi yang ia alami, Issei tak bisa berkata-kata selain mempertanyakan soal dunia ini.

Banyak sekali keanehan yang terjadi, namun ia masih tidak bisa menghilangkan rasa risih yang menggerogotinya.

'Begitu...'

Issei menatap kanal air dimana pantulan sinar matahari senja tampak indah di matanya.

'Aku di manjakan dunia ini'

Sekali lagi Issei mengatakan itu, mengakui kalau ia sudah terlalu lengah di buat dunia ini.

Issei berbaring di rerumputan pinggiran kanal sembari mengingat hari-hari yang ia sebut sebagai neraka di dunianya.

'Nona Rossweisse, aku penasaran dia sedang apa disana?'

-0-

Rumor tentang Issei si raja mesum yang berubah jadi pendiam mulai menjadi topik keseharian di sekolah ini. Hal itu tak bisa di bantah terlebih setelah Issei merubah gaya rambutnya menjadi sedikit lebih nyaman untuknya, atau bisa di bilang hal yang tidak wajar untuk kalangan remaja di sekitarannya.

Duduk diam, membaca buku tak peduli mengenai kebisingan kelas, itulah keseharian Issei Hyoudo saat ini.

Biasanya rumor hanya akan bertahan selama 90 hari, jadi tinggal menunggu waktu sampai rumor itu pun mati dengan sendirinya.

"Uh... uhm... H...Hyoudo-san"

Menoleh ke sumber suara, gadis sekelasnya itu mulai menatap dengan sedikit gugup.

"Apa ada yang bisa ku bantu?"

"Eek... b...bukan b...begitu"

("psst... kau lihat itu, Issei menakuti ketua kelas")

("Ih, sungguh kelewatan")

Alis mata Issei sedikit berkedut ketika mendengar gunjingan yang tampaknya, mereka secara sengaja mengeraskan suaranya agar ia bisa mendengar bisikan-bisikan yang tidak menyenangkan itu.

"A...apa k...kau sudah selesai... de..dengan kertas tugasmu?"

'Oh?'

Issei mengambil sesuatu dari tasnya lalu ia memberikan lembar tugas yang di berikan sensei.

"O...oh... k...kamu ...sudah selesai... Hyoudo-san"

"Begitulah"

Dengan gagap, Gadis itu mulai berbalik badan dan berjalan kearah lain, namun apa yang Issei tak duga adalah tentang bagaimana cerobohnya gadis ini.

"Kyah!"

"uuuuuu"

Gadis ini tersandung membuat semua kertas tugas yang ia kumpulkan dari setiap murid di kelas ini jadi berantakan.

'Hah... '

Issei langsung berdiri dari tempat duduknya lalu mulai membantunya mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan.

Tak memperdulikan tatapan aneh yang teman sekelasnya, yang perlu ia ingat sekali lagi di kelas ini hanya ada 3 laki-laki, tatapan curiga dan bisikan aneh pun masih terdengar di telinganya sesaat setelah ia selesai membantu ketua kelas.

"Sebaiknya kau berhati-hati lagi, ketua kelas" Ucapnya dengan nada lurus lalu kembali ke tempat duduknya seolah tak ada yang terjadi sama sekali

Hanya saja betapa sialnya untuk dia karena itu justru menambah rumor yang beredar dimana rumor baru itu adalah situasi dimana Issei Hyoudo mulai menggoda ketua kelas agar bisa bolos sekolah.

"Kau datang lagi"

Entah kalimat keberapa ia mendengar itu setiap kali ia datang ke ruangan konseling siswa/siswi.

Rossweisse-sensei, guru pembina murid bermasalah, namun yang datang ke ruangan ini justru siswa yang tak pernah ia sangka akan terus-menerus balik ke ruangan ini dengan alasan yang sama.

'Lebih tenang disini daripada di kelas'

"Kau tahu, sebenarnya sensei mulai mempertanyakan soal kewarasanmu"

"Oh, begitu. Saya juga tak ingat kalau saya masih waras"

Jawab setengah sarkas ke Sensei yang sangat jelas itu merupakan sebuah tindakan tidak hormat ke Sensei.

"Nampaknya sikap burukmu masih tetap begitu"

"..."

Issei tak memperdulikan hal itu, ia tetap kembali fokus ke bukunya dimana ia bisa belajar banyak soal dunia ini.

"Sepertinya rumor dimana kau berubah jadi playboy tampaknya benar"

"Saya tak pernah ingat ingin jadi playboy, sensei"

"Apa benar? Dari apa yang sensei lihat, kau sepertinya jauh lebih mengubah penampilan luarmu yang bisa ku akui cukup cocok dengan auramu yang sekarang"

Tak tahan mendengar hinaan? pujian? Issei mulai menutup bukunya lalu menoleh ke Sensei yang juga sepertinya berbicara sambil mengerjakan sesuatu.

"Sensei, jika anda ingin menghina saya, lakukan lebih terus terang daripada menyindir begitu"

"Hn? Aku bilang yang sebenarnya"

"..."

"(mendesah) sebaiknya coba kau lihat dirimu di cermin lebih teliti lagi"

Tak mengerti maksud sensei, Issei mulai menoleh ke cermin yang ada di dinding dimana pantulan wajahnya terlihat cukup jelas.

Sosok remaja dengan style rambut ia potong sedikit lebih wajar menjaga batas di atas alis matanya agar tak mengenai mata, kemeja ikat dasi tapi ia tidak ikat sampai keatas, lalu blazer sekolah.

Apa yang spesial dari ini?

Pikir Issei saat melihat dirinya sendiri

"Seriusan, kau tak sadar dengan perubahanmu?"

Issei hanya memiringkan wajahnya saat mendengar apa yang ia katakan itu, dari sudut mata Issei, perubahan kecil yang ia lakukan terlihat normal, jika ada yang bilang ia merubah dirinya hanya karena potongan rambut, ia rasa standar mereka melihat Issei terbilang sangat rendah.

Rossweisse sendiri hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika melihat Issei yang tak sadar dengan perubahan diri yang ia lakukan.

Seolah-olah, ia lupa dirinya yang beberapa bulan lalu.

Issei dulu di kenal sebagai ketua dari trio perverted yang tak henti-hentinya membuat Rossweisse sakit kepala, namun entah kenapa sejak Issei absen dari sekolah selama 3 hari, mendadak sikap riang dan peduli setan terhadap perilaku mesumnya itu hilang di telan bumi.

Memotong rambutnya sesuai dengan style normie di majalah, di tambah tatapan matanya yang berubah dari periang menjadi misterius, serta aura dewasa yang ia pancarkan, membuat Issei di mata Rossweisse sebagai lelaki dewasa di tubuh anak-anak.

'Ku harap anak ini mengerti perubahan yang ku maksud itu'

Rossweisse sedikit mencuri pandang ke Issei yang sibuk dengan bukunya, tatapan mata Issei yang seolah-olah menceritakan beragam cerita pahit entah kenapa membuatnya sedikit gugup.

"Sensei, bisakah anda berhenti menatapku"

"Ekk... A...apa yang kau maksudkan!? A..aku ga mungkin suka sama anak remaja!"

'Ha?' Issei yang bingung melihat sikap Rossweisse hanya bisa menggerutu dalam diam.

Keanehan di ruang konseling pun berakhir setelah bel pertanda akhir jam sekolah pun berbunyi, sesaat setelah permisi keluar, Issei melihat jam tangannya dimana ini masih menunjukkan jam 1400 waktu setempat.

'Sesekali melihat-lihat sekolah, ga ada yang salah, kan?'

Pikirnya sambil berjalan kearah lain, namun betapa sialnya dia ketika ia berhadapan dengan Motohama dan Matsuda dimana keduanya langsung menyeret Issei ke Dojo.

'Kenapa aku malah terjebak disini?'

Pikirnya saat melihat bagaimana ekspresi keduanya yang menikmati pemandangan para gadis yang baru tumbuh itu.

Cukup sayang itu tidak berlaku untuk seseorang sepertinya.

"Hmm... kalian sangat berani mengintip kami dengan mata keranjang kalian, ya?"

Motohama dan Matsuda mulai berkeringat dingin ketika mereka bertiga menoleh ke sumber suara.

Ketua dari klub Taekwondo ini mulai menatap mereka bertiga dengan tatapan membunuh.

"Bersiaplah kalian!"

"Maafkan kami!"

Motohama dan Matsuda langsung berlari ketakutan, tepat saat ia akan mengejar tiga mesum itu, tatapan matanya langsung berhenti kearah Issei yang tak bergeming.

"Kenapa kau tak lari, apa kau siap menerima hukumanmu!"

'Hah...'

Issei hanya bisa mengalah, ia mulai memperbaiki pose berdirinya lalu menunduk penuh permohonan maaf soal insiden ini

"Saya sangat menyesal tentang hal ini, tolong maafkan saya"

"Eh!?"

Melihat respon Issei yang di luar ekspektasinya, Ketua Taekwondo itu dibuat kebingungan.

'E..eh...!? Si Me...mesum itu minta maaf!?'

Nampaknya mereka tak akan menduga kalau si Issei akan mau menunduk meminta maaf.

Yang akhirnya ia pun di paksa menerima hukuman di Dojo.

"Sebagai hukumanmu, kau harus push-up 50 kali!"

Si kepala hitam itu dengan nada bangga memberikan hukuman ke Issei, sedikit terkejut karena hukuman seperti push-up 50 kali baginya adalah rutinitas yang selalu ia lakukan setiap harinya.

"Baik"

"Eh!"

Tak ia duga Issei dengan nada menurut, menerima hukuman yang ia berikan, beberapa anggota Taekwondo bahkan terkejut ketika Issei menyelesaikan 50 kali push-up tanpa kendala sama sekali.

"S..si mesum itu bisa push-up!?"

"Tak mungkin!"

"Bagaimana bisa!?"

Reaksi dari para gadis anggota Taekwondo sepertinya mereka tidak menduga kalau versi Issei yang sekarang bukanlah yang mereka kenal beberapa waktu lalu.

"T...tsk... Issei Hyoudo!"

"?"

"L...lakukan sit-up 100 kali!"

'Hn? Bukankah aku cuma di suruh 50 kali push-up ya?'

Melihat reaksi ketua klub Taekwondo, Issei hanya bisa beranggapan kalau ketua klub sepertinya sangat dendam dengan apa yang ia lakukan dulu.

Sekali lagi melihat bagaimana Issei dengan mudahnya menyelesaikan hukuman yang diberikan membuat ketua klub kehabisan kata-kata.

"ehn... Maaf, jika sudah selesai apa saya bisa pergi?"

Ucap Issei dengan hormat berusaha untuk tidak membuatnya kesal, hingga jawaban yang ia terima justru membuat Issei mendesah dalam pasrah ketika situasi tak bisa lebih baik dari apa yang ia ekspektasikan.

"Issei Hyoudo dan Rumi Himejima, mulai pertarungan!"

'Er... kenapa bisa begini'

Klub yang ia kira adalah klub Taekwondo ternyata adalah klub Kendo, yang artinya ketua klub yang masih merasa tak puas dengan hukuman yang diberikan ke Issei, ia harus bertanding 1v1 melawannya.

"Hyaaa!"

Serangan datang dari frontal, jujur Issei tak tahu menahu soal peraturan dan etika cara bertarung di Kendo, yang sekarang ia tahu.

'Perasaanku, atau memang kenapa pergerakan dia sangat lambat?'

Tidak, bukan hanya pergerakannya yang lambat, tapi sekelilingnya seolah-olah bergerak sangat lambat seolah waktu berjalan sangat lama.

'Aneh?'

Issei mengatur posisi untuk menerima serangan, tepat saat ia membentuk posisi tiba-tiba waktu berjalan normal lagi dan beruntung untuknya serangan itu berhasil di tangkis.

"Heh? Lumayan" Puji ketua Kendo seakan memuji bagaimana cekatannya Issei menangkis serangan itu.

'Apa yang barusan terjadi?'

Pikirnya saat tak memahami apa yang sebenarnya terjadi, serangan berikutnya datang dan kali ini hal yang sama terjadi lagi.

'...'

seolah melawan kehendak pikiran, tubuhnya mendadak secara refleks mengelak serangan frontal untuk ketiga kalinya.

'Hm... aku mengerti sekarang, ini pasti ada kaitannya dengan berubah menjadi iblis itu'

'Ironis'

Issei tak bisa berhenti selain meringis akan realita ini.

Pertarungan terus berlangsung, keduanya saling tukar serangan dan saling menangkis tanpa adanya pemenang diantara keduanya.

Hingga.

"Cukup, selesai"

Batas waktu, baru ini Issei tahu ada batas waktu di dalam Kendo.

"Hufh...hufh... Issei Hyoudo, ... kau lumayan untuk orang sepertimu"

Puji ketua Kendo ketika berusaha mengatur kembali nafasnya.

"Terima kasih banyak"

Balas Issei sambil menundukkan kepalanya.

"Kalau begitu, saya pamit"

Issei permisi dengan hormat namun entah kenapa bahunya di pegang dengan cukup kuat.

"Hehe... Issei Hyoudo, tak pernah aku sangka kalau kau itu ternyata lumayan kuat untuk orang sepertimu... bagaimana? Apa kau tertarik bergabung?"

"Kyah! Ketua mengajak si mesum itu!?"

"Seriusan ketua!?"

Keriuhan di klub sukses menjadikan sebuah pengalihan untuknya bisa melarikan diri dari klub aneh itu.

Lagipula apa yang hebat dari bisa melakukan push-up 50 kali dan sit-up 100 kali? Bahkan Issei sangat ingat sekali saat ia di bootcamp Marinir Parris Island, U.S.M.C, ia di tuntut untuk bisa 200 kali push-up dan 200 kali sit-up, belum lagi hell-week dimana 12 minggu berturut-turut di wajibkan untuk menjalani basic training sebelum lulus membuatnya sudah terlatih secara mental sejak lama.

"(mendesah)"

Sungguh hari yang aneh, pikir Issei sambil mengganti pakaiannya. Selesai berganti pakaian, ia kembali berjalan kearah lain dimana hari ini 'rencananya' ia akan di tugaskan secara perdana sebagai Devils dalam pelatihan.

Jauh di dalam lubuk hatinya, Issei sangat mengutuk dirinya yang harus menjadi iblis, namun itu bukan takdir ia bisa rubah mengingat situasinya yang harus ia tutupi demi keamanan dirinya.

Belum lagi fakta soal dunia paralel itu nyata, ia tak bisa berhenti berpikir apa yang akan di lakukan para politisi dunia jika mengetahui planet ini adalah tiruan sempurna dari planet bumi.

'Sudahlah, terlalu di pikirkan pun tidak terlalu menguntungkan ku'

Saat Issei sampai di depan pintu masuk sebuah rumah klub yang nampaknya terbengkalai, ia sudah mempersiapkan diri untuk penugasan yang akan ia terima hari ini.

-0-

17 Februari 2043, setidaknya sudah satu minggu menjalani tugas yang diberikan Rias Greymory.

Tugas yang ia terima selama ini mencakup pengantaran paket (kurir?), pengamanan gedung terbengkalai selama satu malam, hingga yang paling aneh yaitu menjadi pelayan untuk para waria homo, syukur untuk Issei yang memiliki mental pria dewasa ia bisa dengan cepat membuat para homo itu setidaknya bisa menjaga jarak dengannya tanpa menimbulkan kerusuhan yang tak perlu.

Sementara Issei yang sibuk dengan penugasan hariannya, Rias dan Akeno mulai membicarakan soal Issei yang menurut mereka sedikit aneh.

"Buchou, bukankah menurutmu si Issei itu sedikit terlalu aneh?"

"hn~ Gimana bilangnya ya, aku juga merasa begitu"

"Iya kan? Lihat saja bagaimana dia menyelesaikan semua pekerjaan dengan sempurna bahkan tugas yang paling aneh yang kita berikan padanya, ia justru bisa menyelesaikannya tanpa masalah"

"Fufu ... bukankah itu bagus? Setidaknya ia bisa membantu menaikkan reputasi Greymory"

"Memang... hanya saja"

"Apa ada yang mengganjal di pikiranmu?"

Akeno tak bisa menjelaskan secara rinci hanya saja perasaan risih yang ia rasakan mengenai Issei belakangan ini semakin mengganggunya.

"Issei Hyoudo, ia entah kenapa bisa berubah drastis setelah menghilang selama 3 hari, belum lagi bagaimana kepribadiannya juga ikut berubah seolah-olah ia sangat berbeda dari yang sebelumnya"

"My...my... Akeno-chan sepertinya sangat peduli dengan Issei-san, ya?"

"Bukan begitu..."

Akeno hanya bisa bergumam dalam diam ketika tak bisa menjelaskan kerisihan yang ia rasakan beberapa hari ini.

Malam itu terasa sangat dingin untuk Akeno, setelah tak bisa menyimpulkan apa yang mengganggu pikirannya mengenai Issei Hyoudo.

Langkah kakinya pun membawanya ke pinggiran dermaga dimana ia menatap lautan yang tenang.

"Tsk...tsk... lihatlah apa yang kita temukan disini?"

Akeno langsung siaga ketika mendengar langkah kaki mendekat kearahnya.

"..!.." ('Fallen Angels!')

Akeno yang tak menduga akan sambutan dadakan ini hanya bisa menyiapkan diri untuk pertarungan.

"Hehe... Jangan takut iblis kecil, aku akan melenyapkan mu sama seperti kaum mu"

"Grr... jangan sombong"

Akeno langsung kehilangan kesabaran ketika provokasi itu berhasil membuatnya mengamuk. Ia dengan cepat melesat kearah malaikat jatuh itu dan mulai menyerangnya dengan mana hitam.

("Denting")

Pedang energi suci itu berhasil mencegat mana hitam Akeno, kedua energi yang saling bertolak belakang itu menciptakan suara ledakan yang cukup keras.

"Hehe... mari kita bermain"

"kyah!"

Akeno pun di tendang dengan sangat keras, saat ia terhempas, Akeno dengan sigap berusaha memperbaiki posisinya namun malaikat jatuh itu tak memberikannya celah sama sekali.

"Haha! Lihatlah kau!"

"kyah!"

Sekali lagi Akeno terkena pukulan, pria itu yang menggunakan kombinasi antara pukulan tangan dan pedang suci membuat Akeno kewalahan menangkis setiap serangan.

"ugh"

Pedang itu berhasil menggores kakinya, rasa perih yang sangat menyengat itu membuat Akeno hampir menjerit kesakitan.

"Hahahaha! Menjerit lah! Ayo menjerit!"

Tak ia sangka Malaikat jatuh itu mulai menyerang lagi, Akeno yang melihat serangan frontal langsung menangkis namun...

"heh... ketipu"

Yang ia tangkis adalah bayangan, namun suara yang bergeming itu buka. datang dari depannya melainkan datang dari belakangnya.

(jleb)

"eh..."

Merasa sangat ketakutan, Akeno mulai merasakan sakit luar biasa di perutnya.

'Eh... a..aku'

"Kyah ahahaha! lihatlah kau! Oh, ini sangat luar biasa!"

Akeno langsung terbaring tak bertenaga sesaat setelah tusukan itu menembus kulitnya.

'A...apa aku akan mati?'

Ia mulai merasakan kalau ini ajal untuknya, hingga.

("Dor...dor...dor...")

"Ha!?"

Suara kilatan berhasil mematahkan keheningan di kepala Akeno.

Sedikit memburam ia melihat sosok figur di kejauhan.

"Man... do I really should do this, again?"

"Ha!? A..apa bagaimana bisa!? Kekuatanku!"

Malaikat Jatuh itu yang terkena 4 tembakan langsung di tubuhnya, langsung berlutut ketika rasa sakit mulai menembus pikirannya.

"Siapa kau bajingan!"

Sosok itu berjalan perlahan dari balik gelapnya malam.

Di mata Akeno ia melihat sosok dengan jaket hitam memegang sesuatu yang nampaknya seperti senjata api.

Pandangannya yang buram tak bisa melihat dengan jelas siapa itu, sementara itu sosok itu dengan tajam menatap kearah malaikat jatuh itu yang sepenuhnya tak bisa bergerak.

"S...siapa kau bajingan!"

Amuk malaikat jatuh itu kepadanya, namun sosok itu tak peduli sama sekali.

"Diamlah sebentar"

("dor")

Tembakan berikutnya ia lepaskan tepat di kepala makhluk itu, ia pun terbunuh seketika.

"Ok, sekarang aku harus bagaimana?"

Tanyanya pada dirinya sendiri ketika melihat situasi.

...

...

...

Sejak kecil aku selalu takut dengan kegelapan, aku takut monster menakutkan.

Aku benci hal yang menyeramkan

Aku... takut

...

...

"Siapa sangka kalau aku harus melakukan ini lagi"

Keluh Issei ke dirinya sendiri, untuk sementara ia harus memikirkan cara untuk mengobati luka Akeno Himejima.

"Hah... kenapa aku harus mengalami ini?"

Hal yang paling ia benci adalah merawat perempuan terluka.

"Maafkan aku, tapi ini keadaan darurat"

Issei dengan cepat membuka pakaian Akeno yang masih tak sadarkan diri dan mulai proses penutupan luka. Akeno kehilangan cukup banyak darah, beruntung ia memiliki antiseptik yang cukup untuk mengobati pendarahan itu.

"..."

Injeksi regenarasi, setidaknya ia masih memiliki 7 lagi, Issei tak punya pilihan lain selain menggunakan injeksi itu yang terpenting nyawa Akeno bisa di selamatkan.

"Bertahanlah"

Injeksi instan pun ia berikan, wajah pucat Akeno dalam waktu 5 menit langsung kembali normal. Ia pun selesai mengobati Akeno, lukanya pun telah selesai ia jahit dan nampaknya masih butuh waktu 12 jam untuk efek dari suntikan darurat bIsa menyembuhkan beberapa luka dalam akibat tusukan.

Untuk sementara ini, Issei hanya bisa berharap ia bisa segera pulih.

'Dia beruntung aku lagi disini, kalau tidak aku yakin ia pasti sudah mati'

Pikir Issei ketika secara kebetulan ia ingin kembali ke persembunyiannya, saat itu ia mendengar suara ledakan yang cukup keras tak jauh dari posisinya.

Sampai situasi mulai kondusif, Issei mulai kembali menulis catatan jurnal hariannya serta kembali mencoba menghubungi pusat kontrol berharap untuk setiap kemungkinan ia bisa mendapatkan informasi tentang dunianya.

Walau kemungkinannya sangat kecil ia akan mendapatkan komunikasi dengan dunia asalnya, tapi Issei tak akan pernah berhenti berharap.

...

...

"hrm..."

Perlahan kedua mata Akeno terbuka berusaha menyesuaikan cahaya yang ada di sekitarnya.

Hal pertama yang ia lihat adalah sebuah gudang yang terbengkalai dengan cahaya redup menerangi tempat ini.

'Dimana ini?'

'ouch'

Rasa sakit itu kembali terasa, saat ia menatap ke perut dimana ia yakin ia terkena tusukan pedang suci itu, ia langsung terkejut melihat bajunya yang di robek lalu ada bekas jahitan di kulitnya.

"Command this is Alpha 001, do you read, over?"

...

'Suara siapa?'

Pikirnya, lalu ia melihat ke sumber suara, disana ia melihat sosok manusia duduk tak jauh darinya dengan semacam radio di tangannya.

"Command, this is alpha 001, Identification Sergeant Issei J. Hyoudo, do you read, over?"

...

'Issei?'

Akeno sangat yakin kalau itu adalah suara Issei, ia pun mulai memperhatikan sosok itu dengan sedikit lebih teliti hingga wajahnya pun dapat terlihat sepenuhnya.

'Issei? Sedang apa dia disini?'

"Still no response, huh? Guess this is my life from now on"

Issei menggunakan bahasa Inggris secara lancar membuatnya sedikit keheranan apakah itu benar-benar Issei atau bukan.

"ouch..."

Akeno pun mengeluarkan rintihan sakit yang spontan membuat Issei menoleh kearahnya.

"Oh? Kau sudah sadar?"

Issei mendekat, namun dari apa yang Akeno lihat sekilas, ia sangat yakin kalau ini bukan Issei.

"Sebaiknya jangan paksakan dirimu, kau baru saja keluar dari maut"

Sedikit canda Issei sambil memperhatikan luka yang sepenuhnya tertutupi oleh jahitan di kulitnya.

Akeno tetap diam tak berani membuka suaranya membiarkan Issei melakukan apapun yang ia mau, untuk sesaat ia sangat yakin kalau Issei akan tergoda dengan tubuhnya namun Issei justru menunjukkan sikap dewasa yang tak bergeming walaupun ada seorang wanita yang tak berdaya di hadapannya.

Dengan wajah serius dan dari pengalaman Issei sebagai Field Medic, ia dengan teliti memeriksa apakah ada gejala lain di sekitaran bekas luka.

'Nampaknya kesamaan struktural tubuh antara manusia dan iblis masih cukup sama, kalau ku pikir lagi, bukankah Akeno adalah iblis yang di bangkitkan?'

'Yang artinya'

Kesamaan struktural tubuh antara manusia dan iblis di bangkitkan hanya terletak di energi yang di hasilkan, sistem metabolisme dan DNA tubuh mungkin saja masih sama dengan manusia.

Tapi itu masih tidak menjelaskan tentang bagaimana bisa manusia di bangkitkan menjadi iblis, atau bagaimana caranya dan mekanisme tubuh setelah menjadi iblis.

Untuk kasus Issei, ia sama sekali tidak menyadari kalau ia adalah iblis sebelum Rias menjelaskan situasinya.

"Uhm..."

"oh? Maaf aku melamun tadi"

Balas Issei dengan nada tenang ke Akeno yang menatapnya dengan tatapan heran.

"Untuk sementara kau sepertinya sudah jauh lebih baik, aku tak akan mempertanyakan soal kenapa kau nyaris di bunuh oleh seseorang, tapi aku akan sangat berterimakasih jika kau memilih untuk tidak menceritakan apapun tentang kejadian ini"

Untuk pertama kalinya, Akeno melihat sisi lain dari Issei Hyoudo, sisi Issei yang sangat aneh di matanya dimana ia yakin kalau seseorang yang ada di depannya bukanlah seorang anak remaja.

Seolah-olah

'Siapa dia?'

Akeno tak berani berkata lebih jauh selain mengangguk sebagai respon nya, Issei setelah melihat jawaban Akeno, mulai berjalan kearah lain dimana ia melakukan inspeksi ke peralatan yang ada.

'Hah... ini akan menyusahkan'

M5 (XM5) adalah senjata yang tergolong masih baru dan ini adaptasi dari varian M4 standar NATO, jadi semua sistem mekanik senjata ini masih terbilang sangat sensitif dan rawan malfungsi, terlebih lagi optik senjatanya yang mampu kalibrasi jarak target secara otomatis membuat optik ini juga terbilang sangat rawan rusak.

Selama ia bertugas sebagai marinir, setidaknya 20 persen kemungkinan chamber gas yang membuat piston senjata ini beroperasi bisa rusak sangat tinggi terlebih lagi marinir adalah pasukan yang paling sering bertugas di segala medan tempur.

Melihat Issei yang sangat teliti membongkar senjata api dan membersihkan setiap peralatan militer yang sangat jelas tidak mungkin warga sipil biasa bisa memilikinya, membuat setiap pertanyaan yang ada di kepala Akeno tentang siapa Issei semakin bertambah besar.

Saat secara tidak sengaja mereka berdua bertatapan mata, Issei menaikkan alis matanya ketika melihat Akeno yang nampak gugup.

"Sudah jangan kaku begitu, aku sedikit risih kalau di tatap begitu"

Keluh Issei sambil menyusun barang-barangnya dengan rapi di tas backpack miliknya.

"Issei Hyoudo"

Tiba-tiba Akeno langsung berbicara, Issei yang sudah selesai menyusun barang-barangnya, menoleh ke Akeno yang tampaknya tak bisa lagi menghentikan rasa penasarannya.

'...'

Issei sudah menduga apa yang akan di tanyakan oleh Akeno, karena ia sudah pernah mengalami ini, saat kejadian Asia Argento yang juga nyaris membuat Asia terbunuh dua bulan sebelumnya.

"Biar ku tebak, kau pasti mau bertanya, siapa aku dan apa yang ku lakukan disini, bukan?"

Melihat bagaimana Issei bisa menebak apa yang akan Akeno tanyakan, ia hanya bisa mengangguk sambil menunggu jawaban Issei.

"hm..." Issei memegang dagunya sambil menatap langit-langit di gudang ini.

"Bisa dibilang aku cuma anak SMA biasa yang kebetulan terlibat hal ini dan itu"

"... Apa maksudnya?"

"Jangan pedulikan soal itu"

Jawab Issei sambil mengisyaratkan kalau ia enggan memberikan detail lebih rinci soal latar belakangnya, lagipula ia tak yakin kalau Akeno akan mempercayai kisahnya

'Siapa pula yang mau percaya cerita kalau aku datang dari dunia yang berbeda dimana aku kebetulan datang ke dunia ini dimana duniaku sedang perang melawan mahkluk seperti mereka'

'Yang pastinya aku bakalan di cap sebagai orang gila'

Simpul Issei mengenai situasinya, sementara itu Akeno masih terdiam tak bersuara setelah mendapat jawaban tak jelas dari Issei mengenai siapa dia sebenarnya.

Ia tetap diam memperhatikan Issei yang masih sibuk dengan dunianya sendiri, sesekali ia mendengar Issei bergumam dalam bahasa Inggris soal beberapa sebutan yang tak bisa ia mengerti apa maksudnya.

Semakin penasaran dengan apa yang Issei lakukan, Akeno sedikit memberanikan diri, berdiri di belakang Issei, dalam diam memperhatikan apa yang Issei lakukan walau rasa sakit bekas luka itu masih terasa, tapi ia tak bisa menghentikan rasa penasarannya.

'hm?'

Ia melihat beberapa peralatan seperti tablet dan beberapa benda kelas militer yang terbilang cukup canggih untuk standar militer Jepang, seingatnya ia tak pernah tahu kalau Jepang punya peraturan dimana dibawah 18 tahun di perbolehkan untuk bergabung dengan militer, jadi bagaimana bisa Issei memiliki peralatan militer ini?

Pikir Akeno saat melihat beberapa benda disitu.

"Kau tahu, kalau kau penasaran aku bisa memperlihatkan beberapa hal padamu, sebagai imbalan, bisa kau berikan informasi padaku soal beberapa hal"

Tiba-tiba Issei menoleh kearahnya dengan wajah serius, Issei sepertinya ingin saling tukar informasi yang dapat menguntungkan situasinya.

Untuk Akeno sendiri, ia yak tak menduga Issei akan menggunakan nada tenang sedikit membuatnya tergagap.

Belum lagi entah kenapa di matanya, Issei yang ada di hadapannya sekarang ini entah kenapa terlihat jauh lebih dewasa ketimbang Issei saat di sekolah.

"K...kalau g...gitu"

Akeno kembali ingin menanyakan hal yang ingin ia tanyakan sebelumnya.

"Siapa kamu sebenarnya, lebih tepatnya, darimana kamu datang"

Mendengar nada formal dari Akeno dan pertanyaannya yang sangat jelas kalau Akeno mulai menduga beberapa hal tentang asal-usulnya, Issei hanya bisa memberikan beberapa informasi mengenai dirinya kecuali informasi mengenai OPSEC/Operation Security/Informasi sensitif mengenai operasional militer seperti struktural, pusat komando, dan formasi taktikal militer.

"Ijinkan aku memperkenalkan diri, tapi, coba duduk dulu, agak risih mataku melihat kedua dadamu yang terlalu besar itu"

Ucap Issei dengan nada setengah ketus, terlebih bagian dimana ia mengatakan 'dada' dengan nada yang sedikit jengkel.

Mendengar ucapan Issei yang sangat tak ia duga itu, Akeno dengan refleks langsung duduk dan menutup dadanya dengan kedua tangannya sambil menatap Issei dengan tatapan kesal seolah-olah ingin mengatakan kalau Issei adalah mata keranjang.

"..."

Diam dalam suasana aneh sedikit menyelimuti keduanya, melihat Akeno yang masih menatapnya dengan tatapan curiga seolah menatap seorang pria rendahan yang suka dengan gadis belia, Issei kembali melanjutkan ceritanya tentang dirinya.

Atau lebih tepatnya

Issei J. Hyoudo, Marinir dari 2nd Batalion, 2nd Marines, yang bertempur di operasi pembebasan Tokyo pada 24 November 2042.

"Saat aku dan tim sedang memeriksa perimiter sekitaran area pendaratan, kami di sergap oleh sekumpulan iblis dengan nama sebutan Devil Lord"

"Disitulah Iblis itu membuka semacam portal yang sayangnya ikut membawaku ke dalam portal bersama dengan iblis itu. Itulah kenapa aku terjebak di dunia ini"

"Sampai sejauh ini, aku hanya bisa mengasumsikan kalau aku hidup di dalam tubuh Issei Hyoudo dunia ini namun kesadaran ku berasal dari dunia asliku, walau sebenarnya aku sedikit meragukan hal itu"

Akeno yang diam mendengarkan cerita Issei hanya bisa tetap diam tak bersuara, baginya cerita Issei sangat tidak masuk akal hingga ia melihat sendiri di tablet yang ada di lengan Issei dimana rekaman pertempuran hingga dokumentasi karir militernya pun ada di tablet itu.

'...'

"Apa yang kau lihat, itu adalah dunia kami. Dunia yang bagaikan neraka untuk makhluk hidup, bahkan untuk iblis seperti kalian sebelum datang ke dunia kami"

Di tablet itu menunjukkan dokumentasi tentang perubahan dunia tempat Issei ini berasal, dunia gersang, penuh dengan badai topan dimana-mana, tsunami, gempa, hingga gunung api meletus semua bencana alam yang datang secara bersamaan di dunia itu berhasil membuatnya merinding dalam diam.

"Banyak negara yang bangkrut akibat bencana alam, menyebabkan krisis pengungsi terbesar sejak berakhirnya perang dingin antara NATO dan Russia, dan disaat semua hal yang terjadi di dunia kami, ras kalian pun datang"

Akeno melihat video dimana beberapa iblis menyerang dan menyebabkan kekacauan di dunia yang telah hancur di landa bencana alam.

"Bisakah kau bayangkan betapa putus adanya manusia di saat itu ketika opsi satu-satunya untuk memusnahkan kalian, adalah dengan memusnahkan seluruh makhluk hidup dengan senjata nuklir?"

"Nuklir?"

Akeno nampaknya tak tahu soal senjata nuklir, yah wajar saja kalau ia tak tahu, karena dunia ini perlombaan senjata antara pemilik senjata nuklir hampir nyaris semuanya di tutupi oleh pemerintah dunia ini, berbeda dengan dunianya dimana setiap konflik yang ada, senjata nuklir adalah kartu as yang selalu nomor satu di tunjukkan ke meja perang.

"Yah, katakanlah, senjata nuklir itu adalah senjata bom yang bisa memusnahkan satu kota hanya dengan satu bom"

Mendengar kalimat itu dengan wajah datar Issei, membuat Akeno langsung membantah perkataan Issei karena baginya itu sangat mustahil.

"Kalau begitu lihat ini sebagai contohnya"

Issei dengan santainya menunjukkan sebuah test bom hidrogen yang di lakukan di bikini atoll dan tes bom hidrogen yang di lakukan USSR di dunianya.

"Bayangkan bom seperti ini dengan total jumlah lebih dari 90 ribu lebih di dunia kami. Itulah kemampuan manusia di dunia kami"

Dengan nada suram, Issei menunjukkan perbedaan dunianya dengan dunia ini yang hampir dalam 90 tahun lamanya tidak ada konflik bersenjata/perang sama sekali.

Iya, mengejutkan bukan? Dunia tanpa perang sama sekali, bahkan perang sipil hingga perang terorisme pun tak ada, tidak ada tragedi krisis nuklir, tidak ada perang teluk, tidak ada 9/11. Dunia yang terlalu indah untuk di percaya, itulah yang Issei pikirkan ketika mempelajari dunia ini.

Tanpa sadar, Issei yang hanyut dalam pikirannya membiarkan Akeno menggunakan tablet PDA miliknya yang dimana tersimpan beragam dokumentasi yang ia simpan disana, semuanya kecuali hal-hal sensitif seperti dokumen militer yang secaa personal ia simpan di PDA terenkripsi di dalam tasnya.

"Eh? Rossweisse Sensei?"

"hn?"

Issei melirik ke Akeno yang nampaknya membuka galeri foto & video di PDA dimana ia secara tak sengaja melihat foto Rossweisse dan Issei.

"Oh? Dia itu Rossweisse versi dunia kami, setidaknya itu sudah cukup bukti untuk menjelaskan soal eksistensi dunia kami, bukan?"

Canda Issei ketika melihat wajah terkejut Akeno yang tak percaya melihat Rossweisse yang mengajar di sekolah ini, adalah orang yang berbeda di dunia mereka.

"K...kalian nampak dekat"

"Bisa di bilang begitu"

Ucap Issei dengan nada formalnya, perubahan cara bicara Issei yang sangat mendadak itu membuat Akeno hanya bisa terdiam memikirkan apa hubungan sebenarnya antara Rossweisse dan Issei di dunia aslinya, apakah keduanya berpacaran? atau tidak?

Melihat wajah muram Issei seakan merindukan kekasihnya yang jauh, membuat Akeno menyimpulkan kalau keduanya memiliki hubungan romantis satu sama lain.

"Sudahlah, cukup dengan pertanyaan mengenai ku, sekarang giliran aku yang bertanya"

Issei dengan cepat mengalihkan topik pembicaraan karena ia tak mau berlama-lama membuang waktu yang berujung ke jalan buntu.

"Pertama aku ingin mengkonfirmasikan beberapa hal, apa benar kau adalah manusia yang di bangkitkan sebagai iblis?"

Akeno yang melihat tatapan serius Issei seolah-olah ia sedang di interogasi, hanya bisa menjawab dengan mengangguk sebagai jawaban.

"Baik, kedua apa sebenarnya struktural keluarga Greymory, jelaskan tentang sistem dan skema organisasi iblis di dunia ini. Mengapa Iblis di dunia ini memiliki semacam hubungan kerjasama sampai-sampai memiliki semacam kontrak kerja di antara manusia dan iblis tanpa sepengetahuan publik"

"Ketiga, jelaskan apa dan bagaimana asal-usul iblis di dunia ini, apa pondasi pembentuk serta latar belakang iblis bisa menyatu dengan kehidupan manusia tanpa adanya laporan kasus kriminalitas maupun kasus tentang identitas iblis sampai ke telinga reporter seluruh dunia hingga saat ini"

Pertanyaan Issei semuanya sangat tertuju ke titik yang sangat krusial, karena jika di pikirkan kembali tentang kehidupan modern seperti sekarang, sangat mustahil untuk menutupi keberadaan iblis maupun makhluk sejenisnya tanpa pernah terbongkar ke media, belum lagi tentang kasus yang ia hadapi beberapa waktu belakangan ini dimana kedua sisi terang-terangan melakukan tindakan kekerasan yang anehnya tidak ada satu media pun yang meliput tentang kejadian setelahnya.

Siapa dan apa yang melindungi mahkluk seberbahaya mereka ini?

Pertanyaan yang Issei lontarkan ke Akeno tak sepenuhnya bisa di jawab oleh Akeno karena Akeno sendiri pun tak tahu banyak soal itu semua, namun mayoritas jawaban yang Issei terima lebih kurang, cukup untuk menyimpulkan semua cerita yang ada.

Eksistensi mereka telah lama muncul, lalu mereka bisa bergerak bebas karena memiliki koneksi kuat di sekitaran politik dunia dimana salah satunya duduk di jawaban Dewan Keamanan PBB serta berada di Pentagon, Amerika Serikat yang membuat mereka cukup kuat secara politik untuk menutupi keberadaan mereka

Serta hal menarik lainnya adalah fakta dimana mereka memiliki semacam kekuatan untuk memanipulasi ruang waktu dimana ketika barier kekuatan di ciptakan di area radius sekitaran 30 meter, waktu di area tersebut seolah berhenti dan semua objek tak memiliki lajur waktu yang mengikuti hukum fisika dunia.

'Masuk akal kenapa distorsi ruang waktu itulah pemicu terjadinya portal penghubung'

'Tapi... itu masih tak menjelaskan asal-usul mereka dan eksistensi sejarah mereka muncul di dunia ini'

Issei hanya bisa berasumsi dari informasi yang ia dapatkan dari Akeno dan menulisnya secara detil di jurnal harian yang rutin ia tulis.

Malam itu, Akeno mendapat peringatan keras mengenai kerahasiaan yang harus ia jaga ketat mengenai identitas Issei Hyoudo serta fakta mengenai mereka bertemu malam ini juga harus di jaga ketat.

Sebagai timbal balik, Issei tak bisa menjamin apapun selain jiwanya yang terikat oleh Greymory jika suatu saat ia berbalik arah melawan Greymory.

Malam itu, Akeno pulang dengan beragam hal merasuki pikirannya, mayoritas yang ia tahu dari Issei cukup membuatnya berpikir tentang realita suram dunia lain di dunia dimana Issei berada.

Dunia dimana manusia memiliki kemampuan untuk memusnahkan seluruh kehidupan di planet itu hanya dengan kedipan mata. Dunia dimana perang adalah hal yang sangat wajar dimana kematian adalah makanan sehari-hari.

'...'

Ia merinding ketika mengetahui senjata yang Issei gunakan saat menyerang malaikat jatuh itu, adalah senjata yang di produksi di dunia itu dengan kemampuan bisa menghabisi kaum mereka tanpa perlu memiliki kekuatan neraka maupun surgawi.

'Manusia di dunia itu benar-benar... kejam'

Itulah yang Akeno pikirkan ketika melihat dokumentasi yang ada di tablet Issei Hyoudo, atau haruskah ia sebut sebagai, Sersan Issei James Hyoudo.

'Jadi itu alasan keresahan ku, aku tahu kalau dia bukan Issei Hyoudo dari sikapnya yang sangat tak wajar, tapi aku tak tahu sebelumnya kalau dia benar-benar bukan Issei'

Hal luar biasa yang manusia dunia itu ciptakan melebihi dari kata kekuatan sihir untuk bisa mendeskripsikan bagaimana manusia di dunia itu harus beradaptasi dengan neraka disana.

'Suntikan yang mampu menyembuhkan luka hanya dalam hitungan jam, kemampuan tempur yang mampu membunuh makhluk supranatural, kekuatan yang mampu menghancurkan planet, hingga kehausan akan pertumpahan darah. Sungguh ... dunia yang sangat kejam'

Akeno tak yakin kalau ia bisa mimpi indah malam ini setelah melihat kengerian yang ia lihat dari Issei Hyoudo.

.

.

Hari kembali berlalu, Issei Hyoudo kembali menjalani rutinitas paginya dengan tenang tanpa ganguan di hari Minggu ini.

Semuanya kecuali seorang biarawati tertentu yang kebetulan berdiri di air mancur memberikan pakan ke burung merpati.

"Ah? Hyoudo-san, selamat pagi"

Asia Argento, biarawati yang ia selamatkan dari maut saat pertama kali ia tiba di dunia ini.

"Pagi, seperti biasanya kau sangat suka sekali memberi mereka makan ya?"

Issei menatap burung yang dengan senangnya memakan pakan yang Asia berikan.

"...(tertawa kecil)... Apa kamu tahu, burung merpati di tempat kelahiran saya sering di simbolkan sebagai logo kebebasan dan perdamaian"

Mendengar ucapan Asia, Issei jadi teringat tentang hal serupa dimana ia melihat pemandangan ini tapi entah dimana.

Issei hanya bisa tersenyum tipis melihat wajah riang Asia.

"Mungkin kau benar"

'Kebebasan dan perdamaian... sudah cukup lama aku tak mendengar kalimat itu'

"Kamu pasti lelah ya Hyoudo-san, bagaimana kalau minum sambil istirahat sejenak?"

Melihat cara bicaranya yang cukup formal membuat Issei sedikit terganggu, terlebih lagi ia berbicara seperti ini setiap kali mereka bertemu di luar, jika mereka di sekolah, Asia selalu menggunakan bahasa yang biasa saja.

Masuk akal juga kenapa Asia seperti ini, Asia sudah tahu identitas asli Issei dan dari sudut pandangnya Asia berbicara seperti ini murni untuk menghormati seseorang yang "lebih tua" darinya.

"Asia, apa kau tak ingat apa yang aku katakan soal hentikan formalitas mu, kan?"

"he..he... Saya masih ingat, hanya saja saya rasa itu tidak sopan ke anda, Hyoudo-san"

"Apa kau sedang bicara sarkas?"

"mu?... Saya tak mengerti maksud anda, Hyoudo-san~"

'Gadis ini mungkin kepribadiannya sedikit... aneh?'

Memilih untuk menyerah, Issei pun duduk di kursi membiarkan suasana pagi yang damai ini cukup untuk membuat tubuhnya yang cukup lelah setelah latihan pagi, serasa segar lagi.

"Anda tahu Hyoudo-san, saya sangat-sangat berterima kasih pada anda yang telah menyelamatkan nyawa saya"

Asia duduk di sebelah Issei sambil tersenyum lembut menatap air mancur di taman ini.

"Saya tak tahu harus melakukan apa untuk membayar hutang budi saya pada Anda"

Asia mulai berekspresi muram ketika mengingat hari naas itu.

"(mendesah) Sudahlah, jangan kau pikirkan lagi soal itu. Itu sudah sewajarnya aku menyelamatkan nyawa seseorang yang dalam bahaya"

Asia memejamkam matanya sambil tersenyum dan menoleh kearah Issei dengan senyuman tulus.

"Tetap saja itu tak merubah fakta kalau saya sangat berterimakasih atas apa yang anda lakukan pada saya, sejak saat itu anda selalu melindungi saya dari balik layar dan selalu mendukung saya untuk menjadi lebih baik. Bagi saya, anda lebih dari sekedar penyelamatan nyawa saya, anda bagi saya..."

(Pat)

"Fueh!?"

Issei yang melihat bagaimana rona kemerahan di wajah Asia hanya bisa menyimpulkan kalau Asia akan mengatakan sesuatu yang sangat jelas tak mungkin bisa ia terima, jadi sebelum Asia bisa menyelesaikan kalimatnya, Issei dengan lembut meletakkan tangannya di kepala Asia yang tertutupi oleh penutup kepala biarawati hitam.

"Sudahlah, ku bilang jangan pedulikan hal itu. Bagiku itu hanya kewajiban, juga, sebaiknya kau jangan terlalu menempel ke seseorang sepertiku, walau tubuhku itu anak remaja, tapi pikiran dan mentalku sudah berumur lebih tua darimu. Jadi jangan buat aku jadi pedofil"

Canda Issei dengan senyuman mengejek sambil mengusap kepala Asia seolah-olah sedang mengejek anak-anak.

"Pufm!... Jangan perlakukan aku seperti anak-anak!"

Asia dengan imutnya menggembungkan pipinya sambil bersikap marah ke Issei yang masih sempat tertawa melihat bagaimana reaksi Asia.

"Heh..."

Kedamaian itu masih tetap berlanjut, namun untuk Issei ia hanya bisa berharap sesuatu yang buruk untuk tidak pernah terjadi, namun terkadang takdir sering berkata yang sebaliknya untuk Issei.

'Ku harap kau baik-baik saja disana, aku pasti akan menemukan cara pulang'

Pikir Issei saat melihat langit biru.

Di lain sisi dunia, seorang wanita dengan seragam militer Angkatan Laut menatap ke langit gelap yang memberi tanda akan turun hujan badai, hanya bisa terdiam muram memegang liontin di tangannya.

'...'

(-0-)