NOTES:
Semoga nggak ada yang lupa tentang Hans Grey yang muncul di Chapter 2 sebelumnya...
Tambahan:
"AaBbCc" – Ucapan biasa (Kutip dua biasa)
'AaBbCc' – Pikiran (kutip tunggal dengan huruf miring)
Pada chapter ini:
"AaBbCc" – Ucapan yang terdengar dari alat elektronik seperti radio, pengeras suara, telpon atau suara seseorang yang terdengar sangat pelan. Atau ucapan yang mempertegas sesuatu. (Kutip dua dan huruf miring)
/./AaBbCc\.\ – Flashback, atau mungkin flash-foward untuk Bond. (Titik diapit dua kurung siku tebal dengan tulisan huruf miring)
ALLIANZ
Fanfiction by LittlePeanutz
Spy x Family © Endō Tatsuya
Chapter 9: Bergerak
Singkatnya, apakah semua ini sudah direncanakan oleh mereka sebelumnya?
Bergerak
(KBBI) v berpindah dari tempat atau kedudukan (tidak diam saja)
v (mulai) melakukan suatu usaha; mengadakan aksi; berusaha giat (dalam lapangan politik, sosial)
dsb.
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Malam hari, pukul 19.00 waktu setempat.
Di suatu tempat di West Berlint, Ostania.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
"Tuan habis dari mana? Semua orang mencari Tuan sejak tadi pagi."
Hans Grey menghentikan langkahnya yang sedang tergesa-gesa setelah menyadari ada seseorang yang memanggilnya.
"Oh Luis," sapanya singkat setelah mendapati ternyata Luis, bawahannya, yang baru saja memanggilnya. "Habis beli rokok dan koran."
"Sejak tadi pagi?"
"Yap."
Bawahannya itu jelas-jelas tidak percaya dengan hal itu. Luis hanya menatapnya tanpa suara selama beberapa saat, kemudian menghela napas pasrah. "Lady sudah bilang kita tidak perlu melibatkan pihak Westalis."
"Biarkan."
"Bukankah hal ini akan memperparah semuanya?"
"Luis," Hans langsung menyangkal, "Lady mempekerjakan pembunuh, bukan mata-mata. Aku yakin kita berdua tahu itu tidaklah cukup. Buktinya sampai sekarang kita masih kebingungan mengenai KIND itu sendiri. Pembunuh fungsinya untuk membunuh, dan mata-mata fungsinya untuk mengumpulkan informasi. Dan mata-mata terbaik yang kutahu itu berasal dari Westalis."
"Tetap saja melakukan hal itu kemungkinan dapat memperparah keadaan."
"Aku hanya ingin semua ini lebih cepat selesai. Kita temukan informasi lalu kita akhiri dalang dari semua ini. Meski aku tahu tidak akan semudah itu," ujar Hans.
"Apakah Westalis mau menerima permintaan ini?"
"Entahlah, berharap saja," ujar Hans yang mulai melanjutkan perjalanannya. Luis mengikutinya dari belakang. "Aku belum berhasil berbicara dengan salah satu dari mereka, tapi aku sudah mengirim pesan ke salah satu informan yang mereka gunakan."
"Lalu, sekarang Tuan mau ke mana?"
"Ke Lady. Mulai memohon—dengan amat sangat—padanya untuk mendengarkan ide gilaku yang lainnya lagi."
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Malam hari, pukul 20.00 waktu setempat.
Di suatu tempat yang tidak diketahui.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
BRAK!
Seorang wanita tiba-tiba saja membanting pintu ruangan tersebut. Pria yang berada di dalam ruangan sempat melonjak kaget.
"Lagi-lagi kakak dan Neel gak bilang apa-apa tentang rencana ini!" Wanita itu langsung meraung sesaat tatapan mereka berdua bertemu, "Kakak gak bilang apa-apa tentang sengaja melepaskan mereka!"
"Anna! Ketuk pintu du—"
"Dan sekarang kakak protes gegara aku gak ketuk pintu?!" Wanita itu kembali menggebrak meja yang ada di hadapan pria itu, "Kakak bilang mereka itu milikku! Bagianku! Kuasaku!"
"Neel bilang kalau kau udah setuju," balas pria itu singkat.
"Aku setuju tentang uji coba lapangannya! Tapi aku sama sekali gak setuju jika harus melepaskan mereka begitu aja!"
"Siapa bilang aku membiarkan mereka lepas begitu saja?" Pria itu berujar pelan sambil tersenyum, kedua tangannya menopang dagunya dan menatap lurus mata wanita itu. "Alasan kenapa kami nggak memberitahumu tentang rencana ini karena kau cukup sering bertemu dengan anak-anak itu. Jika anak-anak itu membaca pikiranmu ketika kamu gak sengaja memikirkan rencana ini, semua akan gagal."
Wanita itu mendengus, tetap tidak puas mendengar jawaban dari pria yang ada di depannya. "Aku tuh udah gak peduli lagi dengan rencana apapun yang kakak dan Neel buat kali ini. Aku hanya ingin penelitianku kembali. Masih banyak yang ingin kulakukan dengan anak-anak itu!"
"Kamu `kan bisa membuatnya lagi. Kau dan para maniak saintis lainnya."
"Gini ya, kak. Saat ini jalur bawah sedang dalam pengawasan ketat karena informasinya sempat bocor ke S.S.S., aku sama sekali gak dapet subjek apapun dari tempat itu sampai saat ini.
"Nah itu dia permasalahannya, adikku tersayang." Pria itu berdiri dari kursinya, tak lagi menengadah untuk menatap wanita itu. Sekarang pandangannya menatap rendah wanita yang sedari tadi menjerit di depannya. "Seperti yang kamu bilang, ada tikus yang membocorkan informasi mengenai jalur bawah ke S.S.S., dan diduga tikus itu berasal dari pihak kita. Organisasi-organisasi lain yang menggunakan jalur bawah mulai mengecam kita karena hal itu. Lalu sepertinya tikus yang sama itu juga membocorkan informasi kita pada pihak luar. Aku hanya sedang membereskan semuanya dan sedikit memanfaatkan apa yang dilakukan oleh tikus kecil itu."
Wanita itu memutar matanya, tidak suka. "Itu sebabnya kakak tetap sengaja melakukan perkumpulan di Ruddow meski udah tahu kalau bakalan ada orang yang ngirim pembunuh bayaran ke sana?" tebak wanita itu, "Pantas aja orang-orang yang datang ke perkumpulan itu adalah mereka yang memang kurang setia pada kita. Hampir seratus orang mati pada malam itu. Bahkan Gracie juga mati."
"Aku cuman sedang melakukan pembersihan kecil-kecilan aja. Yang kulakukan hanya diam di sini dan memanfaatkan kesempatan yang ada." Senyum licik terukir di wajah pria itu. "Lagi pula, bukannya Gracie makin lama makin berkurang kesetiaannya pada kita? Hanya kesetiaannya pada uang yang makin meningkat. Kita juga gak rugi jika dia mati."
"Aku benci kalau kakak ada benarnya," Wanita itu masih mendengus, "Tapi kakak yakin keberadaan kita masih aman di sini? Mungkin salah satu dari seratus idiot yang mati malam itu juga membocorkan informasi lain."
"Tenang aja, Anna. Kamu tahu mereka semua berada di kasta terendah. Seluruh informasi yang mereka punya tentang kita gak akan berguna."
"Tapi tetap aja, aku ingin penelitianku kembali," Wanita itu kembali merengek.
"Sabar, adikku. Aku masih menggunakannya untuk memancing lagi. Tapi aku pasti akan mengembalikan mereka padamu."
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Malam hari, pukul 23.20 waktu setempat.
Di suatu tempat di Central Berlint, Ostania.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
"Akhirnya kita sampai."
Artur menguap. Ia tidak pernah merasa tidur senyenyak ini sebelumnya. Padahal kali ini ia tidur di dalam mobil dengan posisi yang lumayan tidak nyaman dan jalan yang tidak selalu mulus.
Ia melihat ke luar jendela mobil. Kini pemandangannya tak lagi pepohonan dan langit gelap, melainkan gedung-gedung tinggi yang baru pertama kali Artur lihat. Lagi pula ini adalah pertama kalinya ia pergi keluar sejak ia terkurung di dalam tempat tinggalnya itu.
"Bella, Carlo, ayo bangun." Artur sedikit mengguncangkan tubuh kedua adiknya yang tertidur pada pundaknya. Pantas saja pundaknya terasa pegal.
"Heum?" Bella mengucek matanya. Carlo menguap cukup lebar.
'Apa kita sudah sampai?'
"Hei kalian…"
Artur, Bella, dan Carlo langsung menoleh ke laki-laki dewasa yang duduk di kursi pengemudi. "Kita nggak bakal lama di tempat ini, kalian ingin ikut turun atau menunggu di dalam mobil?"
"Bagaimana jika ikut turun? Sekalian untuk meluruskan kaki," saran paman mata-mata Twilight.
"Yah, benar juga. Kalau begitu, ayo."
Artur, Bella, dan Carlo ikut menuruni mobil mengikuti dua laki-laki dewasa tersebut. Paman mata-mata menyuruh mereka untuk ikut memasuki ke salah satu apartemen yang berdempet yang ada di sana. Apartemen itu terdiri dari lima lantai, sepertinya sudah lumayan tua. Terdapat sedikit lumut dan retakan kecil di beberapa tempat. Tapi bukan berarti apartemen itu buruk, malah, penampilannya terlihat mengagumkan dengan dinding cat berwarna merah dan jendela-jendela lebar berkilau tersinari lampu jalan. Suatu pemandangan yang sudah lama anak-anak itu tidak lihat semenjak berada di tempat penelitian yang entah ada di mana itu.
Mereka bergegas mengikuti dua laki-laki itu memasuki salah satu apartemen itu. Alih-alih mereka menaiki tangga ketika memasuki salah satu pintu apartemen tersebut, mereka justru dijumpai oleh anak tangga yang mengarah ke bawah tanah di akhir lorong apartemen itu.
Artur, Bella, dan Carlo hanya mengikuti dari belakang, tak banyak bicara. Semua hal ini masih begitu asing bagi mereka.
'Kak,' Artur dapat mendengar suara pikiran Bella. Kemudian ia menoleh ke arah perempuan itu, "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
'Aku… tidak tahu…'
'Bagaimana dengan Erla dan Dion? Apakah kita meninggalkan mereka?'
Artur menggeleng, 'Tentu saja kita tidak akan meninggalkan mereka. Kita `kan sudah berjanji untuk tidak meninggalkan satu sama lain. Kita harus mencari cara untuk mengeluarkan mereka.'
~A.~
"Kau terluka Twilight?" tanya Sylvia setelah melihat Twilight memasuki ruangan dengan gulungan perban yang tersembul dari kerah bajunya. Tentu saja Twilight tak dapat menyembunyikan apapun dari pengawasnya ini. Kemudian Sylvia melihat kedatangan 3 anak kecil—2 laki-laki dan 1 perempuan—yang mengikuti di belakang Twilight. "Anak-anak itu?" tanyanya.
"Seperti yang terlihat, semua ada di laporan dan ini laporannya, tolong dibaca dengan cepat. Sekarang aku ingin pinjam telepon," ujar Twilight, sekilas terlihat sedikit terburu-buru. Ia menyerahkan lembaran kertas berisi laporan misi hari ini yang telah ia buat di sepanjang perjalanan langsung ke tangan Sylvia.
Sylvia menerima laporan itu dan memeriksanya sekilas. "Baiklah, akan aku baca. Telepon ada di dalam ruangan sebelah sana di atas meja." Sylvia menunjuk ke salah satu ruangan.
"Terima kasih." Dengan cepat Twilight langsung bergegas menuju ruangan tersebut.
"Kenapa dia? Buru-buru sekali," tanya Sylvia setelah Twilight masuk ke dalam ruangan yang dimaksud dan menutup pintunya.
Rekannya Umbra hanya menjawab singkat, "Katanya dia harus menelpon istrinya."
"Sekarang?" Sylvia melirik ke arah jam tangannya, "Tengah malam jam segini?"
"Entahlah," Rekan Umbra mengangkat bahu. "Nah, Handler, mari kita berkenalan dengan anak-anak ini sambil Anda membaca laporan milik Tuan Twilight. Sekaligus kita harus mengecek apakah anak-anak ini tertempel pelacak atau tidak."
~A.~
Twilight tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan sekarang. Pikirannya benar-benar kacau. Ia memutar nomor rumah kediaman Loid Forger. Suara nada panggilan telepon berbunyi, benar-benar membuat hatinya tak karuan.
/./
"Sungguh, Thorn Princess, Matthew, percaya pada saya. Jangan serang orang itu. Akan saya jelaskan semuanya nanti." Twilight dapat mendengar suara pria misterius itu berseru pada tamu yang baru saja datang—bahkan salah satunya baru saja melemparkan jarum raksasa padanya.
Kemudian ia mendengar suara wanita.
"Ta-tapi–"
\.\
Suara itu hanya sekilas, tapi benar-benar mengganggunya. Ia berakhir menghabiskan 5 jam perjalanan di mobil hanya untuk menggali lebih dalam mengenai pemilik suara itu di dalam memorinya—sampai-sampai kepalanya sakit.
Entah kenapa nada panggilan ini terasa begitu lama. Ia bahkan dapat mendengar suara jantungnya sendiri. Tunggu dulu, kenapa dia menelpon? Jika ia mencurigai wanita itu, harusnya ia tak perlu menelp—
| "H-halo. Kediaman Forger." |
Napas Twilight tercekat. Ia masih belum dapat mencocokkan suara yang ada di memorinya dengan suara wanita yang ada di seberang telepon ini. Kenapa? Ada apa dengan dirinya? Seharusnya hal seperti ini mudah baginya. Ah, mungkin Twilight hanya lelah dengan misi tiada henti selama seminggu ini.
"Yor," panggilnya pelan, "Ini aku."
| "Oh, L-Loid?!" |
Suara wanita itu sedikit bergetar, Twilight dapat mendengarnya. Apakah ia harus curiga? Bolehkan ia menaruh curiga?
| "A-ada apa?" | Ia mendengar nada panik dari wanita itu. Twilight ingin curiga.
"Tadi kapan kau pulang dari dinas?" Seingatnya wanita itu bilang kalau hari ini dia ada dinas dan akan pulang larut. Di manakah tempat dinas itu berada?
| "Tadi sekitar jam seb—mbilan. Tunggu, a-apa dari tadi kau berusaha untuk menghubungiku?" |
"Tidak, tidak. Kau baik-baik saja?" Suaramu serak dan terdengar sedikit panik.
| "Aku? Ya, aku baik-baik saja. Karena tidak ada Anya di rumah, aku langsung tidur setelah sampai rumah. Aku tidak tahu jika kau menelpon sejak tadi. Maafkan aku! A-aku baru saja terbangun dan mendengar suara dering telepon!" |
Twilight melirik ke arah jam tangannya. Pukul setengah dua belas malam. Bodoh. Kenapa ia tak sadar? Tentu saja wanita itu tadi tertidur! Itu menjelaskan mengenai suara seraknya dan terdengar sedikit panik.
Lagi-lagi kau mencurigai wanita itu, Twilight.
Dan kau merasa bersalah lagi.
"Tidak, Yor. Aku juga baru saja menelpon. Maaf membangunkanmu ketika kamu lagi beristirahat, salahku karena tidak melihat jam," Twilight meminta maaf, "Aku hanya ingin bilang kalau aku tidak bisa pulang malam ini, atau besok—mungkin. Sepertinya aku akan ingkar janji dengan Anya."
| "Tapi besok Hari Minggu, Loid. Sebaiknya kau beristirahat, meski tidak mengajak Anya jalan-jalan." |
"Maafkan aku," Twilight tak dapat berkata apa-apa lagi.
| "Baiklah, aku akan beritahu Anya," Wanita itu mengerti, "Jaga kesehatan, Loid." |
"Kau juga, Yor. Selamat malam."
| "Selamat malam." |
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Malam hari, pukul 23.30 waktu setempat.
128 Park Avenue, West Berlint, Ostania.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
Tubuhnya masih sedikit sempoyongan setelah tertidur selama hampir sepanjang perjalanan dan langsung keluar dari mobil begitu saja. Yor langsung berpamitan dengan Direktur dan Vine yang telah mengantarnya sampai di depan tempat tinggalnya dan bergegas langsung masuk ke dalam apartemennya.
Ia bahkan belum sempat berganti pakaian. Namun ketika ia sampai di lantai apartemen tempatnya ia tinggal, ia dapat mendengar suara sayup-sayup dering telepon dari arah tempat tinggalnya. 'Mungkinkah Loid belum pulang? Kenapa tidak ada yang mengangkat telepon?'
Seluruh penghuni apartemen sedang tidur, seharusnya hari ini Anya menginap di rumah Nona Becky, dan Loid seharusnya sudah sampai rumah. Tapi kenapa dering telepon itu tak berhenti berbunyi? Apakah Loid sedang tidur?
Yor dengan nekatnya langsung memasuki kamar apartemen tempat tinggalnya dan dengan pakaian yang masih terdapat noda darah dimana-mana ia langsung mengangkat telepon rumah yang berdering. Ia takut suara dering telepon itu akan mengganggu tetangganya (meski kelihatannya itu sedikit mustahil). Sekilas memang ia tidak menemukan tanda-tanda adanya seseorang yang tinggal di apartemennya sejak tadi pagi, yang berarti saat ini ia sedang sendiri.
Ia langsung meletakkan gagang telepon di telinganya, "H-halo. Kediaman Forger," ucap Yor dengan napasnya sedikit terengah-engah, mungkin akibat berlari menaiki tangga. Suaranya juga sedikit serak akibat baru bangun tidur.
| "Yor. Ini aku," | jawab seseorang di seberang panggilan dan Yor langsung mengenali suara itu.
Seketika ia merasa panik. "Oh, L-Loid?!" Apakah Loid sudah berusaha menghubunginya sejak tadi? Sejak kapan Loid menelpon? Ia baru saja pulang!
"A-ada apa?" Apakah ada hal penting? Ada sesuatu yang terjadi?
| "Tadi kapan kau pulang dari dinas?" | tanya pria itu.
Yor melihat ke arah jam dinding dan dengan spontan, ia menjawab, "Tadi sekitar jam seb—" —elas, tunggu. Loid akan curiga! Kemarin Yor hanya bilang sampai sekitar jam se— "—mbilan." Aduh! Yor benar-benar buruk dalam membuat alasan!
Pencarian Vine dan pertemuan tidak sengaja dengan mata-mata dari W.I.S.E. tadi sore benar-benar memakan banyak waktu! Ia pulang jauh dari perkiraan awal!
"Tunggu, a-apa dari tadi kau berusaha untuk menghubungiku?" Duh! Alasan apa yang harus Yor katakan kali?!
| "Tidak, tidak. Kau baik-baik saja?" |
"Aku? Ya, aku baik-baik saja. Karena tidak ada Anya di rumah, aku langsung tidur setelah sampai rumah. Aku tidak tahu jika kau menelpon sejak tadi. Maafkan aku! A-aku baru saja terbangun dan mendengar suara dering telepon!" Yor berusaha agar tidak terbata-bata. Lagi pula itu tidak sepenuhnya bohong. Ia juga baru saja bangun tidur, meski tadi ia tidur di mobil selama perjalanan pulang. 'Semoga Loid percaya… Semoga Loid percaya…'
"Aku benar-benar minta maaf, sungguh!"
| "Tidak, Yor. Aku juga baru saja menelpon. Maaf membangunkanmu ketika kamu lagi beristirahat, salahku karena tidak melihat jam," | potong Loid, | "Aku hanya ingin bilang kalau aku tidak bisa pulang malam ini. Sepertinya aku akan ingkar janji dengan Anya." |
"Tapi besok Hari Minggu, Loid. Sebaiknya kau beristirahat, meski tidak mengajak Anya jalan-jalan." Lagi pula Loid berhak mendapatkan istirahat di rumah, setelah seminggu kerja sampai larut sama seperti dirinya.
| "Maafkan aku." | Hanya sepenggal kalimat yang diucapkan oleh pria itu. Yor dapat mendengar helaan napas panjang di balik telepon.
Jika Loid sudah berkata seperti itu, maka ia akan seperti itu. Sulit sekali mengubah ucapan Loid, Yor tahu itu. Tapi setidaknya Loid tidak akan tahu mengenai luka yang ada di kakinya hari ini. Ia memiliki waktu tambahan untuk sembuh sebelum Loid menyadari gerak-gerik anehnya akibat menahan rasa sakit akibat luka tembak.
Semoga saja rasa sakitnya akan hilang setelah ia tidur malam ini.
"Baiklah, aku akan beritahu Anya," Yor menjawab. Ia sangat yakin Anya akan sedih mendengarnya. Mungkin besok ia bisa mengajak Anya jalan-jalan berdua saja? Tapi sebelum itu luka di kakinya harus sembuh dulu. "Jaga kesehatan, Loid," pamitnya.
| "Kau juga, Yor. Selamat malam." |
"Selamat malam." Yor menutup telepon.
Yor menghela napas, ia belum sempat menenangkan diri sejak pulang. Kakinya yang terluka sedikit terasa nyeri, mungkin ia harus merawat lukanya lagi. Ia berbalik badan, mendapati ruang keluarga yang masih gelap. Terburu-buru mengangkat telepon ia bahkan tidak sempat menyalakan lampu.
Tak ada suara, tak ada cahaya. Ia sendirian di rumah.
Bayang-bayang dalam gelap ia mendapati buket bunga dari Loid yang ia letakkan di dalam vas di atas meja. Sudah lama ia tak bekerja membunuh selama seminggu penuh seperti ini. Sebentar lagi hari Minggu dan Anya akan pulang di Hari Minggu, sebaiknya ia beristirahat.
~A.~
Hari yang sama, Sabtu, 18 Maret.
Malam hari, pukul 23.45 waktu setempat.
Di suatu tempat di Central Berlint, Ostania.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
Twilight menutup pintu ruangan tempat ia baru saja menelpon dan berjalan menuju Sylvia. Sekilas ia melihat dari gestur wanita itu tampaknya Sylvia sedikit tidak mempercayai apa yang ia dengar dari penjelasan rekannya Umbra.
"Oke, oke. Ini memang sulit untuk dimengerti, tapi aku percaya. Baiklah, sekarang kita pergi ke Rumah Persembunyian K," ujar Sylvia yang masih memproses apa yang ia dengar, "Di sana akan jauh lebih aman membahas hal seperti ini."
"Mereka sudah dicek?" tanya Twilight menghampiri mereka.
"Sudah. Tidak ditemukan pelacak apapun yang tertempel di pakaian maupun tubuh mereka, tapi terdapat beberapa bekas luka seperti habis operasi di tangan mereka," jelas Sylvia.
Twilight berpikir sejenak, "Kau tidak berpikir ada sebuah pelacak tertanam di dalam tubuh mereka, `kan?"
Sylvia mengangkat bahu. "Kita tak tahu. Mereka sudah di dalam fasilitas penelitian itu sejak mereka berumur sangat, sangat muda. Orang-orang itu seharusnya sudah menganggap anak-anak ini sebagai aset mereka, tak mungkin membiarkan mereka lolos dengan mudah begitu saja," lanjutnya.
Rekannya Umbra langsung menyanggah, "Aku rasa mudah bukanlah kata yang tepat, Handler. Orang-orang di sana sangat banyak, kelihatannya seperti memang mereka sedang merencanakan sesuatu. Kemudian mereka juga dibobol oleh pihak ketiga dan satu gedung habis begitu saja dalam semalam. Sepertinya itu diluar rencana mereka," ungkapnya, "Lagi pula orang macam apa yang sengaja membuat rencana seperti ini supaya kita mengambil anak-anak ini ke Berlint dan kemudian mengikuti kita sampai di sini dengan sengaja menumbalkan seratus anggota mereka mati di tangan pembunuh bayaran profesional? Kecuali orang yang membuat rencana ini benar-benar sudah gila."
"Melakukan eksperimen ke anak-anak seperti ini sudah termasuk gila. Oleh karena itu untuk jaga-jaga kita bawa mereka ke Rumah Persembunyian K. Rumah persembunyian itu tidak terhubung dengan rumah persembunyian W.I.S.E. yang lain, selain itu kita akan lebih aman di sana mendiskusikan hal seperti ini," jelas Sylvia.
"Baiklah," Twilight lalu menghampiri anak-anak itu, "Apakah dari kalian ada yang ingin mengatakan sesuatu sebelum kita berkendara lagi? Kuharap kalian tidak keberatan."
"Lu-luka ini," Anak laki-laki berambut merah, Artur—jika Twilight tak salah ingat—mulai berbicara. Ia menunjuk ke arah bekas luka yang ada di lengan kiri atasnya "Ma-maaf kami ti-tidak dapat mengingat apa yang orang-orang dewasa lakukan pada kami."
Ucapannya semakin bergetar, terlihat sekali anak laki-laki itu berusaha untuk tetap tegar di tengah-tengah kebingungannya menghadapi situasi dan lingkungan baru. Lagi pula Twilight yakin ini adalah pertama kalinya anak-anak ini keluar dari fasilitas penelitian laknat itu. "Kami minta maaf ji-jika kami membuat kalian berada dalam bahaya. Kami hanya ingin pergi dari tempat itu. Kami janji a-akan membantu kalian. Ka-kalian bisa memakai kemampuan kami."
Sylvia berlutut di depan mereka, menyamakan pandangannya dengan anak-anak itu. Ia menatap ketiga anak itu dengan lembut. "Kalian tidak perlu meminta maaf sama sekali. Kalian tidak salah, kami memilih untuk membantu kalian. Jika kalian bisa membaca pikiran seperti yang kalian katakan, pasti kalian tahu apakah kami berkata jujur atau tidak, kalian bisa menilai sendiri. Untuk saat ini, kami menginginkan kalian berada di tempat yang aman dan nyaman, itu prioritas pertama kami."
"La-lalu," Artur kembali berbicara, "Kami masih punya adik lain—maksud saya, masih ada anak-anak yang dapat membaca pikiran seperti kami yang masih berada di rumah yang bukanlah rumah itu. Masih ada dua orang. Apakah paman dan bibi bisa membantu kami menyelamatkan mereka?"
Twilight melihat Sylvia tersenyum sambil mengusap kepala Artur.
"Kami bukanlah pahlawan super, tapi kami janji akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan adik-adik kalian. Lalu…"
Kemudian Twilight dapat melihat sedikit kerutan di dahi pengawasnya itu.
"...tolong panggil saya 'kakak', ya."
~A.~
Hari baru, Minggu, 19 Maret.
Tengah malam, pukul 00.10 waktu setempat.
Di suatu tempat di West Berlint, Ostania.
=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=.=
"Lalu alasanku untuk meminta bantuan W.I.S.E. adalah karena kita memerlukan orang yang ahli dalam bidangnya, yaitu mengumpulkan informasi. Aku rasa mempekerjakan pembunuh bayaran tidaklah cukup! Oleh karena itu jika kita telah mendapatkan informasi yang kita inginkan, kita lemahkan KIND dari dalam!"
Seorang wanita yang sedang duduk di meja kerja hanya diam mendengarkan pria di depannya—Hans Grey—bercerita panjang lebar. Tak tahu ekspresi apa yang terukir di wajah wanita itu. Yang jelas, wanita itu sudah pusing mendengarkan ocehan untuk ketiga kalinya dari pria yang ada di depannya sejak 4 jam yang lalu.
"Jawabanku masih sama, Grey," Wanita itu memijat keningnya yang mulai kaku, "Aku sudah mempertimbangkan idemu yang sebelumnya. Tapi kalau idemu yang ini, aku tidak setuju."
"Kenapa?!" Hans memprotes, "Anda sendiri tidak memiliki alasan konkrit untuk melarangku melakukannya!"
Kening wanita itu sedikit berdenyut. Sepertinya kesabaran wanita itu sudah habis.
"Baik, baik! Aku tahu kalau melibatkan Westalis bukanlah ide yang buruk, malah itu adalah ide yang cukup bagus. Tapi idemu yang satu ini gila, Grey!" seru Wanita itu, "Aku tahu putramu berada di dalam organisasi itu, tapi kau harus berpikir jernih!"
"Putraku diculik oleh KIND dan tak mungkin aku berdiam diri saja di sini dan membiarkannya dalam bahaya!"
"Putramu masuk ke dalam organisasi itu dengan kemauannya sendiri!" Wanita itu memperjelas ucapannya, "Putramu, dengan akal sehatnya sendiri, memasuki organisasi itu sendiri, Grey! Percayalah pada putramu."
Hans menggeram, "Aku udah kehilangan putraku sekali, J. Aku gak mau kehilangan putraku yang lainnya. Dia masih muda, dia gak tau apa yang dia lakukan di dalam sekelompok orang-orang gila itu."
"Hans Grey," Suara Wanita itu merendah, "Keluar dan dinginkan kepalamu terlebih dahulu, setelah itu kembali dan kita bicarakan ini lagi. Aku tak mungkin menyetujui ide gilamu tentang ikut menyamar ke dalam organisasi itu. Itu namanya bunuh diri. Aku tahu kau menyayangi putramu, aku juga peduli terhadap keadaan Elias, tapi tidak seperti ini."
"Tapi—!"
"Aku bilang aku sudah mempertimbangkan idemu untuk melibatkan pihak barat, tapi tetap aku tidak menyetujui idemu untuk menyusul masuk ke dalam organisasi itu sama seperti putramu. Sekarang, keluar."
~A.~
"Tidak berhasil?" Hans dapat melihat Luis yang sedang menunggu di balik pintu ruangan. Gesturnya sedikit gelisah. "Aku dapat mendengar Lady berteriak dari luar sini."
"Sisi baiknya, Lady menyetujui ideku tentang melibatkan Westalis melalui W.I.S.E.. Sisi buruknya, ide gilaku yang satunya lagi tidak diterima," gerutu Hans setelah keluar dari ruangan kerja tempat Lady berada.
"Sudah kuduga," gumam Luis. Hans pura-pura tidak mendengarnya.
"Aku harus menyelamatkan putraku Luis, bagaimanapun caranya," racau Hans sejak kemarin di saat ia mendapati salah satu tempat persembunyian KIND yang berhasil mereka temukan di Central Berlint sudah kosong ditinggalkan orang-orang. Sulit sekali menemukan informasi tempat persembunyian dari KIND, tak heran Hans begitu frustasi setelah mereka berhasil menemukannya namun gagal mendapatkan apa yang mereka cari.
"Mungkin Tuan harus percaya pada Elias, dia akan baik-baik saja," saran Luis ragu-ragu ketika melihat Hans yang tampaknya dapat mengamuk kapan saja.
"Aku sudah kehilangan Putraku, Ethan. Aku gagal melindunginya sebagai seorang ayah. Kini jika aku gagal melindungi Elias, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan nanti."
"Elias sudah berumur dua puluh tiga, Tuan. Dia bisa menja—"
"Dia masih sangat muda!" protes Hans, "Seharusnya aku melarangnya untuk tinggal sendiri waktu itu! Mana tahu permintaannya untuk mulai tinggal sendiri adalah kedoknya untuk masuk ke dalam organisasi gila itu!"
Tanpa sadar Hans tak dapat mengendalikan amarahnya, "Dia masih sangat muda! Tak perlu memikirkan perang dingin bodoh ini! Tak perlu ikut campur dalam kegilaan ini!"
Luis tersentak kaget, "Ma-maaf."
Hans menyadari apa yang baru saja ia lakukan. Ia berdeham, "Tidak, maafkan aku. Lady benar, aku harus menenangkan diri dulu." Ia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan, lalu mengulanginya beberapa kali. "Setelah aku kehilangan istriku Eva dan putraku Ethan pada perang dulu, aku menjadi sedikit sensitif jika ada sesuatu yang terjadi pada Elias. Dia adalah satu-satunya keluargaku yang tersisa. Aku sebagai ayahnya harus melindunginya."
~A.~
"Lady yakin menyetujui ide dari Hans Grey?" Seorang wanita muda bertanya setelah meletakkan secangkir teh di atas meja seorang wanita lainnya yang kerap dipanggil [Lady] itu.
"Idenya mengenai melibatkan W.I.S.E. dari Westalis dalam kegilaan ini tidaklah buruk, malah menurutku itu patut untuk dicoba. Tapi ide satunya lagi yang lebih gila yaitu nekat untuk terjun langsung menyelamatkan putranya di dalam sarang buaya itu benar-benar suatu tindakan yang ceroboh," ujar Lady sambil meminum teh yang baru saja diberikan itu.
"Tapi kenapa W.I.S.E.?" tanya wanita muda itu penasaran. Dari seluruh organisasi yang ada di Westalis, kenapa W.I.S.E.? Bukankah ada kelompok para pencari perdamaian di Westalis sama seperti mereka? W.I.S.E. bukanlah kantor agensi mata-mata swasta yang dengan mudahnya permintaan seseorang begitu saja, tidak seperti bagaimana mereka menyewa pembunuh bayaran. Apalagi saat ini mereka hanyalah organisasi kecil yang tak ada apa-apanya di Ostania.
"Menurutnya, aku mempekerjakan pembunuh bayaran hanya untuk membunuh. Sementara target kita itu masih tidak diketahui keberadaannya. Selain kita, orang-orang menganggap bahwa target kita adalah fiktif belaka. Tapi aku sudah mendapat secercah informasi bahwa [Antoine von Augony]—yaitu target kita, adalah benar-benar nyata, hanya saja keberadaannya tidak diketahui. Kita memerlukan orang-orang yang pandai mengumpulkan informasi," jelas Lady.
"Bukankah kalau mengumpulkan informasi, kita bisa membeli dari informan terbaik yang ada? Kenapa harus menggunakan mata-mata?" Lagi pula Ostania memiliki ratusan orang yang bekerja sebagai informan, meski memang sedikit sulit untuk menemukan informan yang terpercaya.
"Ada beberapa informasi yang tidak dapat diperoleh dari informan. Informasi tersebut biasanya tersimpan jauh di dalam organisasi tersebut dan cara untuk mendapatkannya adalah masuk ke dalam organisasi itu seperti yang dilakukan oleh Elias Grey, putra dari Hans Grey. Grey merasa putranya berada dalam bahaya jika melakukan itu dan menyarankanku untuk meminta mata-mata saja yang bertugas mengambil informasi itu," sambung Lady, "Lagi pula, sejauh ini informasi yang kita peroleh dari informan bisa dibilang tidak begitu detail. Menurutnya mata-mata terhebat berasal dari W.I.S.E., dan menurutku juga begitu."
"Me-memangnya Elias sedang dalam bahaya?" tanya wanita itu panik. Elias cukup terkenal di dalam kelompok kecil ini, tentu saja wanita itu tahu mengenai Elias dan sifat ayahnya terhadap Elias.
"Tidak, sepertinya tidak." Lady menggeleng, "Sejauh ini semua aman. Memang kita belum mendapat laporan terakhir dari Elias Grey jadi kita tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya. Lagi pula Elias Grey sudah berada di organisasi itu sejak dua tahun yang lalu tanpa memberitahu ayahnya—yang menurutku suatu keajaiban ayahnya tidak tahu selama itu. Hans Grey sendiri baru mengetahuinya sejak lima bulan yang lalu dan sejak saat itu ia terus meracau harus menyelamatkan putranya."
"Lalu, apa yang akan Anda lakukan berikutnya, Lady?"
Lady terkekeh pelan, "Kini giliranku yang memiliki ide gila. Aku pikir jika pembunuh bayaran yang kupekerjakan dari Ostania bekerjasama dengan mata-mata dari Westalis—seandainya jika Grey berhasil membujuk mereka untuk membantu kita—sepertinya tujuan kita akan berhasil. Mungkin. Tinggal apakah mereka mau bekerja sama atau tidak. Yang kutahu, masing-masing dari mereka memiliki tujuan yang sama—juga sama seperti tujuan kita, yaitu menciptakan dunia yang damai tanpa adanya peperangan."
~ End of Chapter ~
Preview Next Chapter : Tempat
Singkatnya, Frankie kedatangan tamu yang mengganggu tidurnya.
NOTES :
[Last Edit : 05/11/2022]
Terima kasih sudah membaca!
