Setiap kali ia merenung dalam diam, Issei kembali berpikir tentang realita dunianya
Mereka semua tak siap akan perang berkepanjangan yang menyengsarakan semua manusia yang ada, kematian dan kesuraman adalah latar dunianya.
Jadi ketika ia di bawa ke dunia tanpa konflik seolah-olah ini adalah mimpi indah yang menunggu dimana mimpi buruk itu akan datang secara tiba-tiba adalah hal yang sangat menakutkan ketimbang mimpi buruk di awal, karena kau di manjakan oleh mimpi indah dan ketika mimpi buruk itu datang, kau menjerit ketakutan bagaikan anak kecil.
Issei merenung di kamarnya melihat langit-langit kamar yang hening, catatan jurnal tentang kehidupannya di dunia ini hampir saja ia hentikan karena bagaimananya dunia ini yang sangat damai dari apa yang ia tahu selama hidupnya.
'Tidak adil, kenapa harus aku yang menikmati dunia seindah ini?'
Issei mulai muram ketika memikirkan nasib mereka yang ada di dunianya yang setiap harinya di isi oleh kesedihan.
'...'
Pukulan emosional pun tak terhentikan lagi ketika mengingat dengan jelas ekspresi wajah anak-anak yang menderita akibat bencana di dunianya.
Setitik air mata jatuh di sudut matanya ketika ia ingat di penugasannya yang kelima dimana ia harus mengevakuasi pengungsi perang dimana ia untuk pertama kalinya melihat secara langsung pertumpahan darah di sela proses evakuasi, situasi yang sangat kacau itu membuat korban warga sipil pun tak terelakkan.
Ironis sekali, di saat manusia tengah bertempur melawan ras asing, konflik di antara manusia yang memperebutkan sisa-sisa apapun yang ada masih terus berlangsung. Terkadang itu membuatnya bertanya-tanya, siapakah iblis sebenarnya di bencana ini, apakah kami para manusia yang telah lama menghancurkan dunia ini dan bertindak seolah-olah semuanya akan baik-baik saja, ataukah ras iblis yang datang disaat semua kekacauan alam itu telah duluan mendatangi kami?
'Berjanjilah kau akan kembali'
Sebuah gemingan yang sangat nostalgia di telinganya kembali terdengar seakan itulah satu-satunya dukungan moral untuknya agar tetap percaya jika ia bisa melewati ini dan pasti akan kembali kesana, ke sisi orang yang ia sangat sayangi.
Liontin yang ia kalungi adalah salah satu dari sepasang liontin dimana satunya lagi ia berikan ke Rossweisse.
Sedikit memberanikan diri, Issei memegang liontin itu dan membuka isinya.
Di dalam liontin itu terdapat sebuah cincin, cincin untuk bukti segel cintanya kepada seseorang yang ia cintai.
'Aku tak boleh menyerah'
Tegas Issei pada dirinya sendiri
'Aku pasti akan menemukan cara untuk pulang, dan jika semua kegilaan ini berakhir, aku akan menepati janjiku'
'Tunggulah aku'
Issei setidaknya menemukan sedikit motivasi untuknya agar tetap waras.
Entah kenapa semua itu terasa nostalgia di ingatannya dimana ia sangat ingat sekali saat pertama kali bertemu dengan Rossweisse.
Sebelum bergabung dengan militer di tahun 2035, tepatnya di Mariupol, Ukrania.
"Hehe tebak siapa~"
Ketika matanya di tutup oleh kedua tangan asing, Issei langsung menebak secara gamblang mengingat seseorang yang cukup iseng untuk menjahili orang yang sedang menikmati waktu tenangnya, adalah orang yang terlalu banyak waktu menganggur. Sangkin banyaknya waktu luang yang orang ini miliki, sempat-sempatnya ia menutup kedua matanya dan bermain tebak-tebakan siapa pelakunya
"Rossweisse, sudah ku bilang jangan buat aku kaget, aku tak suka di kejutkan"
Balas Issei dengan nada sedikit kesal ketika pelakunya melepaskan kedua tangannya lalu bergerak ke hadapan Issei dengan senyuman mengejek.
"Hehe..."
"(mendesah) lagian kau bukannya ada tugas di kampus? Jadi kau ngapain disini?"
Tanya Issei dengan satu alis terangkat ketika melihat wajah 'carefree' yang selalu ia tunjukkan ke Issei setiap kali mereka bertemu.
"He..he..he... Tahu ga?"
"Apanya?"
"Aku dapat nilai merah lagi"
Dengan tawa kecil Rossweisse dengan gamblangnya menunjukkan kertas hasil evaluasi mingguan di kampus dimana nilainya semuanya merah.
"Yah... aku ga menduga kalau akan dapat merah di semua mata pelajaran, jadi aku bolos kampus deh~"
Dahi Issei hampir tumbuh 10 kedutan ketika melihat ekspresi Rossweisse yang sangat jelas menunjukkan ketidakpeduliannya terhadap nilai hasil kuliahnya
"Rossweisse, aku terkadang bingung harus bilang apa, tapi kali ini"
"Eeh... kenapa marah?"
"Jelas lah! Coba lihat nilaimu! Bagaimana bisa kau dapat merah di pelajaran yang barusan aku ajari dua hari lalu!?"
"Hehe..."
"Jangan 'hehehe' cobalah lebih serius dengan belajarmu!"
"Ehhh... tapi aku malas"
"Ga ada tapi-tapian! Cepat belajar lagi!"
Disaat itu Issei Hyoudo yang kuliah di Universitas Ukraina tepatnya di kota Mariupol, ia kenal dengan Rossweisse, siswi bermasalah yang paling sering mendapat teguran karena sikap periang yang terlalu acuh dengan nilai akademik nya.
Untuk beberapa alasan ia tak bisa mengalihkan pandangan matanya dari gadis itu, mulanya ia hanya menganggap kalau gadis ini adalah pengganggu yang suka mengusik kehidupan tenangnya.
Namun opini itu berubah seiring berjalannya waktu, keduanya saling akrab hingga tahun ke-2 di universitas, bahkan dibilang terlalu akrab sampai-sampai mereka nampak seperti pasangan kekasih yang tidak saling peka.
"Issei, disini pemandangannya cantik ya?"
Keduanya berdiri di dermaga dimana pemandangan lautan terlihat di depan mata.
"Iya, sangat cantik, sepertimu"
Entah apa yang terbesit di kepalanya, Issei mengatakan itu tanpa pikir dua kali.
Mendengar ucapan Issei yang sangat tak terduga itu membuat Rossweisse langsung memalingkan wajahnya berusaha menyembunyikan rona kemerahan.
Keduanya tetap begitu hingga realita suramnya dunia seakan menampar wajah keduanya.
-24 Februari- 2038
Kyiv, Ukraine.
"Kemana kau akan pergi! Apa yang kau pikirkan!"
Issei untuk kali pertamanya membentak seorang perempuan, dan yang ia bentak adalah tak lain selain Rossweisse, namun bentakan itu bukanlah bentakan tentang pertengkaran kecil semata, melainkan pertengkaran akan situasi genting yang sedang terjadi di ibu kota Ukraina.
"..."
"Ayo kita pergi! Kita harus segera pergi dari sini!"
Issei berusaha menarik Rossweisse masuk kedalam kereta api yang membawa pengungsi dari ibu kota.
Namun Rossweisse tak bergeming, ia tak bergerak seincipun.
Dengan tersenyum sedih, Rossweisse menatap ke dua matanya, dan apa yang Rossweisse katakan selanjutnya membuat Issei kehabisan kata-kata.
"Hehe... kemana aku mau pergi? Ini rumahku, aku akan disini sampai akhir hayat ku"
Hingga saat ini, Issei tak bisa berhenti mengagumi keteguhan dan kekuatan jiwa Rossweisse bahkan untuk situasi yang sangat genting sekalipun, Rossweisse tetap bisa untuk bersikap tenang dan berani melakukan apapun untuk mempertahankan keyakinannya.
Hal itulah yang membuat Issei jatuh hati padanya, sejak awal ia bertemu dengan Rossweisse ia sangat yakin kalau dia adalah perempuan yang luar biasa, dan sepertinya apa yang ia yakini sampai saat ini terbukti benar.
Ia sudah berjanji pada Rossweisse jika konflik ini berakhir, ia akan melamarnya, namun semuanya sepertinya masih mimpi belaka.
tepat saat konflik berakhir di tahun 2039 berakhir, tragedi lain justru terjadi dan sampai sekarang janjinya pada Rossweisse masih tak sanggup ia penuhi.
Issei kembali ke suasana ruangan kamar di dunia ini, ia berusaha memejamkan matanya berusaha sebaik mungkin untuk tertidur, memimpikan hal indah yang mungkin akan terjadi disana.
Namun sepertinya mimpi yang indah itu justru hancur oleh kenangan buruk yang menghantuinya bagaikan sebuah film horor.
"Issei... aku bahagia bersamamu"
Di depannya seorang perempuan dengan rambut silver panjang, nampak indah dan menawan mengenakan pakaian pengantin putih, tersenyum tulus penuh kebahagiaan tergambar jelas di wajahnya, berdiri menatap tepat di kedua mata Issei di depan sebuah gereja yang akan menyegel takdirnya.
Hingga
"... Aku akan mempertaruhkan nyawaku, demi mu dan demi masa depan kita"
Rossweisse yang indah itu di gantikan sebuah horor kehancuran, api membara, ledakan di sepanjang mata, Rossweisse yang sebelumnya tersenyum lembut berubah menjadi wajah penuh dengan trauma dan bekas air mata terlihat disudut matanya.
Pakaian pengantin berganti dengan pakaian militer dimana bukti horor itu kembali membawanya ke realita yang sebenarnya.
"Haah...hah...hah..."
Issei berkeringat deras ketika di bangunkan oleh mimpi buruk luar biasa, tubuhnya tak berhenti bergetar dalam takut.
"Hah...hah...ughk"
Issei memegang kepalanya yang tiba-tiba terasa sangat sakit, 'Ini semua salah bajingan itu! Kalau aku tidak...'
'Kalau saja aku tidak terjebak disini...'
Issei berusaha mengatur nafasnya yang tak karuan akibat mimpi buruk itu, ia bahkan tak menyadari kalau seseorang ada di kamarnya.
Seseorang itu kemudian mendekat dan duduk di kasurnya sambil mengelus kepala Issei yang spontan membuatnya terkejut luar biasa karena ia tak menyadari kalau ada seseorang disini.
"Kamu nampak sangat menderita, Hyoudo-san"
Biarawati yang ia pernah selamatkan entah bagaimana caranya bisa ada di kamarnya, dan entah kenapa dia justru berusaha menenangkan Issei dengan memeluk kepalanya lalu mengusap pelan rambutnya seolah-olah ia sedang di tenangkan oleh ibunya.
"..."we
Issei tetap diam berusaha menenangkan dirinya yang sedikit terguncang akibat hal-hal buruk yang selalu ia alami.
"..."
Beberapa menit waktu berlalu, dan Asia tetap membiarkan Issei tenang dengan sendirinya.
Ketika Asia merasakan Issei yang sedikit lebih tenang, ia mulai melepaskan pelukan membiarkan jarak keduanya terpisah dengan jarak yang cukup masuk akal karena jika keduanya tetap dalam posisi seperti itu maka besar kemungkinan orang tua yang asli Issei Hyoudo akan mengamuk padanya.
"Kenapa kau disini"
Issei yang telah sepenuhnya tenang, mulai membuka topik dengan menanyakan kenapa Asia bisa di kamarnya.
Asia hanya tersenyum lalu ia berdiri dan membuka tirai jendela kamarnya membiarkan sinar matahari pagi menyinari kamarnya.
"Saatnya sekolah, bukan?"
senyum Asia pada Issei yang sadar sepenuhnya kalau ini sudah pagi.
"Asia, aku... berterima kasih atas pengertianmu"
"hm...hm...~ Jangan sungkan, saya hanya membalas budi untuk penyelamat ku"
Asia pun keluar dari kamarnya, Asia Argento merupakan bagian dari Gereja Katolik di Akademi Kuoh, jadi ia sebagai biarawati (dalam pelatihan) di wajibkan untuk bangun lebih pagi dimana para biarawati yang masih pemula harus mulai menjalani proses pembiasaan diri dari kegiatan duniawi dan kegiatan rohani. Melihat jam di meja belajarnya yang menunjukkan pukul 7, Asia yang bisa menyempatkan diri ke rumahnya berarti aktivitas paginya di gereja telah selesai.
"Kau tahu terkadang aku berpikir kalau psikiater lebih cocok untukmu ketimbang seorang biarawati"
Ucap Issei dengan mata terpejam, mengagumi bagaimana sifat Asia Argento yang menurutnya terlalu baik untuk orang seperti dirinya.
"hn~ kalau begitu cepatlah bersiap-siap, ibu dan ayahmu sudah menunggu"
Asia pun keluar dari kamarnya dengan senandung riang membuat Issei sedikit bingung soal apa yang membuatnya senang.
Asia Argento, ia adalah salah satu dari dua orang yang ia beritahukan tentang dirinya yang sebenarnya. Mulanya, Asia tidak terlalu berani berbicara dengan Issei namun setelah pertemuan kedua mereka yang tidak sengaja menangkap basah Issei yang sedang melakukan perawatan rutin peralatannya di gudang itu, ia tak punya pilihan selain mengatakan rahasianya sebagai gantinya ia meminta informasi tentang dirinya dan mengapa makhluk itu mengejarnya.
'Sacred Gear, healing'
Sebuah artifak yang Asia miliki di kalungnya, kekuatan dimana ia bisa menyembuhkan luka apapun tanpa meninggalkan bekas apapun.
Sebuah kekuatan yang terbilang cukup suci untuk Asia miliki, masuk akal kenapa Asia memiliki benda itu, mengingat hubungannya dengan gereja yang sangat erat.
"Pagi"
Salam Issei ketika ia selesai mencuci mukanya dan memakai seragam sekolah.
"Selamat pagi, nak"
"Pagi Ise-kun"
Ayah dan Ibunya menyambutnya namun satu hal yang sedikit berbeda.
"Ehn... Kenapa Asia justru memasak disini?"
Tanyanya saat duduk bersebrangan dengan ayah dan ibunya, tatapannya pun tertuju ke Asia yang memakai apron, sepertinya ia membuat sarapan pagi seolah-olah itu adalah rutinitas untuknya.
"My... Kenapa rupanya? Lagipula Ibu suka dengan Asia-chan, kan bukan masalah, ya kan dear?"
Ayah dan Ibuku entah kenapa mulai sangat menyukai Asia ketimbang putra mereka sendiri, yah ia tak bisa menyalahkan situasi aneh keluarga ini mengingat saat pertama kali Asia mampir kerumahnya reaksi keduanya seolah-olah tak percaya dan menangis bangga.
Reputasi Issei Hyoudo dunia ini yang di kenal oleh kedua orang tuanya sebagai laki-laki yang terlalu percaya diri bisa memiliki banyak pacar, terkadang membuat orang tua manapun pasti akan khawatir dengan putranya, dan reaksi keduanya ketika Asia datang kerumahnya sudah jelas sangat wajar akan seperti itu.
"Hyoudo-san, Tak baik melamun pagi-pagi begini loh"
Asia yang tiba-tiba di sampingnya, langsung menekankan jari telunjuknya ke pipi Issei dengan senyuman manis namun terselubung niatan jahil, berusaha memperingati sikap tak sopannya di pagi hari.
"Hick...hick... kamu lihat itu dear"
"hm...hm..."
"Ise-kun sudah dewasa"
Ayahnya mengangguk, untuk beberapa alasan kedua orang tua Issei Hyoudo dunia ini mulai menangis terharu.
"(poke...poke...)" Sebuah sentuhan kembali terasa di pipinya, kali ini ketika ia menoleh pelakunya, ia melihat Asia yang tersenyum dengan sebuah sendok seolah mengatakan kalau ia ingin menyuapi Issei, hanya saja permasalahannya terletak di timing dan tempat yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
'Lagian perasaanku, atau anak ini memang mulai terlalu mendekatkan dirinya ke zona nyamanku?'
"Asia-san, sangat tidak sopan menyuapi orang lain di depan orang tuanya"
Balas Issei dengan nada penolakan yang terbilang halus namun tersembunyi nada jengkel di dalamnya.
Kedua orang tuanya kembali menangis terharu untuk kedua kalinya dan pagi ini ia sedikit mengelus dahinya karena tak menduga akan begini jadinya.
Pagi itu Issei dan Asia berjalan ke sekolah berdua, ia tak memperdulikan lagi mengenai gosip yang akan beredar kalau keduanya punya hubungan spesial mengingat banyaknya hal yang terjadi beberapa hari ini, pikirannya sudah cukup penuh untuk memproses informasi mana yang penting dan yang tidak penting
Setidaknya ia bisa tahu satu hal.
'Asia belakangan ini sedikit aneh'
Jika kata aneh tidak cocok menggambarkan sikap Asia yang memaksakan diri untuk memendekkan jarak antaranya dan Asia, maka ia sangat menerima pendapat selain kata aneh untuk ia tambahkan ke kamus di kepalanya.
"..."
Issei tetap diam dengan beragam hal di kepalanya, mulai dari rencananya mengenai Akeno jika informasi yang di pegang Akeno bocor ke orang lain.
'Sekarang yang membuatku penasaran adalah asal usul para Devils di dunia ini, siapa dan apa niat mereka datang ke dunia ini. Satu-satunya orang yang ia rasa akan tahu untuk pertanyaan ini, maka semua mengarah ke
'Rias Greymory'
Sebagai putri dari keluarga Greymory dan sebagai seorang iblis berdarah murni, maka ia sangat yakin kalau Greymory itu pasti tahu asal-usul eksistensi mereka di dunia ini dan setidaknya ia bisa mendapatkan alasan tentang semua ini.
Alasan tentang makhluk mitologi dan eksistensi neraka dan surga.
'Hah...'
Terlalu banyak hal yang ingin ia cari tahu tapi untuk sementara nampaknya hal itu masih terlalu dini untuknya bisa memahami situasi yang sangat kompleks di depannya.
Situasi dimana ia harus membuat pilihan antara menjadi musuh manusia atau menjadi musuh ras iblis.
-0-
"Psst ... Ise"
"..."
Issei menoleh ke sumber suara, Motohama, si kacamata dengan reputasi suka membawa buku porno ke sekolah, mulai berbisik sesuatu di tengah jam pelajaran.
"Ku dengar kau berangkat sekolah dengan Sister Asia"
Berusaha menjaga nada sepelan mungkin, Motohama nampaknya mulai mendengar gosip yang ia duga akan beredar cepat atau lambat.
"Iya, kalau dibilang kebetulan kami jumpa, memangnya apa itu suatu hal yang harus di ributkan?"
"Bukan di ributkan, lebih tepatnya aku cuma penasaran mengenai hubungan kalian"
"oh? Apa itu artinya kau tertarik dengan Asia?"
Aku tersenyum mengejek ke Motohama yang nampaknya memiliki perasaan khusus ke gadis biarawati (dalam pelatihan) itu.
Motohama hanya mendesah mendengar ucapan Issei.
"Bukan begitu kawan, hanya saja aku cuma mau mengingatkanmu kalau Asia itu adalah perwakilan gereja, jadi jangan sampai terlibat di hubungan yang rumit ya"
'... Aku mungkin perlu menyelidiki soal itu nanti'
"Ya, terima kasih sudah memberitahu ku"
"Woke~"
Jam pelajaran kembali berlanjut dengan normal, saat jam istirahat datang, Issei adalah satu-satunya yang saat ini sibuk mengerjakan latihan soal yang harus di kerjakan di rumah, namun untuknya ia memilih untuk menyiapkan tugas tersebut saat ini juga.
Mengefektifkan waktu adalah rutinitasnya sebagai kepala skuad di Marinir, belum lagi saat ia masih di tugaskan ke Negara Spanyol dimana negara itu terkena dampak paling besar di perang Eropa melawan kaum iblis, salah satu timnya yang bertugas sebagai JTAC/Joint Terminal Air Controller, sering komplain padanya mengenai susunan tim yang sangat tidak efesien saat melakukan patroli.
'Aku penasaran bagaimana kabar anak itu sekarang'
Terakhir ia dengar sebelum ia di pindah tugaskan ke Batalion 2, unit Marinir kedua, kamp GUAM, Anak itu di pindahkan ke regu 176 Mechanized Infantry Regiment.
Setelah itu ia tak ada mendapat kabar apapun lagi tentangnya.
'Sudsh banyak yang terjadi selama aku disini, aku bahkan nyaris lupa duniaku sendiri dibuatnya'
Issei merenungkan kehidupannya yang akan jauh lebih baik jika tumbuh di dunia ini ketimbang di dunianya.
'Sudahlah, menyesali hal yang sudah terjadi bukanlah tipikal hidupku'
Beberapa gosip di kelas kembali beredar dimana Issei yang sibuk dengan dunianya sendiri, justru menjadi daya tarik tersendiri untuk minoritas perempuan di kelasnya.
"Hyoudo-kun belakangan ini semakin terlihat keren ya?"
"Eh? Apaan yang kau bilang sih Mari-chan!"
"Eeh ... bukannya benar yang ku bilang ya? Coba lihat sendiri, Hyoudo-kun yang merubah dirinya, menurutku dia jadi lebih keren ketimbang yang dulu"
Beberapa gosip mengenai perubahan Issei nampaknya mulai di pandang sebagai nilai plus untuknya, namun Issei sendiri yang masih sibuk dengan tugasnya memilih acuh terhadap setiap gosip itu, motto hidupnya cukup simpel.
Jangan usik hidupku, maka aku takkan mencampuri urusanmu.
Saat ia dan dunia kecilnya dimana buku pelajaran adalah teman sepanjang hari, Issei kembali dibuat bingung dengan fisika dunia ini, atau lebih tepatnya tentang cara dunia ini yang memahami fisika dan sains dunia.
'Kenapa dunia ini algoritma dan penghitungan biner, agak berbeda?'
Issei memilih untuk melihat buku itu dengan teliti dan terus mempelajari apa yang belum ia tahu.
"Baiklah Hyoudo-san, sensei minta anda untuk kerjakan soal perkalian ini"
'Hrgh!?'
Issei tersentak kaget ketika sensei memanggil namanya, saat ia menoleh ia sangat jelas melihat wajah marah Sensei.
"B..baik"
Issei sedikit tergagap ketika melihat ekspresi marahnya sensei kelas, sangat jelas kalau ini adalah salahnya jadi ia tak punya alasan untuk membantah selain menurut apapun yang di katakan sensei.
'Soal ini... bukannya ini terlalu mudah?'
"Hn? Kenapa? Apa kamu tidak tahu cara mengerjakannya?"
Ekspresi gelap di wajah sensei perempuan itu sangat jelas menandakan kalau ia sangat marah dengan sikap Issei yang acuh dengan kelas, walau sebenarnya ia tak sepenuhnya acuh terhadap kelas mengingat ia membaca buku sejak tadi di kelas, maka itu seharusnya tak di hitung sebagai acuh di kelas, kan?
Hanya saja soal yang di berikan sensei adalah permasalahan faktor kuadrat, seharusnya ini permasalahan kelas SMP.
Issei mengambil spidol lalu menulis jawaban dari faktorisasi matematika itu dengan rumus dan jawaban yang tepat.
Apa yang menarik baginya adalah faktor ini bisa di katakan sebagai faktor titik koordinat diagram X dan Y, yang bisa juga di artikan sebagai koordinat lokasi di suatu peta.
'Katakan jika posisi Regu Delta 89, berada di koordinat X29 dan Y67, maka untuk mengkalkulasikan area impact yang harus di berikan tim artileri adalah...'
Issei yang terus bergumam di dalam kepalanya, sepenuhnya mengabaikan ekspresi kaget dari seisi kelas yang melihatnya menulis jawaban dari pertanyaan sederhana dari sensei berubah menjadi jawaban yang sangat panjang yang nyaris memakan separuh dari papan tulis
"H... Hyoudo-san, s..sudah cukup"
Sensei perempuan itu mulai panik ketika melihat ekspresi wajah datar dari Issei yang sepenuhnya termakan oleh dunianya sendiri.
"Hyoudo-san... Hyoudo-san..."
"Uee ... maafkan sensei... s...sudah hentikan"
Sensei perempuan itu mulai menangis memohon Issei menghentikan diri dari menulis lebih jauh lagi, namun pikiran dan telinga Issei masih sepenuhnya tertuju ke permasalahan ini.
Ia pun mengambil penggaris dan secara tepat menulis hasil akhir dari titik koordinat yang ia pecahkan, dimana garis lintang bujur timur dan garis bujur barat ia tulis dengan sangat tepat.
"Ah..."
Issei yang mulai menyadari kalau ia terlalu berlebihan menulis jawaban yang memakan satu papan tulis yang penuh dengan tulisan permasalahan matematika berhasil membuat seisi kelas jatuh dalam diam.
'Oh... apa aku terlalu, kelewatan...' Issei melirik ke arah tatapan mata kelas dimana saat ia menoleh ke sampingnya.
"Uehh... ma..maafkan sensei"
'Gawat...'
Sensei itu menangis seolah-olah ia sedang bersikap jahat ke Sensei. Tatapan seisi kelas seolah-olah mengatakan satu hal dan ia sangat yakin kalau mereka semua berkata hal yang sama di pikiran mereka masing-masing.
("Kau membuatnya menangis")
("Dasar sampah")
Tepat saat itu juga Issei mendapat gelar baru, yaitu, lelaki jahat yang suka bersikap kejam ke perempuan dewasa hingga membuatnya menangis.
"Serius, kamu harusnya tahu menahan diri dari bersikap begitu loh"
"... Saya tidak berpikir kalau menulis jawaban yang benar adalah hal yang salah, Rossweisse-sensei"
"Hah... kau ini" Rossweisse memegang dahinya yang terasa berkedut dari sikap Issei, ia kira dengan perubahan mendadak Issei, ia akan berhenti membuat onar, nyatanya ia justru menambah masalah baru.
"Lagian, aku cukup terkesan denganmu"
"Maaf, saya tidak mengerti maksudnya itu, sensei"
"Kau tahu..." Dahinya Rossweisse semakin berkedut ketika melihat Issei yang berdiri di ruangan konselin dengan wajah seolah-olah mengatakan kalau ia siap menerima hukuman apapun itu.
"Jika memang yang saya lakukan itu salah, saya mohon maaf"
Issei menundukkan kepalanya dengan nada tulus dan itulah yang membuat Rossweisse sedikit kesal dengan sikapnya
"Untuk apa kau minta maaf, lagian bukan salahmu juga, Issei Hyoudo"
"Begitu, kalau begitu saya berterima kasih padamu, sensei"
Ekspresi Issei yang sangat tenang di tambah tatapan matanya yang mengatakan kalau ia tak terlalu peduli tentang beragam rumor yang beredar tentangnya, terkadang ia tak tahu apakah ia harus kagum, atau kasihan dengan anak ini.
"Lagian untuk apa kamu menulis jawaban sepanjang itu, sensei saja tak mengerti apa yang kau tulis itu"
Issei menghela nafas lega karena ia akhirnya keluar dari masalah yang menurutnya sangat merepotkan untuk di biarkan begitu saja, alasan kenapa ia disini bukan karena ia di panggil oleh kepala sekolah atau Rossweisse, justru Issei sendiri yang mendatangi kantor konseling siswa/siswi sambil berkata "Saya membuat sensei pelajaran matematika menangis, jadi saya disini ingin melaporkan diri saya sendiri dan saya siap di hukum"
'Anak ini, aku kadang-kadang tak tahu apa yang ia pikirkan dengan mengatakan seperti itu di kantor ini'
"Yang saya tulis itu mengenai solusi masalah dari faktorisasi kuadrat X dan Y, normalnya itu adalah pelajaran anak SMP dimana solusinya adalah mencari jawaban titik koordinat X dan Y di diagram"
"Lalu, kenapa bisa jawabanmu bisa sepanjang itu"
"Yah, saya cuma berpikir masalah ini jika di aplikasikan ke skala yang lebih besar, maka itu mungkin bisa jauh lebih pendek jawabannya, jadi saya menggunakan cara pengerjaan para ahli geografi yang membentuk peta dunia ..."
Issei pun menjelaskan dengan panjang lebar yang spontan membuat kedua mata Rossweisse berkedut.
'Anak ini terlalu banyak omong!'
"Sudah..sudah aku tak mau mendengarkannya lagi"
"..."
"Apa lagi? Apa kau mau disini membaca apapun yang kau mau? Lakukan apapun yang kau mau, aku tak peduli lagi"
Rossweisse nampanya mulai marah ke Issei.
'Untung saja aku bisa membual soal insiden itu'
Pikir Issei, karena yang ia tulis di papan tulis itu, sangat jelas kalau itu adalah materi kelas militer untuk para NCO/Non-commissioned Officer, agar mengetahui geografi wilayah dan koordinat untuk artileri di Medan tempur, syukurnya karena materi pembelajaran di dunia ini sedikit tertinggal dari standar pembelajaran di dunianya, ia bisa mengarang cerita entah apapun itu yang menurutnya masuk akal.
Issei pada akhirnya harus menahan kan romor aneh yang beredar sesaat setelah ia keluar dari kantor konseling siswa/siswi.
"... Hyoudo-san, bisa bicara sebentar"
Akeno tiba-tiba mendatanginya dari belakang saat ia berjalan di lorong sekolah.
"Apa yang bisa saya bantu, Himejima-san"
Issei dan sisa anggota klub masih tidak terlalu akrab, jadi ia tidak berpikir kalau memanggil dengan nada depan mereka adalah hal yang benar, terlebih lagi walau ia keturunan separuh Japanese, ia setidaknya tahu tetang etika dan norma orang Jepang pada umumnya sebelum bencana alam menyapu bersih semua kultural Jepang di dunianya.
"Ikut sebentar ke atap sekolah"
Issei hanya mengangguk, ia tidak berpikir kalau Akeno akan melakukan sesuatu yang bisa mengancam nyawa Issei, jadi ia bisa setidaknya sedikit lengah di sekitar Akeno.
Di atap sekolah keduanya saling bertatapan, wajah Akeno nampaknya terlihat muram, ia sepertinya memiliki suatu permintaan, karena tidak mungkin kalau ini adalah ungkapan cinta terlebih dengan ekspresi wajah muram seperti itu.
"Issei Hyoudo, tidak, lebih tepatnya... Sersan Issei Hyoudo, aku mohon padamu, tolong aku"
Akeno menundukkan kepalanya dengan nada penuh permohonan yang sangat tulus. Issei yang sudah menduga hal itu, mulai merubah ekspresi wajahnya menjadi sedikit serius.
"Angkat kepalamu, Akeno. Coba biar aku dengarkan ceritamu terlebih dahulu, apa yang terjadi"
"B..baik..."
Akeno yang berekspresi hampir menangis, mulai menceritakan apa yang terjadi pada Rias Greymory, atau lebih tepatnya apa yang terjadi dengan keluarga Greymory secara keseluruhan.
"Begitu"
"ehn"
Dari apa yang ia dengar, Rias Greymory barusan di jumpai oleh orang yang mengaku sebagai tunangannya, dia adalah Riser Phenex.
Mulanya Issei menduga kalau ini hanya sekedar pertengkaran soal ketidak inginan Rias untuk menikah dengan orang itu, namun masalahnya justru terletak pada hubungan keluarga keduanya dimana di neraka, Rias adalah penerus dari empat pilar neraka keluarga Greymory.
Phenex adalah salah satu dari pilar tersebut jelas memiliki kekuatan yang jauh lebih besar ketimbang Rias karena Phenex adalah keluarga utama yang menopang Neraka menjadi seperti sekarang ini.
Menariknya, Neraka dari penjelasan Akeno, pernah di serang oleh sesuatu serangan surgawi yang mampu meratakan semua makhluk yang ada disana seolah-olah kekuatan dewa-dewi berkumpul jadi satu untuk memusnahkan neraka.
Serangan tersebut di ceritakan oleh Akeno sebagai serangan dari surga dimana menurut legenda, beberapa matahari secara tiba-tiba terbit dari barat sesaat setelah benda seperti panah datang dengan sangat cepat keluar dari portal penghubung antar dua dunia terbuka.
Matahari itu pun melahap semuanya yang ada, membuat semua mahluk hidup sepenuhnya sirna seolah-olah berubah menjadi debu sesaat itu juga.
Lalu beberapa ribu tahun kemudian, neraka yang sangat kacau itu di bangun ulang oleh empat pilar utama yang menjadikan neraka modern saat ini.
Yang menjadikan situasi sekarang sangat rumit, adalah fakta dimana penerus dari keluarga Phenex, Riser, memiliki sikap egoistis yang terlalu besar dan sikap pro terhadap ras mereka sebagai ras paling unggul menyebabkan banyak pertentangan dan pergesekan yang dapat memicu perpecahan diantara pilar utama.
Keluarga Greymory yang sejak dulu pernah berhutang Budi dengan Phenex, Riser, sang calon penerus, memanfaatkan situasi itu dengan niat untuk menikahi Rias demi mendapat dukungan penuh untuk bisa menguasai neraka secara sepihak.
'Jika orang seperti itu berkuasa, aku yakin cepat atau lambat perang di dunia ini akan terpicu menyababkan eksistensi mereka yang selama ini tak pernah di ketahui, justru akan menjadi ancaman nyata untuk manusia disini'
Cerita Akeno pun berakhir disitu dimana ia telah memberitahukan banyak hal yang selama ini ingin Issei tahu.
'Matahari di neraka yang melenyapkan semua yang ada...'
'Satu-satunya yang bisa ku tahu adalah...'
'Senjata nuklir'
'Jika senjata nuklir pernah sampai ke neraka, bukankah itu artinya...'
Issei sedikit melebarkan matanya ketika memikirkan apa yang sebenarnya terjadi disini
'Jangan bilang kalau sesaat setelah aku di tarik oleh lubang hitam itu, pemerintah dunia kami justru melancarkan serangan frontal'
'Tunggu, itu masih tidak menjelaskan situasinya, jika dari cerita Akeno itu terjadi sekitar 6 ribu tahun lalu, jadi bagaimana bisa pergerakan waktu antara dunia ini dan neraka versi tempat ini bisa sejajar antara ruang waktu? Ini masih tidak masuk akal'
"Hyoudo-san! Kumohon! Aku mohon padamu, selamatkan Rias!"
Akeno mulai menaikkan suaranya yang spontan memecahkan pikiran Issei, wajah Akeno yang putus asa dan banjir air mata membuatnya sedikit risih.
"Akan ku lakukan apapun! Aku akan melakukan semua yang kau mau, jadi... hick...hick... kumohon..."
Akeno sangat tahu sekali apa yang mungkin Issei jawab, karena sangat tidak mungkin untuknya bisa melakukan sesuatu, terlebih untuk permasalahan yang sangat kompleks seperti ini.
Hanya saja, Akeno masih terus memohon, ia menarik baju Issei berusaha untuk melakukan sesuatu.
"Aku akan memberikan apapun yang kau mau! Ku berikan keperawanan ku padamu, yang ku mau, tolonglah Rias"
Kali ini Akeno mulai mengeluarkan kata-kata yang sangat berbahaya untuknya, untuk seseorang seperti Akeno rela melakukan apapun demi Rias, Issei hanya bisa mengagumi keteguhan dari Akeno.
(pat)
"Kau bicara apa, aku tak mungkin mau menerima keperawanan mu"
Tangan Issei yang mengelus kepalanya dengan pelan, Akeno menatap wajah Issei dengan tatapan ketakutan
"K...kau tak m..mau"
"Bukan itu maksudku, hah ... aku akan lakukan sesuatu, tapi jangan terlalu berharap"
kedua matanya terbuka lebar, sudut matanya yang masih berair mulai merasakan sesuatu di dalam hatinya.
"A...apa artinya"
"Ya, aku akan membantumu"
"Be . benar kah!?"
"Ya, aku serius, untuk sekarang, bisakah kau hapus air matamu dulu?"
Issei sedikit mengeluh ketika air matanya masih tak berhenti mengalir, Issei dengan refleks mengambil sapu tangannya lalu mengusap kedua matanya yang banjir air mata.
"Terima kasih"
"Jangan terlalu cepat berterimakasih padaku, aku belum melakukan apapun"
"uhm..."
"..."
Issei tak berkomentar apapun tentang Akeno yang masih menempel di dadanya seolah tak ingin menyingkirkan dirinya dari Issei.
"Issei"
'hn? kenapa dia tiba-tiba memanggil dengan nama depanku?'
"B..bisa kau elus kepalaku lagi"
Entah kenapa ketika mendengar Akeno berkata seperti itu, Issei hanya bisa tersenyum tipis lalu menuruti apa yang ia mau.
'...'
Elusan lembut itu berhasil menenangkan Akeno, entah kenapa ia merasa sangat nyaman di dekat Issei seolah-olah ia berada di dekat penjaga yang terkuat di dunia ini.
Untuk Issei sendiri, ia memikirkan beragam skenario yang bisa ia lakukan untuk mencegah hal itu dan beberapa di antaranya sedikit berbahaya tapi layak untuk di jadikan plan B jika rencana utama gagal.
-0-
Dan Rencana yang bisa Issei miliki saat ini adalah dengan menyusup ke kediaman Greymory dan mengumpulkan beberapa informasi mengenai status Greymory dan apa latar belakang yang menyebabkan hutang budi yang Akeno maksudkan, namun jika ia pikirkan lagi, itu sangatlah mustahil untuk orang sepertinya bisa lakukan.
'Aku cuma Marinir biasa, bukan seorang tokoh superhero yang bisa melakukan apapun, batas kemampuanku juga terbatas'
Issei kembali meyakinkan dirinya kalau hal yang ia terima dari Akeno sangatlah mustahil untuk bisa ia lakukan, kecuali ia punya sesuatu yang masuk akal untuk di lakukan tanpa mengorbankan siapapun.
Masalahnya, apa yang bisa ia lakukan?
Malam itu Issei kembali hanyut di dalam pikirannya, berbaring di kamar tak bisa menghentikan rasa penasaran mengenai cerita Akeno yang menurutnya punya sebuah kunci dari permasalahannya.
'Portal, sebuah matahari penghancur, kekuatan yang melebihi kekuatan dewa-dewi'
Satu-satunya jawaban yang ia bisa dapatkan adalah senjata nuklir dengan kekuatan lebih dari 100 megaton, tsar bomba 2.0, ia sebelumnya pernah mendengar desas-desus diantara para petinggi di Pentagon mengenai perencanaan memusnahkan semua makhluk itu dengan menggunakan senjata nuklir.
Tapi ia tak pernah ingat kalau Pentagon akan memiliki kemampuan untuk membuka portal neraka yang mampu mengirim senjata nuklir kesana.
'Kalaupun mereka benar-benar membom neraka dengan nuklir, aku ragu kalau satu bom saja bisa memusnahkan semua kehidupan di neraka, dari cerita Akeno, ia bilang kalau beberapa matahari muncul sesaat setelah portal terbuka, jika ia simpulkan cerita itu, teorinya adalah.
Dunia neraka yang ada disini adalah neraka yang ada di timeline Beta dimana portal penghubung dua dunia itu secara acak menggeser ruang waktu antar dimensi.
Sama halnya seperti melihat ke cermin dimana objek yang di pantulkan ke cermin adalah objek yang sama persis dengan objek yang di pantulkan, perbedaan terletak pada dimensi dimana objek A itu adalah objek 3 dimensi sementara objek di dalam cermin bisa di katakan sebagai objek 5 dimensi yang dimana dunia di dalamnya dari sudut pandang cermin ia melihat dunia kita sebagai dunia yang terbalik dimana pandangan kanan adalah kiri dan kiri adalah kanan.
Di hubungkan lagi dengan fenomena dimana adanya portal yang bisa menghubungkan dua dunia, sangat jelas membuat objek seperti di planet bumi asal dimana ia berada, memiliki jumlah massa yang jauh lebih besar dari seharusnya menyebabkan gravitasi anomali dimana dari teori trampolin dimana setiap objek di alam semesta memiliki sumur gravitasi, jika suatu objek memiliki massa yang jauh lebih besar maka semakin dalamlah sumur yang tercipta itu.
Apa jadinya jika bumi tiba-tiba muncul sebuah lubang hitam yang berukuran 4 meter? maka jawabannya bumi mendadak memiliki massa di permukaan tanah yang lebih besar ketimbang di inti bumi, yang seharusnya membuat buminya di telan oleh portal karena lubang hitam berukuran 4 meter bisa memiliki massa sekitar 1000 matahari.
Sangat tidak masuk akal kenapa bumi justru tidak di telan bulat-bulat oleh portal itu, maka jawaban lain yang membawanya ke situasi ini adalah.
Teori Katai/pita karet. Dimana setiap alam semesta memiliki banyak alam semesta satu sama lain dan dimensi pun bisa di jelaskan sampai dimensi ke-11.
Dengan kata lain, dunia ini adalah manifestasi anomali dari portal yang pertama kali terbentuk saat perang iblis melawan manusia terjadi di tahun 2040.
Alam semesta yang tak menerima adanya dua alam yang saling bercampur aduk tak beraturan mulai menyeimbangkan dirinya sendiri dengan membentuk alam semesta tersendiri yang terpisah dimana eksistensi keduanya saling berhubungan dan saling keterikatan satu sama lain.
'Sekarang masuk akal kenapa di dunia ini eksistensi iblis seakan sangat normal dan tidak ada satupun yang mempertanyakan eksistensi mereka'
Nah masalahnya
'Apa jadinya jika alam semesta itu di intervensi secara paksa?'
"Mou... Issei-san..."
'Asumsikan jika portal yang di buka paksa oleh makhluk itu yang menyedot kami berdua, apa yang terjadi jika aku membunuhnya di tengah jalan... Dia sebagai pengendali portal antar dunianya dan dunia ku pun saling tumpang tindih membuat adanya pergesekan antar jalur ruang-waktu'
Issei dengan refleks ke meja belajarnya dan menulis beragam hal di bukunya.
'Jika aku gunakan teori Professor Michio Kaku tentang teori Katai/string theory, maka rumus untuk berpindah antar dimensi adalah seperti ini'
"Issei-san... Jangan abaikan aku"
'Mari kita simpulkan lagi, aku sebagai eksistensi asing yang melakukan perjalanan, namun karena objek A yang membuka portal itu mati di tengah jalan maka aku pun di anggap anomali'
"...MMM... Issei-san!"
'Sekarang semuanya jelas, aku mengerti sekarang apa yang terjadi! Sialan, ternyata semua ini salahku'
'Aku yang memaksakan diri mengejarnya membuatku dan alam di balik portal pun saling tumpang tindih!'
'Alam ini pada akhirnya adalah manifestasi dari anomali yang terjadi di awal perang, nah jika asumsiku benar, maka tepat saat aku terdampar disini, sesuatu yang besar terjadi di duniaku menyebabkan sejarah di dunia ini berubah dengan sendirinya secara natural seolah-olah itu adalah bagian dari sejarah lalu, sangat masuk akal kenapa aku tidak melihat adanya sejarah yang sangat jelas tentang apa yang terjadi selama 200 ribu tahun yang lalu saat umat manusia pertama kali eksis di dunia ini'
Tepat saat Issei masih terus fokus dengan beragam tulisan rumus fisika di bukunya, ia menoleh ke arah sampingnya dimana ia merasakan nafas manusia di telinganya.
"Hehe... akhirnya kau melihatku"
Issei butuh waktu beberapa detik untuk bisa menyambungkan pikirannya, terutama tentang alasan.
"Kenapa dan bagaimana bisa kau di kamarku, Akeno Himejima-san?"
"Hn... Aku cuma mau mampir"
"Serius, ku rasa ada yang salah di kepalamu saat ini"
Retorika Issei nampaknya tak berpengaruh ke Akeno yang tersenyum riang kearahnya.
"Hep.. ho"
"Hei, siapa bilang kau boleh ke kasurku?"
Akeno melompat ke kasurnya dan berguling-guling seolah-olah sedang mengejeknya.
'Asalkan jangan bilang kalau dia berniat menggodaku'
Piyama Akeno walau nampak normal, namun proporsi tubuh yang ideal Akeno bisa membuat siapapun akan berani menyerangnya saat ini juga.
"Kau tahu, ada baiknya kau perhatikan lagi kelakuanmu"
"Hn? Kenapa?"
Akeno menatapnya dengan wajah keheranan, "Apa salah aku ke kamar Issei Nii-san?"
"Bukan itu hanya saja... eh? apa yang kau bilang tadi?"
"Hm? Issei Nii-san?"
"Aku tak pernah ingat punya adik sepertimu?"
"Ehhh... aku tak boleh jadi adik perempuanmu yang imut?"
"Serius, kau mau bercanda sebaiknya di tempat lain saja"
"Hehe~"
Issei mulai memikirkan alasan kenapa Akeno tiba-tiba disini, dan satu-satunya jawaban yang ia bisa dapatkan, Akeno masih merasa bersalah tentang apa yang terjadi dengan Rias dimana ia tak berani melawan dan bertindak demi Rias.
'Tapi itu masih tidak menjelaskan kenapa dia memanggilku kakaknya?'
Issei mulai mendekat ke kasurnya dimana Akeno berbaring menutupi wajahnya dengan selimut tidurnya.
Issei secara refleks mengusap kepala Akeno dengan lembut.
"Aku tak akan menanyakan lebih jauh kenapa kau disini, tapi ingat jangan pernah lakukan ini lagi, terutama jika berbeda gender, ok?"
"Hn"
Akeno menggumam pelan, lalu ia menarik selimutnya membiarkan wajahnya terlihat sepenuhnya dimana Issei masih dapat melihat kedua matanya yang merah tanda ia baru saja menangis.
"Sudah, sudah, jangan khawatir, aku pasti akan menemukan solusinya"
Akeno mengangguk lalu kembali mengatakan sesuatu yang membuat Issei mendesah.
"Kalau begitu, bolehkah aku meminta satu hal lagi?"
"Katakan"
"Bolehkah aku menganggap mu sebagai kakak laki-laki ku?"
"Kenapa?"
"A...aku sejak dulu anak tunggal... j...juga, I... Issei-san, kamu jauh lebih tua dan juga, k..kamu bersikap seperti sosok kakak laki-laki yang sangat aku inginkan. Jadi, bolehkan?"
Issei mendesah melihat sisi manja Akeno yang ia sangat ragu kalau member di klub tahu sisi Akeno yang begini.
"Terserah mu"
Jawab Issei dengan pasrah.
-0-
AN: Update untuk fanfik ini saya lanjutkan karena saya rasa projek ini yang paling cocok dengan tema saya, terima kasih untuk semua dukungan silent reader dan para reviewer saya sangat hargai itu.
Untuk kalian yang tak tahu kenapa secara spesifik tanggal 24 Februari saya tandai, karena itu adalah awal dari Perang Russo-Ukranian (atau haruskah saya katakan sebagai, Putin vs seluruh dunia) yang sekarang telah memasuki hari ke +230 sejak berlangsungnya perang, jadi jangan heran kalau harga minyak akan meroket tinggi, anyway take care and see you later
