Disclaimer: At Masashi Kishimoto and Ichiei Ishibumi.
Chapter 3: Siswi Baru
Ini adalah suasana pagi di hari senin yang cerah. Langit terlihat tidak berawan, matahari bersinar tanpa hambatan dan sedikit demi sedikit mulai menampakan wujudnya. Di salah satu apartemen sederhana, seorang gadis remaja terlihat sedang meringkuk dengan wajah tertidur pulas. Futon-nya terlihat agak berantakan dan setengah tubuhnya terekspos, menampilkan rambut pirang panjangnya dan paha putih. Uzumaki Naruto seminggu lalu datang ke dunia ini di mana dirinya berubah menjadi gadis remaja. Tujuannya sekarang adalah untuk menjalani kehidupan baru dan mencari jalan pulang–jika memungkinkan.
Naruto mengerjapkan mata beberapa kali saat sinar matahari secara tidak sopan mengganggu tidur nyenyaknya. Ia perlahan bangkit duduk sambil merentangkan kedua tangan yang membuat ukuran dadanya membesar.
Naruto menguap sebentar, setelah mendapatkan kesadaran penuhnya ia kemudian membereskan futon dan menatap cermin besar yang terpajang di lemari. Naruto hanya memakai kaos putih pendek dan celada dalam berwarna hitam. Rambut pirangnya agak berantakan.
Kulit asli Naruto berwarna coklat. Namun, sejak ia menjadi wanita kulitnya perlahan berubah menjadi putih. Bentuk wajah Naruto juga berubah sedikit mengecil dan meruncing di bagian dagu. Semakin menambah kesan feminim. Naruto menatap ke satu setel pakaian yang tergantung di mejanya. Itu adalah seragam Kuoh. Hari ini adalah hari pertama Naruto masuk sekolah.
Naruto melakukan aktivitas pagi seperti biasa. Ia melepaskan semua pakaiannya dan memasuki kamar mandi yang tidak begitu besar. Mengaktifkan shower dan mulai membasuhi tubuhnya dengan air hangat. Pada umumnya, waktu bagi wanita untuk mandi terbilang cukup lama, Namun, Naruto melakukannya dengan cepat karena sudah menjadi kebiasaan–ini mungkin akan berubah seiring berjalannya waktu.
Setelah selesai membersihkan diri dan mengeringkan rabutnya, gadis berambut pirang tersebut mulai berpakaian. Ia sedikit bingung tatkala memakai bra, biasanya bra itu cocok dengan ukurannya tetapi sekarang entah kenapa terasa agak sesak.
"Apa pakaian bisa menyusut sendiri?" gumamnya. Tidak ingin ambil pusing, Naruto sedikit memaksa agar bra itu bisa ia pakai dengan konsekuensi belahan dadanya semakin terbentuk. Ia sebenarnya sedikit tidak nyaman tapi mau bagaimana lagi, Naruto tidak memiliki bra dengan ukuran lebih besar. Setelah memakai pakaian dalam, Naruto mengambil sepasang stocking berwarna hitam yang panjangnya hingga pinggang kemudian memakai seragam Kuohnya.
Naruto merapikan rambutnya yang dijadikan kucir dua sambil menatap cermin. Penampilan seperti ini cukup bagus, ucapnya dalam hati. Setelah beres dengan urusan pakaian, gadis itu mulai sarapan dengan roti dan selai sederhana. Naruto harus menghemat uang sebelum ia menemukan pekerjaan part time.
15 menit kemudian, Naruto sudah siap berangkat sekolah.
Naruto cukup terbiasa dengan suasana saat ini. Suasana di mana kerumunan orang memandangnya dengan tatapan kagum. Bukan sombong, sejak perang berakhir dan tersebarnya pahlawan bernama Uzumaki Naruto membuat kehidupannya berubah cukup banyak. Tidak jarang Naruto dihampiri oleh sekerumunan gadis usia tanggung yang meminta foto atau tanda tangannya. Atau pada event tertentu banyak sekali orang yang memberikan hadiah padanya.
Itu saat ia masih menjadi laki-laki.
Naruto tidak menyangka dirinya yang sekarang menjadi wanita ternyata bisa merasakan 'kepopuleran'. Padahal mereka semua tidak tahu bahkan tidak mengenal dirinya. Saat ini saja, Naruto berusaha tenang dan meladeni kerumunan murid sebisa mungkin.
Naruto tertahan di depan gerbang akademi Kuoh. Tas sekolah ia pegang dengan kedua tangan. Berusaha tersenyum sambil menjawab beberapa pertanyaan yang terdengar olehnya. Kerumunan ini didominasi oleh wanita yang memandangnya dengan tatapan kagum sementara pria tidak henti memandang dada Naruto.
Ternyata berita tentang murid baru telah tersebar luas dan berakhir seperti ini. Naruto diberondongi oleh berbagai macam pertanyaan dari yang normal hingga di luar nalar.
"Namaku Uzumaki Naruto, mohon mantuannya." Naruto menjawab pertanyaan yang ia dengar.
"Aku tidak punya pacar." Ia tersenyum cukup dipaksakan dengan pertanyaan yang mulai nyeleneh.
Kerumunan semakin banyak seiring berjalannya waktu karena murid-murid mulai berdatangan. Ia semakin tidak tahan dengan kondisi ini dan hampir melakukan sesuatu yang mungkin akan disesalinya. Beruntung, sebuah nada tegas terdengar yang membuat suasana menjadi hening.
Mereka termasuk Naruto menatap ke satu arah yang sama. Di sana terlihat siswi berambut hitam pendek dengan kacamata sedang berkacak pinggang di sisi pagar. Tanpa sepatah kata, orang-orang langsung mengerti dan mulai bubar menuju kelas masing-masing sambil berdoa siswi baru itu sekelas dengan mereka.
Naruto menghela napas lega kemudian berjalan menghampiri orang yang telah menolongnya. "Terima kasih untuk yang tadi, ano …."
"Sona Sitri. Kamu Uzumaki Naruto-san, 'kan?" Gadis itu memperkenalkan diri.
Naruto mengangguk.
"Aku adalah ketua OSIS di Akademi Kuoh. Aku di sini untuk mengantarmu ke ruang kepala sekolah. Silahkan ikuti saya, Uzumaki-san."
"Baik."
Sepanjang perjalanan, Naruto menatap keadaan sekolah yang sangat nyaman. Pikirannya tidak sengaja membandingkan akademi Kuoh dengan sekolah ninja di tempat kelahirannya. Pemikiran sebagai Hokage masih belum lepas dari otaknya. Ia selalu membandingkan teknologi yang ditemui di dunia ini dengan dunia aslinya. Berharap jika Naruto bisa pulang maka ia akan menerapkan teknologi dunia ini. Naruto juga sedikit berbincang dengan Sona. Tidak ada yang istimewa, hanya obrolan normal antara ketua OSIS dan siswi baru.
Saat remaja dulu, Naruto tidak suka suasana formal. Namun, semenjak menjadi Hokage sifat tersebut berubah. Ia nyaman-nyaman saja dengan formalitas dan tahu bagaimana bersikap. Kepala sekolah menerangkan sejarah singkat akademi ini, menyampaikan informasi dasar mengenai aturan sekolah dan lainnya. Ini memakan waktu hampir 30 menit dan bel sekolah sudah cukup lama berbunyi.
Akhirnya Naruto di bawa ke kelasnya bersama seorang guru sekaligus wali kelas. Ia ditempatkan di kelas 2-B dan kelas itu berada di lantai 2.
Guru itu membuka pintu kelas dan masuk. Naruto tetap diam di luar sebelum adanya perintah untuk masuk. Guru tersebut memberi pengumuman tentang adanya murid baru yang akan sekelas dengan mereka–itu membuat suasana langsung gaduh karena beberapa orang telah melihat bagaimana rupa siswi baru.
Naruto memasuki kelas setelah mendapatkan kode dari gurunya. Ia berjalan dengan anggun dan senyum tipis yang membuat siswa di kelas mimisan hebat. Kemudian, Naruto menunduk dan memperkenalkan diri. "Nama saya Uzumaki Naruto. Saya harap kita bisa menjadi teman dan mohon bantuannya."
Lalu pertanyaan seperti di depan gerbang tadi terulang. Kali ini Naruto hanya tersenyum sambil sedikit bertindak malu-malu. Malas menjawab.
"Di mana alamat tempat tinggalmu?"
"Berapa nomor hp-mu?"
"Apakah kamu sudah punya pacar?"
"NARUTO-CHAN, APA KAMU MASIH PERAWAN?"
Oke, pertanyaan terakhir datang dari siswa berambut hitam pendek dan berkacamata. Pertanyaan itu membuat keadaan menjadi hening dengan seluruh tatapan jijik wanita tertuju padanya. Sementara guru yang merupakan wanita berusia 30-an menghela napas dengan kelakukan salah satu anggota trio mesum.
Dalam keheningan itu Naruto menjawab dengan spontan. "Aku yakin aku masih perawan."
Bukan tanpa alasan Naruto menjawab seperti itu. Dahulu ia sudah beristri dan mempunyai dua anak, sudah mutlak Naruto tidak perjaka. Sekarang karena tubuhnya telah berubah menjadi wanita maka apakah ketidakperjakaan itu membuat keperawanannya menghilang. Ini mungkin pemikiran bodoh dan tidak ada gunanya tetapi di sisi lain patut untuk diselidiki. Sementara Naruto tidak tahu perbedaan masih perawan atau tidak.
Dan juga bagaimana cara memeriksanya?
Naruto tersadar dari lamunannya dan melihat siswa laki-laki yang sudah tergeletak dengan berlumuran darah yang keluar dari hidung. Sementara pada gadis menatap tidak percaya pada Naruto. Wali kelas Naruto segera memegang kendali suasana dan proses pengenalan murid baru berjalan lagi.
"Uzumaki-san, aku akan duduk di kursi paling belakang dekat jendela. Hyoudou-kun, angkat tangan!"
Seorang remaja puber yang dari tadi melamun dengan wajah mesum tiba-tiba tersentak kemudian mengangkat tangannya. Issei melihat siswi baru itu berjalan pelan mendekati dirinya dan duduk di kursi belakang. "Aku duduk di dekat wanita cantik! AKU DUDUK DI DEKAT WANITA CANTIK!" Teriak Issei kegirangan dalam hati.
Naruto duduk di kursinya dan meletakan tas di samping meja yang di sana terdapat cantelan. Ia melihat ke samping dan tak menemukan meja lain. Satu kelas diisi oleh 30 orang dan karena Naruto murid pindahan maka ia tidak memiliki barisan. Naruto duduk sendiri di pojok ruangan. Satu-satunya orang yang bisa ia ajak bicara adalah remaja di depannya, Issei.
Naruto menghela napas ringan, matanya menerawang langit biru dari balik jendela sementara guru mulai mengajar pelajaran. Sudah satu minggu ia terlempar ke dunia ini. Banyak sekali informasi yang gadis pirang itu dapat. Ternyata tidak hanya manusia yang mendiami dunia. Eksistensi iblis, malaikat, vampire, dan makhluk mitologi bukanlah sekedar dongeng. Mereka benar-benar ada. Dan di antaranya memiliki kekuatan di luar akal sehat.
Naruto telah mencapai mimpinya sebagai Hokage, impian barunya adalah melindungi Konoha dengan segenap nyawannya, dan ia telah melakukan itu–dia bisa mengandalkan Sasuke dalam melindungi Konoha. Naruto juga telah memiliki keluarga dengan dua anak. Ia berharap Hinata bisa tegar dan membesarkan anak mereka dengan baik.
Tidak ada yang perlu dikhawatirkannya. Itulah sebabnya ia menerima konsekuensi baryon mode karena sudah tidak ada penyesalan dalam hidupnya. Kini ia terbangun di dunia yang berbeda dengan identitas gender berbeda pula.
Sederhananya, Naruto bertanya pada diri sendiri. Apa yang akan dia lakukan di kehidupan sekarang?
Naruto kembali menghela napas. Untuk saat ini ikuti alur kehidupan saja. Identitasnya sekarang adalah siswi akademi.
Naruto tidak pernah menduga bahwa otaknya bisa mengikuti pelajaran yang sama sekali tak pernah ia lihat. Maksudnya, ia bodoh dalam hal akademik. Jika orang normal pada umumnya akan bisa menguasai pelajaran dalam satu atau dua kali belajar, kini Naruto bisa hanya dalam sekali belajar. Seperti rumus matematika di pelajaran jam kedua, Naruto mampu mengerti setelah pertama kali mencoba. Padahal dulu ia bodoh dalam menghitung.
Naruto menutup buku setelah bel istirahat berbunyi. Beberapa siswa dengan sigap keluar kelas menuju kantin untuk berburu makanan, beberapa membentuk kelompok kecil untuk makan bersama dan sebagian lainnya menuju ke arah Naruto.
"Yahoo," sapa salah seorang dari mereka yang memakai kacamata. Naruto tersenyum untuk menanggapi.
Mereka lalu memperkenalkan diri sebagai Murayama, Katase, dan Aika Kiryuu. Ketiganya datang ke sini untuk mengakrabkan diri dengan Naruto. Tak perlu usaha keras untuk membuat teman pertama di sekolah. Naruto melakukannya dengan baik selain dari bakat alaminya dalam membuat pertemanan. Mereka mengobrol beberapa hal–kebanyakan bertanya asal-usul Naruto.
Gadis pirang itu menjawab bahwa dia pindahan dari Kyoto. Ia juga merupakan blasteran Jepang-Eropa tapi lahir dan dibesarkan di Jepang. Kedua orang tua Naruto meninggal saat ia masih bayi karena kecelakaan dan ia dibesarkan di panti asuhan. Naruto menjawab sesuai data diri di dokumen palsu yang telah ia buat.
Semakin lama, mengobrol dengan mereka semakin asyik dan keempatnya memutuskan untuk pergi ke kantin mencari makanan. Hari pertama bersekolah nampaknya akan lancar. Ia mengisi perut bersama teman baru kemudian melanjurkan pelajaran lagi.
Jam pelajaran usai pada pukul 15.30. Mereka yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler langsung bergegas pulang termasuk Naruto. Hari ini cukup melelahkan dan ia ingin bersantai dengan berendam air hangat. Namun, sebelum itu ia harus menjadi pekerjaan paruh waktu.
"Sampai jumpa lagi, Murayama, Katase." Naruto melampaikan tangan sebelum keluar dari kelas. Dua temannya tidak pulang karena mengikuti klub kendo sementara Kiryuu sudah tancap gas duluan.
Perjalanan menuju gerbang sekolah tidak selancar yang ia kira. Masih saja ada orang yang penasaran dengan siswi baru membuat perjalanan Naruto sedikit terhambat, tapi dibandingkan pagi tadi ini masih lebih baik. Naruto menghela napas.
Kubo Sasaki mengembuskan asap rokoknya. Menatap langit yang mulai berubah warna menjadi orange sambil berdiri di lahan bertuliskan 'smoking area'. Pria paruh baya yang memakai setelan jas hitam itu menghisap rokoknya lagi.
"Masih tidak ada yang cocok," gumamnya saat ia memikirkan pekerjaan yang digeluti. Sasaki bekerja di bidang managemen model. Spesifikasinya model majalah gadis remaja. Ia diminta bosnya untuk mencari model gadis remaja dengan wajah blasteran Jepang. Perusahaannya akan membuat majalah baru bertema fashion anak muda khas barat.
Tapi, ia telah dua kali membuka audisi dan tidak ada yang cocok sementara deadline hampir mendekati. Mau tidak mau dalam tiga hari ia harus menemukan model yang cocok. Prioritasnya adalah menemukan yang cocok, untuk skill modeling bisa diajarkan.
Saat Sasaki hentak menghisap rokok terakhir, matanya tak sengaja menangkap pemandangan yang membuatnya terdiam sesaat. Tidak jauh dari tempatnya, di penyebarangan jalan terlihat seorang siswi sekolah berambut pirang dan bermata biru. Proporsi tubuh dan tingginya sudah melebihi syarat menjadi model. Tak membuang waktu, Sasaki segera membuang puntung rokok dan menghampiri gadis yang menunggu lampu merah.
Naruto berdiri tegak di antara pejalan kaki lainnya. Menunggu lampu indikator penyebrangan berubah menjadi hijau. Sudah satu jam Naruto berkeliling di pusat kota guna menjari lowongan kerja paruh waktu, tetapi sampai saat ini ia tidak menemukan satu pun. Naruto akan mencarinya di sisi lain sebelum seorang pria paruh baya menyapanya dengan senyum tipis.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Naruto.
Sasaki terlihat sedikit gugup. Ini aneh, ia adalah orang yang selalu berada di sekitar wanita-wanita cantik dengan tubuh indah. Namun, entah kenapa berada di samping gadis siswi ini membuatnya seperti kembali ke masa sekolah di mana masih memiliki kegugupan jika berada di dekat lawan jenis.
"Pertama-tama, perkenalkan namaku Kubo Sasaki dari DreamStar Agency. Aku sedang mencari model untuk majalah gadis remaja." Sasaki memperkenalkan dirinya sambil menyerahkan kartu namanya.
Naruto menerima itu dan memeriksa. Ia kemudian mengangguk. "Namaku Uzumaki Naruto."
Sasaki melanjutkan. "Seperti yang tadi kukatakan, aku sedang mencari model dan nampaknya kamu memenuhi persyaratan. Jika kamu ingin mencoba menjadi model majalah, kamu bisa mengunjungi kantorku besok. Alamatnya ada di kartu identitasku." Ia berbicara dengan senyum ramah.
Naruto mengangkat sebelah alisnya. Jadi model, tidak pernah terpikirkan olehnya. Namun, ia tahu model memiliki bayaran tinggi dan saat ini Naruto terpepet masalah finansial. Ini seharusnya menjadi kabar baik.
"Tapi aku tidak punya pengalaman apa pun."
"Tidak apa-apa, menjadi model bisa dipelajari. Untuk saat ini kamu adalah orang yang paling cocok, jadi saya sangat berharap Uzumaki-san bisa mengunjungi kantor kami." Sasaki harus meyakinkan gadis di depannya agar menjadi model. Ia dapat melihat bayangan perusahaannya akan untung besar.
"Tidak ada salahnya mencoba," ucap Naruto dalam hati. Ia lalu mengangguk. "Kalau begitu aku akan mengunjungimu besok setelah pulang sekolah."
Sasaki tersenyum lebar. Setidaknya langkah pertama telah dilewati. Besok ia akan meyakinkan Naruto dengan beberapa benefit besar yang semua wanita sulit untuk menolak. "Kalau begitu aku tunggu besok, sekali lagi terima kasih Uzumaki-san."
"Sama-sama."
Sasaki pamit dan Naruto pulang ke apartemennya.
Bersambung
AN: HANA BACK! Terima kasih telah menunggu kelanjutan fanfic ini. Sona no Ai dan The Strongest Yonkou dalam pengerjaan.
08-11-2022
Hanakirei-chan
