Disclaimer:

Naruto by Masashi Kishimoto

.

Shinobi no Ittoki by Troyca DMM Pictures

.

.

.

BRUKK

Pemuda yang baru saja dijebak dalam pembunuhan berencana oleh kekasihnya itu tiba-tiba pingsan kembali usai diselamatkan oleh Naruto. Apa yang terjadi bagi Ittoki hari ini benar-benar diluar nalarnya. Ia membayangkan akan menjalani kencan romantis dan menyenangkan, namun nyatanya malah berubah menjadi malapetaka.

"Sepertinya dia kelelahan," ujar Naruto, menyerahkan tubuh Ittoki pada Tokisada.

"Kau benar. Sebenarnya aku sudah menaruh kecurigaan pada gadis yang mengajaknya berkencan," balasnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Tokisada-san? Kenapa orang-orang berpakaian Ninja ini ingin membunuh Ittoki?" Tanya Naruto.

"Ceritanya panjang. Kau akan mengetahuinya ketika menghadap pada Yumika nanti. Ayo," Tokisada memasukkan Ittoki di kursi belakang. Begitu Naruto ingin duduk di kursi depan, insting Ninja-nya berteriak memberitahu bahwa ada seseorang yang berada di dekat mobil mereka.

"Siapa itu?!" Ia dengan sigap berbalik seraya memasang kuda-kuda.

"Tidak perlu khawatir, Naruto. Dia berada di pihak kita. Hmm, sejujurnya aku cukup terkejut kau bisa mengetahui keberadaannya," mendengar perkataan Tokisada, Naruto menurunkan kuda-kudanya.

"Percaya atau tidak, aku memiliki indra yang cukup tajam, Tokisada-san. Apalagi di tengah keheningan malam seperti ini" balas Naruto.

SRING

Secara ajaib, di depan mereka muncul seseorang berkostum Ninja seperti orang-orang yang Naruto lawan sebelumnya. Kostum Ninja di tubuh orang misterius itu tiba-tiba hilang dan menunjukkan tubuh seorang gadis bermasker yang sangat dikenal oleh Naruto.

"Eh? Kousetsu-chan?" Naruto sontak terkejut.

"Apa yang terjadi pada Ittoki?" Tanya Kousetsu, melihat teman masa kecilnya itu terbaring tak sadarkan diri di dalam mobil.

"Dia diserang oleh sekelompok Ninja Koga. Sayangnya aku terlambat untuk menolongnya. Tapi beruntung ada Naruto yang entah darimana datang menyelamatkannya," Tokisada menjawab rasa penasaran Kousetsu terhadap apa yang telah terjadi pada Ittoki.

"Aku baru saja pulang dari kelas bela diri. Kebetulan aku lewat sini karena ini jalan terdekat untuk menuju Iga. Tiba-tiba saja aku melihat orang-orang ini mengerubungi seseorang yang mulutnya dibekap serta tangan dan kakinya diikat. Setelah kulihat baik-baik, ternyata orang tersebut adalah Ittoki. Jadi langsung saja kuhajar mereka semua tanpa ampun," Naruto menambahkan.

"Benarkah? Kau tidak terluka kan? Lawanmu itu sekelompok Ninja Koga. Mereka terkenal kuat dan tidak kenal belas kasih" ucap Kousetsu.

"Tidak, tidak sama sekali. Setelah kuhadapi secara langsung, ternyata gaya bertarung mereka amatir. Ngomong-ngomong, apa maksudnya dengan Ninja? Apakah di jaman ini eksistensi mereka masih ada?" Naruto bertanya balik. Sejujurnya ia baru tahu soal ini. Dia memanfaatkan kesempatan ini untuk menggali infromasi tentang dunia yang ia tempati sekarang.

"Seperti yang kukatakan tadi, kau akan mengetahuinya secara detail ketika menghadap pada Yumika nanti. Ayo, masuk ke mobil," ucap Tokisada. Naruto dan Kousetsu mengangguk lalu masuk ke mobil. Naruto duduk di depan di samping Tokisada, sedangkan Kousetsu duduk di belakang sembari memangku kepala Ittoki.

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Rasa penasaran Naruto semakin memuncak begitu Tokisada membawa mobil masuk ke dalam halaman sebuah rumah tradisional Jepang berukuran besar. Tepat setelah mereka sampai di dalam, Ittoki membuka mata dan mendapati dirinya tertidur di pangkuan Kousetsu.

"Ojii-san! Bagaimana dengan orang-orang itu? Siapa mereka sebenarnya? Kenapa mereka menyerangku? Eh? Itu...cuma mimpi?" Banyak sekali pertanyaan yang berputar di kepala Ittoki saat ini.

"Keluarlah, kita sudah sampai" ucap Tokisada. Kousetsu dan Naruto keluar dari mobil. Mantan Hokage ketujuh itu memandang takjub pada rumah besar di hadapannya saat ini.

"Sugoi! Ini rumah siapa, Tokisada-san?" Tanya Naruto.

"Rumah orang tuanya Ittoki" jawaban Tokisada mengejutkan Ittoki serta Naruto.

"Eh? Rumah orang tuaku?" Beo Ittoki.

"Ya. Aku akan masuk lewat pintu belakang. Kau masuklah duluan. Kuserahkan sisanya padamu, Kousetsu" balasnya, lalu bernanjak pergi meninggalkan mereka ke halaman belakang.

"Saya mengerti. Ayo masuk," Kousetsu memimpin jalan bagi mereka.

.

Sesampainya di dalam, Ittoki dan Naruto semakin penasaran. Mereka berdua duduk diatas lantai tatami yang dikelilingi beberapa orang yang mereka kenali. Ada Reiha, Kozo, Kousetsu, Tokisada, dan 5 orang lain yang tak diketahui.

"Eh?! Apa maksudnya semua ini?!" Ittoki benar-benar butuh jawaban. Sedangkan Naruto hanya diam saja, walaupun dalam hati ia juga terkejut karena mendapat perlakuan seperti ini.

"Kepala Klan telah tiba" ujar Reiha, lalu bersujud diikuti yang lain. Pintu di ruangan itu dibuka oleh seorang wanita berkimono biru tua yang sangat dikenali oleh Naruto dan Ittoki.

"Kaa-san? / Yumika-san?" Mereka berdua tambah terkejut.

"Disini, panggil aku Kepala Klan" ujar Yumika dengan tegas.

"Eh?"

"Ittoki, dengar aku baik-baik. Kita adalah Shinobi dari Desa Iga," pernyataan yang keluar dari mulut Yumika menarik perhatian Naruto.

'Iga? Sebelumnya aku mendengar orang-orang yang menyerang Ittoki juga menyebutkan nama itu. Tokisada-san juga menyebut nama Koga. Kedua nama itu diceritakan dalam buku sejarah sebagai dua desa Ninja yang saling bermusuhan,' batinnya, mencoba untuk mengeruk lebih banyak informasi.

"Shinobi? Maksudnya, Ninja?" Tanya Ittoki.

"Ya, itu benar" jawab Yumika.

"Tidak-tidak. Itu...mustahil. Kaa-san, bukankah kau presiden Area Servis dari daerah Iga?" Ittoki menolak untuk percaya pada fakta yang diungkapkan oleh ibunya. "Itu hanya penyamaran,"

"Berarti, semua yang kualami hari ini...adalah kenyataan?" Gumam Ittoki, masih sulit untuk menerima realita.

"Ratusan tahun lalu, Ninja terlahir. Kami terus hidup hingga masa kini dalam wujud yang berbeda-beda. Hingga hari ini, kami ada di banyak desa di negara-negara yang berbeda. Kami bekerja seperti orang biasa dan membaur ke dalam kehidupan orang-orang," Yumika melanjutkan penjelasannya.

"Seperti Area Servis itu ya?" Ucap Ittoki

"Benar. Kami para ninja memiliki kode etik ketat. Dengan mengikutinya, kami berhasil menghindari konflik antar desa" balas Yumika, membuat Ittoki semakin paham dan mulai menerima kenyataan yang ada.

'Menghindari konflik ya? Di tempat asalku dulu, hal itu mudah dan sulit dilakukan. Mudah ketika ada perdamaian. Sulit ketika ada peperangan.' Naruto jadi nostalgia tentang kenangan dirinya dahulu, baik saat menjadi Shinobi dan menjadi Hokage. Dimana ia hidup pada era peperangan dan perdamaian.

"Hasilnya, kami juga berhasil mempertahankan keseimbangan selama puluhan tahun. Tapi baru-baru ini, Desa Koga mencoba merusak keseimbangan itu," Yumika menambahkan.

"Koga?" Beo Ittoki, yang penasaran terhadap nama tersebut.

"Di antara desa-desa lainnya, Koga terkenal akan kekayaan dan ninjutsu modern mereka. Mereka adalah salah satu dari desa-desa terkuat. Kami tahu bahwa mereka berusaha mengambil alih kekuasaan kami, Ninja Iga. Seperti yang kau alami hari ini, orang-orang yang menyerangmu adalah Ninja Koga" pernyataan Yumika kembali menarik perhatian Naruto.

'Salah satu desa terkuat? Aku penasaran sekuat apa mereka?'

"Tapi, kenapa?" Ittoki bingung, kenapa ia dijadikan target pembunuhan mereka. Padahal ia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang konflik antara keduanya.

"Alasan mereka ingin membunuhmu adalah, karena kau adalah silsilah terhormat Ninja Iga, sebagai pewaris sah ke-19,"

'Woah, aku tidak menyangka ini! Itu artinya Ittoki adalah calon kepala Klan Iga yang selanjutnya? Tapi, kenapa Yumika-san baru memberitahunya sekarang? Ittoki terlihat seperti orang bingung,' seru Naruto dalam batin.

"Eh?" Ittoki kembali lost connect begitu melihat orang-orang di sekeliling bersujud padanya.

"Mohon bimbingannya, Ittoki-sama!" Gurau Naruto, ikut bersujud.

"Hoi, apa-apaan itu Naruto? Angkat kepalamu! A-aku tidak memintamu untuk ikut bersujud! Dan apa maksudmu dengan embel-embel 'sama'?!" Perasaan canggung menyelimuti Ittoki. Yumika tersenyum hangat, melihat interaksi antara kedua pemuda di depannya ini. Sejenak mencairkan suasana yang terasa serius sejak awal.

.

"Seluruh kerja kerasku membesarkanmu tidak lain adalah untuk momen ini. Ittoki..." Yumika kembali menyebarkan aura serius ke seisi ruangan.

"Y-Ya?"

"Kau akan menjadi Ninja!"

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Dari rumah besar milik keluarga Sakuraba, cerita beralih menuju sebuah ruangan konferensi yang terlihat berkelas dan mewah. Dengan pencahayaan dari lampu sorot mengarah pada satu sisi yang ditempati oleh seorang pria paruh baya berambut panjang berwarna putih.

"Tunduklah kepada Kepala Delegasi, Kido-sama!" Terdengar seruan yang begitu tegas. Seluruh orang yang berada di ruangan konferensi itu langsung menunduk hormat pada sosok yang disorot oleh lampu.

"Luka di tubuh kita akan sembuh seiring berjalannya waktu. Tapi, luka di hati kita akan terus terasa sakit untuk selamanya. Kita akan terus menderita atas kehilangan Kepala Klan kita, Kishinmaru," pria berambut putih a.k.a Kido membuka suara. Tiba-tiba lampu menyala dan menyorot sebuah lukisan raksasa yang menggambarkan seorang pria berambut hitam panjang dikuncir, dan mengenakan setelan jas hitam.

"Kita akan memberikan balasan yang setimpal. Kita akan balas penderitaan dengan penderitaan. Kita akan balas dendam pada Ninja Iga, musuh dari Kishinmaru,"

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

"Aku tidak bisa"

"Tidak ada bantahan"

Kembali lagi ke kediaman keluarga Sakuraba. Yumika meminta putra satu-satunya itu untuk menjadi Ninja. Tapi sepertinya, Ittoki masih belum bisa menerima bahkan setelah diberi penjelasan oleh ibunya.

"Kamu sudah memiliki dasar yang cukup untuk menjadi seorang Ninja. Saat ini, Koga telah bertindak secara terang-terangan. Untuk melindungi dirimu-"

"Sudah kubilang aku tidak percaya Ninja itu ada!"

BUGH

"Aduh! Kenapa kau memukul kepalaku, Naruto?!" Ittoki meringis kesakitan pada kepalanya.

"Dasar bodoh! Kau memotong ucapan ibumu sendiri? Anak macam apa kau ini?" Seru Naruto yang terlihat marah. Membuat Ittoki melebarkan matanya. Sementara yang lainnya terdiam, termasuk Yumika.

"Setelah semua yang terjadi padamu hari ini, kau masih tidak percaya pada perkataan ibumu? Kozo-san, Reiha-san, Kousetsu-chan, dan aku bahkan mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkanmu dari mereka! Jika bukan karena kau adalah sahabatku, kau pasti sudah kubiarkan mati saat itu, Ittoki!" Lanjutnya, seraya menarik kerah jaket Ittoki.

"Naruto..." gumam Yumika lirih, menatap iba pada Naruto. Begitu juga dengan Kousetsu, Tokisada, Reiha, dan Kozo.

"Kau harusnya bersyukur. Karena masih mempunyai keluarga dan orang-orang yang peduli padamu. Kau lihat diriku ini. Yang sejak kecil ditinggal mati oleh orang tua, hidup di jalanan dengan mengais makanan sisa dan juga mencuri. Jujur saja, jauh di dalam hatiku, aku iri padamu Ittoki. Aku iri padamu yang sejak kecil bisa merasakan cinta dan kasih sayang dari orang-orang terdekat. Jika aku jadi kau, aku tidak akan membantah dan memotong perkataan Yumika-san seperti tadi. Karena itu sama saja dengan kau menyia-nyiakan kasih sayangnya dan juga melukai hatinya. Kau dengar aku?" Walaupun kehilangan sebagian kekuatannya, tapi Jutsu terkuat Naruto tidak akan pernah hilang. Jutsu Kata-Kata. Sebuah Jutsu sederhana namun memiliki efek yang sangat kuat. Jutsu yang telah menaklukkan berbagai macam makhluk dengan kegelapan pekat di hatinya. Sebut saja Kurama, Nagato, Obito, serta Sasuke.

Sementara itu, Ittoki hanya bisa terdiam dengan mata biru gelapnya yang melebar karena sadar akan perkataan sahabatnya itu. Naruto benar, ia tidak sepantasnya membantah dan memotong perkataan ibunya yang berusaha menjelaskan semua pada dirinya.

"Maaf. Aku terbawa emosi" Naruto melepas kerah jaket Ittoki lalu kembali duduk di atas bantal.

"Maaf menyela, aku ingin meminjamnya sebentar," Tokisada bangkit dari duduknya lalu menyeret Ittoki keluar dari ruangan.

"Tunggu...Ojii-san...tunggu dulu!"

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Tokisada membawa Ittoki ke atas bukit dekat kediaman keluarga Sakuraba. Bukit yang terletak secara strategis karena mengarah langsung ke kota. Dari situ mereka bisa melihat kota yang bersinar di malam hari.

"Jadi begitulah situasinya. Putuskan sekarang, jadilah Ninja atau mati,"

"Tidak secepat itu untuk memutuskannya! Aku baru saja hampir terbunuh dan sekarang disuruh menjadi Ninja? Ini benar-benar tidak masuk akal! Padahal kemarin semuanya normal. Sekolah, belajar, dan berangkat bersama teman-temanku. Aku juga ingin melakukan banyak hal. Lalu tiba-tiba...apa-apaan Ninja itu?!" Ittoki masih belum bisa menerima semuanya. Dirinya takut akan satu hal, yaitu kematian. Ia takut mati.

"Kalau begitu, pilihan ketiga," jawaban Tokisada kembali menambah pertanyaan Ittoki.

"Huh?"

"Sampai semuanya tenang, aku akan membawamu pergi,"

"Apakah bisa?" Tanya Ittoki.

"Daripada mati, itu akan lebih merepotkan. Yumika memintaku untuk membawamu pergi kalau itu yang kau mau," balas Tokisada, berbalik menatap keponakannya itu.

"Dari Kaa-san?"

"Ya, itu benar. Pembahasan ini hanya antara aku dan Yumika. Jika kau ingin pergi tanpa diketahui siapapun, sekarang saatnya. Jadi apapun pilihanmu, tidak ada yang berusaha menghentikanmu. Sasaran Koga adalah kami, dan mereka yang mengetahui tentang dirimu juga adalah kesalahan kami. Itulah sebabnya kau harus diberi dua pilihan. Itulah yang dipikirkan oleh Yumika," penjelasan pamannya membuat Ittoki kembali terdiam.

"Ayahmu dulu adalah kepala Klan Iga," lanjutnya, yang mengejutkan Ittoki.

"Huh?"

"Pada saat beliau meninggal, kau masih terlalu kecil untuk menjadi penerusnya. Sehingga Yumika yang menjadi pemimpin dan melindungi klan ini. Ia menawarkan diri untuk mengemban posisi itu. Yumika bukanlah Ninja. Orang biasa yang tiba-tiba menjadi pemimpin klan Ninja. Sama sepertimu sekarang, bukan?" Tokisada berdiri di hadapannya.

"Oleh karena itu, kaulah yang harus memilih Ittoki. Mungkin kau sudah banyak bertahan sampai saat ini. Tapi, Yumika telah menahan tekanan yang luar biasa. Dia harus menghadapi dunia fana dan fiksi sendirian dan mengemban tanggung dan kewajiban sendirian pula. Ia sampai mengatakan tidak apa-apa kalau kau melarikan diri, tapi dia ingin kau menjadi orang yang pertama untuk memeluk mayatnya ketika dia mati. Bagaimana menurutmu, Ittoki?" Tokisada kembali mempertanyakan keputusan final Ittoki. Untuk memilih menjadi Ninja dan menyelamatkan klannya atau menjadi pengecut dan melarikan diri.

"Okaa-san..." gumamnya lirih.

"Sungguh licik, bukan? Tapi, itulah yang kami inginkan darimu,"

.

TIK

TIK

"Aku...hiks...tidak bisa meninggalkan Okaa-san sendirian," Ittoki menitikkan air mata. Jika dia memilih untuk melarikan diri, maka itu sama saja menempatkan nyawa ibunya dalam bahaya. Ia tidak bisa membayangkan jika ibunya harus mati di tangan Ninja Koga.

"Begitu ya? Maaf. Sepertinya perkataan Naruto tadi mempengaruhimu. Astaga dia itu, dia seusia denganmu tapi cara berbicaranya seperti orang yang sudah berpengalaman dalam pahit dan manisnya hidup. Yah, kalau soal itu aku bisa mengerti." Tokisada mengusap-usap bahu Ittoki, membantunya untuk melepaskan semua emosinya melalui tangisan.

.

.

.

Latar tempat berpindah ke sebuah gubuk di tengah-tengah hutan.

"Sakuraba Ittoki sedang disembunyikan di rumah klan Iga. Kita tidak bisa lagi menyentuhnya,"

"Tapi, bukan berarti aku bisa pulang begitu saja. Aku tidak bisa menghadap wajah Enbi-sama nanti" Di dalam gubuk tua itu, nampak Satomi tengah berbicara dengan seseorang.

"Tidak ada yang bisa disembunyikan di Koga. Kau bisa dikucilkan, sungguh mengerikan,"

.

"Oleh karena itu, akan kugunakan segala cara untuk membalas dendam pada Iga!"

.

.

.

Tempat berpindah kembali ke kediaman Sakuraba. Tepatnya di ruangan tempat pertemuan tadi. Dimana saat ini hanya ada Naruto dan Yumika. Kozo, Reiha, Kousetsu, dan yang lainnya diperintahkan oleh Yumika untuk keluar sehingga ia bisa mengobrol secara privasi dengan Naruto.

"Silahkan diminum, Naruto" Yumika menuangkan teh hijau.

"Ah, aku jadi tidak enak. Terima kasih, Yumika-san" Naruto mengambil satu tegukan.

"Justru aku yang seharusnya berterima kasih padamu, Naruto. Kau telah mengetuk pintu hati Ittoki melalui kata-katamu tadi. Seharusnya kau tidak perlu melakukannya, itu sudah menjadi tugasku sebagai ibunya" ucap Yumika.

"Tidak apa-apa Yumika-san. Hanya itulah yang bisa kulakukan untuk membalas semua kebaikanmu padaku. Di satu sisi, Ittoki juga adalah sahabatku. Aku tidak bisa membiarkannya melakukan sesuatu yang sekiranya menyakiti hatimu," balas Naruto.

"Ahahaha. Ittoki sangat beruntung memiliki sahabat sepertimu. Sebelumnya, aku juga ingin meminta maaf karena sudah melibatkanmu dalam menyelamatkan Ittoki,"

"Sudah kubilang tidak apa-apa, Yumika-san. Seperti yang kukatakan tadi. Ittoki adalah sahabatku, aku juga harus peduli padanya" balas Naruto, semakin jadi tidak enak karena Yumika terus berterima kasih dan meminta maaf padanya.

"Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu, Naruto. Saat ini Koga pasti telah mengetahui tentang dirimu yang telah mengalahkan ninja mereka untuk menyelamatkan Ittoki. Cepat atau lambat mereka pasti juga akan menjadikanmu sebagai sasaran mereka. Kusarankan padamu untuk segera meninggalkan kota ini. Aku tidak ingin keselamatanmu terancam karena konflik yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirimu,"

"Kata siapa ini tidak ada hubungannya dengan diriku? Sejak aku pertama kali bekerja untukmu, itu artinya aku sudah termasuk dalam jajaran klan Iga bukan? Lagipula, sudah kukatakan sebelumnya. Aku tidak bisa meninggalkan Ittoki berjuang sendirian dalam mengemban tugas seberat ini," Yumika terdiam.

.

.

.

"Orang yang melanggar peraturan adalah sampah. Tapi orang yang meninggalkan teman mereka, lebih buruk daripada sampah" Naruto masih tetap berpegang teguh pada prinsip yang diciptakan oleh Obito dan disampaikan oleh Kakashi padanya.

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Latar tempat berpindah ke sebuah gedung pencakar langit di tengah kota pada malam hari. Dimana pada sebuah ruangan yang ditempati oleh 9 orang duduk pada meja besar. Nuansa politik begitu terasa di dalam ruangan itu.

"Enbi-san. Serangan ke Iga beberapa jam yang lalu, apakah benar diinisiasi oleh anda?" Tanya seorang pria bersetelan jas hitam, berambut merah maroon dengan dua helai poni di depan, serta bekas luka di wajahnya. Ban Housen, eksekutif Ninja Koga.

"Memangnya kenapa?" balas pria bertubuh tambun yang mengenakan setelan jas coklat.

"Gerakan kita sudah terendus oleh Annin,"

"Kalau kau takut dengan pemburu bayangan, kau akan mati tanpa melakukan apapun," balas si jas coklat a.k.a Takamine Enbi, yang juga seorang eksekutif Ninja di Koga.

"Apakah aku perlu menjelaskan tentang 3 prinsip Ninja?"

"Cukup dengan omong kosongmu, Housen. Pemimpin kita telah terbunuh!" Enbi nampak tidak senang.

"Tidakkah kau berpikir bahwa tindakanmu ini dapat membahayakan klan?" Balas Housen tegas.

TUK

TUK

Keduanya terdiam begitu mendengar suara ketukan tongkat dari orang yang duduk di tengah-tengah mereka. Orang tersebut adalah Minobe Kido, kepala delegasi sekaligus wakil pemimpin Koga. "Tidak ada gunanya bertengkar. Itu tidak merubah fakta bahwa semua saling memikirkan Koga," ujar Kido dengan penuh wibawa.

"Saya minta maaf" Housen menundukkan kepala.

.

"Koga kuat dan Iga lemah. Jadi, santai saja sambil bernafas pelan-pelan," lanjutnya, seraya menyeringai tipis.

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Hari pun berganti. Kembali lagi ke kediaman klan Iga dimana saat ini Ittoki sedang menerima penjelasan dari Reiha tentang apa yang akan ia lakukan untuk ke depannya.

"Jadi Bocchan, saat ini kami memutuskan bahwa sekolah sudah tidak aman dan anda akan absen," Reiha membuka konversasi.

"Eh? Jadi bagaimana?" Ittoki bingung sekaligus penasaran. Tak menjawab apapun, Reiha mengambil sebuah tablet di atas meja lalu menyerahkannya pada Ittoki.

"Anda akan kesini" tablet itu memperlihatkan rekaman video promosi sekolah yang bernama Akademi Ninjutsu Kokuten.

.

"Akademi Ninjutsu Kokuten adalah satu-satunya akademi ninja nasional di Jepang," video dibuka dengan halaman gerbang sekolah, lalu 3 orang siswi berparas manis yang sedang berjalan di taman pohon sakura, serta penampakan gedung dan suasana di koridor kelas.

"Disini, calon ninja akan belajar dan berlatih setiap hari," lalu berganti ke suasana proses belajar mengajar di kelas, yang terlihat tidak ada bedanya dengan sekolah SMA pada umumnya.

"Melalui pelatihan ninja, aku sadar betapa pentingnya teman" kamera menyorot seorang siswa yang sedang diwawancara.

"Ninja keren!" Lalu kembali menyorot 3 siswi manis di taman sakura tadi.

"Kalian yang ingin menjadi Ninja, kami menunggu kedatanganmu!" Dan terakhir menampilkan seorang kakek berambut putih dengan janggut dan kumis tebal tengah menunjuk ke arah kamera. Setelah itu videonya selesai.

"Video palsu yang lumayan keren. Tapi tidak terlihat elemen Ninja sama sekali" komen Ittoki, sedikit takjub.

"Itu asli" sahut Reiha.

"Heh? Tapi ini biasanya beredar di internet bukan?" Ittoki mempertanyakan keaslian video tersebut.

"Oleh karena itu, tidak ada yang berpikir bahwa itu asli. Sekolah itu berada di tempat yang tak diketahui orang. Bahkan Ninja selain siswa dilarang masuk. Disana ada asrama juga, jadi anda bisa hidup dengan aman. Selain itu, sekolah ini juga dikelola oleh Annin. Inilah tempat paling aman untuk anda " jawab Reiha.

"Annin?" Beo Ittoki.

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

"Silahkan dicoba Iga Manju-nya! Ini adalah oleh-oleh khas Iga!" Beralih ke toko milik Yumika, nampak kepala klan Iga itu sedang bekerja untuk mempromosikan barang-barangnya.

"Anda mau mencobanya?" Tawarnya pada dua orang pria bersetelan jas yang menghampirinya.

"Tidak perlu. Saya Ban, manajer penjualan dari perusahaan Koga Holdings," rupanya pria bersetelan jas itu adalah Housen bersama ajudannya. Yumika sontak menatap tajam padanya.

.

.

.

"Reiha-san, apa itu Annin yang kau sebut tadi?"

"Annin adalah badan keamanan nasional dan penanganan kasus ninjutsu. Ratusan tahun yang lalu, terjadi perang besar di dunia shinobi. Itu adalah sebuah tragedi yang menimpa seluruh desa Ninja baik yang besar maupun kecil. Sejak saat itu, sebuah badan dibentuk untuk mencegah konflik antar desa. Badan itulah yang bernama Annin," Reiha menutup penjelasannya.

.

.

.

Beralih ke toserba milik Yumika yang saat ini tengah didatangi oleh seorang eksekutif Koga.

"Kami tidak bisa tiba-tiba harus menaikkan harga, karena hubungan kami dengan Ninman Seika sudah lama," ujar Kozo, sedang berusaha bernegosiasi.

"Ninman Seika adalah anak perusahaan dari Koga Holdings, sepertinya ini sudah pernah disampaikan," balas Housen.

"Mengakuisisi mitra bisnis dengan menekan klan bukankah sudah melanggar kode etik ninja?" Kozo nampak tidak setuju.

"Annin telah membuat keputusan yang tidak tepat" balas Housen.

"Annin yang melakukannya?" Kozo terkejut.

"Saya mengerti. Kalau begitu kami akan melanjutkan bisnis dengan anda" begitu juga Yumika, namun ia dengan cepat langsung memakluminya.

"Yumika-sama..." Kozo memastikan apakah Yumika benar-benar yakin dengan keputusannya.

"Jika ini bisa membuat pekerjaan lebih mudah, kenapa tidak?" Ujar Yumika, seraya tersenyum.

"Kami harap bisa menjalin hubungan baik untuk ke depannya," ucap Housen.

"Sama-sama" balas Yumika.

Setelah negosiasi selesai, Housen bersama ajudannya beranjak pergi dari toko dan kembali ke dalam mobil. Di dalam mobil itu sudah menunggu seorang pemuda berambut merah maroon dengan alis kanannya yang terputus. "Tahan keinginan membunuhmu, Suzaku" ujar Housen pada pemuda itu.

"Aku sedang berusaha" balas si pemuda.

"Membunuh dari hati, adalah ninja sejati,"

"Aku mengerti, Tou-san"

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

"Besok kamu akan menjalani ujian ya?"

"Iya. Terima kasih. Ittadakimasu"

Beralih ke kediaman sederhana milik Yumika dan anaknya tinggal. Mereka sedang menikmati makan malam terakhir sebelum Ittoki pergi ke sekolah Ninjutsu Kokuten.

"Hari ini dagingnya sedikit lebih enak. Bagaimana rasanya?" Yumika memulai percakapan. Ittoki sempat terdiam untuk beberapa saat "Umm, cukup enak. Tapi, aku masih tidak menyangka akan masuk ke sekolah ninja," balasnya, beberapa saat kemudian.

"Benar. Tapi bila sudah seperti ini, jalani saja. Aku tahu kamu cemas, tapi kamu pasti bisa," balas Yumika.

"Ayah juga ninja, ya?" Ujar Ittoki, seraya menatap foto ayahnya. Yumika sontak menghentikan tangannya yang berniat mengambil daging dengan sumpit.

"Aku dengar ayah meninggal karena kecelakaan bukan? Apa itu karena dia ninja? Itukah sebabnya aku les sampai sekarang? Apa aku sungguh akan menjadi ninja?" Beragam pertanyaan Ittoki membuat Yumika mengeratkan giginya. Ia benci harus mengingat kenangan buruk tentang suaminya.

"Sudahlah, ayo makan selagi masih hangat," Yumika buru-buru mengalihkan topik pembicaraan.

.

.

.

"Selamat pagi" Ittoki tak ada waktu untuk bersantai lagi. Ia sudah ditunggu oleh Tokisada.

"Pagi juga, Ittoki. Lokasi ujiannya akan diumumkan tepat sebelum ujian, jadi tunggulah" balas Tokisada.

"Aku mengerti? Hmm? Naruto? Kau juga ikut?" Ittoki menatap bingung pada Naruto yang terlihat menunggu bersama Kousetsu. Kalau Kousetsu ia bisa paham, tapi Naruto?

"Ya, tentu saja aku ikut. Aku tidak bisa membiarkanmu untuk menikmati keseruannya, dattebayo! Menjadi Ninja? Sepertinya itu menyenangkan" balas Naruto.

"Eh? Dattebayo?" Ini pertama kalinya Ittoki mendengar trademark khas Naruto.

"Huh? Maaf-maaf, itu sudah jadi kebiasaanku. Saat aku merasa bersemangat, aku tanpa sadar sering mengucapkan kata itu" balas Naruto.

"Menjadi Ninja bukan untuk main-main, Naruto. Kau harus menanggapinya dengan serius" Kousetsu mengingatkan.

"Iya, aku tahu itu Kousetsu-chan. Kau itu terlalu kaku, bersantailah sedikit"

"Hm, terserah" Kousetsu membuang muka lalu masuk ke dalam mobil.

'Dia malah mengingatkanku pada Sasuke saat masih di akademi dulu. Sifat cuek dan dinginnya benar-benar sama persis' batinnya, sembari ikut masuk ke mobil.

.

"Hm? Ya, halo? Ada apa? Hah? Hahhh???!!!" Tokisada tiba-tiba menerima telpon lalu terkejut.

"Ada apa Ojii-san?" Tanya Ittoki.

"Lokasi ujian sudah diumumkan. Ayo pergi. Hah..." Tokisada menghela nafas pasrah lagi. Naruto, Ittoki dan Kousetsu sama-sama memasang wajah penasaran kenapa Tokisada jadi seperti itu.

.

.

.

Mereka menemukan jawabannya setelah melihat lokasi ujiannya yang diselenggarakan di sebuah pusat pelayanan area milik Koga.

"Ko-Koga?!" Ittoki tak habis pikir.

"Apakah lokasi ujiannya sengaja ditempatkan disini agar Koga bisa memantau Ittoki secara langsung?" Naruto beropini.

"Apa lagi? Dari dulu Koga selalu licik. Ya sudahlah. Pada dasarnya ninja itu pembunuh. Pesanku hanya satu, jangan mati" ujar Tokisada.

"Sampai sekarang aku sudah beberapa kali hampir mati. Lagipula, kenapa ninja suka bekerja di bidang pelayanan area?," tanya Ittoki.

"Karena dari dulu tempat seperti inilah informasi dan logistik selalu berkumpul. Itu masih dilakukan sampai sekarang jawab" Tokisada.

'Benar sekali. Pasar, pertokoan, dan tempat-tempat ramai lainnya selalu menjadi tempat para Ninja bertukar barang dan informasi,' batin Naruto, membenarkan pernyataan Tokisada.

"Dengar, kerahkan saja semua yang kau punya. Aku mengatakan ini karena kau yang paling memprihatinkan disini" Tokisada menyemangati Ittoki, menepuk punggungnya dengan keras.

"Hah? Aku? Lalu bagaimana dengan Naruto dan Kousetsu?"

"Untuk mereka berdua aku sama sekali tidak ragu. Kousetsu sudah terlatih dengan dasar-dasar ninja. Dan Naruto, meskipun dia tidak memiliki pengalaman tentang dasar-dasar ninja, tapi ia memiliki sesuatu yang lain yang bisa membuatnya lulus" balas Tokisada.

"Apa itu?"

"Kau akan mengetahuinya nanti. Ayo, cepat masuk. Kau sudah ditinggal oleh mereka berdua," ia menunjuk pada Naruto dan Kousetsu yang duluan masuk ke dalam.

"Eh? Naruto! Kousetsu! Tunggu aku!"

.

.

.

Suasana di dalam benar-benar ramai. Orang-orang masuk dan keluar silih berganti. Masuk membawa uang dan keluar membawa barang yang diinginkan. Selain itu, infrastruktur dari pusat pelayanan area milik Koga terlihat lebih maju dibanding milik Iga.

"Apa tidak ada yang mengarahkan kita?" Ittoki memandang sekeliling dengan bingung.

"Tanyakan bagian makanan Ninja pada penjaga toko" balas Kousetsu.

"Huh? Kalau kau sudah tahu kenapa kau tidak tanya sendiri saja?"

"Lakukan saja" Kousetsu bersikeras menyuruhnya.

"Sudah-sudah, biar aku saja" Naruto nimbrung. Lalu menghampiri salah satu karyawati yang sedang memeriksa barang di rak. "Permisi," sapa Naruto.

"Ya, ada yang bisa kubantu?"

"Dimana bagian makanan Ninja?" Raut wajah wanita itu sontak berubah tajam begitu pertanyaan tersebut keluar dari mulut Naruto. Mantan Hokage ketujuh itu langsung stand by bersiap merogoh kunai dari sakunya sebagai antisipasi. Namun tak terjadi apa-apa.

"Sebelah sini," karyawati itu mengarahkan mereka bertiga menuju sebuah lorong dibalik pintu otomatis.

"Silahkan tunggu di ujung lorong," lanjutnya.

"Terima kasih" ujar Naruto, kemudian masuk ke dalam.

"Apa kau yakin ini tempatnya?" Ittoki masih ragu.

"Waspadalah" sahut Kousetsu.

"Saat ini kita berada di wilayah musuh. Kita tidak tahu mereka bisa saja menjebak kita," Naruto menambahkan. Mereka bertiga terus berjalan sampai akhirnya menemukan sebuah ruangan berisi pemuda-pemudi berseragam sekolah yang berbeda-beda.

"Permisi" Naruto menyapa, namun tak ada satupun di antara mereka yang membalas sapaannya. Sementara Ittoki menelan ludahnya karena canggung.

'Mereka semua nampak tidak bersahabat' batinnya, seraya melangkah menuju kursi kosong. 'Terutama gadis berambut bob itu," lanjutnya seraya menatap gadis yang dimaksud yang duduk tepat di depan Ittoki.

.

Instruktur ujian akhirnya memasuki kelas pada pukul 2.37. Sebelum melaksanakan ujiannya, mereka akan briefing terlebih dahulu tentang ujian yang akan dihadapi.

"Karena semua sudah disini, ujian masuk Akademi Ninjutsu Kokuten akan dimulai sekarang. Ujiannya adalah sebuah permainan sederhana yaitu 'Petak Umpet'.

"Petak umpet?" Beo Ittoki.

"Ujian ini akan dilakukan oleh dua orang. Yakni yang bersembunyi dan yang mencari. Pertama-tama, yang bersembunyi akan pergi duluan dan bersembunyi di bagian area pelayanan. Setelah satu menit, saat si pencari bergerak maka ujian pun dimulai. Batas waktunya adalah 10 menit. Dalam durasi itu, jika yang bersembunyi tidak ditemukan maka ia dinyatakan lulus. Si pencari harus mencari calon yang lain dan menyentuhnya untuk bisa lulus. Ujian ini diawasi oleh CCTV. Jika ada pelanggaran, maka peserta akan didiskualifikasi. Yang bersembunyi akan diuji dengan kekuatan manipulasi, dan yang mencari akan diuji dengan kekuatan kepandaian" instruktur selesai dengan penjelasan mengenai ujian.

'Hmm, menarik. Yang bersembunyi akan diuntungkan karena bisa melakukan cara apapun untuk tidak ketahuan. Tapi disisi lain akan menjadi beban untuk yang mencari. Benar-benar simulasi yang mirip seperti kehidupan Ninja. Bersembunyi dari yang ada dan mencari yang tidak ada' batin Naruto.

.

"Baiklah, untuk peserta pertama. Kousetsu akan berperan sebagai pencari. Namikaze Naruto akan berperan sebagai yang bersembunyi," Instruktur memulai ujian dengan Kousetsu dan Naruto sebagai giliran pertama.

"Semoga berhasil, Kousetsu-chan" Naruto menyemangati gadis bermasker itu dengan sedikit ledekan.

"Hmph, aku akan menemukanmu dengan cepat dan lulus dari ujian ini" balas Kousetsu.

"Yah, itupun jika kau bisa" pintu pun terbuka, Naruto diminta oleh instruktur untuk bersembunyi. Setelah satu menit, Kousetsu akan bergerak untuk mencarinya.

.

"Dia tidak tahu aku pernah mem-prank satu desa. Berbuat curang jika tidak ketahuan maka tidak apa-apa bukan? Sama seperti ujian Chuunin dulu. Baiklah, mari kita coba apakah aku masih bisa menggunakan salah satu dari 3 Ninjutsu dasar" Naruto bergerak dan masuk ke toilet.

"Henge no Jutsu"

POFF

Wujud penyamaran yang ia pakai adalah wujud Sandaime Hokage, Sarutobi Hiruzen yang memakai nagajuban berwarna abu-abu.

"Woah, ternyata masih bisa. Maaf, aku memakai wujudmu Sandaime-jiichan." gumamnya, lalu keluar dari toilet sembari melihat jam tangannya. "Hmm, sudah lewat satu menit. Kousetsu-chan pasti sedang mencariku. Aha, itu dia" iris biru safirnya melihat sosok gadis manis bermasker itu sedang celingak-celinguk kesana kemari mencari keberadaannya.

.

"Dimana Naruto bersembunyi? Apa jangan-jangan ia keluar dari gedung ini? Tapi tidak ada pemberitahuan dari instruktur. Itu artinya ia masih ada di sekitar sini" gumam Kousetsu, seraya terus berkeliling mencari keberadaan Naruto.

"Pe-permisi...anak muda" suara seorang kakek tua mengalihkan perhatiannya. "Ya, ada apa Ojii-san?"

"Aku ingin tahu apakah susu untuk tulang ini masih bisa diminum atau sudah kadaluarsa. Tapi aku tidak bisa membaca tanggal expired-nya yang terlalu kecil" balas kakek tua itu seraya menyerahkan kotak susu di tangannya.

"Coba kulihat. Hmm, disini tertulis 31 Desember 2024. Susu ini masih layak dikonsumsi, Ojii-san" ucap Kousetsu, menyerahkan kembali kotak susu itu pada si kakek.

"Benarkah? Terima kasih anak muda. Kalau begitu aku akan ke kasir untuk membayarnya," kakek itu beranjak dengan tongkat sebagai alat bantu.

BRUKK

Namun baru dua langkah, tongkatnya terpeleset sehingga ia jatuh dan menyebabkan kotak susu di tangannya ikut jatuh dan berhamburan isinya yang berupa bubuk.

"Astaga! Kenapa malah jadi begini? Hah, uangku tidak cukup jika harus mengganti dan membeli yang baru," keluh si kakek.

"Ojii-san, anda tidak apa-apa?" Kousetsu membantu si kakek untuk berdiri.

"Aku tidak apa-apa anak muda. Hanya saja, susunya..."

"Biar aku yang menggantinya. Sekalian aku akan membelikan yang baru" Kousetsu menyela.

"Huh? Ti-tidak perlu anak muda. Gunakan saja uangmu untuk keperluanmu sendiri. Kau kesini sedang jalan-jalan bersama teman-temanmu bukan?" balas si kakek.

'Hehehe, ternyata aktingku bagus juga' rupanya Naruto-lah yang berada dibalik sosok si kakek.

"Tidak apa-apa Ojii-san. Aku bisa memakai uangku untukku sendiri lain kali. Mari kuantar untuk membeli yang baru," Kousetsu mengantar si kakek yang berwujud Sandaime Hokage itu ke rak yang berisi produk susu untuk tulang lalu ke kasir untuk mengganti yang jatuh tadi.

.

"Terima kasih anak muda. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana jika tadi tidak ada dirimu. Sekali lagi, terima kasih banyak" ucap si kakek.

"Sama-sama, Ojii-san. Senang bisa membantumu" balas Kousetsu.

"Kau sungguh ramah dan baik hati, anak muda. Siapapun pria yang menjadi kekasihmu nanti pasti akan sangat beruntung karena memiliki gadis seperti dirimu," kejadian langka pun terjadi tepat di depan mata kepala Naruto sendiri. Ya, Kousetsu tersipu malu dibalik wajahnya yang tertutup masker. Naruto bisa melihatnya melalui sorot matanya.

'Hmm, Kousetsu-chan kalau tersipu malu begini mengingatkanku pada Hinata dahulu,' batinnya, merasa gemas.

"Te-terima kasih Ojii-san. Ka-kalau begitu...aku permisi dulu..." Kousetsu menunduk lalu pamit undur diri.

"Ya, sama-sama anak muda. Hati-hati di jalan,"

.

.

.

Selesai dengan membantu kakek tua yang ingin membeli susu tulang, Kousetsu kembali ke tujuannya untuk mencari dimana Naruto berada. Tanpa sadar ia sudah menghabiskan waktu lebih dari 5 menit untuk membantu kakek tadi.

"Astaga, Naruto. Dimana kau bersembunyi? Ayolah, jangan membuatku kesulitan. Aku ingin lulus" gumam Kousetsu mulai frustrasi seraya menatap jam tangannya. "Sudah 8 menit, 2 menit lagi tesnya akan berakhir. Hahh... Sepertinya ia terlalu serius untuk menjalani ujian ini," lanjutnya.

Hingga 2 menit berlalu, Kousetsu tak kunjung menemukan Naruto. Itu artinya ia gagal dan harus menunggu peserta yang lain berperan sebagai yang bersembunyi.

TING

TING

TING

Alarm pada jam tangannya menjadi penanda bahwa telah berakhirnya tes untuk giliran pertama.

"Hahh, aku tidak percaya ini. Aku gagal menemukan seseorang yang sama sekali tidak punya pengalaman terhadap dasar-dasar Ninja?" Kousetsu jadi down.

GREPP

"Tidak apa-apa, Kousetsu-chan. Kau sudah berusaha dengan baik" perasaannya yang down membuat Kousetsu kehilangan fokus pada sekitarnya sehingga tak menyadari kehadiran Naruto yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Na-Naruto?!" Kousetsu terkejut, sekaligus tersipu di saat yang bersamaan karena ini pertama kalinya ia dipeluk oleh seorang pria dan ia tidak menunjukkan tanda-tanda penolakkan.

"Hehehe, aku menang" Naruto nyengir, seraya melepaskan pelukannya.

"Darimana saja kau? Aku kesulitan mencarimu tahu?!" Gadis bermasker itu sedikit marah.

"Dimana lagi? Sudah pasti aku bersembunyi tanpa kau ketahui. Aku juga melihatmu membantu kakek tua tadi. Selain itu, aku juga mendengar pembicaraanmu dengannya"

"K-kau mendengarnya?" Kousetsu menahan nafas.

"Ya, semuanya..." Naruto lalu mendekatkan wajahnya.

.

"Kalau bisa...aku ingin sekali menjadi pria yang dimaksud oleh kakek itu, Kousetsu-chan"

Kousetsu kembali tersipu malu sekaligus merinding mendengar lirihan Naruto yang menyapu telinganya. Mengetahui bahwa ia tidak bisa mengendalikan situasi, ia memilih minggat dari situ dan kembali ke ruang kelas untuk bersama peserta lain.

"Hehehe, langka sekali melihatnya seperti itu," gumam Naruto, melihat punggung Kousetsu yang melangkah menjauhinya.

.

"Dasar Naruto! Bisa-bisanya dia membuatku seperti ini!" Kousetsu menjerit dengan pelan.

.

.

.

"Berikutnya, giliran yang kedua. Yasukawa Meiko akan berperan sebagai yang bersembunyi. Sakuraba Ittoki akan berperan sebagai yang mencari" Instruktur beralih ke giliran yang kedua.

"Ya, salam kenal" gadis misterius berambut bob tadi memperkenalkan dirinya pada Ittoki.

"Ya, sa-salam kenal jug-hah?!" Ittoki melebarkan matanya begitu gadis bernama Meiko itu mengangkat kepala dan memperlihatkan wajahnya. Rupanya gadis itu adalah mantan pacarnya, Tsubaki Satomi yang saat ini memakai wig.

"Kita lakukan yang terbaik, ya? Sakuraba-senpai" Satomi menyeringai lebar.

'Mu-mustahil! Bagaimana dia bisa ada disini?!' Sekarang Ittoki benar-benar takut dan tidak tahu harus berbuat apa.

Satomi keluar dan bergerak untuk mencari tempat sembunyi, menunggu satu menit bagi Ittoki untuk mencarinya.

"Sakuraba Ittoki, ujiannya dimulai"

"Ah, iya" dengan perasaan nervous dan takut yang menjadi satu, Ittoki melangkah perlahan menyusuri area servis milik Koga yang begitu luas.

"Kenapa? Bagaimana ini? Bagaimana ini?" Gumamnya, tak menyadari seorang karyawan sedang bergerak dari belakang dengan pisau di tangan.

GREP

"Maaf, aku ambil ini ya?" Karyawan itu tiba-tiba ditarik dan dicekik oleh seseorang, dan itu adalah Tokisada.

"Shura no Tokisada! Urgh...!"

"Ya, benar sekali!" Tokisada mengencangkan cekikannya sampai membuat karyawan Koga tersebut pingsan. "Hoi hoi, jangan tidur di saat seperti ini. Kau terlalu bekerja keras" ia beralibi seolah-olah membantu karyawan itu untuk berjalan dan pergi dari situ.

Sementara itu, Ittoki terus berjalan hingga keluar dan berhenti di depan sebuah penyimpanan majalah.

"Ini gawat! Ini gawat!" perasaan takut dan gugup itu masih tetap ada. Sampai pada akhirnya seseorang misterius berhoodie pink dan bertopi mendatanginya. "Kousetsu?"

"Diam dan dengarkan. Jika mereka tahu aku membantumu, kita berdua akan didiskualifikasi," bisiknya

"Kousetsu, Tsubaki-"

"Tidak hanya itu, para Ninja Koga telah menyusup kemari dan mereka semua mengincarmu,"

"Kalau begitu, aku harus pergi dari sini!"

"Jika kau lari, kau akan didiskualifikasi dan tidak akan diterima di akademi"

"Dalam kondisi seperti inipun aku masih harus menjalani tesnya?!"

"Aku dan Ojii-san akan mengurus mereka, tapi kami belum tahu darimana arah datangnya mereka"

"Eh? Hanya kau dan Ojii-san saja? Bagaimana dengan Naruto?"

"Hahh... dia ada di toilet. Tapi dia juga ikut membantu. Tetaplah waspada"

SYUT

CLANK

Kousetsu tiba-tiba mendorong Ittoki untuk menunduk seraya merogoh kunai untuk mementahkan sebuah kunai yang melesat mengarah ke punggungnya. Ia bisa melihat seseorang berkostum Ninja tengah memantau mereka berdua dari jauh, lalu menghilang di depan mata.

"Kagerou tipe tiga?" Kousetsu sedikit terkejut.

"Huh?"

"Dia menggunakan Pendekatan Kuantum dan Metamaterial 3 Dimensi" penjelasan Kousetsu semakin membuatnya tak mengerti.

"Apa?"

"Itu artinya, kamuflase aktif. Lupakan saja, pokoknya kau harus lulus ujian ini" Kousetsu beranjak pergi untuk mengejar Ninja tadi.

"I-itu mustahil!" Ittoki kembali pesimis, tetapi ia ingat bahwa ia harus melakukan ini demi ibunya. 'Tahan dan bersabarlah. Untuk saat ini, aku harus tetap bertahan hidup. Demi Okaa-san!'

.

.

.

"Hahaha, rasanya menyenangkan sekali bisa mengerjai Kousetsu-chan seperti tadi. Selain itu, dia lucu juga kalau tersipu malu. Benar-benar menggemaskan" seperti yang Kousetsu katakan diatas, Naruto sedang sibuk di toilet. Di tengah-tengah keheningan dan kedamaian dalam membuang tinja, ia mendengar sayup-sayup pembicaraan dari luar.

"Bagaimana? Apa komando Satomi kali ini?"

"Dia menyuruh kita untuk menunggu selagi dia mengarahkan pewaris Iga itu menuju kesini. Setelah itu kita akan langsung membunuhnya"

.

"Hei! Jangan berisik! Aku sedang fokus mengeluarkan tinjaku yang dari tadi susah keluar!" Seru Naruto dari dalam, padahal sebenarnya ia sedang bersiap untuk melakukan serangan kejutan. 'Jebakan tikus ya? Mereka cerdik juga'

"Ah, kami minta maa-"

BRUAAGHH

BUMMM

Belum sempat Ninja Koga itu menyelesaikan ucapannya, ia harus tumbang lebih dulu usai Naruto menendang pintu toilet hingga copot lalu meluncur keras dan mengantarkannya hingga menghantam tembok.

"Maaf, aku kelepasan" Naruto nyengir tanpa dosa.

"Siapa kau?!" 3 orang Ninja Koga yang tersisa langsung memakai kostum.

"Namaku Namikaze Naruto, dan aku akan menjadi Ninja nomor satu di Jepang dattebayo! Ayo maju kalian, kecoa-kecoa Koga!" Tantangnya, sembari memasang kuda-kuda Goken.

"Bocah tengik! Matilah kau!" Tanpa pikir panjang mereka berenam langsung menyerbu Naruto.

"Heh, apakah Koga hanya bisa menyerang secara langsung tanpa rencana? Kalau cuma itu aku juga bisa dattebayo! Konoha Senpuu!"

DHUAGH

DHUAGH

DHUAGH

"Aaarghhh...!" Naruto memberikan tendangan 360 derajat sebanyak 3 kali pada mereka dalam sekali jalan.

'Beruntung aku pernah menjalani latihan menjadi monster hijau bersama Duo Alis Tebal itu. Jadinya aku bisa tahu gerakan-gerakan Taijutsu mereka'

"Astaga, apakah Ninja Koga benar-benar selemah ini? Katanya kalian desa yang terkenal kuat? Ternyata rumor yang beredar itu cuma hoax semata. Ya sudah, aku pergi dulu. Aku tidak bisa membiarkan sahabatku menghadapi wanita gila itu sendirian" Naruto berjalan santai melewati tumpukan tubuh para Ninja Koga yang tergeletak di lantai.

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Sementara itu, Kousetsu tengah berhadapan dengan Satomi di dalam gudang penyimpanan.

"Terima kasih sudah datang. Apa kau sadar kau sedang terpojok?" ujarnya seraya memutar kunai di tangan, menampakkan diri dari kamuflase.

"Apa maksudmu?" Balas Kousetsu datar.

"Jangan sombong!" Satomi merangsek maju. Kousetsu langsung memakai kostumnya.

SLASH

DUGH

SLASH

DHUAGH

Satomi mencoba menebas kepalanya dengan kunai, namun Kousetsu dengan reflek cepatnya mampu menghindar lalu membalas dengan serangan lutut ke perut dilanjutkan dengan tendangan lurus hingga menghantarkannya cukup jauh. Satomi melangkah mundur untuk masuk lebih jauh ke dalam gudang. Tanpa pikir panjang, Kousetsu mengejarnya.

WUSH

SLASH

Satomi tiba-tiba menampakkan diri dari kamuflase dan kembali berusaha menebas Kousetsu dengan kunai. Akan tetapi Kousetsu masih bisa menghindarinya dengan berguling ke depan.

"Huh, dasar bodoh!" Dua orang Ninja tiba-tiba mengepungnya dari depan dan belakang. Sementara Satomi kembali menghilang dalam kamuflase lalu pergi dari situ untuk memburu Ittoki.

.

"Ketemu kau" ia menemukan Ittoki sedang berdiri di depan sebuah rak makanan. Tanpa basa-basi, Satomi bergerak melompati rak-rak barang menuju ke arahnya.

"Kebakaran!" Ittoki tiba-tiba menekan alarm kebakaran seraya berbalik sambil menyemprotkan pemadam api. Orang-orang yang berada di sekitar situ langsung menjerit ketakutan dan lari berhamburan keluar.

WHOOSH

Setelah itu ia menyalakan api di dekat alat pendeteksi kebakaran sehingga menyebabkan air menyemprot dari langit-langit. Hal itu berujung pada terbongkarnya kamuflase Satomi.

"Di sana kau rupanya!" Ia bisa melihat dengan jelas Satomi tengah berdiri beberapa meter di depannya

"Sakuraba Ittoki!" Satomi bergerak cepat dengan kunai di tangannya. Berniat untuk menuntaskan misinya yang belum selesai, yaitu membunuh Ittoki selaku pewaris Klan Iga.

"Matilah!"

TAP

TAP

TAP

WUSH

"Maaf nona. Waktu bermain sudah habis!" Naruto berlari sangat cepat, melindungi Ittoki di belakangnya lalu memasang kuda-kuda Taijutsu khas dari klan istrinya.

"Naruto?!" Ittoki terkejut.

"Apa?!" Satomi melebarkan matanya.

'Beruntung Hinata, Tou-san, dan Hanabi sempat mengajariku Taijutsu mereka. Sangat berguna di saat seperti ini. Jika aku menggunakan Goken, akan sangat berbahaya,' Naruto memasang jari telunjuk dan tengah.

"Jūken!"

TOKK

"Aaarghhhh!" Dua jari tersebut mendarat tepat di perut Satomi dan menyebabkannya memuntahkan darah segar. Walaupun sudah memakai kostum, serangan Naruto tetap bisa menembusnya.

BRUKKK

"Aaarghh! Sakit! A-apa yang kau lakukan padaku!" Satomi merintih kesakitan sembari memegangi perutnya.

"Tidak perlu khawatir. Efeknya akan berlangsung selama 3 menit saja, setelah itu perutmu akan baik-baik saja," balas Naruto. Untung saja dia hanya menyerang satu tenketsu atau titik energi dari tubuh Satomi. Jika dia menyerang semuanya yang berjumlah 64, ia pasti akan langsung lumpuh sementara.

"Yosh, waktunya pergi dari sini" tanpa pamit pada Ittoki, Naruto main minggat begitu saja. Beberapa saat kemudian, datanglah Ninja pengawas yang langsung meringkus Satomi.

"Sial! Lepaskan aku! Sakuraba Ittoki! Aku pasti akan membunuhmu!" Para ninja pengawas segera membawanya pergi sebelum ia lebih banyak bacot lagi.

"Tunggu! Setidaknya biarkan aku menyentuhnya dulu!"

"Ujiannya sudah selesai. Saat semprotan airnya menyala, batas waktunya sudah habis," intstruktur ujian mendatanginya.

"Benarkah?" Ittoki mengecek ponselnya, dan benar saja waktu sudah menunjukkan waktu pukul 3.05. Ia mulai dari pukul 2.55.

"Kenapa kau melakukan ini? Ada banyak cara untuk menanggulangi kamuflase. Sebagai seorang Ninja, kau harus sebisa mungkin menghindari tindakan yang mencolok" tegur si instruktur.

"Aku tak ingin ada orang lain yang terlibat masalah ini. Kupikir jika aku melakukan itu, aku bisa mengevakuasi orang lain," balasnya menundukkan wajah.

"Hahhh, ya sudah. Kau kembalilah. Kami akan mempertimbangkan kejadian ini"

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

Waktu berlanjut ke sore hari. Ujiannya telah selesai. Naruto berhasil lulus setelah Kousetsu tidak mampu menemukannya. Kousetsu sendiri berhasil lulus setelah bisa menemukan peserta lain.

Mereka menunggu di dalam mobil milik Tokisada yang terparkir di halaman parkir area pelayanan milik Koga.

"Umm, ramen memang yang terbaik dattebayo!" Naruto menyeruput ramen instan dengan lahap. Sementara Ittoki dan Kousetsu memilih kotak bento sebagai konsumsi mereka, sedari tadi mereka belum makan siang.

"Kalian sudah berjuang dengan baik. Maka dari itu, aku mentraktir kalian makanan. Nikmatilah, tapi apa boleh buat. Kita belum tahu keputusan mereka untuk Ittoki. Kemungkinan besar gagal" ujar Tokisada.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Ittoki lesu.

"Bersembunyi sampai ujian yang selanjutnya," jawab Tokisada.

"Dimana?" Tanya Ittoki lagi.

"Desa Iga memiliki pulau tak berpenghuni tanpa infrastruktur. Jaraknya 4 hari jika naik kapal,"

"Tidak mau!" Potongnya tiba-tiba.

"Bukankah itu menyenangkan. Kau bisa bersantai untuk sementara. Sebentar, ada telpon,"

"Aku benci ini" Ittoki tertunduk lemas.

"Mungkin barang-barang yang terkena air akan dimintai ganti rugi" sahut Kousetsu.

"Hm, Yumika-san pasti akan marah padamu saat melihat tagihannya. Mungkin totalnya sama dengan penghasilan toko Iga selama satu bulan. Apalagi jika kulihat-lihat, barang-barang milik Koga semuanya berkualitas tinggi" gumam Naruto, bermaksud untuk menakut-nakuti.

"Yang benar saja! Jangan menakut-nakutiku Naruto! Aku tidak bisa membayangkan wajah Okaa-san jika marah padaku" balas Ittoki, semakin tertunduk lemas.

"Hahhh??!! Ya...terima kasih" Suara Tokisada mengejutkan mereka bertiga.

"Ada apa, Ojii-san?" Ittoki penasaran.

"Kau lulus" jawabnya singkat

"Hah?"

"Ya begitulah, aku juga tidak mengerti. Bekerja keraslah dan jadilah seorang Ninja," Tokisada memberi ucapan selamat. Tapi Ittoki masih bingung menanggapinya bagaimana.

.

.

.

Waktu berganti ke malam hari dengan latar tempat gedung pencakar langit milik Koga.

"Namaku Goshogawara, komandan dari Departemen Keamanan Nasional Penanggulangan Ninjutsu, Seksi 1. Tsubaki Satomi dan 6 orang lainnya telah ditahan atas tuduhan percobaan pembunuhan dan dugaan pelanggaran penggunaan peralatan Ninja," seorang pria bersetelan jas dan kacamata berhadapan dengan Ketua Delegasi Koga.

"Pertama-tama, atas nama desa kami aku meminta maaf," Kido bangkit dari kursinya lalu menundukkan kepala.

"Akan tetapi, 7 orang yang ditangkap hari ini telah menghilang sejak bulan lalu. Dan kami telah menetapkan status mereka sebagai Ninja Buron," Kido memperlihatkan sebuah gulungan yang berisi daftar nama-nama Ninja milik Koga. Disitu terlihat nama Tsubaki Satomi dicoret dengan darah.

"Akan tetapi, mereka tetaplah mantan ninja Koga. Sebagai pimpinan mereka, aku mengucapkan terima kasih sudah melaporkan ini," lanjutnya.

"Koga sering berbuat masalah akhir-akhir ini. Jika kalian berbuat ulah lagi. Koga harus bertanggung jawab" ujar Goshogawara dengan penekanan serius.

"Saya mengerti, ini tidak akan terulang lagi." Balas Kido.

"Baiklah. Permisi" Goshogawara pamit keluar dari gedung. Tepat sebelum ia masuk ke mobil, ia menerima telpon.

"Ya, Goshogawara disini. Hah? Apa maksudmu?"

.

.

.

"Cepat panggil ambulans!"

Tempat berganti ke sebuah penjara. Dimana pada salah satu sel, beberapa penjaga berkumpul di depan melihat kondisi salah satu tahanan. Ya, tahanan tersebut adalah Tsubaki yang tubuhnya tergeletak di atas lantai yang tergenang darah, serta matanya yang terbuka lebar.

.

.

.

The Ancient Shinobi

.

.

.

To Be Continued