"Kakashi, teh yang ayah bawa rasanya aneh."
Ah, minggu pagi berhujan. Tiga pria yang baru saja menyelesaikan sarapan mereka sekarang sedang duduk di ruang tengah dalam villa. Sibuk dengan urusan masing-masing, tiba-tiba saja Obito mulai mengeluh soal minuman yang ia buat sendiri.
Kakashi dan Genma hanya beranggapan itu biasa, karena Obito memang buruk dalam urusan dapur, bahkan dalam hal kecil seperti membuat teh atau kopi.
"Ada sensasi pedas menggigit, tapi lumayan enak sih." Uchiha itu menenggak lagi.
Lihat ? Teh yang dia bilang ada rasa pedasnya saja masih bisa dibilang enak.
Indra pengecapnya sudah tidak normal. Benak Genma dan Kakashi.
Tidak ambil pusing, Kakashi melanjutkan pekerjaannya fokus pada laptop, menyiapkan segala sesuatu untuk Genma pelajari nantinya. Sedangkan Genma, ia sibuk meng-copy foto-foto Kakashi saat dalam wujud serigala ke dalam laptop dan ponselnya, sambil sesekali memperhatikan Kakashi yang sedikit-sedikit bertanya.
"Lihat ? Remahan bubuk teh nya bahkan besar-besar. Aku baru lihat yang seperti ini."
Spontan kedua temannya saling tatap. Kejanggalan yang ini tidak bisa mereka abaikan. Dalam sekejap Genma merebut gelas teh Obito untuk melihat isinya— dan benar saja.
Genma sampai menepuk keningnya sendiri. "Astaga INI BUKAN REMAHAN TEH! INI SEMUT!"
"HAH ?"
Obito ongkek perlahan.
Genma tidak habis pikir bagaimana Kakashi bisa tahan berteman dengan Uchiha semacam Obito. Kakashi yang ditatap Genma sejak tadi tidak bereaksi. Ia hanya menghela napas ketika Genma meneriakkan isi teh tadi lalu menggelengkan kepala saat Obito berlari ke toilet untuk menuntaskan hasrat mualnya.
Sebenarnya, teh yang Sakumo bawa memang ingin dibuang sejak kemarin. Karena produk baru Hatake Corp. tersebut sudah mengandung gula dalam remahannya, jadilah semut-semut banyak merundungi hingga mati terjebak di dalam.
Salahkan Sakumo yang lupa menutup rapat toples teh itu.
Tapi, kini Sakumo tidak perlu memikirkannya lagi. Sebab semuanya sudah terbuang alami ke dalam perut Obito.
Beberapa menit berlalu, Kakashi mulai menjelaskan beberapa hal. Matanya tak lepas dari laptop saat bekerja, ia memang selalu begitu.
"Genma, bagian purchasing lebih diperhatikan tiap tengah bulan."
"Hmm"
"Procurement yang meminta tanda-tanganku nanti kau saja yang lakukan."
"Hmm"
"Kirim bagian Quality Control... di.. tiap cabang saat akhir bulan, jangan— lupa."
"Hmm"
"—Keuangan.. kau ... yang pegang semuanya."
"Hmm"
"Ck—" Sebenarnya dia memperhatikan atau tidak, sih ?
Kakashi geram. Sejak tadi ucapannya hanya direspon "hmm hmm" saja oleh pacarnya.
Lalu dengan perasaan kesal ia akhirnya melepas pandangannya dari laptop untuk melayangkan protes pada Genma. "Sebenarnya kau memp—"
DEG
Namun, Kakashi malah dibuat terkejut. Kecupan sayang mendarat di pipi Kakashi disertai tatapan lembut yang sanggup membungkamnya seketika.
"Aku mendengarkan. Aku memperhatikan semuanya." Genma tersenyum.
Siapa sangka ?
Seketika Kakashi merasa dihujani berbagai perasaan yang membuat hatinya terikat dan tidak mampu lagi melanjutkan kekesalannya. Wajahnya sedikit tersipu, Genma merasa tidak tahan sampai akhirnya kembali mencium pipi itu.
Kecupan ringan yang membekukan kesadarannya. Kakashi berpikir mungkin ini efek lama tidak bertemu.
"Hentikan"
Oh, manis sekali.
Pelan-pelan, Genma memajukan wajah. Mendekati bibir Kakashi yang tak lama lagi akan menempel dengan miliknya. Dalam rangkulan sebelah tangan, Kakashi yang terdiam mematung seperti ini tentu akan lebih manis saat ia kecup. "Kashi.."
"Ekhem!"
Sayangnya, hal ini harus ia urungkan sementara.
Obito sialan.
Karena interupsi mendadak tidak pernah gagal menghasut Kakashi untuk segera mendorong Genma.
Kakashi memang tidak pernah menolak segala perlakuan Shiranui itu. Tapi, dikejutkan saat mereka bermesraan begini, rasanya malu sekali!
"Maaf tenggorokanku gatal, mungkin karena teh tadi."
Dengan berat hati Genma melepas rangkulannya lalu kembali ke posisi semula. Ia kesal sekali. Makin ditahan, gemuruhnya tidak sabar minta disuarakan.
Namun ia terbelalak saat menoleh ke arah si Uchiha— karena Hatake Sakumo BERDIRI TEPAT DI SAMPINGNYA!
Oh, ia melihat seringai puas tercetak di wajah Obito begitu menyebalkan.
Rasanya seperti pembalasan dendam.
.
.
Satu jam berlalu. Di tengah rapat tidak formal ini, Kakashi menenggak ocha dinginnya. Mendengar suara es beradu saat gelas kembali diletakkan, rupanya berhasil menularkan rasa dingin ke dalam pikiran masing-masing tiga orang lainnya. Terbayang beku yang menjalar cepat, merambat ke syaraf, hingga membuat sakit kepala.
Brain freeze
Obito bahkan sampai bergidik.
Yah, karena suhu di villa tersebut masih di bawah 0 derajat, tidak aneh jika mereka merasa ngeri melihat Kakashi minum es dengan santai. Jaket yang mereka kenakan saja sampai dua lapis.
Kalau bukan demi Kakashi, mereka tidak akan mau melakukan semua ini.
Namun, hanya Genma yang tetap tersenyum tenang dalam rapat yang dinginnya tidak main-main. Karena di balik meja, tangan kanannya dan tangan kiri Kakashi saling bertaut. Berbagi sedikit kehangatan yang nyaris tidak ditemukan.
Kakashi hanya berusaha memperbaiki keadaan.
Sungguh, ia tidak ingin keadaan seperti ini.
"Jadi dalam sebulan terakhir peningkatannya hanya 0,8% ?"
"Ya, ayah." Obito menjawab. "Tapi tidak masalah, minggu ini peningkatannya akan terlihat."
Uchiha itu mengetuk-ngetuk meja dengan pulpen.
"Dalam seminggu ?" Ragu Kakashi.
"Cih, workaholic." Genma mendengus. Sementara Obito hanya menyeringai sambil mengamati isi laptopnya. Ia sudah pastikan tidak ada lagi hacker gila yang berusaha menjatuhkan perusahaan Uchiha.
"Baiklah. Genma, seperti yang ayah bilang kemarin, ada yang ingin ayah bicarakan."
Sakumo mengirim e-mail langsung ke tiga orang di sana, dan isi pesan elektronik tersebut membuat Kakashi dan Genma tercengang.
"Kita tidak akan menggabung dua perusahaan, tapi tiga. Ayah sudah menandatangani kontrak dengan Shiranui Corp."
Ya, isi email tadi memperlihatkan lembaran kontrak kerjasama dengan perusahaan Shiranui.
"Ayah, kau akan membuat Genma kesulitan!"
Kakashi tidak terima, mengurus dua perusahaan besar yang dijadikan satu saja sudah berat, sekarang, Genma malah akan mengurus tiga ?
"Tidak masalah Kakashi, aku tidak sendiri. Ada kau dan Obito. Kau tenang saja."
"Tapi tetap saja itu berlebihan!"
"Tidak apa, aku akan mengurus— tunggu, tunggu sebentar."
Genma baru menyadari. Jika Shiranui corp ikut bergabung, berarti ia akan kerja bersama tou-san nya juga ?
"Ayah, aku tidak mau berhubungan dengan tou-san!"
Ia menatap nanar ke laptopnya. Tulisan demi tulisan mulai dibaca ulang. "Arghh, kenapa harus Shiranui ? Kenapa.. tidak.. dengan yang lain saja ?"
Kakashi memutar bola mata, jengkel mendengar hal itu yang malah Genma khawatirkan.
Penolakan itu membawa senyum di wajah Sakumo.
"Kenapa harus Shiranui ?" Sakumo hanya tidak habis pikir. "Lalu, kenapa harus dengan perusahaan lain, nak ? Lagi pula, Shiranui juga perusahaanmu. Suatu saat nanti kau yang akan mengurusnya."
Genma bungkam.
"Dan lagi, tiap saat bertemu, tou-san mu selalu menanyai keadaanmu pada ayah."
Oh, Genma makin dibuat pusing.
Kakashi melirik Obito yang terlihat biasa-biasa saja. Tidak ada rasa bingung, terkejut, atau respon apapun sejak tadi.
"Kau sudah tahu ya ?"
Obito mengalihkan pandangannya ke Kakashi. "Tentu, Shiranui corp yang menyelesaikan kasus hacker kemarin." Ia tersenyum senang. "Dataku sudah kembali, bahkan lebih aman dari sebelumnya~"
"Hah.. karena 4 hari kemarin aku jadi tidak tahu apa-apa."
"Ayah harap kau bertemu dengan tou-san mu secepatnya." Hatake senior menutup laptopnya.
"Baiklah, itu saja. Kalian bisa bertanya pada ayah kapanpun. Atau pada Fugaku-san, atau juga Kizaru-san."
Ia pun pergi bersama laptop dan berkas-berkas pentingnya memasuki kamar. Lanjut meeting online. Ia sadar bekerja jarak jauh begini bukan keahliannya.
Meninggalkan Kakashi dan Genma yang memelas, juga Obito yang melanjutkan pekerjaannya.
.
.
Obito itu workaholic. Siang hari setelah makan siang ia langsung pamit pulang. "Ditanyai pegawai-pegawai kesayangan" katanya. Berbeda dengan Kakashi yang lebih suka bekerja sewajarnya, namun semua diselesaikan dengan cepat.
Karena yakin kondisi Kakashi sudah mulai pulih ke normal, Obito yakin memutuskan pulang. Ditambah sudah ada Genma, rasanya ia ingin cepat-cepat bertemu dengan ruang kerja kantornya saja.
Tiga hari kemudian.
Keadaan Kakashi sudah sepenuhnya kembali seperti biasa. Suhu ruangan sudah dinaikkan, tidak ada yang memakai jaket, daging-daging di kulkas pun mulai habis.
Sakumo pulang lebih dulu karena sekarang ia bisa lebih tenang. Ada Genma yang saat ini ia percaya untuk berada di sisi putranya lebih dari siapapun.
Keesokannya Genma dan Kakashi yang pulang. Menutup hari-hari dingin mereka bersama fakta yang terungkap. Meninggalkan villa yang akan dikunjungi kembali dalam kurun waktu yang tidak lama. Berharap, hati mereka menjadi lebih kuat, dan sanggup menopang satu sama lain dalam kerasnya dunia.
.
.
Saat ini, Kakashi sedang sibuk-sibuknya di kantor. Ayahnya tidak ada, meeting ke luar kota (lagi). Genma juga sudah kembali ke rutinitasnya ; memasak, di hotel ternama.
Namun malam ini Genma tidak akan pulang. Shiranui muda itu bilang ingin mengunjungi orang tuanya dulu, sekaligus menanyakan tou-san nya terkait urusan kemarin.
Genma tidak pernah akur dengan tou-san nya. Hal ini yang membuat Kakashi sedikit was-was ditengah kesibukannya.
Semoga tidak ada perkelahian fisik, Kami-sama.
Ia berdo'a ketiga kalinya.
Dan tiga detik kemudian ponselnya bergetar.
"Konnichiwa, anata."
Panggilan video.
"Yo"
"Kau belum makan siang ?"
Kakashi melirik jam di atas. Ah, sudah jam 2.15, pantas saja Genma menelepon. Ia lupa makan siangnya karena sibuk berkutat dengan berkas-berkas.
"Belum."
Ia mendengar Genma menghela napas. Handphone nya sejak tadi diletakkan berdiri menyandar, sementara tangan dan kepalanya fokus bekerja.
Yang penting wajahnya kelihatan di layar atau Genma akan marah.
"Yasudah, ayo makan."
Seketika Kakashi menoleh. "Kau belum makan juga ?"
Senyum di wajah Genma mengawali sebelum menjawab "aku juga sibuk di sini, banyak yang harus dibenahi selepas libur kemarin."
Akhirnya Kakashi mengambil bento nya. Merasa senang ia tetap di awasi meski sama-sama sibuk. Makan siang kali ini sedikit berbeda. Tapi tidak masalah, selama Genma masih memperhatikan.
"Aku akan pulang besok, jangan khawatir."
Kakashi langsung merengut. "Aku tidak memintamu pulang besok, aku memintamu tidak bertengkar dengan tou-san mu!"
Gelak tawa terdengar.
Nasi nya sudah hampir habis, tapi ia merasa malas sekali makan buah setelah ini.
"Tidak mungkin tidak ada pertengkaran saat aku pulang, Kakashi. Tapi aku janji tidak akan ada perkelahian fisik."
Itu cukup, menurut Kakashi. "Yasudah"
"Makan buahnya juga!"
Kakashi terjengat saat memasukkan kotak makannya. Ugh, ia sedang malas sekali makan buah.
Lalu senyum kecil beberapa saat setelah itu menandakan Genma telah berhasil membuat Kakashi menghabiskan buahnya.
"Nanti saat kau pulang, jangan lupa langsung kunci pintu kamar. Pakai rantaimu, buang kuncinya. Aku akan pulang pagi-pagi sekali besok."
Kakashi menyipitkan mata.
"Kenapa dibuang ?"
"Agar kau tidak kabur."
"Tch"
Rambut keperakkan Kakashi mencuat dan terlihat cukup berantakan. Ia mengusapnya kebalakang, hanya agar matanya tidak terhalang rambut.
Namun Genma merasa, suguhan di layar ponselnya bagai menggoda di waktu jarak jauh begini. "Hey, aku sedang jauh. Rapihkan yang benar, Kakashi."
Kakashi mengerti
"Maksudmu— seperti ini ?" Kakashi memiringkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya sedikit. Membuat rambut yang dirapihkannya kembali terurai dan ia selipkan ke belakang telinga.
Oh, betapa ia suka menggoda pacarnya begini. Lihat saja Genma sampai lupa menutup mulutnya.
Terakhir, Kakashi membuka dua kancing atas kemejanya. "Ugh, panas sekali"
"HEY!"
Kakashi tidak bisa menahan tawanya.
"AWAS SAJA NANTI MALAM A—"
"Nanti malam kau tidak akan pulang, ingat ?"
Siallllll
Genma mengerang frustasi.
.
.
"Huft"
Kakashi menghela napas.
Malam sudah hampir larut, namun ia belum bisa tidur. Biasanya ada Genma yang merengkuh tubuhnya dengan hangat hinga ia terlelap. Atau, jika sedang jauh, biasanya Genma akan menelepon atau melakukan panggilan video. Tapi sejak tadi pesan singkatnya bahkan belum dibalas.
Ia jadi khawatir.
Kemeja putih oversize-nya sedikit tergelincir di bahu kanan. Menghela napas, ia menariknya kembali dan memasang kancing dengan benar. Ia sengaja hanya memasang tiga kancing bawah karena memang seperti itu biasanya.
Dirinya tidak mau melakukan hal di luar kebiasaannya meski ia tahu malam ini tidak akan sama.
Ia menekuk lutut, memeluknya sebentar lalu mengamati rantai di kakinya. Belenggu itu berbisik tanya dalam gemerincingnya, seperti mengejek, seperti meledek.
"Kenapa memakaiku dengan tanganmu sendiri, Hatake-sama ?"
Ia mulai kesal dengan derik logam ini.
Tidak ada yang menarik untuk dilakukan jika tidak ada Genma. Tidak ada yang mengomel saat Kakashi membaca novel favoritnya sampai larut, tidak ada yang melarangnya turun dari kasur, tidak ada yang akan menariknya jika ia jauh sedikit saja dari jangkauan pria itu.
Ah, entah sejak kapan Kakashi merasa candu dengan posesif berlebihan Genma.
Awalnya memang menyebalkan sampai mereka bertengkar hebat. Saat itu ia kira jika dirinya menerima cinta Shiranui itu, tidak akan ada pembunuhan lagi.
Mengorbankan diri sendiri untuk kesalamatan semua orang, eh ?
Sayangnya begitu banyak hal yang tidak bisa ia terima. Dilarang bertemu dan berbicara dengan orang lain tanpa izin masih bisa ia kuatkan dalam hatinya. Tapi dikurung dalam kamar dan bahkan dirantai ?
Namun, sekarang ia malah tidak bisa dan tidak mau lepas dari Genma. Ingatan-ingatan awal perjalanan cinta mereka membuat senyum mengembang di wajahnya.
Hingga ia mendengar suara "tadaima" dari orang yang sedang ia pikirkan.
Tak lama, pintu kamar yang ia kunci terbuka, menampilkan seorang pria berambut coklat senada dengan bola matanya, serta berpakaian seragam khas chef yang masih melekat di tubuh.
Kakashi menatap bingung."Okaeri."
Genma tersenyum menanggapi, ia kemudian menutup pintu dan menguncinya kembali. "Tidak bisa tidur ? Merindukanku ya ?"
Pria itu mendekat dan menarik lembut dagu Kakashi.
"Iya"
Lalu tawa kecil terdengar dari si dominan. Ia mengecup singkat bibir Kakashi lalu melahapnya tiba-tiba. Mengulum bongkahan kenyal yang terasa begitu manis di mulutnya. Bermain dengan lidah si empunya dan dibalas kaku karena mendapat serangan mendadak.
Dua tangan Kakashi mendorong pelan dada kekasihnya. Setelahnya ciuman dilepas. "Baka."
Ia sedikit terengah.
Kepala bersurai peraknya dielus sayang oleh Genma. "Tidurlah, sudah larut."
Kakashi mencebik. Bagimana aku bisa tidur setelah yang dia lakukan.
Namun, ia mencoba tenang. Lagipula kepulangan Genma malam ini berbeda dengan yang telah mereka bicarakan.
Aku telah memasang rantaiku sendiri, aho!
Kakashi tidak suka memakai benda metalik itu dengan tangannya sendiri.
"Iya sudah larut, lalu kenapa pulang dan tidak jadi menginap ? Berkelahi lagi dengan tou-san mu ?"
"Tidak kok" Genma menjawab sambil mengganti pakaiannya, lalu merebahkan diri di samping Kakashi. Menarik tubuh ideal itu dan memeluknya terlalu erat.
"Genma GENMA! ARGHH AKU BISA MATI! LEPASKAN!" berontak Kakashi yang kesulitan bernapas.
"Tidak" ucap Genma santai.
"BAIKLAH-BAIKLAH! LONGGARKAN ACK—"
Akhirnya pelukan dilonggarkan, Kakashi bisa bernapas lega. "L-lalu kenapa ?
"Ah iya!" Netra hazel Genma menatap antusias, ada hal yang tidak sabar ingin ia sampaikan.
"Aku tidak jadi menginap. Aku sudah bicara dengan tou-san soal perusahaan dan ternyata ayah sendiri yang meminta penggabungan ini. Entahlah. Tapi, dia akhirnya merestuiku menjadi chef!"
"Yokatta .."
Kakashi senang mendengarnya, meskipun ia tahu pasti Genma sadar bahwa masanya menjadi chef hanya tersisa 3 bulan saja sebelum terjun 100% ke perusahaan.
"Tapi Genma, kau sungguh tidak bertengkar dengan tou-san mu kan ?"
"Aku bertengkar, selalu. Tapi tidak berkelahi dengannya. Tenanglah anata." Genma memberikan senyuman hangat, ia mengerti sekali Kakashi khawatir.
"Lalu kenapa tidak jadi menginap ?"
Dan senyum di wajah Genma semakin besar. "Karena, tou-san memintamu datang untuk makan malam bersama besok."
"A-APA ?"
Kakashi terbelalak. Ia benar-benar terkejut, sekaligus takut. "M-makan malam ? Keluarga ?"
Oke, mungkin takutnya bercampur dengan panik. Ia tidak pernah pengalaman soal makan malam di keluarga pacar. Dulu Hanare yatim piatu. Terlebih, dia ini laki-laki.
LA-KI-LA-KI.
Ia merasa aneh dan tidak tau harus berbuat apa. Yang paling parah, ia takut ditanyai soal hubungannya dengan Genma.
"K-kenapa ?"
Genma bingung. "Karena walau bagaimana pun nantinya kita akan menjadi keluarga, Kakashi. Kau kan pacarku."
DEG
"J-jadi .. jadi orang tuamu sudah tahu kita bersama ?"
"Kenapa kau terkejut begitu ? Mereka sudah tahu sejak awal."
Kakashi baru ingat dulu Genma pernah berkata 'Orang tuaku tahu aku gay dan nyawaku hampir melayang disabet CPU'.
Ia kira saat itu Genma hanya bergurau.
"Uh .."
"Kau kenapa ? Hm ? Tidak seperti biasanya." Ibu jari Genma mengelus sayang pipi Kakashi. Tak lupa senyuman selalu menghias di wajahnya.
"Aku— tidak Genma, aku— aku khawatir orang tuamu tidak setuju dengan hubungan kita. Bagaimana kalau ternyata alasan aku diminta datang adalah untuk mengakhiri hubungan ini ?"
Genma tidak mengerti kenapa Kakashi berpikir seperti itu. "Tidak akan."
Lalu sebuah kecupan lembut menempel di bibir Kakashi.
"Hh.."
Kakashi mengerti, tidak ada gunanya menduga-duga. Setidaknya ia percaya pada Genma. Kemudian ia merasa elusan tangan Genma di punggungnya benar-benar membuatnya nyaman. Menenangkan.
Setelahnya ia memilih menutup mata sebelum mengucap "oyasumi" dan menggulung diri dalam pelukan hangat sang kekasih hingga terlelap.
.
.
"Genma, kau yakin tidak akan ada apa-apa ? Lalu apa yang akan tou-san mu tanyakan ? Pasti ada sesuatu kan sampai-sampai aku diminta datang ?"
Kakashi sudah rapih di tepi kasur, duduk tidak tenang dengan kemeja putih dan vest rajut berwarna coklat yang ia kenakan.
Mendengarnya, Genma menghela napas sambil mengeringkan rambutnya. Ia tidak berniat menyisir, hanya dikeringkan saja.
"Tenanglah anata. Pak tua itu paling-paling hanya bertanya tentangku. Dia menyebalkan."
"Tentangmu ?"
"Iya, ayo pergi."
Meski sedikit tidak mengerti Kakashi mencoba menenangkan dirinya.
Setelah melepas rantai di kaki kiri Kakashi, mereka berdua turun sambil memastikan seluruh ruangan sudah terkunci. Hingga sampai di dalam mobil Genma terus meyakinkan Kakashi untuk tetap tenang.
Lembayung sore terhalang awan gelap. Langit jingga yang hangat rasanya tak berpendar penuh. Kakashi khawatir semua ini adalah pertanda buruk.
Apapun itu, mereka harus lebih dulu sampai sebelum hujan mengguyur.
"Kaa-sannn, kami datanggg~"
Jelas-jelas yang berdiri di depan pintu adalah Kizaru Shiranui, tou-san nya sendiri, tetapi si anak malah mengabaikan dan berteriak memanggil ibunya yang belum muncul.
Namun sang ayah tidak ambil pusing. Ia bersyukur Genma dan Kakashi sampai sebelum hujan.
"Ah, Genma, Kakashi-san, syukurlah kalian sudah datang. Ayo duduk, kaa-san masih menyiapkan makan malam, kalau butuh apa-apa anggap saja rumah sendiri." Shiranui Tera tersenyum hangat. Kakashi baru pertama kali melihat seorang ibu tersenyum seperti ini.
Mungkin ibuku juga akan tersenyum seperti itu jika masih hidup.
"Kakashi saja, Shiranui-san. Aku—"
"Kalau begitu kau juga harus memanggilku 'Kaa-san', Kakashi." Wanita itu tersenyum lagi. Entah kenapa ia merasa tersentuh.
"Ha'i"
Hatake itu tidak tahu perasaan apa yang menyentuhnya. Mungkin ia merindukan sosok seorang ibu ? Atau rasa lega karena seperti 'sudah' diterima calon mertua ? Entahlah. Pantulan bayang di cangkir tehnya tak menjawab sejak lima menit berlalu.
Sejak datang Genma mengikuti ibunya ke dapur. Kakashi sendirian di ruang tamu. Ia tidak minat mencoba sok akrab untuk mengambil hati kedua orang tua Genma.
Ia hanya merasa, canggung ; diperlakukan baik saja sudah syukur.
Sesaat kemudian Kizaru datang, duduk berseberangan dengan posisi Kakashi di sofa. Ah, ini dia. Ini kali pertama ia bertamu ke rumah keluarga pacar.
Kakashi nervous.
Seorang Kakashi ? Yang benar saja.
Lalu tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahunya. Kakashi refleks menoleh, dan mendapati Genma berdiri di belakangnya sambil membawa lauk yang ibunya masak. "Kau tegang sekali ?"
Genma kemudian melirik lelaki paruh baya yang duduk di hadapan Kakashi. "Kizaru—"
"'Tou-san', Genma." Kakashi dan Kizaru memperingati secara bersamaan.
"Ya ya, tou-san." Acuh, seperti biasa saat dengan tou-san nya. "Keran wastafel di sana rusak, lebih baik kau bantu kaa-san."
"Rusak ? Selama ini baik-baik saja."
Kakashi memperhatikan Shiranui yang lebih tua itu bergegas menuju dapur. Ia menghela napas. "Kau berbohong 'kan ?"
Dan benar saja, Genma tersenyum enteng tanpa rasa bersalah. Ia meletakkan lauk ke meja makan dan meminta Kakashi duduk di sana. Menunggu kaa-san dan tou-san selesai dari dapur.
Mereka duduk berdampingan. Meja makan oval yang biasanya hanya diisi dua orang kini akan bernuansa ramai. Menyisakan dua kursi yang akan ditempati Kizaru dan Tera Shiranui di depan mereka.
"Genma.."
Oh, Genma tidak tahan melihat Kakashi gelisah seperti ini.
Ia meraih dua tangan Kakashi dan mengecupnya masing-masing di punggung tangan. Mengantar impuls tersendiri yang malah membuat Kakashi merasa aneh.
Dua permata kelam Kakashi melihat bagaimana perlakuan Genma yang tidak pernah berubah. Berapa lama pun, di mana pun, juga— bagaimana pun situasinya, Genma akan selalu begitu.
Seperti seorang ksatria yang melindungi pangerannya.
"Maaf"
Ia menyadari ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan Genma. Selain tidak bisa menahan emosi di depan Obito, Genma juga akan kebingungan mengatasi dirinya yang sedang gelisah.
Hal itu jadi membuat Kakashi geli sendiri. Seharusnya ia tidak seperti ini, ia telah membuat Genma kesulitan.
Si surai coklat justru menatap heran. Untuk apa Kakashi minta maaf ?
"Aku yang akan menghadapi Kizaru jika dia bicara buruk tentangmu."
Perlahan, kegelisahan itu lenyap dari dalam dada Kakashi. Kedua matanya ditatap lembut oleh Shiranui itu.
Mungkin ia salah soal Genma yang kesulitan.
"'Tou-san', Genma."
.
.
TBC
.
.
Minna, maaf telat banget update nya. Masih ada kah yang menunggu fic ini ?
Salam hangat,
Aoi Hasegawa
