One Piece - Eiichiro Oda
Shanks x Buggy
.
.
Shanks tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia takjub, heran, khawatir dan anehnya juga senang. Dari semua respon yang bisa ia berikan, Shanks hanya terdiam. Melongo lebih tepatnya mencerna dan menetralkan pikirannya dari apa yang tengah ia lihat.
Buggy dengan wajah judesnya menggaruk belakang telinga. Ia tampak menikmati sekaligus kesal setelah beberapa garukan berhenti lalu ada keinginan untuk pergi menggaruknya lagi.
"Kau lihat kan? Katakan sesuatu!" Buggy memprotes Shanks yang hanya berdiri mematung seperti menikmati acara Buggy menggaruk belakang telinga.
"Buggy lidah."
"Ha??" Urat kesal muncul di pelipis Buggy, ia berasumsi pria berambut merah itu akan melakukan sesuatu yang aneh.
"Tunjukkan lidahmu, julurkan sebentar."
Buggy mengerjap, ia lantas menurut begitu saja dan menjulurkan lidahnya. Lucu juga saat melihat Buggy berusaha melihat lidah miliknya karena terhalang hidung merah. Ia memiringkan kepala ke kanan dan ke kiri tapi kemudian Shanks menarik lidah itu.
"Apa yang kau lakukan??!"
Shanks berhasil menahan tangan Buggy agar tidak mencakarnya dan merasakan permukaan kasar dari lidah Buggy. Tidak ada air liur yang menetes membuatnya penasaran sampai ke level yang membuat Buggy merah padam.
Shanks mendorong lidahnya sendiri ke dalam mulut Buggy, bergelung di dalam mengecapi permukaannya yang kasar.
"Mmmmh-"
Buggy susah payah mendorong tubuh Shanks untuk menjauh. Mulutnya basah oleh saliva pria itu yang terus tertelan olehnya. Sementara Shanks terlalu senang mendapati beberapa taring kecil di sudut-sudut mulut Buggy. Ia mendorong lebih jauh tubuhnya seakan lidah saja tidak cukup untuk menjelajah isi mulut si surai biru itu.
Buggy mengerang antara ucapan yang tertahan dan juga kesal atas sikap Shanks. Tubuhnya terus terdorong dan kakinya tak lagi bisa berpijak dengan benar. Eksplorasi mulut oleh lidah Shanks berhenti, Buggy jatuh terduduk di lantai dan si rambut merah yang usil berada di atasnya.
"Shanks kau gila. Lepaskan aku!!" Buggy berbalik tubuh hendak melarikan diri tapi ekor panjang bewarna biru dicekal dengan kuat. Buggy menjerit, memekik, meraung sejadi-jadinya tapi Shanks hanya menyeringai sambil menjilati sisa saliva di bibirnya.
"Buggy-chan~ ayo main~"
"Tidak! Tidak mau! Lepaskan aku Shanks!!" Percuma Buggy meronta bahkan mengerang marah kalau itu hanya terlihat seperti kucing birahi di mata Shanks. Semakin kuat Buggy menarik tubuhnya pangkal pinggul bagian belakangnya terasa seperti akan lepas. Ia mencakar lantai bertahan pada posisi dan tidak terbawa arus tarikan Shanks.
"Yosh, yosh, sekarang yang tenang ya~"
Seperti sihir saat Shanks menggaruk pangkal ekornya Buggy mendengkur. Ia spontan menaikkan pinggulnya bahkan ekornya tidak lagi meronta.
"Nnnh~ nnh~ shanks jangan di sana... "
Seperti undangan terbuka untuk Shanks melihat posisi Buggy saat ini. Garukan di pangkal ekor semakin giat, ujung jarinya semakin gemas dan lebih gemas lagi gigi Shanks yang mendarat di sana. Lidahnya tidak mau kalah ikut andil menyesapi sebagian kulit mulus dan sedikit berambut.
"Shh-ankss~" Suara protes Buggy tidak lebih dari desahan erotis. Ekornya sudah berdiri tegak, jika saja bagian bawah tubuh itu tidak tertutup celana, Shanks seperti bisa melihat akses masuk yang lebih mudah.
Jika tidak ada jalan patutnya ia membuat sendiri. Lidahnya menyusuri tulang belakang yang meliuk naik turun seperti bukit dan lembah. Bersamaan dengan menyibak kain putih polos yang dikenakan Buggy.
Tubuh Buggy menjadi lebih manja mendapat sentuhan dari Shanks. Tapi mulutnya tidak bisa berhenti meracau. Erangan bercampur dengan dengkuran dan suara dari dalam yang Buggy keluarkan.
"Buggy-chan kalau birahi berisik sekali eh?" Shanks berbisik tepat di telinga Buggy. Telinga berbulu yang posisinya pindah sedikit ke atas. Ia menangkup saat merasakan napas hangat dari Shanks. Menutup dan mulut usil Shanks gemas untuk menggigigitnya.
"H-haa?? Aku tidak- aku bukan a-ahn~ Shanks ... "
Buggy tidak bisa berucap lagi, Shanks sudah mendorong pinggulnya saat akses masuk sudah lama terbuka dan penisnya yang tidak bisa menahan erangan Buggy menemukan tempat yang nyaman di sana.
Lagi lagi seperti sihir, Buggy spontan menggerakan pinggulnya lantaran menunggu gerakan setelah hentakan masuk yang tak kunjung tiba.
"Imutnya~ tidak mau mengakui tapi tubuhmu bergerak sendiri. Dasar tsundere."
Shanks mengecup gemas pipi Buggy yang sudah semerah hidungnya. Telinganya begerak-gerak tanda ia sedang malu. Tapi tidak lama saat Shanks mulai serius di bawah sana Buggy hanya bisa mendesah nikmat.
END
