We Don't Even Know If There Will Be A Tomorrow For Us
.
.
Rated : M
Genre : Action, Drama, Zombie, Survival, Horror
.
.
Disclaimer
Naruto : Masashi Kishimoto
HighSchoolDxD : Ichie Ishibumi
Warning : Typo bertebaran
.
.
Para remaja yang tadi bergerak dengan kelompok besar kini sudah membaginya menjadi dua, saat ini tim yang berisikan tiga pria yaitu Shikamaru, Neji dan Sai tengah berjalan menuju area perumahan Ino serta Sakura, karena letak rumah mereka berdekatan.
Begitu mereka mulai memasuki wilayah tersebut tampak cukup banyak kekacauan di sana, dengan kaca-kaca jendela yang pecah, kemudian pintu rumah terbuka dengan lebar.
Ino sedikit berlari saat melihat rumahnya sudah terlihat di ujung sana, Sakur dan Hinata menyusul si gadis pirang di belakang. Sementara kedua pria yaitu Neji dan Shikamaru masih berjalan tenang, lalu kemana Sai ?, pria itu sudah berjalan sedikit lebih jauh di depan.
"Shikamaru, ada sesuatu yang menggangguku dari tadi ?" Neji berbicara setengah berbisik dan hanya bisa di dengar oleh orang disampingnya.
"Mengenai hal apa ?" Shikamaru memasukkan sebelah tangan ke dalam saku celana, namun walaupun begitu dia tetap dalam kewaspadaan tinggi jika sewaktu-waktu ada hal yang tidak diinginkan.
"Kenapa kau menyetujui Ino yang ingin kesini dan mencari orang tuanya ?, bukankah ini lebih berbahaya jika kita dan kelompok Naruto terpisah. Apalagi sekarang Naruto, Sasuke dan si wanita merah itu hanya bertiga saja" Neji melirik Shikamaru lewat ekor matanya.
"Sebenarnya aku juga tidak ingin melakukan ini, tapi demi mencegah perpecahan diantara kita maka aku harus memutuskannya" jawab si rambut nanas tanpa melirik bali Neji, namun ia malah mempercepat langkahnya demi menyusul yang lain.
Neji yang mendengar jawaban kurang memuaskan menurutnya itu hanya bisa menatap langkah Shikamaru yang berada di depannya, lalu pria muda keturunan Hyuuga itu juga mempercepat langkahnya demi bisa menyusul yang lain.
.
.
Di dalam rumah berukuran sedang itu tampak Ino dengan gerakan terburu-buru membuka pintu rumah dan menelusuri kediamannya itu, beberapa kali dia juga memanggil kedua orang tuanya. Namun saat semua ruangan sudah diobrak-abrik dia tidak dapat menemukan atau melihat tanda-tanda keberadaan orang tuanya.
Hinata dan Sakura yang dari tadi mengikuti si pirang akhirnya berhenti kala melihat gadis itu sudah duduk bersimpuh di kamar yang menurut mereka adalah milik orang tua Ino. Mereka berdua segera menghampirinya dan mencoba menghibur si pirang yang tengah berurai air mata karena tak menemukan tanda-tanda dari orang yang ia cari.
"Kita harus segera pergi dari sini, Shikamaru dan Neji sedang menunggu di luar" Sai masuk ke dalam ruangan yang terdapat tiga gadis tersebut, dia melihat ke arah Ino yang sedang menangis dan ingin menghiburnya tapi dia tidak memiliki ide bagaimana cara menghibur si pirang selain dengan terus berada di sampingnya dan melindunginya.
.
Ketiga gadis itu segera berdiri dan berjalan meninggalkan ruangan tadi, namun Ino sempat menatap dengan penuh harap di sana sebelum kemudian pintu tersebut ditutup.
Saat Sai dan ketiga gadis itu turun untuk berjalan mendekat ke arah pintu tampak di sana Shikamaru dan Neji seperti sedang memperhatikan sesuatu, keduanya berjongkok dan mengimtip dari balik dinding seakan mengetahui ada yang membahayakan dari arah depan.
"Ada apa ?" Hinata berucap dengan pelan namun masih bisa di dengar oleh mereka.
Neji menempelkan telunjuk di bibir seperti meminta mereka untuk tidak bersuara, mengerti dengan hal tersebut para gadis meneguk ludah dengan cukup kasar apalagi saat netra mereka melihat beberapa zombie yang berkeliaran di jalanan depan rumah Ino.
"Kita pergi lewat pintu belakang saja" si gadis pirang mengetahui cara bagaimana mereka bisa kabur tanpa harus berhadapan dengan para zombie di depan sana.
"Kita mundur perlahan, Shika" Neji yang masih tetap memperhatikan ke arah depan kini mulai berjalan mundur dan mencoba untuk tidak membuat suara.
Namun sayangnya ketika para remaja itu sudah bisa mundur sedikit demi sedikit, salah seorang dari mereka yaitu Hinata tak sengaja menendang kaki meja dan mengakibatkan suara deritan yang dapat di dengar oleh para zombie. Dengan gerakan gesit tampak para mantan manusia itu mulai berjalan mendekati sumber suara.
Merasakan bahaya semakin mendekat, Ino yang agak panik dengan terburu-buru membuka pintu belakangan dengan kasar dan malah menimbulkan suara yang makin membuat para zombie bergerak cepat.
"Lari... !" ucap Neji dan Shikamaru berbarengan.
Dengan langkah terbirit-birit, para remaja itu lari sekencang yang mereka bisa, apalagi dengan fakta bahwa mereka dikejar oleh beberapa zombie lainnya yang entah muncul dari mana.
Seolah tanpa tujuan mereka berlarian dengan berbelok dan memasuki beberapa gang kecil untuk bisa mengecoh para zombie dan untung saja hal itu berhasil.
"Sepertinya kita berhasil menghindari dan membuat mereka kehilangan jejak" Sai mengintip dari balik tembok dan melihat zombie-zombie yang tadi mengejar mereka kembali berprilaku seperti sebelumnya.
"Kita harus cepat pergi, berlama-lama di sini sama saja dengan cari mati" Neji berjalan lebih dulu lewat jalan di belakang mereka, walaupun jalan tersebut lebih sempit namun lebih aman jika dibandingkan lewat jalan yang lebih besar.
.
.
Beberapa saat berjalan kini mereka sudah tiba di dekat wilayah kediaman Hyuuga, dengan tak mengendurkan kewaspadaa para remaja itu mulai memasuki kompleks pemukiman dari seluruh klan tersebut.
"Aku yakin di dalam tidak ada siapapun, tapi ada yang harus aku ambil di sini" Neji berjalan lebih dulu memasuki pekarangan dari sebuah mansion besar yang terletak di tengah-tengah pemukiman itu.
Dengan terus berjalan penuh kewaspadaan Neji berada di depan diikuti Shikamaru dan para wanita, sedangkan Sai di paling belakang dengan beberapa kali dia terus melihat ke kiri dan kanan.
Hinata hanya bisa menatap dengan sedih bagaimana tempat tinggalnya sudah sangat sepi dan tak ada tanda-tanda kehidupan, dia tidak bisa memastikan apakah keluarga masih hidup atau tidak hanya saja dia terus berdoa semoga mereka semua selamat. Ketika sudah sampai di tempat yang Neji maksud, langsung saja pria gondrong itu mengambil sebuah katana bersarung hitam yang tersimpan di dalam ruangan tersebut.
"Kita kemari hanya untuk mengambil sebuah pedang ?, kenapa kita tidak langsung pergi dari sini dan menunggu yang lainnya di bukit" Ino menatap Neji tak percaya. Sedangkan pria yang dimaksud balik menatap si pirang dengan wajah bosan, "katana ini bisa melindungi nyawamu, dan apa kau lupa kalau alasan kita dibagi menjadi dua kelompok adalah karena kau yang menangis dan merengek padahal situasinya sangat membahayakan".
Mendengar penuturan Neji, Ino pun menggeram kesal. "Aku hanya khawatir pada kedua orang tuaku dan ingin mengetahui jika mereka masih hidup dan menjadi manusia, apakah kau tidak mengerti ?" bentak si pirang dengan emosi.
"Apa kau pikir kamu semua yang di sini tidak khawatir pada keluarga masing-masing hah ?, jangan menjadi orang naif Yamanaka. Shikamaru pada awalnya juga tidak mau menyetujui keinginanmu yang ingin pergi kemari hanya saja dia tidak ingin kita terpecah dan berjalan sendiri-sendiri yang ujungnya akan membuat masing-masing dari kita dalam bahaya, yang saat ini harus kau pikirkan bukankah keselamatan orang lain tapi dirimu" penuturan Neji menusuk dengan telak pada si gadis pirang.
"Sudahlah Neji, kita harus cepat pergi ke bukit dan bertemu dengan Naruto serta Sasuke di sana sebelum hari gelap" Shikamaru mendorong Neji supaya mulai berjalan.
Ino yang masih terdiam setelah mendengar penuturan dari Neji akhirnya kembali tersadar usai mendapatkan sentuhan di bahunya, ternyata pelaku hal tersebut adalah Sakura, "Neji benar, Ino. Jangan pikirkan orang lain tapi pikirkanlah dirimu sendiri, para pria memiliki beban jauh lebih berat dibandingkan kita jadi cobalah untuk tidak menghambat mereka lain kali".
Akhirnya setelah mendapatkan masukan dari dua orang sekaligus, Ino mulai kembali berjalan mengikuti yang lain, dia berjalan bersebelahan dengan Sai di paling belakang.
"Hei, Sai" suara Ino terdengar pelan di telinga pria yang berjalan tepat di sampingnya itu.
"Ya ?" dengan lembut si pria menjawab.
"Apa yang dikatakan oleh Neji dan Sakura itu benar ?, apa aku terlalu mementingkan keinginanku sendiri tanpa mempedulikan apakah kita dalam bahaya atau tidak ?".
Si pria tampak terdiam berpikir untuk menjawab pertanyaan dari gadis pirang itu, namun bagi Ino diamnya Sai sudah merupakan jawaban yang memperkuat semua perkataan dari Neji.
.
.
.
Beberapa saat terus berjalan tiba-tiba mereka semua mendengar sebuah jeritan dari persimpangan jalan di depan, dengan mengendap-endap para remaja itu berjalan maju untuk mengetahui apa yang terjadi.
Suara teriakan dan jeritan makin terdengar jelas kala mereka sudah makin mendekat, saat semuanya menyembulkan kepala dan mengintip apa yang terjadi, mata mereka membulat sempurna saat melihat seorang pria dan wanita serta anak kecil tengah dimangsa oleh para zombie yang berjumlah lebih dari delapan orang. Hinata hanya bisa menutup mulutnya sendiri kala tahu siapa yang sedang dimangsa oleh para makhluk aneh tersebut, dimana sang wanita adalah salah satu maid di rumahnya dan beberapa kali juga dia bermain dengan anak kecil yang sedang tak berdaya di sana.
"Cepat pergi !, tidak ada yang bisa kita lakukan" Shikamaru mengajak mereka untuk mundur dan mencari jalan lain, langkah para remaja itu cukup cepat hingga menimbulkan suara dan sepertinya bisa di dengar oleh zombie yang berada di sekitar mereka.
Zombie-zombie itu mulai bermunculan dari beberapa sudut dan persimpangan jalan hal yang tidak pernah para remaja itu bayangkan, saat ini mereka mulai berlarian dengan kencang bahkan harus melompati pagar juga supaya bisa kabur.
Makhluk yang tadinya mengejar mereka hanya belasan kini makin bertambah lebih banyak, mungkin dari suara berisik yang mereka dan para zombie timbulkan makin menarik perhatian zombie yang lain.
Bukannya bisa menjauh kini para remaja itu mulai bisa disusul oleh para zombie, jarak mereka bahkan tidak sampai dua meter dari zombie yang mengejar. Karena Neji lebih mengenal lingkungan di sekitar sana maka dialah yang memimpin kemana mereka akan berlari. Rupanya rute lari dari si Hyuuga muda itu bisa dibilang cukup sukses mengecoh para zombie sampai jumlah dari makhluk-makhluk itu hanya tinggal belasan.
Para remaja dengan gesit melewati sebuah gang sempit di wilayah pinggiran kompleks perumahan dan saat di depan mereka ada sebuah pintu gerbang berbentuk jaring Neji segera membukanya dengan paksa, demi mencegah dan memperlambat para zombie Neji segera memasang sebilah papan kayu untuk menahan pintu gerbang. Untungnya hal tersebut berhasil menghambat para zombie sehingga mereka semua bisa kabur dan menjauh.
.
"Kita langsung ke bukit dan bertemu dengan kelompok Sasuke di sana, ayo !. Hari sudah semakin sore" ucap Shikamaru kala Neji yang sudah datang menyusul mereka.
Keenam remaja itu mulai pergi dari sana dan menuju bukit dimana tempat pertemuan dengan kelompok Sasuke, mereka harus bergegas sampai di sana karena semburat jingga mulai menghiasi langit sebagai tanda hari tak lama lagi akan gelap.
.
.
.
Sementara itu Naruto beserta Sasuke dan tak lupa Rias, tengah berjalan menyusuri gang-gang kecil, mereka sebelumnya melewati jalan yang lebih besar namun begitu mengetahui banyaknya zombie di sana maka niat itu harus diurungkan.
"Apa rumahnya masih jauh ?" tanya Rias yang sedang berjalan di samping Naruto sambil matanya terus memperhatikan sekitar.
"Sebentar lagi... paling sekitar lima kilometer lagi"dengan enteng si pirang menjawab.
Mendapatkan jawaban dari Naruto membuat si gadis merah sedikit terkejut, karena menurutnya jarak segitu cukup jauh apalagi dengan berjalan kaki. Ditambah mereka harus bersiap juga jika suatu ketika dikejar-kejar oleh zombie.
"Jangan berbohong padanya dobe" Sasuke tiba-tiba berbicara tanpa melihat ke arah belakang dimana Naruto dan Rias berada.
Mereka bertiga melanjutkan perjalanan sampai akhirnya hampir tiba di rumah Sasuke, namun begitu ketiganya berada di pekarangan rumah mereka dapat mendengar ada suara pecahan suatu benda dari dalam rumah tersebut.
Naruto serta Sasuke langsung siaga, mereka berjalan melewati sisi sebelah kiri dari rumah besar tersebut untuk kemudian masuk melewati jendela.
Si pemuda Uchiha dengan gampangnya berhasil membuka jendela tersebut dan diikuti oleh kedua orang lainnya, sampai di dalam mereka dapat melihat keadaan seisi rumah yang hanya sedikit berantakan dan masih terkesan rapi namun itu tidak mengendurkan kewaspadaannya.
"Ini baru pertama kalinya aku datang kemari" Rias justru malah takjub melihat seisi rumah dari si pria Uchiha.
"Jangan lengah, teruslah waspada" ucap Sasuke yang mengetahui si gadis pirang yang baru kali pertama masuk ke rumahnya.
Dengan berjalan sangat pelan kini ketiganya menuju ke arah dapur yang dimana menurut Sasuke adalah tempat suara tadi berasal, saat mereka mendekati dapur tampak dengan jelas ada beberapa serpihan kaca yang bertebaran. Begitu ketiganya dapat dengan jelas mengetahui apa yang ada di sana. Terlihat ada sesosok mayat yang tergeletak dengan bersimbah darah serta terhimpit sebuah lemari besar, namun yang membuat mereka bergidik ngeri adalah dengan datangnya beberapa zombie dari arah pintu belakang dapur yang terbuka lebar.
"Kita salah datang kemari, ayo pergi !" bisik Sasuke dengan sangat pelan, ketiganya melangkah mundur dengan perlahan namun sepertinya suara berisik tadi bukan hanya membawa tiga remaja itu masuk ke rumah tapi juga dengan para zombie-zombie. Itu terbukti dengan mulai berdatangannya para makhluk tersebut dari arah pintu depan.
Melihat zombie yang datang dari dua arah membuat tiga remaja itu langsung berlari menuju jendela yang mereka gunakan untuk masuk tadi, para zombie pun mengejar mereka dengan berlarian juga.
Sasuke langsung meloncat melewati jendela yang terbuka itu lalu disusul dengan Rias tak lama kemudian setelah dibantu oleh Naruto, terakhir giliran si pirang yang meloncat. Dengan cepat mereka ingin segera pergi dari sana tapi lagi-lagi ada zombie yang menghadang yaitu sekitar lima sosok.
Merasa tak bisa mundur lagi karena ada zombie-zombie yang tadi mau tak mau Naruto dan Sasuke harus menghadapi mereka dan membuka celah supaya bisa kabur, kedua rumaha itu menerjang maju dan membuat makhluk yang menghalangi mereka itu terpukul mundur dan sebagian jatuh.
Naruto dan Sasuke berhasil membuat celah untuk kabur, tanpa buang waktu lagi mereka segera lari dari sana namun ketika berhasil melewati pekarangan rumah dan sampai di gerbang lagi-lagi ada zombie yang menerjang, bahkan berhasil membuat Sasuke serta Naruto terpojok.
Si pemuda pirang yang terjatuh dengan posisi telentang langsung diserang dari arah atas dengan zombie tersebut yang mencoba menggigitnya namun dapat si pirang tahan dengan terus mencoba menjauhkan wajah dari zombie menggunakan pedang kayu yang dia pegang, sedangkan Sasuke tak bisa menolong si pirang karena saat ini keadaannya juga dalam posisi terjepit. Jadi yang bisa menolong pria pirang itu hanya Rias, dan tampaknya wanita merah itu seperti ragu-ragu untuk menolong karena dia tidak cukup bodoh untuk melawan si zombie dengan tangan kosong.
Hal tersebut membuatnya berpikir sampai matanya melihat sebuah pot bunga dari bahan tanah liat yang tak jauh darinya, dengan penuh keragu-raguan dia mendekati si zombie yang tengah mencoba menggigit si pirang dan saat jaraknya sudah dekat Rias dengan sekuat tenaga melempar pot boga tersebut tepat di kepala zombie tersebut bahkan sampai membuat pot tersebut pecah.
Merasakan tekanan dari zombie yang menghimpitnya berkurang, Naruto langsung melontarkan tubuh zombie tersebut menggunakan kaki serta tangannya dan hal tersebut sukses.
Kala Naruto mencoba bangkit dan ingin menolong Sasuke, matanya melihat ada sesosok zombie yang mencoba menerkam Rias dari arah belakang, dengan refleks Naruto menarik kerah baju Rias dari arah depan dengan kencang sehingga membuat kancingnya copot. Dan karena tarikan Naruto yang tiba-tiba serta kuat membuat Rias yang dalam kondisi tidak siap pun terjerembab ke arah depan.
Rias yang tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Naruto sempat ingin protes namun begitu melihat ke arah si pirang tampak pria itu lagi-lagi terjebak dalam posisi seperti tadi dimana dia yang mencoba menahan terkaman zombie menggunakan pemukul.
"Rias-chan... larilah dan bersembunyi !" teriak Naruto dengan posisinya yang kian terdesak.
Merasa tak bisa membantu apapun kini si gadis Gremory yang tengah dalam posisi terduduk sedikit demi sedikit bergerak mundur, dia sangat ingin membantu namun apa daya senjata saja tidak punya apalagi keberaniannya juga masih setengah-setengah. Beberapa waktu lalu di sekolah dia baru saja kehilangan sahabatnya yaitu Akeno dan kini mungkin saja dia juga akan kehilangan pria yang disukainya itu di hari yang sama.
Ditengah dirinya yang sedang bergerak mundur tanpa sengaja tangan gadis itu seperti menyentuh sesuatu, dengan perlahan ia melihat ke arah belakang hal apakah yang dia sentuh. Mulutnya terbuka kala melihat seonggok tubuh zombie yang tadi dia hajar dengan pot bunga serta dilontarkan oleh Naruto.
Namun ditengah dirinya yang ngeri melihat mayat dari si zombie, netra berwarna blue green itu melihat sebilah pisau tertancap di punggung sang zombie. Secercah harapan terpancar dari si gadis Gremory, dengan tangan yang bergetar dia mencoba mencabut pisau tersebut. Karena tertancap cukup dalam akhirnya membuat Rias harus sedikit mengeluarkan tenaga lebih untuk mencabutnya.
Tangan yang masih terus bergetar tanpa henti kini dia berhasil mencabut pisau itu, berjalan dengan perlahan menuju Naruto dia mengincar bagian leher dari si zombie tapi keberaniannya lagi-lagi menciut melihat bagaimana ganasnya makhluk itu mencoba menggigit si pria pirang.
"Apa yang kau lakukan ?, cepatlah lari dan bersembunyi !" Naruto kembali berucap begitu mengetahui Rias mendekat.
Tanpa menjawab perintah Naruto kini gadis itu benar-benar sudah berada tak jauh dari zombie yang menghimpit si pemuda pirang, dengan penuh keberanian dia menusukkan pisau itu ke area belakang si zombie yaitu di sekitaran leher dan bahunya. Karena gerakan yang asal-asalan dia menikam dengan membabi buta dan terkesan tidak efektif sampai membuat zombie itu meraung-raung.
Naruto kini bisa membalikkan keadaan, dia mendorong balik si zombie dan langsung menghantamkan pedang kayunya sampai terbelah menjadi dua dan membuat zombie itu langsung mati. Si pirang yang baru saja menghabisi zombie kini berpindah melihat ke arah Rias. Yang pertama dia lihat adalah tubuh si gadis yang sedang bergetar hebat, matanya menatap kosong ke kedua tangannya yang memegang pisau berlumuran darah itu.
Dengan sigap Naruto menghampiri Rias dan mengambil pisau itu dari tangannya, "dengarkan aku... kau tidak melukai siapapun dan makhluk itu bukanlah manusia tetapi mayat hidup. Yang artinya dia sisi kemanusiaannya sudah mati jadi kau tidak melukai manusia" si pirang menepuk-nepuk pipi Rias dan mencoba menyadarkannya setelah ia mengalami guncangan karena menghujani zombie tadi dengan tikaman yang brutal.
Suara Naruto berhasil membuat Rias tersadar dari guncangan yang menimpanya, "ayo !, kita harus segera pergi" pria itu melepaskan kancing bajunya dan menyodorkan seragam sekolah itu pada Rias.
"Pakailah dan tutupi tubuhmu", seragam itu di terima Rias dan segera memakainya.
.
.
"Apa kalian baik-baik saja ?" Sasuke datang setelah berhasil mengalahkan zombie yang menyudutkannya tadi, wajahnya tampak penuh dengan keringat dan noda kotor.
"Kami baik-baik saja" timpal si pirang.
"Kalau begitu ayo, kurasa yang lain sudah sampai di bukit" pria berambut nyentrik itu mengajak kedua orang temannya untuk segera pergi, tampak saat Naruto melewati area pertarungan Sasuke dia dapat melihat ada beberapa tubuh zombie yang tergeletak di sana. Sepertinya sahabatnya itu berhasil mengalahkan cukup banyak zombie berbanding terbalik dengan dia yang hampir saja menjadi salah satu diantara makhluk-makhluk itu.
Dengan setengah berlari ketiga remaja itu segera pergi dari sana, Naruto yang berada di belakang Sasuke terus menggenggam tangan dari si gadis muda Gremory dan tak melepaskannya malah semakin erat dia menggenggam tangan tersebut. Di perjalanan telinga mereka beberapa kali dapat mendengar suara-suara dari orang yang diterkam atau diserang oleh zombie, ketiganya sadar diri jika yang terpenting adalah menyelamatkan nyawa mereka sendiri dan tak perlu mencoba menjadi pahlawan dengan menyelamatkan orang lain dan yang pada akhirnya membawa mereka pada bahaya.
.
.
Langit berwarna jingga mengiringi ketiga remaja itu yang tengah berlarian mencari lokasi aman, kaki mereka terus melangkah tak kenal lelah hingga akhirnya berhasil melewati kompleks perumahan dan tibalah mereka di kaki bukit.
"Sepertinya mereka belum sampai sini, tunggu di atas saja Sasuke". Naruto mengamati keadaan sekitar yang sepi dan tak ada tanda-tanda dari teman-teman yang lain sudah tiba.
Akhirnya para remaja tersebut berjalan menaiki bukit yang medannya masih berupa tanah dan tak ada tangga, namun karena jalan menuju ke atas cukup landai mereka bisa berjalan tanpa kesulitan hingga sampailah di bagian tengah bukit. Kebetulan area di sana ada bagian yang datar, sepertinya di area tersebut kerap digunakan untuk orang berkemah dan terdapat juga aliran air tak jauh dari posisi mereka.
Sasuke mendudukkan tubuhnya dan bersandar pada sebuah batang pohon, dia menutup matanya dengan perlahan dan mengatur deru nafasnya seperti orang yang sedang relaksasi.
Berbeda dengan Sasuke yang beristirahat tampak Naruto malah berjalan menuju sumber air bersama dengan Rias, mereka berdua membasuh bagian tubuh yang kotor karena noda darah apalagi tangan dari si gadis Gremory yang cukup banyak terdapat darah di sana. Setelah selesai mereka kembali dan beristirahat dengan duduk bersebelahan sambil bersender pada sebuah batu.
"Terima kasih untuk yang tadi Rias-chan, jika tanpamu mungkin saat ini nasibku berbeda" ujar pelan si pirang sambil melirik wajah dari gadis disampingnya.
"Ta-tapi... itu juga adalah karena kesalahanku. Jika saja aku tidak lengah maka kau tidak akan diserang untuk kedua kalinya dan..." raut wajah bersalah tampak terpancar dari si gadis Gremory sekaligus dia juga masih belum percaya atas apa yang dia perbuat tadi dengan menikam berkali-kali zombie yang menyerang Naruto, terlihat juga kedua telapak tangannya sedikit bergetar.
Dengan lembut Naruto menyentuh tangan Rias dan merengkuh tubuh si gadis serta memeluknya, "jangan dipikirkan soal yang tadi, mulai sekarang tetaplah berada di dekatku dan aku akan melindungimu sampai kita bisa selamat dari semua kekacauan ini".
"Janji ?" Rias menyodorkan mengangkat jari kelingking dan langsung disambut oleh Naruto dengan mengaitkan jarinya juga.
Setelah itu Rias langsung memeluk erat Naruto dan memejamkan matanya, kepalanya bersandar di dada si pirang sehingga dia bisa merasakan dengan cukup jelas degup jantung si pirang tak lupa tangan mereka saling tertaut satu sama lain.
.
.
.
Ditengah ketiganya sedang beristirahat rupanya secara samar-samar telinga mereka bisa mendengar ada suara yang mendekat ke arah dimana mereka berada.
Sasuke dan Naruto langsung memasang pose siaga sementara Rias berada di balik punggung si remaja pirang, suara langkah kaki itu makin mendekat dan akhirnya terlihatlah enam remaja yang ternyata merupakan teman-teman mereka.
"Ternyata benar, kalian ada di sini" ucap Shikamaru sambil berjalan mendekati Naruto serta Sasuke, mereka langsung saling memeluk satu sama lain karena bersyukur tidak ada yang satupun yang terluka.
"Sepertinya malam ini kita bermalam di sini saja, akan sangat membahayakan jika turun ke pemukiman karena si sana pasti banya zombie yang berkeliaran juga pasti tidak akan ada penerangan kecuali lampu jalanan itupun jika benda tersebut masih hidup" usul Neji.
"Aku sepemikiran denganmu" timpal si rambut nanas.
"Jika begitu maka kita harus mencari kayu bakar untuk menghangatkan udara nanti malam sekaligus penerangan" Naruto kali ini bersuara.
Para remaja itu melanjutkan rencana mereka yang sudah di susun yaitu mencari hal-hal yang bisa berguna untuk nanti malam.
.
.
.
Begitu mendapatkan semua yang mereka perlukan maka yang pertama kali dilakukan adalah dengan membuat tempat berlindung, mereka dengan pengetahuan seadanya mencoba membangun bivak yang terdiri dari ranting-ranting yang disusun seperti tenda dan sebagai alas serta atapnya mereka menggunakan dedaunan dengan diameter yang cukup besar. Akhirnya setelah sebisanya mereka bisa juga membangun bivak berukuran kecil sebanyak tiga buah.
Karena tadi mereka membagi tugas antara yang membuat tempat berteduh dengan yang lainnya maka semua urusan mereka sudah usai.
Para remaja itu beristirahat dengan duduk di dekat api untuk menghangatkan diri, ditengah suasana hening tersebut tiba-tiba terdengar suara bunyi dari perut seorang remaja pria berambut pirang. Sontak hal tersebut langsung membuat mereka semua terkekeh.
"Dasar bodoh" Sasuke menepuk jidatnya pelan.
"Ada-ada saja..." Neji mengambil tas yang dibawa oleh Hinata dan membukanya, "aku mengambil ini di mini market pas kita di stasiun bahan bakar" dia meletakkan tas tersebut di depan dan memperlihatkan beberapa bungkus roti dan makanan.
Masing-masing dari mereka segera mengambil makanan dari dalam tas tersebut dan langsung memakannya, dari dalam tas juga masih ada beberapa bungkus makanan yang tersisa.
.
.
Obrolan demi obrolan yang di dominasi menceritakan bagaimana pengalaman yang mereka alami saat berpisah tadi tak lupa menemani waktu makan mereka dan sedikit juga candaan dibuat untuk bisa sedikit mengurangi rasa lelah dan stress yang mereka alami setelah seharian berlari dan dalam adrenalin tinggi untuk bisa kabur serta menghindari zombie.
Ditengah senda gurau dan obrolan mereka tiba-tiba terdengar suara ranting pohon yang patah tak jauh dari arah belakang mereka, dengan panik para remaja wanita segera bergerak dan berlindung dengan para pria yang siap siaga dengan hal yang tak diinginkan bahkan Neji sudah mencabut pedangnya.
Namun yang datang ternyata adalah seorang pria berperawakan besar beserta seorang wanita yang kemungkinan adalah istrinya dan rupanya dapat dilihat perut wanita itu tampak buncit yang menandakan bahwa dia tengah hamil.
"Kami tidak ingin bertarung, kami hanya melihat sebuah cahaya dari sini dan menghampirinya" pria itu mengangkat sebelah tangannya karena sebelahnya lagu sedang dipegangi oleh sang istri.
Kewaspadaan dari para remaja itu sudah mengendur dan Neji juga kembali memasukkan pedangnya.
Akhirnya para remaja itu menerima keberadaan dua orang asing tersebut, bahkan mereka juga memberikan minum serta sisa makanan di dalam tas untuk dimakan oleh dua orang yang baru saja bergabung tersebut terutama pada si wanita.
.
.
Mereka berbincang-bincang dan berkenalan.
Hari pun makin larut, dan tampak beberapa dari mereka sudah ada yang mengantuk dan kelelahan setelah seharian berlari.
"Kita bagi kelompok untuk berjaga-jaga, karena sekarang pukul 11 malam maka kita akan tidur bergantian dan ini hanya berlaku untuk para pria saja. Jadi siapa yang ingin tidur lebih dulu ?" Shikamaru melihat ke arah para pria dan rupanya diputuskan yang akan lebih dulu untuk tidur adalah Naruto, Sai dan si pria yang baru datang tadi.
"Kami akan membangunkan kalian setelah empat jam, dan besok sekitar jam setengah delapan pagi kita akan turun dari bukit lalu pergi ke kota sebelah untuk melanjutkan perjalanan" tegas Shikamaru.
Para wanita langsung menuju bivak yang sudah dibangun dengan bivak pertama diisi oleh si wanita hamil, Sakura serta Ino. Sedangkan bivak kedua diisi oleh Rias dan Hinata karena ukurannya memang lebih kecil jika dibandingkan dua bivak lainnya sedangkan yang ketiga diisi oleh para pria yang mendapat jadwal tidur lebih dulu.
.
Waktu pun berlalu, ketiga remaja yang saat ini sedang berjaga tampak masih saling mengobrol satu sama lain untuk mengusir rasa bosan. Mereka berdiskusi mengenai langkah selanjutnya untuk besok dan akan menuju ke arah mana apalagi belum ada informasi mengenai tempat yang aman untuk di datangi.
"Apakah memang masih ada tempat aman di negara ini ?" Neji berbicara sendiri sambil memandang langit malam yang penuh dengan bintang-bintang karena memang tak ada sinar lampu dari kota sehingga pemandangan langit dapat dilihat dengan jelas.
"Semoga saja masih ada" Shikamaru melemparkan batangan kecil kayu ke arah api unggun.
.
Tak terasa waktu empat jam pun terlewati, tampak raut wajah lelah serta mengantuk sudah terpatri dari mereka. Sasuke mendekati bivak tempat ketiga pria lainnya tertidur dan membangunkan mereka untuk berganti giliran.
Dengan tak terlalu sulit akhirnya ketiga pria itu bangun dan segera keluar, sebelum itu mereka terlebih dahulu pergi mencuci wajah di aliran air yang memang berada tak jauh dari sana.
Kini tibalah giliran Naruto, Sai dan si pria besar yang berjaga, karena Sai adalah tipe orang pendiam jadinya Naruto dan si pria yang lebih banyak mengobrol. Mereka membicarakan berbagai macam hal dan keduanya cukup cocok juga dalam berbincang, hingga ketika sibuk mengobrol muncullah sebuah kepala merah dari dalam bivak dan bergerak menuju Naruto.
"Apa kami terlalu berisik sehingga kau bangun ?" Naruto menatap si gadis merah yang berjalan ke arahnya, lalu kepala merah itu langsung merebahkan diri di paha si pirang.
"Tidak... aku barusan bermimpi tentang yang terjadi tadi siang" Rias mencoba menyamankan kepalanya di paha Naruto dan mencoba memejamkan mata untuk kembali tidur.
"Kalau begitu tidurlah lagi, aku ada di sini" Naruto mengelus lembut kepala Rias, dia merapikan poni gadis itu yang tampak berantakan.
.
"Apa kalian berpacaran ?" pria berbadan besar itu bertanya pada Naruto yang masih mengelus kepala Rias yang tertidur di pangkuannya.
"Um tidak atau mungkin lebih tepatnya belum..." timpalnya sambil melihat ke arah api.
"Sepertinya kalian saling suka, kuharap kalian bisa terus bersama".
"Semoga..." Naruto kembali mengalihkan perhatiannya dengan kini memperhatikan raut wajah Rias yang memang sudah kembali tertidur.
Karena udara yang terasa semakin dingin Naruto membawa tubuh Rias untuk kembali dia tidurkan di dalam bivak dengan Hinata.
Saat ini udara segar pagi hari mulai terasa di kulit, ketiga pria itu dapat melihat dengan jelas semburat jingga mulai muncul di horizon yang menandakan tak lama lagi matahari akan segera menampakkan keagungannya. Api unggun yang dari semalam tak berhenti menyala pun kini sudah mulai mengecil.
"Aku ingin buang air kecil dulu, aku tak akan lama" Naruto pergi melipir ke arah bawah bukit untuk menunaikan hajatnya dan meninggalkan Sai dengan si pria besar.
.
Seperti yang di duga kini langit sudah mulai berubah warna dengan lebih terang jika dibandingkan beberapa saat yang lalu sebagai tanda hari sudah pagi, namun Naruto masih belum kembali padahal bilangnya hanya buang air kecil.
"Hey... si pirang itu lama sekali perginya, apa aku cari saja ?" pria itu berbicara pada Sai.
"Jangan... aku yakin sebentar lagi dia akan kembali".
Tak berselang lama kemudian datanglah Naruto, namun sepertinya dia tengah membawa sesuatu. "Wah aku tidak tahu kalau di bukit ini ada yang menanam kentang" si pirang menurunkan barang bawaannya, terlihat dia cukup banyak membawa kentang tersebut apalagi ukurannya juga besar-besar.
"Tapi bagaimana kau memasaknya Naruto ?" Sai mengambil satu buah dan melihatnya dengan seksama.
"Benar juga" Naruto tampak jadi bingung sendiri, "ehhh tunggu sebentar" remaja pirang itu tampak terburu-buru pergi meuju arah belakang bivak Hinata dan Rias berada.
Dia tampak mencari sesuatu dari sana dan wajahnya terlihat berseri kala berhasil menemukan apa yang ia cari dan segera membawanya.
"Aku menemukan ini, dan sepertinya ini milik orang-orang yang berkemah di sini tapi kelupaan untuk dibawa kembali" pria itu menunjukkan satu golong aluminium foil yang masih tampak bagus.
Dengan bersemangat Naruto membawa kentang-kentangnya menuju aliran air untuk dibersihkan dari tanah yang masih menempel, setelah selesai dia membungkus semua kentangnya satu persatu. Dia mengorek sisa-sisa bara dari api unggun dan meletakkan semua kentang di sana kemudian kembali di tutup dengan bara api supaya bisa matang.
"Tinggal kita tunggu sampai matang" Naruto menepuk kedua tangannya dan berkacak pinggang di depan bara api.
"Berapa lama ?" Sai tiba-tiba nyeletuk dan lagi-lagi membuat Naruto terdiam.
"Um... sampai matang pokoknya" Naruto memasang wajah bodoh.
.
.
Matahari yang sudah mulai muncul akhirnya berhasil membuat beberapa remaja yang masih tertidur untuk bangun satu persatu, mereka yang sudah bangun langsung pergi ke sumber air dan membasuh wajah. Tampak sebagian besar dari mereka sudah bangun dan tengah meregangkan tubuh serta menikmati udara segar dari rimbunnya pohon-pohon di sekitar mereka.
Naruto yang penasaran akan kentangnya mulai membuka salah satunya dan mencoba memakannya, walaupun masih panas dia memasukkan kentang tersebut ke dalam mulut dan dapat dia simpulkan bahwa kentangnya itu bisa dan sudah matang.
Dia memberikan pada yang lain sebagai sarapan sebelum sebentar lagi mereka akan turun ke sisi lain bukit yang langsung mengarah ke kota sebelah.
Sasuke dan kedua temannya juga tampak sudah bangun dan mencuci muka serta memakan makanan yang si pirang sediakan.
.
.
.
TBC
