Tap

Sasuke tersentak kaget saat merasakan benda dingin menempel di pipi mulusnya. "Tch." Mendengus kesal, ia pun menepis tangan pria yang dengan wajah tanpa dosanya terkekeh pelan melihat reaksi dirinya.

"Kau serius sekali, Teme. Ini, minumlah."

Masih dengan wajah kesalnya, Sasuke merebut kaleng minuman dingin yang tadi menempel di pipinya. "Sedang apa kau di sini?"

Namikaze Naruto, sahabat paling menyebalkannya sejak kecil. Sangat ambisius dan penuh dengan jiwa diplomatis. Saat ini sedang sibuk berkeliling dunia untuk menyebarkan visi perdamaiannya—to make a better place, kalau kata pria itu, mengutip lirik lagu sang legendaris Michael Jackson. Oleh karena itu, kehadirannya yang tiba-tiba ini cukup membuat Sasuke mengangkat alisnya bingung.

"Mengunjungimu?" jawab sahabat pirangnya itu sambil mengedikkan bahunya santai.

"Naruto..." ucap Sasuke lagi dengan nada penuh peringatan. "Bisa kau lihat sendiri, aku tidak ada waktu untuk mengurusi tingkah kekanakanmu."

Malam sudah larut dan Sasuke masih berada di ruang pribadinya yang bersebelahan dengan kantor utama Divisi Satu. Lihat, benar-benar sibuk, 'kan. Tidak ada orang lain lagi di sini selain dirinya yang masih sibuk berpikir sambil menatap tajam board besar penuh tulisan dan foto di hadapannya.

Tanpa menjawab pertanyaan Sasuke, Naruto berjalan mendekati board besar tersebut. Dilihatnya dengan seksama beberapa foto dan catatan-catatan kecil di sekelilingnya. Beberapa saat kemudian ia pun mengetukkan jarinya pelan pada salah seorang foto perempuan.

"Dia adik sepupuku."

"Huh?" Sasuke mengikuti arah pandang Naruto—Uzumaki Sara. "Hn. Jadi dia alasan sebenarnya kau di sini?"

Naruto sedikit menimbang jawabannya. "Ya dan tidak. Ya, karena kebetulan aku sedang pulang ke Konoha—dan tidak, kau 'kan temanku masa aku tidak boleh menemuimu?"

"Tch." Tidak puas dengan jawaban Naruto, Sasuke hanya mendecih sebal. Netranya masih terfokus pada foto Sara—perempuan berambut merah nyentrik yang Naruto sebut sebagai adik sepupunya tadi—dan berharap jika selembar kertas tersebut dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang mengganggunya belakangan ini.

Dari ekor matanya, Sasuke lalu melihat Naruto yang berjalan santai mengelilingi ruang kerjanya yang kecil itu. Tidak ada yang spesial di sini. Hanya lemari penuh buku di sebelah kiri dan arsip di sebelah kanan, lemari kecil lainnya di pojok ruangan yang berisi baju ganti, serta setumpuk berkas kasus di atas meja kerja minimalisnya. Dan selain alat tulis esensial yang ia simpan dalam sebuah kotak di sebelah berkas tadi, tidak ada barang lainnya yang menarik.

"Kau tahu 'kan jika berkas itu confidential?" ucap Sasuke saat sahabatnya itu mulai mengacak tumpukan berkas yang tadi sudah ia rapihkan.

"Huum."

"Tch." Sasuke berdecak kesal lagi. Ia lalu melihat sekilas jam dinding yang menujukkan hampir pukul sebelas malam. "Katakan apa alasan sebenarnya kau datang kesini malam-malam begini?"

Saat melihat Naruto berjalan mendekatinya, Sasuke pun menggeser sedikit posisi badannya yang tengah duduk di ujung depan meja kerjanya tadi. Memberikan ruang pada sahabatnya itu untuk mengambil posisi yang sama dengannya.

"Sara adalah gadis yatim piatu, orang tuanya meninggal saat dia masih kecil. Tapi dia tidak pernah bersedih karena keluarga Uzumaki sangat menyayanginya. Ia juga gadis yang baik dan ambisius, rencananya dia akan bergabung denganku di aliansi—itulah kenapa aku hari ini ada di Konoha. Kedatanganku memang sudah dijadwalkan. Tapi ternyata bukannya disambut dengan pelukan hangat aku malah disambut dengan berita kematiannya," ucap Naruto pelan sambil memandang sedih foto Sara yang menempel pada board di hadapannya.

"Sasuke, apakah dia benar-benar bunuh diri? Maksudku, dia cantik, pintar, seringkali menjadi duta di kampusnya, dan dia juga sangat disayang nenek. Aku—ah, aku masih tidak percaya."

Sasuke melirik sebentar sahabat pirangnya yang masih menatap sedih foto Sara. Ia bingung harus menjawab apa, karena sebenarnya ia juga ragu dengan dugaan bunuh diri pada kasus Sara. Ini adalah kasus pertamanya sebagai Deputi Divisi Satu di bawah Kakashi, dan ia langsung merasa jika ada sesuatu yang janggal—ya, anggaplah itu sebagai intuisi seorang detektif. Namun, ia juga belum bisa memastikan kebenaran intuisinya, sebab semua bukti memperlihatkan bahwa Sara memang bunuh diri.

"Copycat suicide."

"Huh?" Naruto memalingkan wajahnya dan menatap Sasuke bingung.

"Sara adalah kasus bunuh diri kedua di bulan ini. Tunggu—" Sasuke melambaikan tangannya menghentikan Naruto yang siap memotong penjelasannya, "—for your information, ini adalah kasus pertamaku di divisi ini. Pada saat kasus pertama terjadi, aku sedang dalam proses transfer—jadi, aku tidak terlalu terlibat di dalamnya. Tapi aku yakin ada yang aneh di sini. Hanya saja..."

Naruto mengangkat alisnya penasaran. "Hanya saja...?"

"Hanya saja semua bukti memperlihatkan kalau Sara memang bunuh diri. Terlalu jelas sehingga membuatku curiga," Sasuke mendesah berat. Ia pun menunduk dan mengacak helaian ravennya kasar.

"Jika kepolisian menganggap kalau kasus ini adalah copycat suicide, berarti kasus yang pertama juga sama seperti ini? Jadi, maksudmu Sara entah bagaimana terinspirasi untuk bunuh diri dengan cara yang sama dengan korban sebelumnya?" ucap Naruto sambil menganggukkan kepalanya pelan—berpikir.

"Hn."

"Tapi Sara tidak terlihat seperti orang depresi yang ingin bunuh diri? Maksudku, itu tidak harus selalu seperti itu. Tapi tidak ada keanehan sama sekali. Ia malah sangat bersemangat untuk segera bergabung dalam aliansi bersamaku."

"Tch, itulah kenapa kubilang jika ada yang aneh dari kasus ini." Sasuke lagi-lagi mendengus sebal. Pria itu kemudian berdiri dan berjalan mengambil mantel coklatnya yang digantung di sebelah lemari buku.

"Aku akan pergi ke bagian forensik sekarang, apa kau mau ikut?" ucapnya lagi seraya mengambil dompet dan kunci mobilnya dari dalam laci meja.

"Kau—" Naruto melirik sekilas jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam lebih, lalu menatap horor sahabat dinginnya itu. "Kau gila, Sasuke. Kau mau ke kamar mayat semalam ini?"

"Bodoh." Sasuke memukul pelan kepala pirang sahabatnya dengan minuman kaleng yang sudah kosong. "Bagian forensik tidak semuanya kamar mayat. Tapi jika autopsinya sudah selesai—dan sepertinya sudah, berarti aku memang harus masuk ke dalam kamar mayat."

"Ahaha," Naruto tertawa canggung sambil merapihkan bajunya, bersiap kabur dari hadapan Sasuke. "Tidak, terima kasih. Aku datang lagi besok pagi saja, bagaimana?"

"Hn. Besok pagi Divisi Satu akan rapat kembali membahas hasil autopsi," ucap Sasuke sambil menendang kasar kaki Naruto untuk segera keluar dari ruangannya.

"Sempurna!"


Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: Alternate Universe, OOC, Detective, Mystery, Supernatural, Attempted Humor, detective!sasuke, ghost!sakura.


a lady in pink

chapter 2


Konoha adalah kota sibuk yang tidak pernah tidur. Meskipun waktu sudah menunjukkan tengah malam, tetapi jalanan masih cukup ramai dipadati kendaraan. Begitu pula dengan kios-kios makanan di sepanjang jalan utama dan beberapa tempat hiburan malam yang keseruannya baru akan saja dimulai. Di sisi lain, tidak sedikit pula orang yang dengan wajah suntuk mereka bergerombol menuju stasiun dan halte bis. Ingin segera pulang dan terlelap bersama orang terkasih mereka.

Namun, Uchiha Sasuke bukanlah salah satu di antara mereka. Menghela napas berat, pria itu mencoba mengingat kembali kapan terakhir kali ia pulang dan makan malam bersama keluarganya di rumah utama. Mungkin saat promosi jabatannya minggu kemarin? Ah, ataukah dua bulan yang lalu saat keponakan lucunya berulang tahun?

Entahlah, Sasuke tidak ingat. Tidak peduli juga. Sasuke sangat mencintai pekerjaannya, sehingga sebagian besar waktunya selalu ia habiskan di kantor polisi atau apartemen pribadinya. Bahkan tidak jarang pria itu harus menginap di kantornya ketika ada kasus besar yang harus segera diselesaikan. Ia juga lebih sering berada di apartemen rekan setimnya ketimbang di apartemennya sendiri, terutama ketika mereka harus bekerja ekstra dalam proses penyelidikan.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas lewat saat Sasuke memelankan laju mobilnya ketika memasuki kawasan badan riset kepolisian yang sudah sangat dihafalnya. Ia lalu berbelok ke arah gedung tinggi yang bertuliskan National Research Institute of Police Science (NRIPS), sebuah lembaga yang berfokus pada riset dan pengembangan ilmu kepolisian di berbagai bidang, termasuk analisis forensik dan identifikasi.

Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapih, Sasuke pun keluar dan segera berjalan menuju lift yang akan membawanya langsung pada Departemen Forensik di lantai tiga. Meskipun sudah larut malam, beberapa orang masih terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Beberapa di antaranya sempat menyapa Sasuke yang hanya pria itu jawab dengan anggukan singkat.

"Detektif Uchiha—ah atau harus kupanggil Inspektur Uchiha? Datang untuk berkencan dengan mayat lagi?" Seorang perempuan pirang berkuncir empat berjalan ke arah Sasuke yang baru saja keluar dari lift. Tangan kirinya penuh dengan setumpuk berkas yang ia dekap erat di depan dada, sedangkan tangan kanannya ia masukkan dengan santai ke dalam kantung jas lab putih yang digunakannya.

"Hn. Apa proses autopsinya sudah selesai?"

"Sudah," jawab Temari. Perempuan tersebut lalu menggoyangkan tumpukan berkas yang dibawanya pada Sasuke. "Tapi hasil laporan sementaranya baru akan jadi besok. Jika kau ingin melihat mayatnya lagi, sepertinya Juugo sudah membawanya kembali ke ruang penyimpanan. Kau bisa langsung kesana."

"Aa, terima kasih."

"Oke, kalau begitu selamat berkencan, Sasuke. Sampai jumpa besok!" Sambil tertawa, Temari masuk ke dalam lift lalu melambaikan tangannya hingga pintunya tertutup sempurna.

Sasuke mendengus pelan, lalu membalikkan badannya dan berjalan menuju ruang penyimpanan mayat yang terletak di ujung sebelah kanan koridor. Berbeda dengan kamar mayat yang ada di rumah sakit, tempat penyimpanan di gedung forensik adalah penyimpanan sementara bagi mayat ketika akan atau sudah diautopsi. Setelah selesai, mayat tersebut biasanya langsung dikembalikan kepada pihak keluarga atau pihak lain yang bersangkutan. Oleh karenanya, penting bagi Sasuke untuk segera mengecek mayat tersebut sebelum tubuhnya diambil besok pagi.

Selain anggota utama kepolisian, Departemen Forensik di NRIPS adalah salah satu departemen paling sibuk yang terkadang harus bekerja pada jam-jam tidak konvensional seperti sekarang. Belum lagi mereka juga harus siap dengan panggilan mendadak untuk segera datang ke tempat kejadian perkara. Sehingga bagi Sasuke, sudah tidak asing lagi melihat beberapa orang berjas putih masih terlihat berkeliaran di dalam kubikel-kubikel kaca transparan membawa sampel-entah-apa atau hanya sekedar menulis hasil identifikasi.

Sasuke menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah pintu otomatis bertuliskan "Ruang Penyimpanan Mayat Sementara". Sebelum masuk, pria berhelai hitam pekat itu terlebih dahulu mengambil masker dan sarung tangan latex yang sudah disediakan di dalam sebuah lemari kecil di sebelah pintu. Setelah memastikan semuanya terpakai dengan benar, ia lalu memasukan kode keamanan dan pintu pun terbuka dengan otomatis. Di dalam sana, terlihat Juugo yang bersiap mengunci salah satu pintu loker penyimpanan.

"Juugo," ucap Sasuke sambil berjalan mendekati loker tadi. Merasa namanya dipanggil, pria itu pun menghentikan kegiatannya kemudian membalikan badan menghadap Sasuke.

"Detektif Sasuke." Juugo menggeser badannya memberi ruang bagi Sasuke untuk berdiri di sebelahnya. "Datang untuk mengecek mayat perempuan ini?"

Sasuke mengangguk pelan. "Hn. Dan seperti biasa, kau kembali saja duluan. Biar nanti aku yang menguncinya setelah selesai."

Juugo yang sudah terbiasa dengan tingkah Detektif Uchiha yang satu ini hanya mengangguk paham. Ia lalu menarik kembali loker mayat yang tadi akan dikuncinya. Ia juga menggeser sedikit kain penutup putih di dalamnya dan langsung memperlihatkan tubuh pucat seorang perempuan cantik bersurai merah.

"Baiklah. Jika ada yang kau butuhkan, aku ada di kantor seperti biasa," ucap Juugo sambil mendorong blankar kosong yang tadi ia gunakan untuk membawa Sara keluar dari ruangan tersebut—menyisakan Sasuke seorang diri bersama sang mayat yang terbujur kaku

Ssst

Dengan hati-hati, Sasuke mengangkat kain penutup tadi lalu menyimpannya di atas meja panjang yang menempel pada dinding di seberang loker. Ia pun memerhatikan dengan seksama tubuh pucat Sara yang saat ini tidak tertutup sehelai benang pun. Sasuke mengetukkan jarinya berpikir. 'Tidak ada yang aneh,' pikirnya. Tubuh Sara hanya memperlihatkan tanda post-mortem sebagaimana mestinya.

Melihat kondisi kedua tangan Sara yang berbeda warna, Sasuke pun memeriksanya secara bergantian. Ia membandingkan kondisi lebam keduanya. 'Hn, sepertinya dia mencoba bertumpu pada tubuh bagian kanannya ketika jatuh.'

"Hmph, sepertinya dia seumuran denganku."

Badan Sasuke menegang ketika tiba-tiba saja ia mendengar suara perempuan di sebelahnya. Seingatnya, ia masih sendirian dan ia jelas tidak mendengar suara pintu yang dibuka.

"Hei, ayolah masa cara kau mati juga mirip denganku."

Sasuke mencoba menarik napas dalam untuk menenangkan debaran jantungnya ketika suara itu kembali terdengar. Ia jadi semakin yakin kalau saat ini ia tidak sendiri. Tapi, siapakah yang bisa masuk tanpa pria itu ketahui? Karena demi Tuhan, Sasuke tidak percaya hantu!

Mengumpulkan keberaniannya, detektif bermarga Uchiha itu lalu mengangkat kepalanya yang sedari tadi masih tertunduk memeriksa lengan Sara. Irisnya terbelalak kaget saat menemukan seorang perempuan cantik bersurai pink panjang tengah sibuk memerhatikan Sara—sama seperti dirinya.

'Tenang,' gumam Sasuke dalam hati. Ia mengontrol kembali ekspresinya menjadi datar sambil meneliti dengan seksama siapa gerangan perempuan cantik yang ada di hadapannya ini. Dan juga, apa yang sedang ia lakukan malam-malam begini di ruang penyimpanan mayat? Seingatnya juga, tidak ada anggota Temari yang bersurai pink—atau jangan-jangan dia orang baru?

Mata Sasuke menyipit saat menyadari bahwa tubuh mungil berbalut dress berwarna peach itu sepertinya agak transparan. Dan saat ia melihat ke bawah, matanya semakin menyipit tidak percaya. 'Melayang? Eh, tidak? Eh, benar?'

Meneguk ludahnya gugup, Sasuke mengangkat kembali kepalanya dan langsung bertemu dengan iris emerald yang juga tengah memerhatikannya dengan tatapan bingung.

"Huh?" gumam Sasuke pelan masih terpana dengan kecantikan makhluk-entah-apa-itu di hadapannya.

"...?"

"..."

"AAA KAU! KAU BISA MELIHATKU?!" Perempuan itu berteriak kencang membuat Sasuke berjengit pelan. Tatapan kagumnya seketika berubah menjadi tatapan sebal.

"Heh? Setan pink?"

.

.


'you walk in, and my heart beats different'


.

.

...

tbc

...

.

.

Author's note:
Halooo ch2 up! Masih perkenalan jadi mohon maaf kalau masih garing dan tdk ada konflik yg berarti huehehe

So, any feedback would be much appreciated. Thank you!

.

.

.

With love,
—slep