Counterattack & Physiological Warfare

-0-

01 Desember 2042, Operation: Thunderstorm

Ketinggian 34 Ribu kaki, perbatasan Austria, pesawat Boeing E3 Airborne Early Warning & Reconnaissance Radar Aircraft, nama sebutan: Mata Harimau.

Di dalam pesawat E3, kru yang bekerja non-stop selama 12 jam penerbangan di udara, tetap memantau situasi di darat dan udara akan aktivitas mencurigakan di area operasi.

Salah satu operator yang bertugas di bagian Joint Terminal Ground Tracking & Control Movement Object atau yang disebut sebagai JTGM, menatap ke layar komputer dengan teliti ketika mendapat sinyal di radar dimana ada puluhan objek tak dikenali melintasi dengan kecepatan stabil.

"Mayor, bisa anda kemari dan lihat ini sebentar"

Ucap operator itu ketika memastikan sekali lagi kalau objek itu sama sekali bukanlah pasukan NATO di catatannya.

Mayor yang melihat ke hasil lacakan operator itu, mulai memeriksa ke catatannya, keduanya saling cek catatan satu sama lain memastikan sekali lagi apakah objek itu benar-benar objek yang tak diidentifikasi atau hanya sekedar pantulan dari benda mati di area.

Kemampuan pelacakan radar dan tingkat sensitivitas instrumen yang ada di pesawat terbilang terlalu maju untuk eranya, mengingat teknologi yang di kembangkan pada era perang dingin yang telah berakhir 55 tahun lalu, pesawat ini masih tetap menjadi tulang punggung angkatan udara NATO hingga saat ini.

"Ehm, kontrol, apa kau melihat apa yang kami lihat?"

Tanya mayor itu ke operator yang duduk tak jauh dari operator JTGM dimana ia juga menyaksikan hal yang sama di layak komputernya.

"Affirm, aku juga sudah mengecek bagianku, tidak ada yang salah pada instrumen, terkonfirmasi itu adalah objek tak di kenali, berada di sekitar 1.5 meter dari permukaan tanah. Apapun itu, benda itu sepertinya bergerak dengan perlahan menuju ke markas garis depan"

Setelah mendapat konfirmasi atas objek itu dari operator utama GTOM/Ground Tracking & Object Movement, Mayor itu dengan cepat bergerak ke bagian kerjanya yang terletak paling depan dekat dengan kokpit pesawat.

("Disini Mata Harimau, kami mengkonfirmasikan adanya pergerakan di area jarak sekitar 98 kilometer dari markas garis depan, kepada unit yang tersedia di area segera lakukan siaga")

Mayor itu menghubungi pasukan darat dimana komunikasi itu langsung di terima oleh operator JTAC/Joint Terminal Air Controller yang ada di darat.

Di darat, 35 kilometer dari markas sementara garis depan pasukan NATO, 15 unit M1A2 Sept V3, di ikuti 24 Bradley IFV mulai memasuki area tempur setelah mendapat konfirmasi dari Mata Harimau.

"Baik, dimengerti"

Ucap JTAC yang duduk di sebelah Letnan dua Sasuke Raymond Uchiha, di dalam Bradley 8 Marinir siap tempur mulai bersiap untuk turun kapan saja jika komander Bradley memerintah mereka saat itu juga.

"Pak, AWACS, sudah mengkonfirmasi kalau target itu sekarang berada di jarak 37 kilometer dari posisi kita"

Lapor JTAC itu ke Sasuke yang menatap ke senjatanya.

"Baik, berikan status secepatnya sesaat setelah dapat informasi lain dari AWACS"

"Roger sir"

JTAC itu kembali fokus ke radionya dimana ia menunggu informasi tambahan dari AWACS.

Di lain posisi Tank Abrams ketika memasuki wilayah dataran yang terbilang cukup datar walau penuh dengan lumpur di sepanjang mata memandang, mulai membentuk formasi garis panjang dimana 7 Tank Abrams sebagai garis pertama diikuti 8 Abrams sebagai garis formasi kedua, untuk Bradley mereka tetap di formasi kotak dimana mereka memberi jarak sekitar 57 meter dari formasi-formasi tank itu.

Hujan pun turun dengan cukup deras, badai petir terlihat di depan Tank yang seakan tak gentar dengan angin yang bertiup dengan kencang.

("Tetap maju, kita harus mencapai wilayah terdepan area ini")

Ucap komander Tank ketika di layar LCDnya mulai buram karena kilatan petir.

Ia pun mengubah mode layar ke thermal dimana ia bisa melihat situasi dengan cukup jelas.

Suasana gelap dengan cepat menyelimuti sekitar mereka, petir dan hujan semakin terasa deras, tapi pasukan tetap memaksa maju berhadapan depan-depanan dengan makhluk yang di indentifikasi oleh AWACS.

"Sir, AWACS mengkonfirmasikan target berada di jarak 27 kilometer dan semakin mendekat"

"Baik"

Ucap singkat Sasuke bersiap untuk kemungkinan terburuk.

Di balik turrent Tank M1A2, komander yang telah mendapat informasi terbaru dari AWACS, mulai mengatur sistem penargetan tank.

"loader, muat peluru SABOT"

"SABOT, Dimengerti"

Ia mulai membuka penyimpanan peluru 120mm Tank, dan mulai memuat peluru tersebut ke meriam.

"Senjata siap"

Komander dan main Gunner bersiap untuk menyerang, komander mulai mengatur radio dan menginstruksikan tank yang lain untuk membentuk formasi tempur

"Driver, turunkan kecepatan di 40 km/h"

("Roger")

Sersan Mayor Naruto Jr. Uzumaki, sebutan militer: "Riders" salah satu putra sulung dari keluarga Uzumaki yang seharusnya mewarisi kuil di Kyoto sebelum bencana perang dengan iblis meratakan kotanya dan di perparah dengan tsunami yang menyapu bersih sisa-sisa yang ada disana, mulai meggeram saat memegang konsol layar turet Tank.

'Akan ku balas kalian semua'

"Pak! Target berada di depan kita!"

Ucap JTAC pada Sasuke, saat itu juga Bradley mulai berpencar dari formasi.

Ledakan tiba-tiba tercipta sesaat setelah Bradley berpencar dari formasi utama.

("Awas!")

Ledakan lain kembali tercipta, Tank Abrams tak menunggu lama langsung membalas serangan ke makhluk itu.

"Target, 7 kilometer! bidik!"

"Gunner dimengerti, senjata terbidik ke target!"

"Tembak!"

Perintah Komander Tank Naruto ke Gunner.

Tembakan pertama di lepaskan tank sambil terus maju dengan formasi satu sama lain saling terpencar.

Beberapa Tank mulai berhenti dan menjaga jarak dengan target itu.

"Meleset! Loader muat ulang, peluru presisi!"

Loader mulai mengambil munisi yang memiliki kemampuan melacak target, saat peluru di muat ke meriam utama ia dan Gunner langsung menembakkan peluru itu kearah target yang berada di jarak 5 kilometer dan terus mendekat.

"Bajingan, makhluk apa itu!"

Bentaknya ketika melihat makhluk itu terkena 9 serangan peluru presisi secara langsung namun ia tak mati.

"Berpencar!"

Perintahnya kepada Tank di belakangnya ketika melihat serangan kearah mereka.

"Fuck! Kita terkena!"

Tank bergetar saat terkena ledakan itu, namun melihat dirinya yang masih utuh tanpa luka sama sekali berarti ia masih hidup.

"Driver, mundur!"

Tank pun mulai mundur ketika serangan langsung itu untung tak membunuh mereka

Makhluk itu menyerupai manusia namun memiliki bentuk yang aneh, ia seperti...

"Heh... kalian sangat merepotkan~"

Tawa makhluk itu ketika melihat mainan-mainan manusia dunia ini yang menyerangnya.

"Kalian pikir kalian bisa melukaiku? mari kita lihat bagaimana kalian bisa mengalahkan ku "

Teriak wanita itu dengan tawa gelap ketika awan hujan perlahan berubah bentuk menjadi badai petir yang sangat dahsyat.

"Marinir, pegangan yang erat"

Bentak komander Bradley ketika tiupan angin itu semakin dahsyat, nyaris membuat IFV mereka terhempas oleh angin itu.

Petir pun menyambar nyaris mengenai mereka.

Ketika senjata utama Bradley sudah di jangkauan tembak, ia mulai menembakkan 25mm kearah makhluk itu.

"Mati kau iblis!"

Teriaknya, Bradley dan Abrams terus menghujani makhluk itu dengan rentetan tembakan.

Dari angkasa, 230 kilometer dari pasukan darat, pesawat E3 Sentry, Mata Harimau, masih memantau situasi di balik radar.

"Pak, makhluk itu memiliki sinyal radiasi yang cukup tinggi, sebaiknya kita perintahkan unit udara untuk masuk membantu unit darat"

Ucap Operator Ground Tracking & Object Movement saat melihat pola cuaca ikut berubah drastis.

("Disini AWACS kepada aset udara yang ada di area operasi, kalian di berikan ijin untuk memasuki area tempur")

Di cakrawala, 6 pesawat A-10A Thunderbolt II yang terbang berjarak sekitar 64 kilometer dari pasukan darat mulai menurunkan ketinggian setelah terbang berputar selama satu jam sejak pasukan darat maju ke area garis depan.

("Dimengerti, kami datang, estimasi ketibaan, 7 menit")

Para pilot mulai mengatur sistem senjata AGM dan senjata 30mm anti-tank.

Para pilot berusaha secepatnya menuju pasukan darat yang masih bertarung dengan makhluk itu.

"Incoming!!"

Bradley yang di tumpangi Sasuke terkena ledakan, namun syukur untuknya mereka tidak terluka sama sekali.

"semuanya keluar!"

Perintah Komander ketika sistem Bradley sepenuhnya mati total.

(whuush)

Angin ribut adalah hal pertama yang menyambut mereka, hujan badai yang deras membuat suasana area ini terasa sangat mencekam.

"Hahahaha!!!! Mari terus! Hibur aku!!"

Jeritan tawa jahat membuatnya merinding ketika melihat sosok humanoid yang terbang di ketinggian 15 meter di angkasa.

"SEMUANYA TEMBAK MAKHLUK ITU!"

Perintah Sasuke kepada tim, Bradley yang tak bisa bergerak hanya bisa mengandalkan turet yang masih berfungsi untuk menembak ke makhluk itu.

"Mati kalian semua! Matilah kalian!!"

Ia mulai menciptakan bola api raksasa di angkasa, Sasuke ketika melihat itu langsung berlari ke belakang Bradley, tim pun mengikutinya dari belakang berusaha berlindung.

"Serangan!!!!"

"Hyaaah!!!!! Mati kalian!!!"

Saat ia berpikir kalau bola api raksasa itu akan menghabisi mereka, tiba-tiba sesuatu datang menginterupsi.

Sebuah suara sangat keras bagaikan nyamuk mulai terdengar.

Ledakan pun menghantamnya, namun tak sempat bereaksi rentetan meriam Gatling 30mm menembakinya tanpa jeda.

Sasuke ketika melihat di angkasa dimana 6 pesawat A-10A Thunderbolt datang, mulai berteriak ke para pilot itu yang terbang rendah.

"Hell yeah!"

JTAC tanpa menunggu perintah Sasuke, dengan cepat mengatur radionya ke channel para pilot itu.

"Thunderbolt... Thunderbolt, disini Actual 2-5, kerja bagus, tetap pertahankan, pasukan darat ada di 7-8-9 Utara dan 8-8-9 Selatan, danger-close"

Mereka yang sudah basah kuyup oleh hujan, hanya bisa berteriak senang setelah para pilot itu datang.

Para Tank tak memberikan jeda ke Makhluk itu yang mulai terusik oleh pilot-pilot A-10A Thunderbolt, mereka kembali menembakkan peluru presisi kearahnya.

"Tcih... beraninya kalian!"

Ia dengan cepat membentuk perisai mencegah serangan-serangan itu mengenainya, namun tak ia ketahui sesuatu muncul dari cakrawala dengan kecepatan tinggi.

"Mati kau bajingan!"

Teriak komander Naruto Jr. Uzumaki dari balik tank ketika menandainya dengan laser designator.

Tiga rudal Trident II, yang berisikan munisi konvensional mulai menghantam perisainya.

"Apa!? B..bagaimana bisa!"

Kagetnya ketika melihat perisainya hancur bagaikan kaca ketika di hantam tiga rudal sekaligus.

Ledakan kembali tercipta namun itu datang bukan dari rudal, melainkan dari pilot A-10 yang melepaskan dua rudal AGM sekaligus.

"Kyah!"

Ia terhempas sesaat setelah ledakan itu menghantamnya.

Saat ia menghantam tanah dengan cukup keras, ia berusaha bangkit namun ia tak diberikan jeda oleh makhluk-makhluk besi yang terbang di angkasa itu.

Rentetan tembakan 30mm dari 3 pesawat A-10A Thunderbolt mulai melukainya dengan cukup parah

"A...aku... jangan remehkan aku, manusia!!"

Dua pesawat yang akan kembali ke markas tiba-tiba meledak di udara, Naruto melihat itu langsung memerintahkan loader untuk mengisi peluru 120mm HEAT/High Explosive Ammo Tank.

Ia pun kembali di telan ledakan yang membuatnya terhempas sekali lagi.

"...hah...hah... k...kalian!"

Ia menggeram ketika ia terluka parah akibat manusia-manusia itu.

"Semuanya tembak makhluk itu!"

Perintah Sasuke ke para Marinir yang telah keluar dari Bradley, rentetan tembakan senjata XM5/M5A3 kaliber 6.65 peluru uranium menghujaninya tanpa jeda.

"Agh!!!!!..." tubuhnya dengan cepat terluka disana-sini akibat peluru yang tak di hentikan oleh perisainya.

Satu persatu luka bekas peluru mulai nampak di tubuhnya

Ia mulai kehabisan tenaganya ketika luka tembakan mulai menelannya kedalam rasa sakit yang luar biasa.

Dari matanya ia melihat benda besi itu mulai mengeluarkan tembakan secara bersamaan.

"A...aku mana mungkin mati disini!"

Teriaknya dan saat itu juga 15 peluru HEAT 120mm dari Tank Abrams melumat posisinya.

Naruto mulai mengawasi area ledakan, dan saat asap yang mengepul itu mulai menghilang ia melihat sosok yang lain berdiri di samping makhluk itu.

"Tsk... itulah kenapa ku bilang padamu, jangan gegabah, Akeno"

Sosok yang berdiri di sampingnya adalah sosok humanoid dengan rambut putih pendek.

"... sudah, bantu aku, Koneko!"

Bentak sosok yang disebut Akeno itu ke sosok yang ia panggil Koneko.

"Ha? Apa yang kau bilang? Kita harus mundur, Ratu Rias sudah memerintahkan kita mundur"

"...Tcih"

Mereka mulai mengeluarkan sayapnya dan mulai terbang, Sasuke melihat itu langsung memerintahkan kembali menembak kearah mereka

Tank pun tak membiarkan mereka kabur dan kembali menyerang mereka dengan peluru presisi, namun kedua makhluk itu dengan cepat pergi melalui portal yang spontan meninggalkan area tempur hening seketika.

"Sial..." Umpat Sasuke melihat makhluk itu berhasil kabur.

Hujan badai yang sangat deras masih tak mau berhenti, badai petir pun masih menjadi pemandangan yang mereka lihat untuk beberapa jam kedepannya.

Sasuke mulai menginspeksi Bradley mereka yang terkena serangan tadi, lalu ia juga memeriksa korban luka dari tim lain yang sempat terkena serangan makhluk itu.

("Disini Thunderbolt, kami RTB/return-to-base, semoga beruntung")

Sasuke hanya memberikan gestur jempol ke pilot yang sempat terbang cukup rendah melewatinya sebagai balasan terima kasih untuk dukungan udaranya.

'Kami beruntung'

Pikirnya saat melihat situasi badai petir yang masih menyelimuti area ini.

Jarak ke target utama: 190 kilometer.

Sementara itu di suatu tempat

Di sebuah singgah sana, seorang gadis dengan rambut merah scarlet bagaikan sebuah simbol dari api neraka, duduk dalam diam ketika dua sosok yang muncul dari balik portal.

"Maafkan saya yang bertindak sembrono"

Iblis bernama Akeno itu berlutut di depan sosok wanita yang di singgasana itu.

"Angkat kepalamu, Akeno, sekarang bukan saat yang tepat untuk menyesali perbuatanmu"

Akeno dan Koneko mulai berdiri menatap kearah sang Ratu Iblis itu dengan wajah sedikit takut.

"Saat ini kita tidak punya pilihan lain selain menjaga jarak dengan para manusia, sebaiknya Anda tahu itu, Akeno"

"... maafkan saya, Baginda Ratu Iblis"

Ratu Iblis itu mengangguk sambil menatap ke mereka berdua.

"Baik, kalian boleh pergi, sebaiknya jangan kau ulangi lagi"

Keduanya pun pergi meninggalkan ruang singgasana meninggalkan dia sendirian disana dengan pikirannya sendiri.

'Perang ini takkan pernah berakhir sampai salah satu dari kami musnah'

Pikirnya saat memandang dunia yang di ambang kehancuran ini. Dunia yang dulunya di penuhi sinar matahari hangat, sekarang menjadi neraka nyata untuk makhluk hidup di dunia ini.

'Jika saja mereka tak memutuskan datang kesini, ini tidak akan pernah terjadi'

Pikirnya sambil memikirkan apa yang kemungkinan terjadi jika Raja Iblis sebelumnya tidak memutuskan untuk datang ke dunia manusia.

Penyesalan sudah terlambat, dunianya hancur di buat manusia dunia ini dengan senjata yang sangat mengerikan yang mampu meratakan apapun seolah-olah dunia bawah tidak pernah ada disana.

'Mom... dad ...'

Ia menatap kosong ke langit yang masih penuh dengan badai petir.

Semua keluarganya, semua kerabatnya yang ia kenal, semua kenangan di rumahnya.

'Semuanya hancur'

Pikirnya menatap langit hujan.

Dunianya, ras mereka, para pemimpin mereka yang selalu percaya kalau manusia itu adalah makhluk yang lemah, justru menunjukkan taring mereka dibalik tubuh yang rapuh itu.

Mereka mengirim ribuan benda besi aneh ke dunianya dan terakhir ia ingat, ribuan matahari tercipta di dunia bawah yang menelan apapun di depannya.

'Sudah terlambat untuk bernegosiasi damai dengan para manusia, mereka tidak akan pernah membiarkan kami hidup sampai kami sepenuhnya musnah'

Ia tahu itu, tahu kalau mereka tidak akan bisa bertahan lebih lama di dunia ini. Manusia semakin mendekat kearah kastil ini, dan jika mereka sampai di kastil ini, ia harus siap kepalanya di penggal di depan para manusia.

'Semoga ("dia") bisa merubah keadaan ini'

Pikirnya saat berharap ke sesuatu, sesuatu yang ia sembunyikan dari semua iblis yang ada disini.

Ia mulai berdiri dan berjalan kearah jendela dimana ia bisa melihat suasana hujan badai yang tengah terjadi di dunia ini.

'...'

Petir yang menyambar tak jauh dari kastil ini membuatnya sedikit tenang, karena ia tahu, suara petir itu setidaknya menunjukkan kalau ia masih hidup.

Rasa gemetar mulai menyelimutinya, ia tak bisa berhenti gemetar ketakutan sejak ia di angkat sebagai Ratu Iblis empat hari lalu saat ayahnya sebagai Raja Iblis dan ibunya sebagai ratu, meninggal sesaat setelah ledakan dahsyat itu terjadi di dunianya.

'Ayah... Ibu... aku takut'

menjadi satu-satunya iblis berdarah murni yang selamat dari kejadian itu, untuk mereka yang selamat dari kejadian itu, mereka meninggal secara perlahan oleh penyakit misterius yang dibawa oleh ledakan dahsyat itu beberapa hari setelahnya, meninggalkan dia dan beberapa pengikutnya yang memutuskan untuk tinggal di dunia manusia, mengendalikan para iblis yang tersisa di dunia manusia ini.

"Apa anda sedang memikirkan sesuatu, Ratuku?"

Ucap seorang perempuan dengan pakaian maid sesaat setelah masuk ke ruang singgasana dengan teko berisikan minuman hangat.

"Tidak ada, saya cuma melamun"

Maid dengan rambut putih itu tersenyum sambil menuangkan minuman ke gelas sesaat setelah ia duduk di kursi singgasananya.

"Silahkan teh anda"

"Terima kasih"

Ia mulai meminum tehnya, sesaat setelah meminum teh hangat itu, ia mulai menatap ke maid yang masih tersenyum kearahnya.

"Grayfia, bisa aku bertanya sesuatu"

"Tentu"

"... apa menurutmu, aku layak sebagai seorang ratu untuk para iblis?"

"... fufu... anda akan tahu sendiri jawabannya, terlalu ragu untuk posisi anda adalah hal yang wajar, asalkan anda yakin dengan keputusan anda, saya yakin anda bisa jadi ratu yang hebat"

Jawaban yang tulus dari Grayfia entah kenapa membuatnya sedikit tenang.

Rias Greymory, penguasa iblis sah ke-167, ia adalah satu-satunya ras iblis berdarah murni yang tersisa dari kaumnya di dunia bawah.

Di sisi lain istana, seorang pelayan wanita mulai membereskan beberapa hal di istana setelah hujan disertai angin kencang semakin terasa sangat kuat.

Diantara para iblis kelas rendah yang mayoritas bekerja sebagai maid, salah satunya berjalan dengan tumpukan kain kotor di tangannya.

"Wolverine, target marked"

("This is wolverine, I'm on the target, bunker buster coming in, commencing attack")

Di langit suara gemuruh yang sangat keras terdengar di kejauhan namun tak ada satupun yang menduga apa yang akan datang dari balik suara gemuruh yang keras itu.

Sementara itu di ruang singgasana, Rias tengah terdiam menikmati tehnya tiba-tiba sebuah getaran cukup kuat diikuti suara gemuruh bagaikan ledakan terasa di seluruh istana.

"Gempa?"

Grayfia hanya mengangguk menjawab pertanyaan Rias, namun tak lama seseorang membuka pintu singgasana dengan raut wajah panik.

"Ratu!"

"...!!... Ada apa!?"

Melihat salah satu penjaga istana masuk kedalam singgasana dengan wajah panik, Rias langsung bangkit dari kursinya.

"Halaman kastil di serang!"

Mendengar itu, Rias langsung berlari secepat mungkin menuju balkon, seakan tak memperdulikan hujan dan angin yang berhembus kencang, ia membuka pintu balkon dan melihat sesuatu yang membuat kedua matanya membelak.

"Ini..."

Sebuah lubang bekas ledakan dengan asap mengepul cukup tinggi terlihat di luar tembok istana.

'Manusia!?'

Tatapan matanya kemudian tertuju ke langit dimana ia melihat sebuah benda terbang sangat cepat diikuti sebuah suara bising seakan auman naga yang sedang marah.

'M..Mereka bisa menyerang kami'

Rias terdiam tak bisa berkata-kata ketika melihat dampak serangan itu, sebuah kawah cukup besar tercipta di tempat gudang persenjataan para penjaga, melihat bagaimana mereka dapat di serang dengan mudah tanpa ada yang sadar kalau para manusia ada disini, membuat Rias bergetar dalam takut.

Di lain tempat, Akeno yang melihat ledakan itu mulai menggeram marah.

"Jangan lari kau!!"

Ia langsung terbang berusaha mengejar makhluk besi yang terbang dengan sangat cepat melawan angin badai yang bertiup sangat kencang

"ughk!"

Akeno yang tak bisa melawan arus angin terpaksa turun karena tak mampu mengejar makhluk besi itu

Kepanikan di istana masih terus terjadi saat dampak dari ledakan akibat makhluk besi yang terbang dengan sangat cepat itu masih terasa dimana asap yang membumbung tinggi menyerupai jamur berwarna hitam mengingatkan kenangan buruk tentang apa yang terjadi di rumahnya.

'T...tidak... ini tidak mungkin'

Rias langsung terduduk dan menangis panik di balkon memegang kepalanya saat kenangan buruk itu mulai menghantuinya lagi.

Pilot F-15 itu mulai terbang menjauh dengan kecepatan tinggi dengan afterburner setelah menjatuhkan GBU-24 Bunker Buster, bom konvensional dengan kekuatan hampir menyentuh kekuatan taktikal nuklir skala rendah.

("This is wolverine, a perfect hit, out")

"Copy, perfect hit"

Di tengah kepanikan yang melanda istana, maid itu berlari mengikuti arah kepanikan para iblis yang kebingungan akan serangan mendadak itu.

Sementara itu,

Pentagon, Amerika Serikat, 1 Desember 2042

Di sebuah ruangan, Marsekal Angkatan Udara Amerika Serikat bersama dengan Jenderal 4 Bintang Angkatan Darat dan beberapa anggota departemen pertahanan mulai menunggu konfirmasi visual dari Drone yang memberikan rekaman langsung pohon raksasa yang muncul 5 hari lalu, pohon itu membentuk sebuah kastil istana yang sejak awal terbentuk mereka selalu awasi 24 jam akan aktivitas tertentu hingga.

"Pak, kami sudah mengkonfirmasi serangan udara ke kastil itu"

Ucap salah satu anggota Pentagon setelah menerima telepon masuk.

Marsekal dan Jenderal mulai melihat video dimana serangan itu terjadi secara langsung.

"Bagus, bagaimana dengan anggota intelijen?"

"Dari laporan sementara, ia melaporkan kalau serangan itu cukup efektif membuat seisi kastil panik"

"Baik, kurasa kita semua sudah paham mengenai ini" Ucap jenderal saat melihat dampak serangan itu.

"Sejauh ini kita sudah menyepakati tentang kemungkinan tindakan yang akan dilakukan oleh pimpinan baru kaum iblis itu"

"Tepat sekali Jenderal, jika kita mempertahankan pergerakan ini, kita bisa mengakhiri perang ini dengan cepat" Balas Marsekal menyetujui usulan itu.

Ruang konferensi mulai menyala dengan telepon video langsung dari beberapa anggota EU yang tersisa, Inggris, Spanyol, Maroko, Turki, Italia, Swiss dan Finlandia.

"Tuan-tuan, seperti yang anda lihat, serangan tersebut telah berhasil, dengan memanfaatkan situasi ini, kita bisa lebih memberikan serangan psikologis cukup besar ke pimpinan makhluk itu"

("Dengan penuh hormat, Jenderal, apa yang membuat anda yakin jika pimpinan baru makhluk itu bisa lebih mengerti tentang situasi ini?") Tanya perdana menteri Inggris Hendry

("Apa anda tidak terlalu optimis soal bagaimana makhluk itu bisa mengerti untuk tidak berani macam-macam dengan kita?") Sambung Parlemen tinggi Turki.

"Tuan-tuan, saya sangat percaya dengan Intelijen yang kami miliki di dalam struktural keluarga bangsawan iblis itu, cepat atau lambat mereka akan menyadari tentang status quo ini"

("Baik, jika itu yang anda percaya, kami akan mendukung upaya Anda untuk segera menyelesaikan konflik ini")

"Terima kasih banyak" Ucap Jenderal, komunikasi dengan anggota EU pun terputus.

Mereka kembali mengawasi siaran langsung dari Drone yang masih mengawasi situasi istana itu.

'Perang ini harus segera berakhir, jika tidak besar kemungkinan perang nuklir pun tak terelakkan lagi'

Ia tak berhentinya dibuat sakit kepala ketika beragam tekanan dari kongres untuk segera memusnahkan seluruh kaum mereka dengan senjata nuklir yang dimiliki dunia.

-0-

Issei saat ini berjalan sendirian menyusuri jalanan kota Tokyo yang sangat padat dengan manusia berjalan kesana-kemari.

Tak ada yang peduli dengan kenyataan kalau mereka hidup diantara para iblis yang menyatu dengan kehidupan sosial masyarakat dunia ini.

Ia setidaknya bisa sedikit tenang setelah Asia ia bawa pulang ke kediamannya, yah ia harus membual ke orang tua Issei dunia ini mengenai kondisi Asia dimana ia mengarang kalau Asia tiba-tiba pingsan karena demam.

Syukurnya kedua orangtuanya tak terlalu banyak tanya soal kenapa dan apa, untuk sementara ia hanya bisa memikirkan tentang Raynare.

Untuk masalah Raynare, Issei setidaknya bisa yakin kalau dia tak akan mengkhianati Issei setelah 'ancaman' yang ia berikan ke Raynare yang nyaris membuatnya bergetar ketakutan.

Sekarang tinggal mengenai rencana soal pertunangan Rias Greymory-san dan cara untuk mengatasi masalah ini.

Mau di lihat dari manapun, ia hanyalah manusia biasa yang kebetulan di berikan kekuatan iblis dan juga memiliki peralatan yang lebih unggul dari manusia biasa.

Tapi semua itu ada batasannya, peluru yang ia miliki bukanlah peluru biasa yang bisa di temukan di pasar gelap dunia ini, heck, ia sangat yakin kalau peluru jenis ini tak ada di produksi di dunia yang tak pernah mengalami perang skala global selama lebih 70 tahun lebih.

Injeksi Regenarasi juga bukanlah teknologi medis yang ada di dunia ini, dan sekarang stok suntikan miliknya tinggal 4 lagi, ia harus lebih memikirkan cara yang lebih efisien untuk menggunakan peralatan-peralatan yang ia miliki saat ini.

'Komunikasi dengan Rossweisse hanya berlangsung sekitar 10 detik, artinya masih ada kesempatan untuk mencari cara untuk kembali ke duniaku'

Jika Issei tahu apa dan bagaimana cara untuk berkomunikasi dengan pusat, hanya saja sampai saat ini ia masih tak tahu bagaimana caranya.

Walau kemungkinan untuk bisa pulang terbilang sangat kecil, tapi itu bukan sebuah hal yang mustahil untuknya.

Saat di taman di mana ia bertemu dengan Rias kemarin, Issei kembali memikirkan cara atau lebih tepatnya strategi untuk menyelesaikan masalah Rias.

'Lagian aku ga bisa ke sekolah kalau sudah jam segini'

Ia melihat jam tangannya dimana jam masih menunjukkan pukul 11 pagi, untuk beberapa alasan ia terlambat bangun, jadi untuk membuang waktu ia memilih berjalan menyusuri jalanan sambil berpikir mengenai semua hal-hal yang tak masuk akal yang terjadi padanya beberapa hari belakangan ini.

"Fufu"

Issei langsung berbalik badan ketika sebuah tawa ringan berhasil mengejutkannya.

"oh, kebetulan sekali bertemu dengan anda disini, Greymory-san" balas Issei dengan santai ketika melihat wajah sedikit menyeramkan dari Rias Gremory

"Fufu... saat saya bertanya-tanya kenapa anda tiba-tiba menghilang kemarin saat kita sedang menyusun rencana, anda rupanya berkencan dengan seorang biarawati, dan saat saat khawatir kenapa anda tiba-tiba tak masuk sekolah, ternyata anda bolos"

'urgh... kenapa dia marah?'

Wajahnya tersenyum, namun Issei berani bertaruh kalau senyuman itu adalah senyuman yang paling menyeramkan untuknya.

"Uh... Gremory-san, apa anda marah?"

Tanyanya dengan nada sedikit kaku berusaha untuk tidak membuatnya marah namun ekspresi Rias berikutnya membuatnya nyaris mengambil langkah mundur.

"Puff... tentu! Kamu sendiri yang bilang kalau kamu bersedia membantuku! puf...puf... saya jelas marah!"

Entah kenapa, apa matanya yang salah melihat, kenapa ia melihat seperti ada asap yang keluar dari kepala Rias sesaat setelah ia berkata itu, seolah-olah ia sedang membaca karakter perempuan di komik atau haruskah ia katakan sebagai "manga" yang sedang marah ke karakter utama.

Juga,

'Ekspresi marahnya, kenapa malah terlihat... imut'

Pikirnya lagi ketika melihat kedua pipi Rias yang menggembung seolah-olah ia sedang merajuk ke orang tuanya.

'Aku ingin menyentuhnya'

Pikir Issei ketika melihat pipi Rias yang sangat lucu itu.

(puff )

Tak tahan, Issei menyentuhnya dengan jari telunjuknya yang spontan membuat sebuah suara aneh, hal itu membuat Issei tertawa kecil melihat reaksi Rias yang memerah.

"M...jangan bercanda..."

Issei dan Rias mulai tukar argumen namun untuk Issei sendiri, ia hanya tersenyum melihat reaksi Rias yang jauh lebih terbuka dibandingkan saat pertama kali ia bertemu dengannya.

"Mou... sudah cukup! Issei-san, kamu tidak mau menyimak!"

Protes Rias saat keduanya duduk di taman dimana Rias menjelaskan rencananya, namun Issei justru teralihkan pandangannya ke wajah Rias yang penuh dengan ekspresi-ekspresi baru.

"Kau tahu... ekspresi mu yang begini lebih cocok untukmu"

Puji Issei dengan gamblang seolah tak peduli dengan apa yang ia katakan itu bisa disalahkan artikan oleh Rias.

"Poof"

Wajah Rias langsung memerah ketika mendengar itu dari Issei

"K...kau bilang apa sih!"

Rias mulai memukul lengannya dengan pelan, sikap kekanak-kanakannya itu mungkin baru ini ia lihat, tapi yah baginya itu adalah perkembangan yang baik untuk Rias agar lebih terbuka kepada orang yang ia kenal.

'Rating Games'

Pikir Issei ketika telah mengetahui apa yang di rencanakan Rias untuk membatalkan pertunangan itu, terdengar cukup menarik untuknya karena di pertandingan itu semua member anggota klub harus ikut untuk mengalahkan Riser Phenex.

'Mari kita lihat bagaimana mereka bisa mengalahkan Riser'

Pikirnya sambil membayangkan wajah Letnan Jenderal Riser Phenex di dunianya, ia sedikit banyaknya sudah tahu kalau dunia ini dan dunianya pasti ada yang sama baik nama maupun penampilan, jadi ia tak bisa menghentikan rasa penasarannya bagaimana perbedaan antara Riser di dunia ini dengan Pria yang ia kenal sebagai Jenderal paling cerdas di era krisis dunianya.

Waktu hingga pertandingan Rating Games: 14 Hari

"Baiklah mari kita yang semangat kalahkan Riser-san!"

"Hip...hip... hoo!"

Yang lain ikut dengan gerak semangat Rias Greymory-san, semuanya kecuali Issei Hyoudo yang terdiam menatap keheranan sesaat setelah mereka kembali ke klub.

'Kenapa dia malah semangat sekali?'

Pikirnya keheranan melihat tingkah Rias yang tak terduga itu.

-0-

AN:

Jika saya boleh berkomentar sedikit mengenai situasimu, oh Rias-san, mungkin ada baiknya kau mundur dan nyatakan menyerah sebelum mereka meratakan kastilmu, satu atau dua rudal taktikal nuklir berkekuatan rendah sudah cukup memusnahkan semuanya. Yah walau saya ragu menyatakan menyerah kepada para pemimpin dunia akan mudah di lakukan, welp, good luck with that.

Anyway, terima kasih untuk review dan menyempatkan diri kalian membaca, sampai jumpa di chapter berikutnya~

Info tambahan jika yang tidak tahu:

JTAC: adalah sebutan untuk seorang personil yang dikhususkan sebagai unit komunikasi antar aset militer udara maupun dukungan artileri jarak dekat maupun jauh, singkat cerita, dia adalah orang yang megang radio dan punya daya untuk menelpon kawannya yang punya senjata gede buat ngeratain semua yang ada di depannya, jika di game mungkin disebut sebagai karakter buff kali ya?