Boston, AS, 1939
Namaku Henry Le Jean, seorang dokter berkebangsaan Prancis. Ketika itu aku sedang berada di Boston karena sebuah tugas negara, yang sebenarnya tidak terlalu kusukai.
Perang Dunia II telah meletus. Aku ditugaskan sebagai dokter perang di Boston, mengikuti pasukan tentara Prancis. Sepertinya umat manusia ini belum puas memuaskan egonya untuk menguasai dunia. Dan memang tidak akan pernah puas.
Namun, saat itulah aku bertemu pria itu. Pemuda bermata cokelat keperakan yang unik, beserta istrinya yang juga tidak kalah menarik.
Dia mengenalkan dirinya dengan nama Richard Dueter.
"Dan ini istriku, April Graves" Dia menoleh pada wanita berambut ikal panjang yang berwarna abu pudar itu. Raut wajahnya serius dan kaku. Dia menatapku sesaat, lalu membuang muka.
Richard tersenyum maklum pada kelakuan istrinya padaku.
Pasangan muda yang aneh.
Setelah beberapa waktu mengenalnya, aku akhirnya tahu tujuan sebenarnya mereka kemari.
Mereka mencari sepasang kotak.
Ingatan diriku di masa lalu menyeruak keluar. Aku tahu persis kotak yang mereka maksud.
"Kami sudah bertahun tahun mencari kotak itu. Kotak itu... Toudo no Gouka dan Kagami no Minasoko. Istriku seorang pemburu harta, dan kali ini dia yakin kotak itu ada di kota ini... " Richard mengatakannya padaku sambil menerawang ke depan.
Aku mengerutkan kening. Kurasakan kacamataku melorot sedikit akibat keringat yang mengalir di hidung. Cuaca siang itu memang panas.
"Itu juga sebabnya kau masuk dan menyelinap di Nazi? Untuk mencari kotak itu?"
Richard mengangguk datar.
"Apa yang membuatmu berpikir kotak kotak itu ada di Boston ini?" Aku mengalihkan pandangan pada April.
"Ibuku. Dia menghilang di Boston saat aku masih remaja. Saat itu bangunan tempat ibuku mencari harta, terbakar hebat. Tapi jasadnya sama sekali tidak pernah ditemukan. Keluarga kami mengatakan kalau beliau sudah tewas terbakar, dan jasadnya terbakar habis. Tapi aku tidak sependapat. Aku curiga ibu telah menemukan kotak terlarang itu, dan bersembunyi di dalamnya, kemudian terdampar di dunia lain, siapa tahu?"
"Dari mana... Kalian tahu tentang kotak kotak ini?" Aku menatap serius suami istri itu. Richard balas menatapku. Sesuatu di matanya sungguh mengusikku. Aku yakin, aku mengenal mata itu. Lebih tepatnya, sosokku di masa lalu jelas mengenal mata itu. Tapi di mana? Siapa?
"Ceritanya akan sangat panjang. Kuharap kau punya waktu untuk mendengarkan"
"Aku punya banyak waktu"
Richard menghela napas, bersiap dengan ceritanya.
--
Jerman, 1798
Pria itu terlengkup di atas tanah. Lengan kirinya dipenuhi darah yang telah mengering.
Tidak ada jari jari. Lengan kirinya tampak putus dengan tidak wajar.
Rambut cokelatnya kusam terkena debu, poni panjang menjuntai menutupi wajah.
Air mengalir ke pipi. Suaranya lirih dan terluka.
"Page... Putraku... "
Ingatannya perlahan kembali mengingat kejadian nahas itu.
Istananya di Shimaron telah dimasuki pasukan keji yang tega membunuh anak istrinya. Dia sendiri telah dipaksa membuka kotak terlarang itu. Mereka dengan keji memutuskan dengan paksa lengan kirinya, usai membunuh seluruh anggota keluarganya.
Dengan sisa tenaga, dia berhasil berontak, kabur membawa lengan kirinya sendiri. Dia menceburkan dirinya ke danau yang ada di istananya. Dia siap mati.
Anak istriku sudah tidak ada... Biarkan aku menyusul mereka...
Dan akhirnya dia terdampar di sini.
Untuk sesaat, pria itu mengira dirinya sudah berada di surga.
Namun rasa sakit yang amat sangat dari lengan kirinya menyadarkan dia sepenuhnya. Tidak mungkin ada rasa sakit seperti ini di surga.
Dimana ini?
Berbagai pertanyaan menyerang kepalanya.
Kenapa aku ada di sini?
Ini di mana?
Mana lengan kiriku? Bukankah aku tadi memegangnya saat terjun ke danau?
Page... Dia... Apa dia masih hidup?
Pria itu teringat lagi putra satu satunya itu. Anak itu bahkan masih bayi...
Dia teringat mata cokelat keperakan anak itu. Warna mata khas milik keluarganya.
Keluarga Belar, satu dari tiga keluarga bangsawan Shimaron
--
Robert Belar memutuskan untuk memulai hidup baru di dunia barunya. Dia mengganti marganya, kemudian bertemu seorang wanita, lalu memutuskan untuk menikah lagi.
Mereka dikaruniai seorang putra. Dan bertahun tahun kemudian, sang putra pun menikah dan Robert pun telah memiliki seorang cucu.
Cucunya pun telah dewasa dan menikah. Dari pernikahan cucunya, Robert dikaruniai seorang cicit.
Yang diberi nama Richard Dueter.
Robert sangat dekat dengan Richard. Di masa tuanya, Robert kerap menceritakan masa lalunya. Sesuatu yang tidak pernah bisa hilang dari ingatannya, meskipun sudah puluhan tahun berlalu.
"Ada empat kotak yang tidak boleh dibuka... Dan aku adalah salah satu kunci kotak itu... Sayangnya lengan kiriku, kunci kotak itu... hilang entah di mana..."
Hanya sebagian yang diceritakan Robert. Dia tidak menceritakan keluarganya yang telah tewas di dunia lain itu.
Richard tumbuh besar dengan didongengi kisah dari sang kakek buyut. Kisah itu telah memenuhi kepala Richard kecil, hingga dia bertekad untuk menemukan kotak itu, beserta lengan kiri kakek buyutnya.
Bertahun tahun kemudian, saat dirinya bertugas sebagai anggota pasukan Schutzstaffel, yang bergerak di bawah pasukan Nazi Jerman pimpinan Adolf Hitler, dia menemukan beberapa petunjuk.
Dia menemukan sebuah lengan kiri yang diawetkan, yang diyakininya adalah milik sang kakek buyut, yang ketika itu sudah meninggal.
Richard tidak mengerti mengapa lengan sang kakek buyut bisa ada di markas Nazi. Richard berasumsi bahwa Nazi menemukannya di suatu tempat dan membawanya kemari.
Richard juga akhirnya tahu bahwa Nazi juga mengetahui dan mencari keberadaan kotak terlarang yang pernah diceritakan kakeknya itu, dan ingin menjadikan kotak kotak itu sebagai senjata perang.
Kebetulan yang benar benar gila. Tapi juga sangat praktis.
Kotak terlarang pun tanpa sadar telah menjadi tujuan dan obsesinya.
Sampai dia bertemu April, si pemburu harta, yang juga mengetahui keberadaan kotak terlarang itu dari sang ibu, yang juga seorang pemburu harta.
Latar belakang yang mirip, ditambah dengan waktu yang seringkali dihabiskan bersama tak ayal mengundang simpati, yang perlahan telah berubah menjadi rasa cinta antara dua insan muda itu.
Akhirnya mereka pun menikah. April Graves yang berwarganegaraan Amerika, mengajak Richard untuk tinggal di negaranya. Negara yang memiliki kebebasan demokrasi. Yang saat itu mustahil dimiliki Jerman.
Richard pun akhirnya setuju. Petunjuk yang diberikan Nazi padanya sudah cukup. Sudah saatnya aku meninggalkan negara ini, batinnya.
Dan di sini lah mereka kini. Boston, Amerika Serikat.
Mereka kini telah dikaruniai seorang putri. Yang diberi nama Crystal Graves.
--
Rahangku terbuka lebar. Sekarang aku ingat semuanya. Mata itu. Mata Robert Belar.
"Kau cicit Robert?!" Aku bangkit dari kursi. Gerakanku pasti sangat cepat, karena kudapati wajah April yang datar itu terbelalak melihat kelakuanku.
"Kau kenal kakekku?" Richard tidak kalah kaget.
"Hmmm... Sebenarnya bukan aku... tapi sosokku yang lain... Sosokku di masa lalu..."
Richard heran mendengar perkataanku.
"Richard... Namaku memang Henry Le Jean, seorang pria asal Prancis... Tapi yang tidak kau ketahui adalah aku juga seorang penasehat raja di masa lalu... Aku dipanggil Daikenja ketika itu... Saat itulah... Aku mengenal kakek buyutmu... "
"Maksudmu... Kau reinkarnasinya...?" Richard tidak habis akal.
"Tepat sekali. Ah, cicit Robert memang cerdas. Kakekmu itu pasti bangga" aku menepuk pundaknya hangat.
Aku pun menceritakan kejadian nahas itu padanya. Kejadian nahan yang dialami kakek buyut beserta keluarganya di masa lalu. Sampai dia tersesat di dunia ini, dan akhirnya membangun keluarga lagi.
Richard dan April terbelalak ngeri.
--
"Tunggu dulu!" Yuuri tidak tahan untuk tidak memotong. Selama setengah jam, orang orang di sekeliling api itu telah dibuat terdiam oleh cerita Murata.
"Ada apa, Shibuya?" Murata menyahut tenang.
"Kau... Siapa...?" Yuuri menatap sahabatnya ragu.
"Kau ini bilang apa? Aku Murata Ken, teman sekelasmu di kelas dua dan tiga SMP... " Suara itu tetap tenang, tidak tampak heran oleh pertanyaan aneh itu.
"Yah, kalau kau tanya aku, aku akan jawab begitu... Karena yang ada di depanmu ini adalah Murata Ken, bukan yang lain... "
Conrad teringat sesuatu.
"Anda sebelum ini... adalah... Christine... "
Murata tersenyum tenang, mengangguk, membenarkan ucapan itu.
"Seorang aktris film biru... Kehidupan yang berat... Dan sosok sebelumnya adalah si dokter Prancis itu..." Murata menggumam sendiri.
"Richard Dueter itu... buyutnya Conrad...?" Yuuri bertanya lagi. "Tapi dia orang Bumi, kan? Bagaimana bisa...?"
"Aku belum selesai bercerita, Shibuya... Jawabannya adalah ya dan tidak... "
"Apa maksud Anda?" Conrad bertanya pelan.
Murata melirik Conrad sekilas.
"Weller-kyo, aku yakin, kau sudah tahu asal usul keluargamu, kan? Entah kau mendengarnya dari Danhiri ataupun mengetahuinya ketika berada di Shimaron... "
Conrad terkesiap, kemudian menunduk.
Untuk sesaat, Yuuri menatap Conrad heran.
Tiba tiba dia teringat sesuatu. Buku harian yang tidak sengaja dia temukan dan dia baca di perpustakaan Caloria.
Di situ tertulis bahwa Belar adalah salah satu keluarga bangsawan Shimaron, yang telah berubah nama menjadi keluarga Weller.
"Tiga keluarga bangsawan Shimaron : Gillespie, Belar, dan Rahi terlibat perang memperebutkan takhta raja Shimaron... Keluarga Belar pun mengalami kekalahan... Kalian tahu siapa orang dibalik kekalahan keluarga Belar ketika itu?" Murata menyapu pandang, menatap mereka semua.
"Siapa...?"
"Page Belar, putra sulung Robert Belar... " Murata berkata lirih.
"Tunggu! Bukankah dia sudah mati ketika pembantaian itu?" Gunter berseru kaget.
"Awalnya dia memang dikira sudah mati. Namun sebenarnya masih hidup. Ketika bayi, dia diselamatkan orang orang yang mendapati rumahnya telah hancur. Para pembetontak itu meninggalkan rumahnya, segera setelah Robert dikiranya bunuh diri. Mereka pikir tidak ada gunanya lagi. Kunci kotak sudah tidak ada. Tapi mereka keliru. Page sebenarnya masih hidup ketika itu, dan dia adalah kunci kotak selanjutnya... "
Mereka semua terdiam.
"Page Belar tumbuh menjadi pemuda yang suka berperang dan berselisih. Dia sangat suka berperang, sampai akhirnya kalah perang dan dijebloskan ke penjara. Ini membuatnya jera, hingga memutuskan untuk membuang gelar kebangsawanannya, dan hidup sebagai orang biasa, yang bermargakan Weller... Dia memberikan marga Belar itu pada dua keluarga bangsawan Shimaron yang tersisa, Rahi dan Gillespie, dan dua keluarga itu pun melebur menjadi satu, menjadi keluarga Belar yang baru... Sementara keluarga Weller yang merupakan keturunan asli keluarga Belar, terus menepi... Hingga ke wilayah Arnold dan Luttenberg..."
"Di sana, Page Belar yang telah berganti nama menjadi Page Weller menikah dan memiliki anak... Nama anak itu... Lawrence Weller... Lalu Lawrence Weller memiliki putra bernama Glen Gordon Weller, yaitu kakekmu, Weller-kyo... Lalu berlanjut ke ayahmu, Danhiri Weller... dan dirimu sendiri... "
Conrad menatap Murata dengan tatapan yang sulit dipahami. Conrad telah mengetahui sebagian besar sejarah keluarganya... Bahkan dia sudah tahu kalau dia adalah...
"Weller-kyo, kau adalah keturunan terakhir dari keluarga Belar yang asli...Kaulah yang sebenarnya paling berhak atas takhta raja di Shimaron..." Murata menatap pria itu simpati.
"Apa ada... buktinya...?" Suara Yozak sedikit tercekat. Fakta baru mengenai sahabatnya ini sungguh membuatnya kaget.
"Mata cokelat keperakan. Itu adalah bukti yang paling mudah. Mata itu hanya dimiliki oleh keturunan keluarga Belar... Lalu... tangan kirimu... adalah kunci kotak terlarang, Kaze no Owari... Meski tidak semua keturunan keluarga Belar adalah pemegang kunci kotak terlarang, kau sebagai salah satu keturunan pemegang kunci kotak adalah bukti tidak terbantahkan..." Murata menutup penjelasannya. Diteguknya air di dalam botol kulit hewan yang diletakan di sebelah kakinya. Diminumnya isinya sampai tandas. Bercerita sungguh membuatnya haus.
"Saya tidak berminat menjadi raja... " Conrad berkata datar.
"Apa kau yakin? Kau tahu, pengaruhnya akan besar sekali kan, kalau kau jadi raja Shimaron? Memang bukan untuk dirimu sendiri, tapi itu baik untuk hubungan diplomatik Shinmakoku... Aku yakin kau sebenarnya sudah menyadari ini juga..." Murata tersenyum menang. Untuk orang se-loyal Conrad, ide seperti itu tidak mustahil muncul di kepalanya.
"Itu... "
"Masih ada satu pertanyaan. April Graves bilang, dia yakin ibunya masih hidup dan tersesat di dunia lain... Jangan jangan yang dimaksud itu adalah dunia ini...?" Yuuri memotong pembicaraan itu secara tidak sengaja. Dirinya tidak tahan untuk segera bertanya.
Murata mendelik ke arahnya, lalu tersenyum geli. Dasar Shibuya.
"Ya... Kau tahu Venera alias Hazel, kan? Yang bersama kita di Seisakoku waktu itu?"
"Ah, ya. Tentu saja aku ingat dengan nenek itu"
"Nama lengkapnya adalah Hazel Graves... "
"Jadi... dia itu ibunya April? Tapi apa tidak terlalu tua...? Kalau begitu pasti umurnya sudah seratus tahun lebih!" Yuuri berseru tertahan.
"Heika, saya sempat berbicara cukup panjang dengan wanita itu... Dia bilang, dia terdampar di sini dan tidak bisa pulang ke dunia asalnya... Dia masuk ke dalam kotak terlarang agar selamat dari kebakaran, tapi malah tersesat di dunia ini. Ketika disadarinya, umurnya di sini jauh lebih panjang... Dia bilang, kalau dia bisa pulang sekarang pun, orang orang dari masanya sudah meninggal, jadi tidak ada gunanya pulang, dan dia memutuskan untuk tinggal di dunia ini..." Conrad berkata perlahan.
"Jadi...umurnya sekarang pasti sudah ratusan tahun, ya? Ah, aku lupa, orang orang di sini kan memang berumur panjang... " Yuuri baru menyadari kekeliruannya. Dia jadi teringat umur Wolfram yang sebenarnya sudah berusia 82 tahun, namun memiliki wajah seperti malaikat. Yuuri menyadari pikirannya, dan menggeleng cepat. Wolfram menatap tunangannya heran.
"Ah, ya. Soal lengan kiri Robert Belar itu... "
Semua menatap Murata lagi.
"Lengan itu... ada pada Shinou..."
Mereka terkesiap.
"Bagaimana bisa?"
"Ketika Robert menceburkan diri ke danau dingin itu bersama lengan kirinya yang telah putus, dia telah berdoa agar kunci beserta kotak milik keluarganya itu selamat... Doa itu dikabulkan Shinou dan kunci beserta kotaknya pun disimpan oleh Shinou... "
"Namun Shinou adalah pria yang ceroboh. Dia sempat menghilangkan lengan kiri Robert di Bumi, hingga sempat jatuh ke tangan Nazi, sebelum diambil lagi oleh Richard Dueter... Ketika Richard Dueter meninggal dunia karena sakit, aku diminta Shinou untuk mengambil kembali lengan kiri itu diam diam dan menyerahkannya pada Shinou..."
"Lalu Shinou memberikannya padamu, Weller-kyo... Lengan yang kau dapatkan darinya sesaat setelah kau kehilangan lengan kirimu... adalah lengan leluhurmu sendiri... Sebuah kunci yang tidak sempurna... Karena merupakan generasi awal... Namun karena merupakan kunci pertama yang diciptakan, lengan kirimu itu juga adalah kunci dari semua kotak terlarang, meski tidak dapat membuka kotak lain dengan sempurna... "
Mereka terkesiap lagi. Rasanya, malam ini penuh dengan kejutan. Sayangnya bukan kejutan menyenangkan.
"Jadi... Keturunan keluarga Belar sebenarnya ada di dua dunia, di sini dan di Bumi... Robert Belar yang terdampar di Bumi menurunkan Richard Dueter dan sebagian keturunan keluarga Graves, sementara putra sulung Robert, Page Belar alias Page Weller, yang sebenarnya adalah salah satu kakek Richard Dueter, menurunkan keturunan keluarga Belar di Shimaron... yaitu keturunan keluarga Weller... Richard juga sebenarnya bisa dibilang keturunan keluarga Belar yang berhak jadi raja... Tapi dia tidak pernah tinggal di sini... Meski mungkin dia tahu tentang dunia ini dari sang kakek buyut... "
Murata diam sebentar, sebelum kemudian melanjutkan ceritanya.
--
Aku pun menceritakan kejadian nahas itu padanya. Kejadian nahan yang dialami kakek buyut beserta keluarganya di masa lalu. Sampai dia tersesat di dunia ini, dan akhirnya membangun keluarga lagi.
Richard dan April terbelalak ngeri.
"Aku... Tidak pernah tahu kalau semuanya seberat itu... " Richard bergumam lirih.
"Sudahlah... Ini bukan salahmu... Ini hanya takdir yang sudah digariskan, tidak lebih... " aku menepuk pundaknya lagi.
"Ya... Mungkin kau benar..." Richard tersenyum tipis.
--
Amerika Serikat, 11 Desember 1941
Dua tahun berlalu sejak obrolanku dengan suami istri itu, dan kami masih terjebak di situasi Perang Dunia II yang semakin hari semakin tidak pasti saja.
Hari ini menandai empat hari pasca serangan Jepang ke Pearl Harbour, dan Amerika telah resmi mendeklarasikan perang dengan negara di Timur Jauh itu.
Yang mengejutkan, Nazi Jerman juga telah menyatakan perang terhadap Amerika Serikat, dan AS menanggapinya sebagai sebuah provokasi militer. Keputusan perang Nazi dengan Amerika diambil oleh Hitler, hampir tanpa perundingan.
Richard menjadi gelisah. Kotak kotak terlarang itu masih memenuhi kepalanya. Dia takut kotak kotak itu musnah karena perang yang berkecamuk. Aku yang mengetahui letak kotak itu segera bertindak diam diam. Aku memindahkan letak kotak itu diam diam ke tempat yang kurasa aman. Kotak Toudou no Gouka kuletakkan di gudang sebuah museum dengan bantuan seorang kurator museum di Amerika, seorang sahabat lama.
Sementara kotak Kagami no Minasoko aku kirimkan ke Swiss, dan aku hanyutkan ke salah satu danau sunyi yang ada di situ.
Kupikir, semua akan baik baik saja. Namun aku salah.
Museum tempat aku menyimpan kotak Toudou no Gouka terbakar akibat ledakan bom. Aku tidak pernah melihat wujud kotak itu lagi, meski aku yakin kotak itu masih selamat.
Richard dan April tidak pernah tahu hal itu. Aku tidak berniat memberi tahu mereka.
--
Amerika Serikat, musim panas 1957
Perang Dunia II memang sudah berakhir sejak 12 tahun yang lalu, namun dampaknya masih dapat dirasakan hingga kini.
Dunia belum benar benar pulih, dan masih harus ditambah dengan wabah flu Asia. Awalnya merebak di Singapura pada awal tahun, sebelum akhirnya menyusul China, Hong Kong, sampai Amerika Serikat.
Richard adalah salah satu pasien penyakit flu Asia yang merebak sampai Amerika. Selama beberapa waktu, aku yang telah menetap di Amerika menjadi dokter pribadi sekaligus sahabat karibnya.
Richard menyerah pada penyakitnya saat musim panas di tahun itu hampir berakhir.
Aku menutup wajah pria itu, lalu berdoa untuk kedamaiannya.
Aku teringat pesan pria itu untuk mengembalikan benda itu padanya. Kuambil lilitan kain kusam itu, kemudian kubungkus dalam sebuah tas jinjing kulit.
Lengan itu akan kembali lagi ke pemilik aslinya...
Bersambung
--
Catatan :
Cerita lengkap mengenai sejarah keluarga Belar dan petualangan Richard dan April dapat dibaca di gaiden Maruma, Ojousama to wa Kari no Sugata yang terbit di Jepang pada tahun 2003.
Chapter ini ditulis berdasarkan kisah di buku itu, meski ada beberapa pengubahan dan tambahan dari saya, tanpa mengubah inti ceritanya.
Mohon maaf bila ada kesalahan nama tokoh dan tempat kejadian, karena ingatan penulis mengenai cerita ini sungguh kurang.
Sebagian kejadian di chapter ini adalah potongan sejarah yang benar benar terjadi di dunia nyata, yang saya padukan dengan dunia fiksi.
--
Akhirnya chapter terberat dan paling rumit bagi saya dapat dirampungkan. Saya sampai harus membuat coretan di kertas mengenai silsilah keluarga Belar aka Weller ini, karena sungguh sempat membuat saya bingung, tapi akhirnya dapat juga benang merahnya.
Terima kasih telah bersedia menunggu.
