Tuan Muda Kedua Kami, tidak lagi memiliki kaki.

Aku menenangkan hatiku dan pergi ke halaman untuk meminta bantuan Kisame. Ketika kami membawa Tuan Sasuke kembali ke rumah, wajahnya benar-benar tanpa ekspresi. Di malam hari, Tuan Itachi kembali dan ketika dia melihat Tuan Sasuke, air matanya langsung jatuh. Tuan Itachi jatuh ke samping tempat tidur Tuan Sasuke dan menangis, "Adikku, adik laki-lakiku...". Sebenarnya, aku ingin mengingatkan Tuan Itachi jika kita harus memanggil dokter dulu, tapi melihat dia menangis begitu sedih, aku tidak membuka mulutku. Dibandingkan dengan Tuan Itachi, Tuan Sasuke jauh lebih tenang. Dia menatap langit-langit, tidak menangis, bahkan tidak membuat satu ekspresi pun.

Aku menunggu di pintu dan melihat Tuan Sasuke melalui celah pintu, bertanya-tanya apakah ini masih Tuan Muda Kedua kami? Aku akhirnya mengerti apa maksud dari ekspresi serius Kisame. Sebelumnya, aku masih berpikir bahwa Tuan Sasuke dapat pulih. Tapi melihat tubuh Tuan Sasuke sekarang, aku hanya bisa berpikir bahwa aku terlalu naif.

Tuan Sasuke lumpuh, sangat lumpuh. Bagaimana aku harus menjelaskan ini - Tuan Sasuke hanya tersisa setengah. Kedua kakinya, mulai dari lutut sampai telapak kaki, hilang. Sisi kiri sedikit lebih kuat dari kanan. Aku dulu harus mengangkat kepala untuk melihat Tuan Sasuke, tetapi sekarang tingginya hanya sekitar dadaku.

Setelah tangisan yang sepertinya tiada akhir, Tuan Itachi akhirnya ingat untuk memanggil seorang dokter, namun karena sekarang Klan Uchiha sudah hancur, kami tidak bisa menyewa dokter yang baik. Seorang tabib dari jalanan sempit datang untuk melihat. Untuk merawat luka-lukanya, Tuan Sasuke tidak mengenakan pakaian apa pun pada bagian bawahnya. Tabib itu memberi tahu Tuan Itachi bahwa dia telah melakukan pertolongan terbaik dan meminta agar luka itu dirawat secara khusus. Setelah mengirim tabib itu pergi, Tuan Itachi kembali ke rumah untuk memberitahukan hal tersebut kepada Tuan Sasuke, tetapi Tuan Sasuke sama sekali mengabaikannya.

Setelah beberapa hari, sebelum Tuan Itachi dapat membuat Tuan Sasuke berbicara, dia harus pergi ke luar kota untuk melakukan beberapa urusan. Sebelum dia pergi, Tuan Itachi menyuruhku untuk menjaga Tuan Sasuke dan berkata jika dia akan kembali dalam dua bulan. Tuan Itachi membawa Kisame pergi, dan hanya tersisa aku dan Tuan Sasuke di rumah. Oh, dan ada Nenek Feng. Tapi Nenek Feng tidak berbicara sepanjang hari jadi aku hampir melupakannya.

Hari pertama ketika aku memasuki kamar Tuan Sasuke, seluruh ruangan berbau busuk. Aku membuka jendela dan menjelaskan kepada Tuan Sasuke yang sedang berbaring di tempat tidur, "Agar angin bisa masuk." Tapi Tuan Sasuke tentu saja mengabaikanku. Kemudian, aku menyuapi Tuan Sasuke makanan. Dia seperti mayat hidup, membuka dan menutup mulutnya, tidak tahu ke mana matanya harus melihat.

Sampai di malam hari, ketika aku membawa obat ke kamar, aku memberi tahu Tuan Sasuke, "Tuan Sasuke, pelayan ini akan membantu Anda mengganti obat." Dia akhirnya bereaksi. Mata Tuan Sasuke mulai bergerak dan melihat ke arahku. Aku berjalan mendekat dan hendak memindahkan selimutnya. Sebelum aku bisa bergerak lagi, dia berbicara dengan suara rendah, "Pergi." Sebenarnya, aku sudah menduga dia akan mengatakan ini. Tapi sebagai pelayan yang setia, tentu saja aku tidak bisa pergi. Aku menurunkan alisku dan dengan lembut berkata, "Tuan Sasuke, lukanya perlu diberi obat. Mungkin akan sakit, mohon untuk ditahan."

Ketika aku menyibakkan selimut, bau daging busuk menyebar di ruangan. Tabib itu benar-benar… dia tidak tahu bagaimana caranya merawat orang. Aku memegang obat dan mengerahkan seluruh upaya terbaik untuk mengoleskan obat pada luka Tuan Sasuke. Sebelum obat itu menyentuhnya, aku melihat kaki Tuan Sasuke bergetar dan kemudian aku didorong oleh kekuatan besar dari sepasang lengan Tuan Sasuke. Aku terjatuh dan obat-obat berceceran.

Aku mengangkat kepalaku dan melihat rambut Tuan Sasuke berantakan, sepasang matanya seperti binatang buas menatapku dengan mematikan, "Aku menyuruhmu pergi." Apakah aku pergi karena ancaman itu— tentu saja tidak. Aku tau dengan jelas tentang betapa ganasnya amarah Tuan Sasuke, bagaimanapun juga aku adalah tempat pelampiasan amarahnya selama bertahun-tahun. Aku benar-benar ingin mengatakan kepada Tuan Sasuke bahwa dorongan ini bahkan tidak menyakitkan, tendangan yang dia berikan kepadaku dulu jauh lebih kuat.

Dan kemudian aku tiba-tiba menyadari, apakah aku tidak lagi takut pada Tuan Sasuke karena dia tidak bisa lagi menendangku? Saat aku merenungkan hal ini, aku menyiapkan obat lagi dan kembali ke sisi tempat tidur Tuan Sasuke— kali ini aku lebih pintar dan mengoleskan obat di ujung tempat tidur. Bahkan jika Tuan Sasuke mencoba menggunakan tangannya, dia tidak akan bisa menjangkauku. Aku benar-benar pintar. Aku hampir ingin bersorak tetapi Tuan Sasuke benar-benar marah. Kedua lengannya diletakkan di sisinya, seolah-olah dia ingin duduk dan menghabisiku. Tapi aku sama sekali tidak takut, karena Tuan Sasuke benar-benar terlalu lemah sekarang. Apalagi luka di kakinya belum sembuh, warnanya hitam kemerah-merahan. Melihatnya, aku merasakan sakit di sekujur tubuh. Jika dia duduk dan menekan luka-lukanya, itu sama saja dengan mencari mati.

Aku dengan tenang mengoleskan obat itu. Sebenarnya aku sedikit malu karena Tuan Sasuke tidak mengenakan apa pun— oh tidak, jangan salah paham. Ini titah tabib tua itu agar lukanya tidak terinfeksi dengan kain celana. Melihat tubuh telanjang Tuan Sasuke, bahkan jika aku memikirkannya sekarang, aku akan sedikit gugup. Bagian itu dari Tuan Sasuke... aku hanya bisa mengatakan luar biasa.

Aku berkonsentrasi pada penerapan obat. Setiap kali aku menyentuh satu bagian, Tuan Sasuke akan sedikit mengerang. Setelah aku mengoleskan lebih banyak lagi, seluruh bokong Tuan Sasuke bergetar disertai ringisan. Aku memberanikan diri untuk mengangkat kepala dan melihat sekilas wajah Tuan Sasuke yang pucat pasi dengan nadi berdenyut-denyut dan penuh keringat dingin. Aku menduga bahwa dia sangat kesakitan sehingga dia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk memarahiku.

Setelah mengoleskan obat, aku pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan. Ketika aku kembali ke kamar, Tuan Sasuke masih seperti ikan mati, mata terbuka, berbaring di tempat tidur. Aku mengangkat sesendok bubur ke bibir Tuan Sasuke. Tuan Sasuke mencoba menghempaskanya. Untungnya, aku melindungi mangkuk dengan hati-hati. Meski panas, buburnya tidak tumpah. "Tuan Sasuke, makanlah sedikit."

Tuan Sasuke berkata, "Pergi."

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Jika dulu Tuan Sasuke memintaku untuk pergi, aku akan segera pergi sejauh mungkin. Tapi sekarang... apa yang akan terjadi pada Tuan Sasuke jika aku pergi? Tapi, aku tidak punya metode lain. Aku bisa dengan paksa mengoleskan obat, tetapi apa yang akan aku lakukan dengan makanan. Tunggu... dengan paksa? Betul, memang harus dengan paksaan.

Aku meletakkan bubur di samping dan menatapnya sampai menjadi dingin. Jadi, ketika disuapkan dengan paksa, buburnya tidak akan membuat bibir melepuh. Setelah beberapa saat, aku mencobanya dan merasa sudah aman jika disuapkan. Aku membawa mangkuk itu ke dekat bibirnya. Tuan Sasuke mungkin tidak pernah memiliki pengalaman direndahkan oleh pelayan sebelumnya, matanya sangat tidak bersahabat saat aku berkata – Tuan Sasuke, maaf jika pelayan ini telah menyinggung Anda. Hari itu, sepertinya aku benar-benar menyinggung perasaannya.

The Prodigy

Character : Masashi K.

Based on famous chinese saying:

《浪子回头金不换》that means you won't exchange the return of a prodigal son for gold

Genre : Hurt/Comfort & Romance

Sasuino

Probably two shoots, or maybe three shoots.

.

.

Sejak hari itu, hal yang patut untuk disyukuri dan dirayakan adalah aku menemukan metode untuk mengoleskan obat dan memberi makan Tuan Sasuke. Setelah beberapa hari, Tuan Sasuke berhenti memarahiku dan hanya bertindak seolah-olah aku tidak ada. Setiap hari, dia berbaring di posisi yang sama, menatap dengan mata terbuka lebar ke langit-langit. Dia makan, minum, buang air besar dan buang air kecil semua di tempat tidur. Berbicara tentang makan, minum, buang air besar dan buang air kecil, aku menderita untuk dua hal yang pertama dan Tuan Sasuke menderita untuk dua hal yang terakhir.

Karena Tuan Sasuke tidak bisa turun dari tempat tidur, aku harus masuk ke kamar dan melayaninya setiap beberapa waktu. Untuk buang air kecil, Tuan Sasuke bisa berpura-pura dia adalah ikan mati. Aku hanya perlu memegang pot urin pada sudut yang benar. Tapi buang air besar adalah satu kegiatan yang seperti mengambil nyawa Tuan Sasuke. Aku harus menggendongnya untuk duduk. Meskipun aku mengatakan duduk, sebenarnya itu lebih seperti menopang bokong dan kemudian meletakkan baskom kotoran di bawah. Jika aku salah menopang bokongnya dan bergerak sedikit saja, lukanya akan bersentuhan dengan tanah. Kotoran, tetesan urin, keringat dingin dan air mata - suasana di rumah kami seburuk itu.

Tapi, hari-hari kami berlalu seperti ini.

Setelah sebulan, luka Tuan Sasuke menjadi lebih baik. Tuan Itachi dan Kisame belum kembali dan rumah ini sudah hampir hancur berantakan. Aku berjongkok di halaman dan memikirkan ini, jika tidak ada uang yang diperoleh, sekitar empat hingga lima hari kemudian Tuan Sasuke bahkan tidak akan bisa minum sisa air bubur. Jadi, aku memutuskan untuk membuat sesuatu untuk dijual. Apa yang harus aku jual? Setelah berpikir beberapa lama, aku memutuskan untuk membuat beberapa kerajinan tangan. Aku sebenarnya memiliki sepasang tangan yang lincah.

Pada hari itu, setelah aku merawat Tuan Sasuke, aku berlari ke ladang di luar kota untuk memetik bunga dan pakis. Kemudian kembali ke rumah dan membuat mahkota bunga, kalung dan gelang. Saat ini adalah musim semi yang baik. Setiap hari, tuan-tuan muda kaya akan membawa gadis-gadis mereka untuk bermain di luar kota, jadi aku berdiri di gerbang kota untuk menjual barang dagangan. Sebenarnya aku menjual cukup baik, hanya saja ini sedikit melelahkan karena bunga dan pakis akan layu dalam semalam tapi harus tetap segar jika ingin terlihat bagus untuk dijual. Setiap hari di pagi-pagi buta, aku akan berlari ke ladang bunga, memetik, merangkai, merawat Tuan Sasuke, lalu pergi keluar untuk berjualan, dan kembali lagi untuk merawat Tuan Sasuke. Tapi untungnya aku punya uang yang dihasilkan, bagaimanapun juga aku tidak bisa membiarkan Tuan Sasuke mati kelaparan.

Suatu hari aku sedang menyuapi Tuan Sasuke ketika dia tiba-tiba berkata, "Buka jendela". Aku segera membuka jendela. Saat itu musim semi, cuaca cerah dan berangin, burung-burung berkicau, di mana-mana bersinar dengan kehidupan. Aku melihat ke luar dan sejenak dapat menarik napas dengan santai.

Tuan Sasuke berbicara dengan suara rendah, "Tutup." Aku bersumpah aku benar-benar tidak mendengarnya pertama kali. Tuan Sasuke mungkin mengira aku sengaja tidak mematuhinya sehingga dia berteriak, "Aku memerintahkan untuk menutupnya!" Aku kaget dan berbalik. Aku melihat bahwa Tuan Sasuke telah memalingkan kepalanya, setengah tersembunyi di bawah selimut.

Sesaat— pada momen itu, tiba-tiba aku merasa bahwa Tuan Sasuke sedikit menyedihkan. Aku tidak tahu dari mana aku mendapatkan keberanian tetapi aku memberi tahu Tuan Sasuke, " Tuan, izinkan saya membawa Anda keluar untuk melihat-lihat."

Tuan Sasuke mengabaikanku. Aku berjalan ke depan dan memegang bahu Tuan Sasuke, dia menghempaskan tanganku. "Jangan sentuh aku!" Pada saat itu, aku benar-benar seperti kerasukan dan menariknya untuk duduk. Cedera Tuan Sasuke hampir pulih sepenuhnya tetapi dia tidak bisa benar-benar bangkit. Untuk bangkit begitu tiba-tiba, dia akan langsung merasa pusing dan linglung. Mengambil keuntungan dari Tuan Sasuke yang sedang linglung, menggunakan tangan dan kakiku, aku memindahkannya ke gerobak kayu.

Ketika Tuan Sasuke mendapatkan kembali kesadarannya, dia sudah berbaring di kereta kayu. Saat dia hendak melepaskan amarahnya yang berapi-api, dia menoleh ke benda-benda berserakan di kiri lengannya. Itu adalah mahkota bunga yang aku siapkan untuk dijual. Tuan Sasuke bertanya, "Apa ini?" Aku menjawab dengan jujur. Setelahnya, Tuan Sasuke berhenti berbicara. Aku merasa bahwa dia malu dengan penjualan barang-barang seperti itu, tetapi aku tidak memiliki ide yang lebih baik. Melihat bahwa dia tidak melepaskan amarahnya, aku mendorongnya keluar pintu. Lagi pula Tuan Sasuke sudah terkurung di rumah begitu lama dan pasti membutuhkan sedikit sinar matahari.

Aku berjalan ke tempat biasa berjualan. Ketika aku menjual barang-barang itu, Tuan Sasuke beristirahat di gerobak kayu.

Sebenarnya, semuanya berjalan lancar. Namun tiba-tiba datang sekelompok orang yang sengaja mencari-cari kesalahan. Aku benar-benar frustrasi, mengapa mereka tidak berjalan-jalan di lain hari? Mengapa mereka datang ketika Tuan Sasuke ada? Baru kemudian aku mengetahui bahwa kelompok orang ini mengenal Tuan Sasuke. Ketika dulu Tuan Sasuke dengan bangga menjelajahi Konoha, ada banyak orang yang tidak menyukainya. Sekarang Tuan Sasuke telah jatuh, mereka datang untuk menggertak dan mengolok.

Sekelompok orang mengepung gerobak kayu. Meskipun mulut mereka mengucapkan kata-kata keprihatinan, aku dapat melihat bahwa mereka mencari kesenangan dalam kemalangan. Terutama pimpinan mereka, dia cukup tampan dan berpakaian bagus, tapi aku tidak tahu mengapa tatapannya sangat beracun.

Tuan Sasuke tidak berbicara dan tidak bergerak, dia hanya berbaring di sana. Meskipun dia tidak membuat ekspresi apa pun, aku dapat mengatakan bahwa dia sangat tidak nyaman hingga dia ingin mati. Bagian bawah Tuan Sasuke ditutupi olehku karena aku takut dia akan kedinginan terkena angin. Pimpinan kelompok itu kemudian mengangkat selimut tersebut dan ketika semua orang melihat bagian bawah Tuan Sasuke, mereka tercengang. Kemudian, mereka tertawa terbahak-bahak. Pada saat itu, aku meledak.

Aku tidak peduli tentang apa pun. Aku mengambil cabang pohon di samping, berteriak keras dan membidik pimpinan kelompok itu. Dia tidak menduga aku akan menyerang dan memukulnya. Mereka mungkin tidak menyangka bahwa seorang pelayan akan berani melakukan hal seperti itu, bahkan Tuan Sasuke melihat ke arahku. Orang yang dipukul itu linglung sejenak. Ketika dia sadar kembali, dia melambaikan tangannya dan teman-teman bajingannya yang lain mulai meninjuku dengan keras. Aku memeluk kepalaku dan menyusut menjadi bola, menggigit gigiku untuk bertahan. Mengapa mereka memukulku begitu keras? Apakah kesalahan yang aku perbuat? Setelah beberapa saat, mereka kelelahan memukuliku dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka. Aku terbaring cukup lama sebelum bangkit dari tanah. Pada pandangan pertama, aku melihat wajah Tuan Sasuke yang tanpa ekspresi dan sepasang mata yang sangat gelap.

Aku pikir aku pasti telah menyebabkan dia kehilangan muka lagi. Setelah pemukulan ini, mahkota bunga juga hancur dan tidak bisa dijual, jadi kami hanya bisa pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, Tuan Sasuke tidak berbicara sepatah kata pun. Aku sedikit menyesal sudah membawanya keluar.

Meskipun berbaring di rumah itu membosankan, setidaknya lebih baik daripada kejadian tadi. Pada malam hari saat makan malam, Tuan Sasuke secara mengejutkan memintaku menggendongnya untuk duduk. Kalian harus tau bahwa sebelumnya dia akan memakan makanannya sambil setengah berbaring. Setelah aku menggendongnya, Tuan Sasuke menatapku. Aku tahu wajahku pasti sangat merona sekarang jadi aku menundukkan kepalaku. Tuan Sasuke berkata, "Angkat kepalamu." Aku menatapnya dengan mata yang lebam dan bengkak. Setelah menatapku selama beberapa lama, Tuan Sasuke bertanya, "Siapa kamu?"

Aku tercengang. Hatiku berkata Tuan Sasuke, jangan bilang Anda telah menjadi bodoh karena diolok-olok oleh kelompok tadi? Dengan ragu aku berkata, "T-tuan..Sasuke?"

Tuan Sasuke mengerutkan alisnya dan bertanya, "Apakah kamu seorang pelayan yang dibeli oleh Itachi?"

Aku kemudian menyadari bahwa dia tidak bodoh, akulah yang bodoh. Aku menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Tuan Sasuke, pelayan rendahan ini adalah pelayan yang berasal dari Kediaman Uchiha."

Setelah selesai berbicara, aku menambahkan, "Saya awalnya berasal dari halaman Tuan Sasuke."

Tuan Sasuke bahkan tidak berpikir dan berkata, "Tidak mungkin."

Aku terdiam.

Aku tahu beberapa kata berikutnya yang Tuan Sasuke simpan di hatinya dan tidak dia katakan—halamanku tidak mungkin memiliki pelayan yang terlihat seperti ini.

Jadi aku menarik napas dalam-dalam lagi dan menceritakan bagaimana aku dikirim ke halamannya. Setelah mendengarkan, Tuan Sasuke tidak berbicara untuk waktu yang lama. Setelah beberapa saat, dia bertanya, "Mengapa kamu tidak pergi?"

Aku terdiam, ya, mengapa aku tidak pergi. Sebelum aku memikirkan bagaimana menjawab dengan benar, Tuan Sasuke sudah berbicara, "Sudahlah, berikan aku nasi." Aku memberikan semangkuk nasi padanya. Tuan Sasuke bersandar di dinding dan mulai makan sendiri. Aku masih berdiri dengan bingung.

Dia duduk dengan tidak stabil. Setiap kali tubuhnya bersandar, dia akan meregangkan lengannya untuk menopang. Setelah dia selesai, aku akan mencuci mangkuk ketika dia menyuruhku untuk tinggal. "Duduk."

Akupun duduk.

"Siapa nama panggilanmu?"

"Ino" (Terdengar seperti babi)

"..."

Tuan Sasuke menatapku dengan ekspresi bingung, "Kamu dipanggil apa?"

Aku mengedipkan mata mencoba memahami mengapa Tuan Sasuke bertanya kembali, kemudian menyadari kesalahanku dimana, dengan cepat aku berkata "Ah, sebenarnya kalau di halaman Tuan Sasuke, para dayang dan selir biasa memanggilku monyet."

Tuan Sasuke memandangku dengan ekspresi seolah-olah dia tersedak oleh nasi. Dengan cepat dia mengibaskan tangannya, "Aku dengar tadi, namamu Ino." Kemudian dia menambahkan, "Ino, berapa sisa uang yang rumah ini punya."

Aku berkata, "Dua ratus tael."

"..."

Aku pikir angka ini adalah sesuatu yang tidak dapat diterima oleh Tuan Sasuke dan aku akan menghiburnya dengan menambahkan bahwa Tuan Itachi telah bepergian ke luar untuk urusan bisnis. Tapi, siapa tahu Tuan Sasuke tiba-tiba berkata, "Itu cukup."

Aku terdiam kebingungan.

Tetapi Tuan Sasuke tidak mengatakan apa-apa lagi dan bertanya kepadaku berapa banyak yang bisa aku jual setiap hari.

Aku berkata, "Sekitar lima tael." Alis Tuan Sasuke segera berkerut, "Kamu menjual berapa harganya?" Aku mengulangi diriku lagi.

Dia berkata, "Besok setelah kamu menyiapkan barang-barang, jangan menjualnya."

Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan Tuan Sasuke tetapi aku mengangguk padanya. Setelah berbicara, Tuan Sasuke memerintahkanku untuk membawa karpet anyaman rumput. Setelah aku meletakkan karpet itu di dalam rumah, Tuan Sasuke memerintahkanku untuk meletakkannya dengan benar di tanah. Aku mengikuti perintahnya. Setelah aku selesai, dia memintaku untuk pergi. Aku pergi ke dapur untuk membersihkan mangkuk dan berpikir bahwa Tuan Sasuke agak aneh malam ini. Setelah selesai mencuci, aku pergi ke halaman dan mendengar suara dari kamar Tuan Sasuke. Tapi karena dia tidak memanggilku, aku tidak berani masuk. Aku duduk di luar rumah dan mendengar suara terjatuh berulang kali. Aku mendengar dan menunggu, sampai aku tidak bisa mentolerir lagi dan bersandar ke jendela untuk melihat melalui celah.

Aku terkejut. Aku tidak tahu kapan Tuan Sasuke jatuh dari tempat tidur. Dia berbaring di tanah dan dia tampaknya sedang mencoba untuk bangun. Aku tidak peduli dan bergegas ke kamar. Ketika aku masuk, Tuan Sasuke tampak terkejut dan dia memelototiku dari tanah. "Siapa yang mengizinkanmu masuk?!"

Aku berkata, "Biarkan pelayan rendahan ini membantu anda, Tuan."

"Keluar!"

Aku masih ragu-ragu ketika Tuan Sasuke memalingkan wajahnya dariku, "Aku memerintahkanmu untuk keluar!"

Aish…sungguh temperamen ini. Aku berbalik untuk keluar. Aku tinggal di sisi pintu untuk mendengarkan suara kacau dari dalam ruangan. Sampai larut malam, sebuah suara akhirnya datang dari kamar, "Ino, masuk."

Aku mendorong pintu terbuka. Tuan Sasuke benar-benar basah oleh keringat, berbaring di karpet. Sepertinya dia telah menghabiskan semua energinya. Dia berbicara kepadaku tanpa kekuatan, "Bawa aku."

Aku membawa Tuan Sasuke kembali ke tempat tidur. Tuan Sasuke masih terengah-engah. Dalam hatiku, sepertinya aku bisa menerka-nerka apa yang Tuan Sasuke lakukan. Aku ragu-ragu sejenak kemudian berbicara kepadanya dengan suara kecil, "Tuan Sasuke, jika Anda ingin melatih tubuh Anda, Anda harus meminta pelayan ini untuk membantu Anda."

Aku pasti sudah memakan nyali macan tutul untuk berani berbicara seperti itu. Setelah aku selesai, aku memejamkan mata menunggu pukulan. Siapa yang tahu bahwa Tuan Sasuke menutup matanya, dan ketika napasnya stabil, dia berbicara dengan suara rendah, "Baiklah."

Ketika aku keluar dari kamar Tuan Sasuke, hatiku berpikir bahwa Tuan Sasuke memang agak aneh malam ini.

OOo

Besoknya aku memenuhi perintah Tuan Sasuke untuk membuat mahkota bunga dan meletakkannya di samping. Tuan Sasuke membagi mahkota bunga menjadi dua kelompok dan kemudian memintaku untuk membawanya ke gerobak kayu. Aku sebenarnya berpikir bahwa setelah kejadian kemarin, Tuan Sasuke tidak akan mau meninggalkan rumah lagi. Dia memintaku untuk membawanya ke Paviliun Cheng, sebuah toko yang menjual make-up dan aksesoris. Ketika kami sampai di pintu masuk, Tuan Sasuke memintaku untuk memanggil penjaga toko. Ketika penjaga toko keluar dan melihat Tuan Sasuke duduk di gerobak kayu, ekspresinya tidak bagus tetapi dia masih memberi salam. Tuan Sasuke memintaku untuk duduk di samping dan kemudian mulai berdiskusi dengan penjaga toko. Setelah satu jam, aku melihat penjaga toko mengarahkan salah satu asisten tokonya untuk membawa mahkota bunga itu dan kemudian dia masuk ke toko.

Pada titik ini, Tuan Sasuke memanggilku, "Ayo kembali." Aku tidak berani bertanya lebih banyak jadi aku mendorong gerobak kembali ke rumah. Ketika kami sampai di rumah, Tuan Sasuke melemparkanku sebuah kantong. Ketika aku menangkapnya, di dalamnya ada beberapa keping perak kecil. Aku terkejut. Tuan Sasuke berkata, "Kamu bekerja keras."

Ini.. uang ini..

Tuan Sasuke memerintahkan, "Mulai besok, satu kelompok mahkota bunga setiap tiga hari sampai musim bunga berakhir. Pilih bunga mekar putih dan bunga yang serasi, jangan gunakan bunga willow." Aku buru-buru menganggukkan kepalaku, "Ya ya."

Setelahnya aku menghasilkan lebih banyak dan bekerja lebih sedikit sehingga ada lebih banyak waktu luang. Sekarang, selain makan, buang air besar dan buang air kecil, Tuan Sasuke akan melatih tubuhnya. Aku takut dia akan menyakiti kepalanya jadi aku membuat lebih banyak karpet rumput untuk menutupi tanah. Setelah luka-lukanya pulih, Tuan Sasuke akhirnya bisa mengenakan celana. Untuk kenyamanan, Aku memotong kaki celana, menjahitnya bersama-sama untuk dipakai oleh Tuan Sasuke. Tubuh Tuan Sasuke sangat tidak seperti sebelumnya, bahkan untuk duduk pun sulit. Setiap hari, aku akan menopang punggungnya dan dia akan berlatih duduk. Pada awalnya, dia akan bersandar ke kanan dan jatuh, tetapi kemudian setelah banyak latihan, Tuan Sasuke dapat duduk dengan stabil.

Sekarang, Tuan Sasuke tidak hanya bisa duduk, dia bisa menggunakan kedua tangan yang menopang dari tanah untuk bergerak maju. Aku bertanya kepada Tuan Sasuke apakah dia ingin pengrajin membuat kursi roda. Tuan Sasuke berpikir sejenak dan menggelengkan kepalanya. Dia berkata, "Itu tidak nyaman." Tuan Sasuke kemudian melirikku. Aku terkejut menyadari bahwa ada keraguan di matanya. Setelah menunggu beberapa lama, dia memalingkan wajahnya dan berkata dengan suara rendah, "Kemarilah."

Aku sudah berdiri di depannya, bagaimana bisa aku lebih mendekat? Tapi perintah Tuan Sasuke harus dipatuhi jadi aku maju setengah langkah. Tuan Sasuke berkata, "Sentuh itu."

"….." aku terdiam dengan bingung.

Tuan Sasuke memerintahkan dengan tidak sabar, "Sentuh kakiku!"

Aku tidak tahu apa yang dia inginkan tetapi aku mengulurkan tanganku. Aku sangat hati-hati menyentuhnya. Ini bukan pertama kalinya aku menyentuh kakinya. Aku telah menyentuhnya sebelumnya ketika mengoleskan obat dan itupun dalam keadaan bagian bawah Tuan Sasuke telanjang. Sekarang setengah kaki ini mengenakan celana yang dijahit khusus, aku lebih gugup daripada saat Tuan Sasuke telanjang. Tuan Sasuke tampaknya terpengaruh oleh sikapku dan wajahnya menjadi sedikit merah—aku merasa bahwa dia pasti marah kepadaku. Dengan patuh, aku menyentuhnya.

Kaki Tuan Sasuke masih cukup kuat. Aku tidak bisa menahannya dengan satu tangan. Di bawah tanganku ada kain, di dalam kain itu ada tonjolan dan lubang. Aku tidak tahu apakah tanganku yang gemetar atau kaki Tuan Sasuke yang gemetar. "Apakah kamu menyentuh dengan hati-hati?" Aku menganggukkan kepalaku seperti orang bodoh. Tuan Sasuke berkata, "Pergilah ke tukang kayu dan buatlah tabung bambu dengan ketebalan yang sama."

"Ketebalan ini ..."

Wajah Tuan Sasuke memerah, "Setebal kakiku!"

"Ah, ya."

Aku bertanya lagi, "Berapa panjang?"

Ekspresi Tuan Sasuke tidak bagus, dia melambai dengan sederhana, "Jika panjang, akan sulit untuk berjalan. Panjang dua telapak tangan sudah cukup. Buat juga tongkat berjalan."

Jadi, aku pergi. Setelah si tukang kayu mendengar permintaanku, dia langsung berkata bahwa aku bisa menunggu. Tapi... saat aku berjalan pulang dan melihat produk di tanganku, dan juga mencoba tongkat berjalan, tingginya hanya mencapai pundakku. Aku melihat lagi ke tabung bambu bundar dan hatiku dipenuhi kepahitan. Tuan Kedua Kami sekarang hanya setinggi ini.

Setelah aku membawanya pulang, Tuan Sasuke melihat produk itu untuk waktu yang lama. Ekspresinya tenang. Aku berdiri di samping dan tidak berani menghela nafas. Tuan Sasuke berkata, "Cepat juga." Aku segera menjawab, "Tukang kayu itu sangat andal!" Tuan Sasuke menatapku tanpa berkata-kata dan aku menundukkan kepalaku dan dengan patuh menutup mulutku.

Aku merasa bahwa hati Tuan Sasuke sedang dipenuhi amarah. Tindakannya dalam menempelkan tabung ke lututnya sangat kasar. Aku berjalan mendekat dan membantunya memasangkannya. Tangannya gemetar, kepalanya menunduk, aku tidak bisa melihat wajahnya. Aku berkata, "Tuan Sasuke, lebih lembut." Tangan Tuan Sasuke berhenti bergerak dan sisanya dilakukan olehku.

Tuan Sasuke pindah ke tanah dengan kruk di bawah kedua ketiaknya, panjangnya sesuai. Dengan kedua tangannya dia menopang, tubuhnya bergerak. Dan kemudian Tuan Sasuke jatuh ke bawah. Aku dengan cepat menggendongnya tetapi Tuan Sasuke memintaku untuk tetap di samping. Jadi, aku melihatnya memanjat dari tanah sendiri, dan kemudian mencoba lagi. Aku tidak tahu bahwa Tuan Sasuke sudah bisa bangkit dari tanah dengan begitu mudah.

Setelah itu, Tuan Sasuke akan berlatih berjalan dengan kruk setiap hari. Mulanya ia terjatuh hingga sekujur tubuhnya penuh bercak hijau dan ungu. Belakangan, perlahan-lahan, dia bisa berjalan jauh lebih lancar sehingga dia bisa membuang kruk sebelah kiri dan hanya berjalan dengan satu kruk. Tentu saja, konsekuensi dari berlatih begitu banyak adalah kakinya terjatuh sampai penuh darah segar. Setiap kali obat dioleskan, Tuan Sasuke akan sangat kesakitan sampai menggertakkan giginya.

Suatu kali aku tidak bisa menahannya dan menyuruh Tuan Sasuke untuk berlatih lebih sedikit dan melakukannya dengan perlahan. Tuan Sasuke menggelengkan kepalanya dan berkata, "Setiap tahun pada saat ini, para pengusaha teh dari Ibukota akan datang ke Konoha. Perdagangan teh sangat ramai dan akan ada banyak peluang untuk berbisnis. Saat itu tiba, aku setidaknya harus bisa berjalan kaki." Beberapa hari setelah itu, Tuan Sasuke membuktikan bahwa dia betul bisa berjalan sendiri.

Ketika para pengusaha datang ke Konoha dari Ibukota, mereka sering duduk di kedai teh di tepi Danau Barat untuk mendiskusikan bisnis. Saat itu Tuan Sasuke pergi ke sana setiap hari. Dia akan memesan sepanci Long Jin (sejenis teh) termurah, dan akan meminumnya sampai teh dalam teko habis. Kemudian, orang-orang di toko mengenalinya sebagai Tuan Muda Kedua Keluarga Uchiha. Melihat kondisinya saat ini, mereka akan berbicara buruk tentang Tuan Sasuke di belakang punggungnya. Sengaja atau tidak, kata-kata mereka akan terdengar ke telinga Tuan Sasuke tetapi Tuan Sasuke akan menganggap dirinya tuli. Dengan kakinya dan tongkatnya, dia akan menyenandungkan lagu dan mengagumi pemandangan.

Hari itu, Tuan Sasuke memasuki kedai teh dan matanya langsung beralih ke tiga orang di meja di sudut terjauh. Dua di antaranya sedang bermain catur, seorang pemuda dan seorang lagi yang paling tua. Tuan Sasuke bersandar pada tongkatnya dan berjalan. Ketika dia sampai di meja, dengan kekuatan dari tangan kanannya, Tuan Sasuke duduk di atas bangku kosong. Ketika pemuda itu melihat ini, alisnya berkerut seolah-olah mereka ingin mengusirnya. Tuan Sasuke berbicara, "Jika kamu tidak menangkap kudanya, dalam tiga langkah, pion akan memaksa raja untuk turun tahta."

Pria tua itu akhirnya menganggukkan kepalanya dan menatap Tuan Sasuke, "Anak muda, seorang pria bijaksana baiknya mengamati papan catur tanpa berbicara."

Tuan Sasuke tertawa dan menepuk-nepuk pemuda yang sedang bermain catur dengan lelaki tua itu, dan berkata, "Anak muda itu tidak berani menang." Pria muda itu tersipu dan tergagap, "Apa ... siapa yang tidak berani menang. Bos Lin, jangan dengarkan dia ..."

Orang tua itu tertawa terbahak-bahak dan mengamati Tuan Sasuke, "Apakah Anda putra Fugaku Uchiha?"

Tuan Sasuke mengangguk. Orang tua itu melihat ke kaki Tuan Sasuke dan tidak mengatakan apa-apa.

Kemudian, Tuan Sasuke berbicara dengan lelaki tua itu sepanjang sore. Secara spesifik aku tidak bisa mengerti, aku hanya tahu bahwa semua orang di sekitarnya melihat mereka. Akhirnya, ketika mereka pergi, Tuan Sasuke membayar untuk meja itu. Meskipun hanya dua teko teh, tetapi harganya menghabiskan seluruh tabungan kami selama dua bulan. Aku merasa tidak rela tetapi karena ini perintah Tuan Sasuke, aku tidak berani mengatakan apa-apa. Ketika kami akan meninggalkan kedai, Tuan Sasuke sudah keluar lebih dulu dan aku mendengar pemuda itu berkata kepada orang tua itu, "Bos Lin, apakah itu putra kedua Paman Uchiha?"

Mendengar mereka mendiskusikan Tuan Sasuke, aku memperlambat langkahku dan berjalan ke samping untuk mendengarkan. Orang tua itu memberikan suara persetujuan. Alis pemuda itu berkerut, "Aku mendengar tentang dia di Ibukota. Aku mendengar dia adalah si celana sutra, penuh nafsu, tidak kompeten, sombong… mengapa Anda memberikan Konoha, rute bisnis teh yang begitu penting baginya?"

Orang tua itu tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Kamu pikir dia tidak kompeten?"

Anak muda itu berhenti dan berkata dengan gumaman, "Meskipun dia sedikit pintar, sikapnya sangat rendahan."

Orang tua itu menjawab, "Minji, menurutmu apa barang paling berharga di dunia ini?"

Hatiku diam-diam berkata, gunung emas dan perak!

Anak muda itu berpikiran sama denganku, "Hal yang berharga - tentu saja emas dan berlian."

Orang tua itu menggelengkan kepalanya.

Anak muda itu berbicara lagi, "Lalu apa?"

Lelaki tua itu mengambil cangkir teh, tidak jelas apa yang dia pikirkan, suaranya yang rendah perlahan menghangat menjadi senyuman, "Hal yang paling berharga di dunia ini adalah kembalinya anak yang hilang."

.

.

Hari itu, setelah kami pulang, aku menyiapkan makanan Tuan Sasuke dan kemudian pergi ke dapur untuk makan malam. Makan malamku adalah campuran tepung, semacam tepung kualitas rendah yang dicairkan hingga kekentalannya ibarat bubur. Aku tidak tahu angin apa yang bertiup sampai membuat Tuan Sasuke datang ke dapur sendiri padahal dia tidak memanggil. Ketika dia melihat apa yang aku makan, dia tertegun sejenak.

Kemudian dia bertanya kepadaku, "Apa ini?"

Aku berkata, "Makanan."

Wajah Tuan Sasuke menjadi gelap. Dia meraih mangkukku dan menghancurkan mangkuk itu bersama makanannya. Aku sangat ketakutan sehingga aku melompat. Setelah menghancurkannya, Tuan Sasuke keluar. Tak lama kemudian, dia kembali dengan sebuah kotak makanan dan meletakkannya di depanku. Dia berkata, "Makan" dan kemudian kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

Aku membuka kotak makanan dan melihat ada tiga lapisan. Ada nasi, lauk, dan bahkan makanan penutup. Aku menelan air liurku dan dengan hati-hati mengambil lauk untuk dimakan. Setelah itu, aku menyimpan sisanya dengan hati-hati di atas kompor. Malam itu ketika aku akan tidur, aku pikir aku pasti telah mempermalukan Tuan Sasuke lagi.

Keesokan harinya, ketika aku membuka mataku, aku melihat Tuan Sasuke di atas tongkatnya dan berdiri di depan tempat tidurku. Meski tidak melengking, aku tetap berteriak.

Ekspresi Tuan Sasuke benar-benar mengerikan. Dia membawa sesuatu dan bertanya, "Apa ini?"

Aku melihatnya dan itu adalah kotak makanan yang dibeli Tuan Sasuke untukku kemarin. Saat aku akan menjawab, Tuan Sasuke tiba-tiba mengangkat kotak makanan dan melemparkannya ke bawah. Semua piring makanan di dalamnya hancur di lantai. Hatiku berpikir jika aku tahu lebih awal, aku akan memakan habis semuanya kemarin dan tidak menyimpannya.

Tuan Sasuke tampak sangat marah, seluruh tubuhnya gemetar. Dia menunjukku, dengan gigi terkatup, dia berkata, "Mengapa kamu menyimpannya. Apakah kamu pikir aku harus menabung selama berhari-hari untuk membeli kotak makanan?"

Aku tanpa sadar menganggukkan kepala, tetapi ketika aku melihat ekspresi Tuan Sasuke, aku dengan cepat berubah menjadi menggelengkan kepala.

Namun, betapa cerdasnya Tuan Sasuke, dia sepertinya telah melihat sesuatu dan dia sangat marah sehingga buku-buku jari di tangannya yang memegang kruk memutih.

Dia berbicara dengan jeda di setiap kata, "Aku, Uchiha Sasuke, tidak peduli seberapa tidak bergunanya diriku, tapi tidak sampai sejauh aku tidak dapat menjagamu*."

TBC


Notes:

*ActualIy I want to use the chinese word "养"/ "Yǎng" that means to raise and take care. It can mean a master taking care of a household but there's also a romantic connotation as it's a common chinese saying for the husband to say he will "养" the wife.

I can't find Indonesian word that have same meaning with "养"