The King and Hime

.

.

.

.

.

Naruto milik Masashi Kishimoto

.

.

.

.

Chapter 1

Bangunan menjulang tinggi selalu menjadi pemandangan biasa di Negara ini. Banyak berbaris perusahaan-perusahaan terkenal yang berhasil melebarkan sayapnya hingga berbagai dunia.

"Kau gadis sialan?! Bagaimana bisa kau diterima di sana?" Seorang perempuan menggenggam tangan temannya kesal. Dia baru saja membaca email yang dikirim perusahaan incarannya kepada teman nya itu. Mereka mendaftar bersamaan, tetapi mengapa hanya gadis itu yang diterima, padahal dalam hal nilai dan kemampuan, dia lebih dari dirinya.

"Tenanglah, aku belum sepenuhnya diterima. Ini baru tahap kedua"

"Tenang kau bilang?! Ami, Kita ini sedang membicarakan perusahaan itu! Uzumaki Corp!"

Perusahaan yang bergerak dibidang kecerdasan buatan, Uzumaki Corp. Mereka merambah hingga keseluruh alat elektronik; menyebarkan kehebatan teknologi masa depan. Smartphone, telivisi, keamanan, peralatan rumah, dan lain-lain. Tidak ada yang terlewat sedikitpun.

"Kalau begitu aku harus bersiap. Wawancaraku akan dimulai sebentar lagi" dan dengan itu, dia melepas pegangan teman nya pada kedua bahu nya dan melenggang pergi; meninggalkan teman nya yang menatap tidak percaya.

Kau mungkin menyerah jika melihat perbandingan diterima di perusahaan hebat ini. Ah, kau harus bertanya dahulu pada karyawan yang mengurus perimaan karyawan baru, mereka bahkan tidak bisa tidur berapa hari; membolak-balikkan ratusan hingga ribuan kertas CV.

Aku tidak mematahkan semangatmu, tetapi menyerahlah jika merasa nilai laporan mu pas-pas an atau tidak memiliki skill apapun.

Ah, jika kau bertanya mengapa perusahaan ini begitu sulit untuk di masuki? Jawaban nya ada kepada orang itu.

Seorang gadis berlari tergesa-gesa menuju meja resepsionis, dia segera membenahi seluruh pakaian nya."A-aku melihatnya" Dia mengatakan itu sekilas sebelum kembali melihat ke arah cermin kecil. Kerumunan kecil segera terbentuk setelah kedatangan gadis yang langsung mengambil peralatan make up nya.

"Sia- maksudmu CEO kecil?"

Gadis itu mengangguk semangat, "Aku hanya melihatnya sekilas! Dan dia tampan sekali!"

Oke, jika berbicara perusahaan hebat. Bukankah kalian akan penasaran siapa sebenarnya pemilik nya?

Langkah kaki laki-laki itu terdengar beirama, tatapan lurus kedepan; mengabaikan pandangan yang diterima nya sesaat setelah kaki itu melangkah masuk.

"Bahkan dia terlihat tampan dengan pakaian sekolah nya itu?!" Pegawai Uzumami Corp bukanlah orang sembarang, mereka diterima setelah dipilah dengan cermat oleh para pegawai yang bertugas. Tetapi mereka tetaplah manusia biasa yang tergoda dengan hal-hal indah dan juga berbau uang

"Tuan"

Seseorang menghentikan langkah kakinya. Bodyguard yang tidak kalah tampan membungkuk ke arahnya. Ah, melihat mereka berdiri berdampingan terlihat seperti lukisan hidup.

"Jas anda sudah siap. Mari saya antar"

Dia mengangguk kecil dan berjalan mengikuti arah bodyguard itu.

Setelah kepergian dua orang itu, semua orang di sana kembali heboh. Menatap langsung wajah orang yang selalu menjadi pemberitaan di TV, bukanlah hal biasa. Apalagi dengan penampilan luar biasa itu.

"Wajah tampan nya itu menjadi sia-sia. Mengapa dia tidak menjadi idol saja?"

"Sadarlah bodoh, kau itu sudah hampir 30 tahun."

"Kau itu benar-benar menghancurkan mood saja. Ayo kembali bekerja"

Tok tok

Ruangan bertulis CEO itu terbuka pelan setelah sang pemilik mempersilahkan masuk. "Kau disini?" Seseorang laki-laki paruh baya bangkit dari kursi kebanggaan nya dan berjalan menyambut tamu yang sudah di nantikan nya.

"Aku melihat kehebohan barusan" Sang tamu memulai pembicaraan. "Apa selalu seperti itu?"

Dia tersenyum tipis mendengar pertanyaan yang hampir membuat nya bosan jika ada seseorang yang mengunjungi ruangannya. "Itu hanya akan terjadi jika keponakan ku datang"

Tamu itu teringat, dia memeriksa arlojinya. "Ah benar, ini sudah waktu pulang sekolah." Dia menghela napas sesaat setelah mengatakan itu. "Kau beruntung memiliki keponakan yang hebat seperti itu. Sedangkan anakku, haah~ dia malah keluyuran dan bersenang-senang hingga larut malam"

"Yaah.. kau tidak bisa menolak itu. Keponakan ku memang kasus yang spesial" Dia menurunkan cangkir teh nya dan menatap iris mata tamu nya itu. Senyum hangat tidak pernah luput saat dirinya membicarakan keponakan kesayangan nya. "Kau lupa? Dia adalah penyelemat perusahan ini."

Ba-dump! Ba-dump! Ba-dump!

"I-itu dia?" "Benar benar, dia Uzumaki Naruto yang selalu muncul di TV"

Lorong yang dipenuhi oleh para pendaftar menjadi heboh saat dirinya membelah begitu saja lautan manusia itu. Dirinya tidak membalas tatapan yang tertuju ke arahnya. Hari ini adalah image cool. Dia disini bukan sebagai keponakan CEO tetapi calon CEO, dirinya harus terlihat berwibawa.

Para pendaftar hampir meledakkan jantung mereka saat orang itu melewati mereka. Wajah rupawan dengan postur tubuh yang tinggi. Tolong ingatkan mereka bahwa laki-laki ini masihlah anak SMA. He's so good!

"Anda sudah datang, Naruto-sama" para penguji berdiri bersamaan. Gadis yang menjadi gilirannya juga ikut berdiri. Oke atmosfer tempat ini berubah total, lihatlah wajah bak matahari cerah itu; benar-benar menyejukkan hati.

"ohayo" Naruto menampilkan senyum lima jarinya, dia melirik ke arah gadis bernomor 125 itu dan tersenyum manis.

Naruto menempati kursinya; duduk dan menatap ke arah calon pegawai nya ini. "Habaraku Ami, kan?" Senyumnya tidak pernah lepas dari wajahnya.

Oke tidak berlebihan jika senyum manis itu membuat dirinya semakin gugup, terlebih langsung calon CEO sendiri yang menjadi pewawancara mu."Ha'i." Ami menyelipkan helaian rambut kebelakang telinga, 'Waaahh apa ini?! Dia datang sendiri untuk mewawancaraiku! Apakah koneksi orang dalam sehebat ini?!'

Dia kembali menatap berkas milik gadis cantik ini, "Kau putri bungsu dari CEO Habaraku Corp ya?" Naruto kembali menatap iris coklat yang tersenyum cerah. "Ha'i, Naruto-sama." Kali ini, gadis itu lebih bersemangat dalam menjawab. Dia sangat mempercayai koneksi ayahnya dan juga tentu saja penampilan cantiknya.

"Hm.. Naruto-sama ya.." Laki-laki itu menggumam pelan, hampir tidak terdengar. Naruto menatap penampilan gadis itu dari atas dan bawah kemudian berbalik ke arah berkas dihadapannya.

"CEO?" Para karyawan yang ikut sebagai penguji menatap CEO kecil mereka yang terdiam menatap gadis cantik itu. Apakah dia juga ikut terpesona dengan kecantikan gadis ini.

Naruto menyeringai kecil, seolah telah menemukan sesuatu yang menarik. Dia mencondongkan badannya; dan meletakkan kedua tangan nya di atas meja. "Ami-chan kan?" Sepasang sapphire blue itu menatap iris coklat yang membuat terkejut karena panggilannya

Gadis itu hampir berdiri dengan panggilan tiba-tiba itu. "H-ha'i" Dia tidak menyembunyikan wajah bahagia nya, 'Kyaaa.. dia memanggilku dengan akrab seperti itu. Astagaa apakah ini pertanda.. d-diaa..-'

"Kamu tidak diterima, maaf ya"

'Eh?'

"Na- maksudku C-ceo?! Eh kenapa?" Pria paruh baya disamping Naruto kelabakan.

Laki-laki yang bahkan belum menginjak umur 20 tahun itu bersandar nyaman di kursinya. "Yaah habisnya, dia adalah putri bungsu orang penting. Jadi aku secara spesial memberitahunya langsung. Daripada menunggu pemberitahuan email dari kita kan?"

'T-tunggu sebentar! Oke abaikan senyum polos ganteng itu. Apa-apa'an barusan? Dia menolakku? Aku? Gadis dari perusahaan hebat sekelas Uzumaki Corp. Oke berlebihan, tetapi menerima ku kan akan menguntungkan perusahaan nya. Walau begitu kenapa bocah SMA ini?!'

Deg! Ami terdiam dengan tatapan dingin yang jelas dipancarkan oleh laki-laki yang barusan tersenyum manis ke arahnya. Tatapan itu seolah berkata Kau bercanda? Dengan nilai segini kau mau masuk ke perusahaan ku? Serangga! Enyahlah!

Ami menggertakkan giginya, kesal. Dia tidak terima dengan semua penghinaan ini. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan CEO masa depan dari sebuah perusahaan yang selalu menjadi incaran ayahnya untuk di ajak bekerja sama. "Sa-saya permisi"

Naruto tersenyum sinis, dia menopang dagunya, 'Syukurlah dia masih memiliki otak untuk berpikir. Berbuat keributan disini hanya akan merugikan perusahaannya.'

Dia menghela napas, 'Tapi ini kan jadi membosankan sekali. Aku mengira gadis curang itu akan teriak-teriak tidak terima lalu bam! Aku akan merobek surat kerja sama dengan perusahaan ayahnya'

Naruto mengendalikan dirinya untuk tidak tertawa sekarang, dia harus menjaga ekspresinya. 'Baiklah sekarang..'

"Jadi..-" Naruto berbalik ke arah para bawahan di sampingnya yang sedari tadi diam. Glek! "Siapa yang sudah menerima sogokan dari Habaraku corp?" Oke, senyum manis laki-laki itu akan membunuh mereka perlahan.

■••••••••■

"Paman" pintu terbuka. Naruto mencelos masuk tanpa permisi walau paman nya sedang memiliki tamu.

Laki-laki berumur 48 itu tersentak kaget, dia menghela napas dengan kelakukan ponakan kesayangannya itu.

"oh halo paman Inuzuka" Naruto menjabat tangan tamu dari Nagato itu. Yang adalah ayah dari sahabatnya, Kiba.

"oh halo Naruto. Kau sudah pulang. Kau tak bersama anak nakal itu, kemana dia?" Paman Inuzuka menepuk punggung Naruto.

Naruto menggeleng tak tau, dia berjalan mendekati kursi direktur dan duduk di sana. Dirinya sudah tenggelam dengan berkas-berkas perusahaan, membolak-balikkan kertas putih itu dengan teliti.

"kau tak ada tugas, Naruto? tumben sekali kau kesini?" Nagato menaruh secangkir jus di meja. Naruto hanya menggeleng pelan dan tetap serius membaca. Sesekali, dia meminum jusnya.

"Oh ya, barusan aku membereskan beberapa masalah kecil" ucap Naruto akhirnya.

"Apa kau barusan memecat seseorang secara sepihak lagi?" Nagato menghela napas saat mendapat anggukan iya dari bocah kuning itu.

Nagato dan Inuzuka terkekeh kecil. Saat si bocah genius itu sudah terpaku dengan berkas, dia tak akan berbicara apa-apa lagi.

"Saham perusahaan sedang melonjak tinggi. Apa ini karena peluncuran iklan kemarin?" Laki-laki itu menampilkan data grafik perusahaan yang memang melonjak tinggi.

Nagato meminum kopi nya santai. "hm.. oh itu.. ya seperti kita duga, ide iklan mu memang luar biasa. Tapi kurasa, proses syuting yang dilakukan sutradara pilihan ku benar-benar memuaskan penonton."

Naruto mengangguk-ngangguk mengerti. Dia juga sudah melihat iklan yang dikeluarkan oleh perusahaan periklanan yang sebenarnya adalah sebuah perusahaan kecil. Iklan yang ditampilkan benar-benar indah dan memuaskan. Sepertinya sutradaranya adalah seseorang yang hebat. Dia bisa membaca tujuan dari ide nya agar memikat penonton.

"Paman" Naruto memanggil.

"hm?" Nagato menoleh.

Dengan senyum yang menawan, Naruto berbicara "Aku ingin mengenal sutradara genius mu"

.

.

.

.

.

.

.

.

Newday adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang periklanan. Umumnya, mereka membuat, merancang, dan mempublishkasikan secara mandiri. Akan tetapi sebagai perusahaan baru, sulit untuk mendapatkan klien yang percaya dengan kemampuan mereka.

Yaah.. ini berbeda jika kau memiliki koneksi.

"Bersulaaaang!" Ke empat orang yang setengah mabuk itu meminum cepat bir yang ada di tangan mereka.

Mereka tertawa bersama; merayakan proyek besar pertama yang berhasil mereka taklukan. "Ayo ayo.. bukankah CEO hebat kita harus mengucapkan banyak hal." Laki-laki itu beringsut mendekat dan duduk di samping gadis yang sudah terayun-ayun; hampir kehilangan kesadaran.

"Hinata?" Laki-laki itu menguncang bahu gadis di sampingnya dengan pelan.

"Y-ya? A-ada apa, Toneri?" Sepasang amethyst itu terbuka pelan, dia berbalik menatap laki-laki yang tersenyum ke arahnya. "Tidak apa-apa, tidurlah" Toneri mengambil selimut dan memberikannya pada gadis itu. 'Kerja bagus' Dia tersadar sepenuhnya; melihat wajah memerah Hinata dalam jarak sedekat ini membuat dirinya tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.

Kedua orang di depan mereka kembali meminum bir kaleng dan memakan ayam goreng untuk merayakan proyek terhebat mereka. Perusahaan periklanan kecil tersebut sebenarnya sudah lama terbentuk namun beberapa tahun terakhir memiliki beberapa kendala ekonomi sebelum perusahaan Uzumaki Corp menyewa mereka karena hubungan antara CEO utama dengan Ayah pemilik Perusahaan periklanan tersebut.

"Tapi ya.. kudengar dia masih berumur 18 tahun." Kali ini, gadis pirang pucat ikut menibrung; menyadarkan Toneri yang masih menatap sepasang amethyst yang terpejam. "Oi, Hinata! Kau tidak boleh tidur duluan?!"

Toneri terkekeh saat gadis lavender ini kembali bereaksi; mendengar seruan Ino. "A-aku tidak tertidur. Aku masih kuat minum"

Hinata Hyuuga, sang CEO meminum bir nya dengan santai. Dia menggelengkan kepalanya; berusaha tersadar. "Kau bilang apa barusan, Ino? Siapa yang berusia 18 tahun?"

Ino merenggut. "Narutooo.. Uzumaki Narutoo" Gadis itu meracau tidak jelas.

"Uzumaki Naruto?" Dahi Hinata menyerngit. "Aah.. maksudmu bocah tampan yang menjabat sebagai CEO kecil itu? Pamannya bahkan belum turun tahta, tetapi dia sudah mendapatkan title itu?"

Iris Ino terbuka, "itu bukan dirinya yang ingin. Perusahaan Uzumaki Corp adalah miliknya. Bahkan jika dia belum dewasa, pada nyatanya dia lah pahlawan perusahaan itu" Ino tertawa, "Sama seperti mu, Hinata. Kau adalah penyelamat kami. CEO kebanggaan kami, Yeaaay... sutradara Genius kamiii" Sai, laki-laki yang notabene nya adalah kekasih gadis itu; memegangi Ino yang sudah terlelap di sampingnya.

Hinata terdiam, dia melamun. "laki-laki itu sebentar lagi akan lulus dan menjabat sebagai CEO utama perusahaan terkenal, Uzumaki Corp."

Toneri memperhatikan gadis itu, dia menepuk bahu Hinata dan tersenyum ke arahnya. Laki-laki itu membiarkan kepalanya menyandar pada bahu Hinata. "H-hei.. Toneri. Apa-apa'an?"

"Tidak, aku hanya mengantuk. Sebentar saja." Dan setelah itu matanya terpejam sempurna.

"Bagaimana bisa mereka tertidur disini" Hinata menggumam. Dia menatap sepasang kekasih yang saling bersandar nyaman. "Ugh berat" Gadis itu meletakkan kepala Toneri di sandaran sofa. Dirinya berjalan ke arah kulkas dan meminum botol air; mencoba menyadarkan dirinya.

Hinata menatap pantulan dirinya pada sebuah cermin. "Uzumaki Naruto, dia berhasil menyelamatkan perusahaan nya dengan hasil usaha nya sendiri. Sedangkan aku..-" Gadis itu tersenyum pahit. "Tidak, Ino. Kami berbeda. Aku tidak sendiri. Kita semua akan bersama-sama membangkitkan perusahaan kakak ini"

Toneri mendengarnya, dia tersenyum kecil. "Benar, Hinata berbeda. Kau adalah gadis pilihan ku. Jadi, kau juga jangan memuji bocah licik itu" gumamnya pelan.

.

.

.

.

.

.

Naruto memasuki kelasnya dengan santai. Seperti biasa kelasnya akan ramai dengan kedatangannya. Mereka akan menyapa dan berusaha mendapatkan perhatiannya.

"Ohayo, Naruto-kun" "Yo! Ohayo Naruto"

Dia melirik pelan, dan tersenyum. Lalu ke kursi dan mengurung diri dengan buku tebal pelajaran.

Dia lebih suka diam membaca buku atau berkas perusahaan daripada berbicara soal aneh dengan teman sekelasnya. Seperti hari sebelumnya, kelas di hebohkan dengan kedatangan murid pindahan yang katanya adalah seorang model cantik alhasil seluruh siswa laki-laki satu sekolah sibuk membicarakan gadis yang akan memulai sekolah nya hari ini.

Kabarnya, dia cuti dari sekolah karena kesibukan modeling dan malah memilih pindah sekolah untuk bertemu dengan pangeran Uzumaki Corp yang tak lain adalah Uzumaki Naruto. Itulah rumor yang beredar, tetapi apakah laki-laki itu harus meladeni nya atau bereaksi berlebihan saat mendengar model terkenal datang untukmu?

Benar atau tidak, apa pedulinya?

Kali ini, Dia tidak tertarik memulai hubungan asmara dengan gadis-gadis yang tak memberikan keuntungan bagi perusahaannya. Naruto bukanlah anak kecil lagi, dia tahu bahwa ada tanggung jawab lebih besar setelah kematian orang tuanya.

[Uzumaki Corp]

Nagato menatap keponakan nya yang sembarang meletakkan tas sekolah di kursi mewah tempat dia berbicara dengan tamunya.

"Kau jadi lebih sering ke perusahaan ya, Naruto."

Laki-laki yang sibuk membuka buku bisnis koleksi pamannya berhenti dan menoleh. "Ada sesuatu yang ingin ku tau, paman."

Nagato menatap bingung ke arah Naruto.

"Gadis itu em.. maksudku sutradara genius itu.. kenapa perusahaan nya belum berkembang. Aku bahkan baru mendengar nama perusahaan periklanan itu." Naruto meletakkan buku itu kembali ke asalnya.

Nagato tersenyum, "aku terkejut, kau ternyata memperhatikan perusahaan itu. Ah aku dengar CEO di sana lumayan cantik."

Naruto mencibir "oh ayolah, Paman" Dia bahkan menendang keluar gadis cantik saat penerimaan karyawan baru. Kecantikan dan kekayaan hanyalah sebuah faktor yang menuntutnya untuk bersikap lebih formal dan sopan.

"Walaupun aku mengatakan dia genius, Hyuuga-san hanya hebat dalam menarik perhatian penonton. Semua iklan yang dibuatnya cukup menyentuh dan berkesan. Tapi sayang nya, kerja karyawan lain malah menghancurkannya."

Naruto menoleh, "Apa kau sedang membicarakan seperti ulat bodoh yang mengira sarang ular adalah miliknya?"

'Bagaimana bisa dia memberikan perumpamaan seperti itu?' Nagato tertawa, "yaa aku tidak mengerti apa yang kau maksud tetapi karyawan selain Hyuuga-san seolah tidak cocok dengan pekerjaan mereka. Mereka tidak terbiasa dan bingung apa yang harus mereka kerjakan selanjutnya jika tidak diperintahkan"

"Itu maksudnya sih tidak becus" Naruto menggumam

Naruto mengerutkan keningnya, seperti dugaan nya benar. "Ah sayang sekali. padahal perusahaan itu cukup membuatku tertarik." Naruto mengeluarkan kertas dari tas nya dan merobek kertas itu. "Apa bagus nya dari perusahaan satu orang"

Nagato terkekeh, 'Padahal dulu saat perusahaan hampir bangkrut, kau yang merencanakan semua sendiri. Apa bedanya dengan dirimu dulu' Nagato menatap kertas robekan yang dibuang Natuto ke tempat sampah. "apa itu, Naruto."

"Hanya beberapa rancangan ide untuk peluncuran barang kita selanjutnya. Sebenarnya aku ingin melepaskan urusan iklan ini sepenuhnya kepada mereka tapi mendengar divisi lainnya tidak sehebat si sutradara. Perusahaan itu menjadi sebongkah permata yang terkubur di dalam pasir tak berguna. Benar-benar di sayangkan"

Nagato hanya tersenyum.

"Aku rasa iklan kemarin cukup hebat. Tapi ternyata perusahaan kita cukup berperan besar dalam menyediakan semuanya. Mereka hanya hebat dalam sutradara. Ah seandainya kita perusahaan periklanan, aku pasti merekrutnya." Lanjut Naruto lagi.

Nagato berdiri dan menghampiri Naruto yang sibuk berkutat dengan hp nya. Laki-laki berumur 48 itu menepuk pelan bahu Naruto.

"aku rasa jika pasir tak berguna itu kita ubah menjadi emas, permata di dalam nya akan lebih bersinar dan terlihat indah walau terkubur."

Naruto berhenti, dia menatap paman nya. Secercah ide muncul di pikirannya sekarang. "Oh hebat! Kau genius paman. Jaa aku pergi dulu"

Naruto mengambil tas nya dan berlari keluar meninggalkan pamannya yang lagi-lagi tersenyum.

Laki-laki itu mengayuh sepedanya cepat. Senyum mengukir bibir laki-laki itu. Kepalanya sekarang di penuhi ide-ide untuk perusahaan kecil yang menarik perhatiannya itu.

Flashback

"Hai anak kecil, umur mu berapa? kenapa kau cengeng sekali."

Anak kecil berpakai tuxedo hitam itu berhenti menangis. Dia menatap gadis yang terlihat lebih tua di depannya, gadis itu memayungi dirinya dari hujan deras.

"Kakek dan nenek meninggalkan ku."

Anak gadis itu terkejut. Dia menarik anak lelaki yang duduk itu.

"kau pendek, kau cengeng, kau lemah. ah tapi kau seorang laki-laki, selain hal itu tak ada yang membuat ku iri padamu. Kau tau? aku ingin menjadi seorang laki-laki. Kata ayahku, laki-laki itu kuat. Aku ingin kuat dan diakui ayahku. Tapi kau laki-laki dan kau menangis. Apa kau seorang perempuan?"

Anak laki-laki itu berhenti menangis, dia menatap bingung anak gadis yang memang lebih tinggi darinya.

"apa kau bodoh? apa hanya perempuan yang boleh menangis. Terkadang laki-laki juga menangis untuk mengungkapkan perasaannya."

Anak gadis itu tertawa. "kau genius. Kau hebat. apa benar kau lebih muda dariku. Jadilah kuat ya adik. hehehe."

"umur ku 8 tahun. aku pasti lebih muda darimu, dasar gadis tua aneh."

"woah! kau hebat dalam mengejek ya. Tapi kata orang tuaku, kita tak boleh mengejek seseorang yang lebih tua." Anak gadis itu menepuk kepala anak laki-laki.

"terserahlah...-" Anak laki-laki menggigit bibirnya. Dia terlihat kikuk.

"...- em terima kasih telah menghiburku. Aku merasa tenang."

"tentu saja. Aku adalah yang terbaik membuat orang tertawa"

flashback end

TBC

Sampai jumpa chapter berikutnyaa..

Enjoy