Disclaimer: At Masashi Kishimoto
Summary: Hinata dulunya anak saudagar kaya. Namun, orang tuanya mati dan ia kehilangan segalanya. Dengan berbekal harta warisan, ia pergi ke kota yang lebih besar dan memutuskan menjadi petualang.
Warning: OOCHinata! Little bit Yuri!
Chapter 1: Petualang Baru
The Beautiful Land of Toussaint. Toussaint, the Land of Love and Wine. Begitulah orang menyebut wilayah ini. Toussaint adalah salah satu wilayah di bawah kekuasaan Niflgaard Empire, tanah ini dikuasai oleh keluarga bangsawan duke. Seperti julukannya, produk unggulan Toussaint adalah wine. Terdapat banyak sekali perkebunan anggur yang berada di sekitar kota. Beberapa wine yang terkenal berasal dari sini juga.
Toussaint memiliki ibu kota bernama Beauclair. Sebuah kota besar nan indah di mana atap perumahannya berwarna-warni. Kota ini terletak di perbukitan, di mana puncak tertinggi adalah kastil duke. Balai kota adalah kawasan paling padat. Para penduduk biasa beraktivitas sehari-hari di sini, salah satunya adalah jual-beli. Di balai kota terdapat satu bangunan paling megah. Bangunan tersebut memiliki 5 lantai dengan area luas. Bangunan itu memiliki papan di depannya bertuliskan Guild Adventurer.
Seorang gadis remaja berambut hitam panjang dengan poni, memiliki warna mata lavender dengan kulit putih tanpa cacat, berwajah cantik nan jelita berdiri di depan pintu besar sambil menatap papan nama. Ia memakai gaun mahal berwarna dasar ungu yang hanya bisa dibeli oleh para bangsawan atau saudagar kaya. Juga topi taman yang seringkali dipakai para wanita bangsawan jika keluar rumah. Entah itu untuk tak dikenali atau menghalau sinar matahari agar tidak merusak kulit wajah mereka.
Gadis tersebut diam berdiri beberapa saat sebelum memutuskan masuk ke dalam. Tangan mungilnya membuka pintu besar itu, mata lavendernya dapat melihat aktivitas padat di dalam ruangan. Matanya tertuju pada meja resepsionis yang agak kosong dan mulai menghampiri salah satu gadis berpakaian seragam resepsionis. Akhirnya mereka berdua saling bertatapan. Gadis resepsionis bernama Eina Tulle tersenyum ramah sebagai bagian dari pekerjaannya, ia memiliki rambut coklat pendek dengan warna mata hijau. Eina adalah half-elf berusia 19 tahun. Kacamata membingkai di atas hidungnya.
"Selamat datang di Guild Adventurer cabang Toussaint, ada yang bisa saya bantu?"
Gadis lavender tersebut menjawab. "Aku ingin mendaftar sebagai petualang."
Eina tidak langsung membalas. Ia melihat penampilan gadis di depannya yang sangat kentara akan 'high class'. Cara berpakaian dan cara jalannya sudah menunjukkan jika ia dididik sebagai bangsawan atau anak dari keluarga penting sejak kecil. Eina jarang melihat anak bangsawan yang mendaftar sebagai petualang. Biasanya mereka akan dijadikan ksatria. Meski begitu, aturan guild tak melarang seseorang mendaftar sebagai petualang terlelas apa status sosial atau ras mereka.
Eina mempertahankan senyumannya. "Baiklah, mohon tunggu sebentar. " Ia lantas membuka laci meja dan mencari lembar formulir. Eina kemudian memperlihatkan lembaran itu. "Apa kamu bisa baca tulis?"
Gadis itu mengangguk.
"Kalau begitu silakan isi formulir ini."
Gadis tersebut mengangguk lagi dan mulai mengisi formulir yang diberikan Eina. Butuh beberapa waktu baginya untuk mengisi semua kolom formulir. Setelah selesai, Eina menerimanya kembali dan memeriksa.
"Hyuuga Hinata. 16 tahun ..." Eina memeriksa dengan teliti. Setelah dirasa lengkap ia mengambil cap guild dan mensahkan formulir itu. "Selamat Hinata-san, anda telah resmi terdaftar sebagai petualang di Guild Adventurer cabang Toussaint. Pertama-tama, Hinata-san harus memeriksa jumlah CP dan melakukan beberapa wawancara singkat. Silahkan ikuti saya."
Gadis lavender bernama Hinata mengikuti Eina menuju lantai dua. Memasuki salah satu ruangan cukup besar di lantai ini yang kemungkinan digunakan untuk wawancara. Eina berdiri di samping benda berbentuk bulat seukuran bola. Dilihat dari kilauannya benda ini terbuat dari kristal. "Benda ini bernama testing CP di mana alat ini akan mengukur jumlah CP Anda. Silahkan letakan telapak tangan Anda di atasnya."
CP (Combat Power) adalah satuan nomor yang menjadi tolak ukur kekuatan orang dan benda. Contohnya seperti makhluk hidup yang memiliki aliran mana, kecerdasan, dan tenaga fisik di dalam tubuh mereka. Semua itu akan diakumulasikan menjadi beberapa digit nomor yang disebut combat power. Untuk benda, bersarnya combat power didasarkan pada ketahanan, kekuatan, ketajaman, dan kualitas suatu barang. Contoh seperti armor dan pedang akan semakin mahal jika CP semakin tinggi. Orang dewasa pada umumnya seperti petani atau pedagang yang tidak membangunkan aliran mana memiliki CP sebesar 2.000-an.
Hinata meletakkan telapak tangannya di bola kristal itu. Benda tersebut bersinar beberapa detik kemudian meredup. Setelahnya muncul beberapa angka di dalam bola kristal.
CP 4.769.
Eina menulis jumlah CP Hinata lalu menyuruhnya duduk di salah satu sofa yang kosong. Ia mulai mewawancarai Hinata dan menjelaskan sejarah serta peranan penting Guild Adventurer dalam roda ekonomi suatu wilayah.
Eina mulai dengan menceritakan sejarah berdirinya serikat. Guild Adventurer didirikan 500 tahun yang lalu oleh seorang pahlawan. Kemudian beberapa puluh tahun berlalu serikat berkembang pesat hingga memiliki cabang di setiap kota besar di seluruh dunia. Para petualang memiliki hak istimewa untuk memasuki semua negara yang berafiliasi dengan serikat tanpa perlu surat izin. Ini juga menandakan bahwa para petualang tidak terikat dengan sebuah negara alias netral.
Di dalam guild, para petualang memiliki 10 tingkat berbeda. Dimulai dari terendah hingga tertinggi:
Porcelain.
Obsidian.
Steel.
Bronze.
Silver.
Gold.
Platinum.
Mithril.
Orichalcum.
Adamantite.
Adapun syarat untuk naik peringkat adalah dengan menyelesaikan jumlah quest yang ditentukan dan melampaui jumlah minimal combat power. Beberapa keadaan bisa saja membuat seorang petualang naik pangkat secara instan seperti mengalahkan monster kuat yang muncul atau lainnya.
Eina lalu menjelaskan peranan penting serikat terhadap roda ekonomi. Contohnya, petualang menjalankan quest mengumpulkan tanaman herbal, mereka diberi imbalan, guild kemudian menjual tanaman herbal itu ke apotek dan alkemis. Apoteker kemudian mengolahnya menjadi obat-obatan dan potion lalu dijual kembali ke masyarakat sehingga roda ekonomi terus berputar.
Eina kembali menjelaskan tentang berbagai macam class job yang ada di serikat. Ini berguna untuk mengidentifikasi potensial tertinggi seorang petualang agar dapat membuat party yang seimbang sesuai kemampuan mereka. Class job itu antara lain:
Warrior, petualang yang memakai senjata pedang atau tombak dan menguasai pertarungan jarak dekat.
Tanker, petualang yang memiliki ketahanan fisik luar biasa dan memakai tameng. Tanker mampu menahan serangan berat dengan tubuhnya.
Fighter, petualang yang menguasai seni bela diri tangan kosong dan menguasai pertarungan jarak dekat.
Archer, petualang yang memakai busur panah dan spesialisasi penyerang jarak jauh.
Ranger, petualang dengan kemampuan merasakan sesuatu yang tidak beres dan memiliki insting tajam. Umumnya dipersenjatai belati.
Mage, petualang yang menguasai sihir dan bertarung menggunakan sihir.
Healer, petualang yang menguasai sihir penyembuhan dan bertugas sebagai support dalam party.
Hinata menerima semua informasi yang diberikan Eina. Ia lalu memilih class job sebagai fighter. Job ini adalah yang paling cocok dengannya. Hinata menguasai dasar-dasar seni bela diri keluarganya dan telah belajar beberapa sihir penguat fisik. Beberapa menit kemudian seorang resepsionis yang lain masuk sambil membawa kalung (dog tag) sebagai tanda pengenal para petualang.
Kepala kalung itu terbuat dari keramik bening (sesui peringkatnya, porselen) dengan bagian depan terdapat namanya dan bagian belakang terukir beberapa digit angka. Hinata yakin itu adalah nomor registrasi petualangnya.
"Anda akan dapat menjalankan quest besok. Saya nantikan kontribusi Anda di serikat."
Gadis lavender itu mengangguk singkat, kemudian pamit keluar sambil membawa beberapa dokumen yang sebelumnya diberikan oleh Eina. Dokumen itu diantaranya adalah buku manual petualang dan beberapa kertas yang menjadi bukti bahwa ia merupakan bagian dari serikat. Hinata keluar dari bangunan, mendongkak dan melihat posisi matahari. Sekarang sudah lewat siang hari dan sebentar lagi sore. Tujuan berikutnya adalah pasar budak.
Pasar budak terletak di dekat dermaga kota. Dari balai kota kalian bisa melihat dermaga yang tersambung ke sungai besar sebelum mengarah ke lautan. Hinata memakai jasa kereta kuda agar cepat sampai. Sudah tiga bulan sejak kematian orang tuanya. Kematian yang ia yakini bukanlah kecelakaan tapi seseorang telah membuat rencana untuk menbunuh ayah dan ibunya. Namun, dirinya tidak mempunyai bukti maupun kecurigaan terhadap siapa pelakunya. Hinata bukanlah anak yang terlalu masuk ke dalam bisnis ayahnya.
Ia juga baru diajarkan ilmu berbisnis sekitar satu tahun lalu. Ilmunya tidak cukup untuk mempertahankan bisnis ayahnya dan pada akhirnya bangkrut. Dengan sisa uang dan warisan Hinata memutuskan untuk menjadi petualang meski tahu resiko bisa mati kapan saja. Sebelum memasuki kota ini, Hinata memiliki tabungan 200 koin emas. Mata uang yang dipakai setiap negara di dunia pada dasarnya sama. Koin emas, perak, dan tembaga. Yang membedakan mata uang mereka ialah cap pada koin itu. Setiap mata uang negara memiliki cap lambang negara di koin mereka. 1 koin emas setara 10 koin perak. 1 koin perak setara 100 koin tembaga. Itu berarti 1 koin emas setara 1.000 koin tembaga.
Hinata sudah satu minggu tinggal di kota ini. Ia juga telah membeli mansion seharga 180 koin emas. Mansion itu tidak terlalu besar dan hanya memiliki satu lantai, memiliki 3 kamar, satu ruang tamu, satu ruang bersantai, dapur, dan yang menjadi daya tarik mansion ini adalah kamar mandinya. Mansion itu memiliki kamar mandi yang luas dengan terdapat kolam air panas di tengahnya. Itulah yang membuat Hinata langsung membeli mansion ini meski berada di pinggiran kota.
Lama Hinata melamun, ia akhirnya sampai di tempat tujuan. Setelah membayar ongkos gadis lavender itu memasuki salah satu bangunan yang tak terlalu besar dan memiliki papan bertuliskan 'human shop'. Saat Hinata masuk ia disambut hangat oleh seorang pria tua kerdil dengan perut besar seperti orang hamil. Ia memperkenalkan diri sebagai pemilik toko ini.
"Aku menginginkan 3 budak wanita yang bisa pekerjaan rumah," kata Hinata kemudian diantar masuk ke ruangan yang di sana berjejer jenis-jenis budak mulai dari anak kecil hingga beragam ras.
"Apa ada kriteria khusus yang Anda inginkan, Hinata-sama?" Penjual budak itu berkata dengan hormat. Ia selalu memberlakukan pelanggan sesuai apa yang mereka kenakan dan Hinata berupakan gadis 'high class' di matanya.
Hinata memperhatikan setiap kerumunan manusia yang semuanya dipakaikan kalung besi. Toko ini cukup lengkap karena ia melihat beberapa budak dari ras elf hingga demi-human. Hinata kemudian berhenti sambil melihat wanita dewasa berambut coklat panjang yang sedang duduk di pojok ruangan dengan kepala tertunduk.
Hinata lalu menunjuk orang yang dimaksud. "Siapa dia?"
pria tua itu menatapnya sebentar sebelum menjawab. "Ah dia ya. Namanya Oosuki Mamako."
"Ceritakan lebih banyak tentangnya."
"Aku tidak tahu masa lalunya. Tapi sebelum dia menjadi milikku dia pernah ditawan oleh sekelompok bandit selama beberapa bulan. Aku telah memeriksa mental dan tubuhnya. Sepertinya selama menjadi tawanan bandit dia dijadikan alat pemuas nafsu. Hmm, jika pelangganku adalah pria maka dengan senang hati aku akan menjelaskan kondisi tubuhnya, terutama bagian intimnya."
Hinata melirik ke bawah, ke mata penjual budak. "Apa wanita tidak boleh tahu?"
Pria tersebut menatap bingung Hinata. "Untuk apa? Alasan aku menjelaskan kondisi tubuh budak wanita ke pelanggan pria adalah mereka membeli budak untuk dijadiakan pemuas nafsu. Itu juga memengaruhi harga jual."
Hinata terdiam beberapa saat. "Berapa harganya?"
"Aku akan mengambilnya? Dia memiliki beberapa masalah mental. Tapi sejauh ini dia tidak melakukan hal-hal yang membuatku repot."
Hinata mengangguk. "Berapa?"
pemilik toko itu mengusap dagunya dengan pelan, memikirkan harga yang pas. "Dia tidak mempunyai sesuatu yang membuat harganya tinggi selain wajah cantik meski umurnya hampir kepala empat. Hmm ... aku akan menjualnya seharga 2 koin emas."
"Deal."
Hinata kemudian mencari dua budak lagi untuk mengurusi mansion dan melayani dirinya sendiri. Setelah melihat-lihat beberapa saat akhirnya Hinata menemukan 3 orang yang tepat. Itu menghabiskan 11 koin emas. Praktek perdagangan budak legal di hampir setiap negara. Kontrak antara majikan dan budak dilakukan dengan sihir berjenis segel darah di mana sang penjual toko akan membuat segel kepada para budak dari darah majikannya. Itu membuat budak tidak akan pernah bisa menolak perintah majikan mereka. Jikalau mereka menolak, rasa sakitlah yang akhirnya mereka rasakan.
Setelah membereskan berbagai macam dokumen kepemilikan budak, Hinata kemudian pergi menuju area pertokoan untuk membeli beberapa baju dan pakaian maid. Tidak lupa ia membeli bahan makanan untuk satu minggu kedepan. Sisa uang Hinata hanya tinggal 2 koin emas yang telah ditukarkannya menjadi 10 perak dan 1.000 koin tembaga.
The Strongest Adventurer
Mansion Hinata dikelilingi oleh dinding pelindung dengan satu gerbang cukup besar. Mansion ini memiliki tanah kosong tidak terlalu luas di bagian belakang. Langit telah berwarna orange menandakan sudah sore. Di ruang tamu, Hinata duduk berhadapan dengan 3 budak barunya. Mereka memiliki tanda sihir di antara payudara. Beberapa barang dan box kayu berisikan bahan makanan terlihat di sekitar sudut ruangan.
"Namaku Hyuuga Hinata, majikan baru kalian." Hinata berbicara dengan nada tegas dan terkesan dingin. Ia sudah mengetahui masing-masing nama mereka saat di perjalanan menuju mansion.
Budak pertama Hinata, Oosuki Mamako dulunya adalah ibu rumah tangga dan telah memiliki satu anak remaja laki-laki. Saat dalam perjalanan menuju kota lain bersama suami dan anaknya, mereka dicegat oleh bandit dan membunuh suami serta anaknya. Sedangkan Mamako sendiri dijadikan pemuas nafsu kawanan bandit selama 3 bulan. Diperkosa sepanjang waktu, siang-malam oleh sekitar 30 laki-laki membuatnya trauma hebat pada pria. Mamako masih ingat satu-satunya waktu saat ia tak diperkosa adalah ketika makan dan buang air. Selebihnya entah saat ia sedang tidur atau pingsan karena kelelahan, selalu ada 'benda' pria yang menerobos alat kelaminnya. Dia ingin bunuh diri, tapi tidak bisa. Kabur? Mustahil. Hingga kehidupannya berubah saat kawanan bandit itu dibantai oleh sekelompok petualang. Namun, nasibnya tidak begitu baik karena Mamako akhirnya dijual ke toko budak oleh mereka.
Budak kedua berasal dari demi-human, manusia rakun. Raphtalia namanya. Ia berumur 18 tahun dan telah menjadi budak sejak dia kecil. Raphtalia beberapa kali memiliki majikan. Orang pertama yang menjadi majikannya adalah pria dengan fetish aneh. Sebuatlah dia suka menyiksa anak kecil untuk hiburannya. Majikan keduanya membuat dia kerja paksa.
Terakhir adalah gadis manusia biasa. Himejima Akeno. Latar belakangnya sederhana di mana dirinya dijual oleh kedua orang tua guna melunasi hutang mereka. Akeno juga adalah budak paling mahal yang Hinata beli sebesar 6 koin emas. Banyak kelebihan dimiliki Akeno di antaranya paras yang cantik, tubuh seksi dan yang paling utama adalah ia masih perawan. Tidak heran harganya mahal.
Hinata melanjutkan perkataannya. "Tugas kalian sederhana, mengurusi rumah ini dan melayaniku."
Mereka masih terdiam. Hinata kembali membuka mulutnya. "Aku memiliki jadwal kegiatan harian dan ini berhubungan dengan pekerjaan kalian." Mata lavendernya menoleh ke luar jendela. "Ini sudah hampir jam 5 sore. Akan kutunjukkan pekerjaan kalian. Ikuti aku."
Mereka lalu mengikuti Hinata menuju depan pintu kamar mandi. "Jam 5 sore adalah waktuku mandi. Aku ingin selalu mandi menggunakan air hangat. Jadi salah seorang pergi ke ruang bawah tanah dan menyalakan penghangat air. Satu orang melayaniku di kamar mandi. Mamako tetaplah di sini. Dan satu orang lagi menyiapkan makan malam selagi aku mandi."
Salah satu dari mereka, Raphtalia segera bergegas menuju ruang bawah tanah. Sedangkan Akeno berjalan menuju dapur dan memulai pekerjaannya.
"Mari masuk," kata Hinata yang diberi anggukan oleh Mamako. Mereka kemudian masuk ke kamar mandi. "Dari sini, pekerjaanmu di mulai. Pertama-tama, lepaskan semua pakaianku. Kau bisa melepaskan gaun, 'kan?"
"Iya, Hinata-sama. Saat remaja saya sempat bekerja menjadi pelayan keluarga penguasa tanah."
"Bagus, kalau begitu aku mengandalkanmu."
Mamako dengan hati-hati melonggarkan resleting gaun, melepaskannya dari tubuh putih majikannya dengan lembut kemudian gaun tersebut digantungkan di tempat yang telah tersedia. Hinata sekarang hanya memakai daleman saja. Atas perintah Hinata, Mamako kemudian melepaskan pakaian dalam gadis lavender itu. Ia melepas pengait bra majikannya dan menurunkan celana dalam Hinata sehingga matanya bisa dengan jelas melihat kepemilikan majikannya.
"Sekarang lepas pakaianmu juga."
"Baik." Sesuai perintah, Mamako melepas semua pakaian yang ia kenakan hingga kini mereka telanjang.
Hinata berjalan ke depan dan mencelupkan jarinya ke dalam air kolam. Belum panas. "Aku akan mandi nanti, airnya belum hangat. Selagi menunggu tolong lakukan sesuatu untukku."
Hinata mendekati sepasang kursi dan meja di sudut ruangan. Ia mengambil pisau dan menyerahkannya pada Mamako. Wanita itu menerimanya dengan sopan dan agak heran untuk apa pisau cukur ini. Gadis lavender itu kemudian duduk dan membuka selangkangannya agak lebar.
"Tolong bersihkan bulu kemaluanku. Sebelum mencukurnya pakai ini agar licin," kata Hinata kemudian mengambil kotak berisikan cairan yang licin. "Hati-hati, aku tidak ingin kau melukai area berhargaku."
Mamako mengangguk singkat lalu berjongkok di depan majikannya yang sedang memperlihatkan kemaluannya. Ia mengambil kotak dari tangan Hinata lalu melumuri area itu dengan lembut dan hati-hati.
"Hmmm~" Hinata sedikit mengerang saat jari Mamako menyentuh area sensitif.
"Aku akan mulai," kata Mamako.
"Lakukan dengan lembut dan jangan sampai ada sehelai pun di sana."
"Baik, Hinata-sama."
Wanita dengan rambut coklat panjang itu menggerakkan tangannya pelan. Sedikit demi sedikit membersihkan rambut di area pribadi Hinata. Mamako memerlukan waktu agak lama dengan pekerjaannya, tapi nampaknya Hinata tidak mengeluh. Matanya dari tadi fokus pada pekerjaannya dan saat ia melirik ke atas Mamako bisa melihat wajah Hinata yang memerah. Sebagai wanita, Mamako tahu saat ini Hinata sedang terangsang. Payudaranya telah mengeras. Ia fokus kembali pada pekerjaannya.
Setelah sepuluh menit, area intim Hinata sudah bersih dari rambut. Gadis lavender itu kembali memeriksa airnya dan merasakan panas yang cukup. Ia memerintahkan Mamako membantunya mandi.
Mamako menjalankan pekerjaannya dengan baik, terlebih ia memiliki pengalaman memandikan seseorang. Pertama-tama Mamako membilas seluruh tubuh Hinata dengan air hangat. Kemudian ia melulurkan rambut halus Hinata menggunakan sari lidah buaya yang dicampurkan aroma bunga. Itu produk yang disebut sampo. Cukup mahal untuk kalangan rakyat jelata. Setelah itu Mamako membersihkan tubuh Hinata menggunakan sabun. Untuk gosok gigi, Hinata melakukannya sendiri.
Hinata bersandar di bak mandi yang terbuat dari kayu, menikmati mandinya dengan mata tertutup. Ia membuka mata tak lama kemudian setelah sentuhan Mamako tidak berasa lagi. "Kenapa berhenti?"
Mamako ingin menjawab tapi ragu. "Maaf Hinata-sama, tidak sopan bagi saya menyentuh area pribadi majikannya." Ia menunduk.
Hinata melihat ke bawah, ke sepasang payudara besarnya dan bagian paling pribadinya. Ia sedikit cekikikan. "Tak apa. Aku mengizinkanmu untuk menyentuh area pribadiku. Pastikan area itu bersih."
Mamako masih ragu, tetapi akhirnya ia mengangguk dan menjalankan perintah majikannya. Hinata sesekali mendesah saat tangan Mamako menyentuh area sensitifnya. Setelah gadis lavender itu membersihkan diri, ia berendam di kolam air hangat dan menyuruh momoka agar mandi juga dengan catatan tidak boleh menggunakan sabun atau samponya. Setelah Mamako selesai mandi Hinata menyutuh wanita itu bergabung dengannya. Mereka berendam selama kurang lebih 25 menit.
The Strongest Adventurer
Hinata sekarang berada di kamar pribadinya. Memakai lingerie seksi berwarna lavender. Ia duduk di meja riasnya dengan Mamako yang menata rambut Hinata. Jam menunjukkan pukul 6 sore. Sebentar lagi matahari akan terbenam. Setelah menata rambut Hinata, mereka berdua menuju dapur untuk makan malam. Akeno telah menyiapkan hidangan sederhana karena keterbatasan waktu memasak. Namun, ia jamin rasanya akan membuat majikannya tersenyum.
Hinata memakan dengan tenang makan malamnya. Ketiga budaknya berdiri di sisinya sambil menundukan kepala dengan mata terpejam. Menunggu majikan mereka selesai makan. Gadis lavender itu menikmati apa yang dihidangkan oleh Akeno. Tidak terlalu buruk. Ia bisa menghabiskan makanan ini. Setelah selesai makan malam, Hinata menuju ruang santai. Di sana terdapat kursi empuk dan meja kecil di sampingnya yang menghadap ke tungku perapian.
Raphtalia menyalakan tungku api kemudian menyiapkan sebotol wine. Hinata menikmati waktu santainya dengan membaca buku ditemani wine. Ia menghabiskan waktu kurang lebih 3 jam di ruangan itu sampai akhirnya Hinata pergi ke kamarnya untuk tidur. Para budaknya menyusul setelah memastikan Hinata tidak keluar kamar selama satu jam, itu perintah majikan mereka. Akeno, Raphtalia, dan Mamako menempati kamar yang sama tetapi dengan ranjang masing-masing. Seperti yang sudah dijelaskan, mansion ini hanya memiliki 3 kamar di mana satu kama pribadi untuk Hinata, satu lainnya untuk para budak, sisanya adalah kamar tamu.
Kamar Hinata merupakan kamar terluas dari yang lainnya. Kasur Hinata berukuran king size dengan tirai tembus pandan di sekeliling. Di kamar ini terdapat satu meja rias, meja kerja, rak buku, dan beberapa lemari pakaian. Hinata memiliki banyak jenis pakaian, ia adalah tipe wanita yang menjunjung tinggi kecantikan dan keanggunan. Karena itu sejak kecil gadis lavender selalu mengoleksi pakaian mahal.
Hinata tertidur dengan perasaan tak sabar menanti esok hari. Hari pertamanya bekerja sebagai petualang. Sebelum tidur ia memikirkan akan memakai baju apa untuk besok. Baju sederhana dengan armor minim? Atau full armor? Hmm ia tak bisa memutuskannya sekarang.
Jadwal pagi Hinata adalah ia bangun tepat jam 5 pagi. Mengganti lingerie-nya dengan pakaian olahraga dan melakukan beberapa pemanasan di halaman belakang, setelah itu ia melakukan ritual mandi, kali ini Raphtalia yang melayani Hinata. Setelah mandi gadis lavender itu memakai lingerie-nya kembali dan sarapan. Kemudian balik ke kamarnya guna memakai pakaian.
Hinata kali ini memakai pakaian cukup sederhana. Kemeja putih polos yang ujung bajunya dimasukkan, dua kancing teratasnya dibiarkan terbuka sehingga memperliharkan sedikit belahan dadanya. Ia memakai celana pendek sepaha berbahan kulit. Hinata memakai sepatu hak tinggi berlapis besi di beberapa bagian dengan stocking hitam panjang. Untuk peralatan petualang gadis lavender itu hanya memakai tas kecil yang belingkar di pinggangnya. Tak lupa sarung tangan hitam pendek.
Hinata berangkat menuju serikat petualang jam 7.30. Guild dibuka pada pukul delapan.
Bersambung
AN: Toussaint adalah nama wilayah di game The Witcher 3: Wild Hunt.
Himejima Akeno dari High School DxD
Oosuki Mamako dari Okaasan Online
Raphtalia dari Tate no Yuusha no Nariagari
11-11-22
Hanakirei-chan
